Herlan Pratikto2
Fakultas Psikologi
Universitas 17 Agustus 1945
Abstract
1
Korespondesi mengenai artikel ini dapat dilakukan
dengan menghubungi: pascauntag@yahoo.com
2
Korespondesi mengenai artikel ini dapat dilakukan
dengan menghubungi: pascauntag@yahoo.com
490
MUAWANAH & PRATIKTO
Kondisi remaja di Indonesia saat ini konstrukk psikologi positif yang berkembang
dapat digambarkan menikah usia remaja, seks dengan baik akan menurunkan potensi remaja
pranikah dan kehamilan tidak dinginkan, terlibat kenakalan. Misalnya, perkelahian
aborsi 2,4 juta: 700-800 ribu adalah remaja, remaja secara psikologis disebabkan konflik
17.000/tahun, l4l7/bulan, 17/hari perempuan batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang
meninggal karena komplikasi kehamilan dan labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain,
persalinan, HIV/AIDS: 1283 kasus, dan perasaan rendah diri (Tambunan, 2001).
diperkirakan 52.000 terinfeksi (fenomena Kemampuan mengatur emosi yang
gunung es) (70% remaja), minuman kelas dan rendah dan perilaku menjalin interaksi dengan
narkoba (Kusumaredi, 2011). orang lain menyebabkan gangguan perilaku,
Kasus kenakalan remaja yang terdata memilih tindakan agresif sebagai stategi
di Badan Pemasyarakatan Anak (Bapas) kelas keluar dari masalah (coping) (Yanti, 2005).
II Kediri selalu terjadi peningkatan setiap
tahun. Selama 2008 total ada 345 perkara, Kenakalan remaja
2009 ada 312 perkara, dan 2010 ada 309 Kenakalan remaja adalah perilaku
perkara (http://koranmontera.com/ remaja melanggar status, membahayakan diri
newsAiputan.php?subaction:showfull&id:130 sendiri, menimbulkan korban materi pada
3 827055 &archive=& start_from=&ucat=1&. orang iain, dan perilaku menimbulkan korban
Unduh 26/10/2011 Pukul 21.00). fisik pada orang lain. Perilaku melanggar
Remaja menjadi nakal karena belum status merupakan perilaku dimana remaja
mampu melakukan kontrol emosi secara lebih suka melawan orang tua, membolos sekolah,
tepat dan mengekspresikan emosi dengan pergi dari rumah tanpa pamit. Perilaku
cara-cara yang diterima masyarakat (Lugo membahayakan diri sendiri, antara lain
dalam Haryono, 1996). Remaja yang mengendarai kendaraan bermotor dengan
memiliki konsep diri akan melakukan kecepatan tinggi, menggunakan narkotika,
perbuatan positif yang diharapkan menggunakan senjata, keluyuran malam, dan
masyarakat. Konsep diri negatif akan pelacuran. Perilaku menimbulkan korban
membuat remaja cerderung melanggar materi, yaitu perilaku yang mengakibatkan
peraturan dan norma-norma masyarakat, dan keraguan pada orang lain, misalnya: mencuri
akhirnya terlibat dalam kenakalan remaja. dan mencopet, merampas. Perilaku
(Coopersmith dalam Partosuwido, 1992). menimbulkan korban fisik pada orang lain
Dinamika perubahan psikologis yang adalah perkelahian, menempeleng,
tidak terkontrol akan memungkinkan remaja menampar, melempar benda keras,
terlibat kenakalan yang lebih beresiko. mendorong sampai jatuh, menyepak, dan
Kematangan emosi dan konsep diri sebagai
memukul dengan benda (Jensen dalam psikis adalah gambaran remaja tentang
Sarwono, 2001). kemampuan dan ketidakmampuannya, harga
dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Kematangan emosi Konsep diri sosial adalah gambaran remaja
Kematangan emosi adalah tentang hubungannya dengan orang lain,
kemampuan remaja dalam mengekspresikan dengan teman sebaya, dengan keluarga, dan
emosi secara tepat dan wajar dengan lain-lain. Konsep diri emosional adalah
pengendalian diri, memiliki kemandirian, gambaran remaja tentang emosi diri, seperti
memiliki konsekuensi diri, serta memiliki kemampuan menahan emosi, pemarah, sedih,
penerimaan diri yang tinggi. Pengendalian atau riang-gembira, pendendam, pemaaf, dan
diri adalah kemampuan remaja dalam lain-lain. Konsep diri aspirasi adalah
mempertahankan dorongan emosi, serta gambaran remaja tentang pendapat dan
memahami emosi diri untuk diarahkan kepada gagasan, kreativitas, dan cita-cita. Konsep diri
tindakan-tindakan positif. Kemandirian prestasi adalah gambaran remaja tentang
adalah keadaan dimana remaja tidak kemajuan dan keberhasilan yang akan diraih,
menggantungkan dirinya kepada orang lain. baik dalam masalah belajar maupun
Rasa konsekuen adalah rasa tanggung jawab kesuksesan hidup (Hurlock, 1996).
remaja dengan kesadaran untuk menjalankan
keputusan, serta berani bertanggung jawab Kematangan emosi, konsep diri dan
terhadap semua akibat dan keputusan yang kenakalan remaja
telah diambil. Penerimaan diri adalah Kematangan diri secara emosional
kemampuan remaja untuk dapat menerima (maturing emotional self) menunjuk pada
keadaan diri sendiri, baik kelemahan maupun emosi yang menyangkut semua wilayah
kelebihan, menerima diri secara fisik maupun perilaku afektif dengan melibatkan aspek
psikis dengan baik (Albin, 1996) biologis, kognitif, dan sosial. Kematangan
emosi merupakan proses dimana pribadi
Konsep diri individu secara tetus menerus berusaha
Konsep diri adalah penilaian remaja mencapai suatu tingkatan emosi yang sehat,
tentang diri sendiri yang bersifat fisik, psikis, baik secara intrafisik maupun interpersonal.
sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi. Individu yang secara emosional telah matang
Konsep diri fisik adalah gambaran remaja dapat menentukan dengan tepat kapan dan
tentang penampilannya, dengan seksnya, arti sejauhmana dirinya perlu terlibat dalam suatu
penting tubuhnya dalam hubungannya dengan masalah sosial serta dapat turut memberikan
perilakunya, dan gengsi yang diberikan jalan keluar atau pemecahan yang diperlukan
tubuhnya di mata orang-lain. Konsep diri (Gorlow; Lugo dalam Haryono, 1996).
Keberadaan emosi di satu sisi dapat dengan konsep diri negatif akan sulit
menjadikan orang pasif dan tidak berdaya, mengangap suatu keberhasilan diperoleh dari
tidak mampu mempertanggungjawabkan apa diri sendiri, tetapi karena bantuan orang lain,
yang dilakukan. Emosi di sisi lain dapat kebetulan, dan nasib semata dan biasanya
menjadi sumber energi yang membuat mengalami kecemasan yang tinggi (Beane &
seseorang sanggup melakukan apa saja secara Lipka dalam Maria, 2007). Remaja dengan
tepat tanpa terpikirkan sebelumnya. konsep diri positif berciri spontan, kreatif dan
Seseorang perlu mengontrol emosinya. orisinil, menghargai diri sendiri dan orang
Kontrol emosi bukan berarti eliminasi atau lain, bebas dan dapat mengantisipasi hal
penekanan emosi moral, tetapi belajar negatit serta memandang diri secara utuh,
mengekspresikan emosi dengan cara-cara disukai, diinginkan dan diterima oleh orang
yang lebih dapat diterima atau disetujui oleh lain. (Combs Snygg dalam Shiffer dkk, 1997).
kelompok sosia dan pada saat yang sama tetap Para teoris kontrol sosial menyatakan
dapat memberikan kepuasan yang maksimum bahwa yang menampakkan perilaku antisosial
dan mengurangi gangguan adalah remaja yang memiliki konsep diri
ketidakseimbangan. Kenakalan remaja rendah. Perspektif kontrol sosial menyatakan
sebagian disebabkan oleh pencapaian emosi konsep diri mempengaruhi kontrol diri.
yang kurang matang. Remaja menjadi nakal Individu dengan kontrol diri rendah memiliki
karena belum mampu melakukan kontrol kekuatan ego rendah, kurang mampu
secara lebih tepat dan mengekspresikan emosi menunda kepuasan (kurang sabar), kurang
dengan cara-cara yang diterima oleh toleran pada frustrasi dan lebih impulsif.
masyarakat (Lugo dalam Haryono, 1996). Perilaku sosial yang tidak tepat akan nampak
Konsep diri terbentuk dan berkembang ketika derajad kontrol sosial tidak cukup kuat
berdasarkan pengalaman dan interpretasi dari menolak godaan yang ingin langsung
lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan dipuaskan (Hay, 2000).
perilaku diri. Pengembangan konsep diri Perilaku nakal remaja dapat diatasi
berpengaruh terhadap perilaku yang dengan mempertinggi konsep diri. Perspektif
ditampilkan, sehingga bagaimana orang lain teori peningkatan diri (sel-enhancement)
memperlakukan dan apa yang dikatakan menyatakan individu memiliki kecenderungan
orang lain tentang individu akan dijadikan untuk menambah positif konsep dirinya.
acuan untuk menilai diri sendiri (Shavelson & Individu berusaha mencapai kepuasan pribadi
Roger, 1982). Remaja dengan konsep diri dan perasaan efektif dengan cara mencari
positif akan mampu mengatasi dirinya, aktivitas dan umpan balik yang dapat
memperhatikan dunia luar dan mempunyai manpertinggi konsep dirinya.
kemampuan untuk berinteraksi sosial. Remaja
diri secara fisik maupun psikis dengan baik. tubuhnya dalam hubungannya dengan
Remaja yang matang emosinya kemungkinan perilakunya, dan gengsi yang diberikan
besar tidak suka melawan orangtua, tidak tubuhnya di mata orang lain.
membolos sekolah, dan tidak suka pergi dari Konsep diri psikis yang tidak realistis
rumah tanpa pamit, mengendarai motor tidak membuat remaja menggambarkan diri sangat
dengan kecepatan tinggi, menghindari tingg terhadap kemampuan dan tidak bersedia
narkotika, tidak menggunakan senjata, tidak kemampuannya dinilai rendah, dan harga
keluyuran malam, dan menghindati pelacuran. dirinya membubung tinggi dan menganggu
Remaja dengan emosi matang perilakunya hubungannya dengan orang lain.
tidak merugikan orang lain, tidak mencuri, Konsep diri sosial yang tidak realitis
mencopet, ataupun merampas. Remaja yang membuat remaja mengambarkan diri terlalu
matang emosinya menghindari perilaku yang baik dalam hubungannya dengan orang lain,
dapat menimbulkan korban fisik pada orang dengan teman sebaya, dan dengan keluarga.
lain seperti berkelahi, menempeleng. Konsep diri aspirasi yang tidak realitis
menampar, melempar benda keras, membuat remaja menggambarkan diri
mendorong sampai jatuh, menyepak, atau memiliki pendapat dan gagasan yang paling
memukul dengan benda. benar dibanding orang lain, lebih kreatif, dan
Konsep diri tidak berhubungan dengan bercita-cita yang sulit diraih.
kenakalan remaja setelah kematangan emosi Konsep diri prestasi yang tidak realitis
dikendalikan. Hubungan simultan antara membuat remaja menggambarkan diri terlalu
kematangan emosi dan konsep diri yang diri sebagai individu yang maju dan akan
searah dan signifikan dengan kenakalan berhasil. Gambaran diri yang tidak realitis
remaja kemungkinan karena adanya konsep akan mengganggu keseimbangan dan
diri. merusak kematangan emosi dan akan
Konsep diri merupakan variabel mempertinggi kemungkinan terjadinya
intemal yang positif. Konsep diri secara kenakalan remaja.
parsial tidak berhubungan dengan kenakalan Analisis kemungkinan hubungan
remaja. Temuan penelitian dapat dijelaskan positif konsep diri yang tidak realistis dengan
melalui dinamika internal dalam keseluruhan kenakalan remaja sesuai dengan respon
aspek konsep diri, kecuali konsep diri konsep diri dalam kontinum respon adaptif
emosional. Konsep diri yang tidak realitistis sampai respon maladaptif dari Stuart dan
akan menjadi sumber masalah. Konsep diri Sundeen (1998) sebagai berikut.
fisik yang tidak realitis membuat remaja
menggambarkan dirinya sangat tinggi dalam
penampilannya, dengan seksnya, arti penting
Gejala yang muncul akibat gangguan terlalu tinggi atau terlalu rendah dari keadaan
konsep diri adalah mengkritik diri sendiri atau yang sesungguhnya. Akibatnya konsep diri
orang lain, penurunan produktivitas, yang terbentuk dapat negatif atau terlalu
destruktif pada orang lain, gangguan positif. Konsekuensi selanjutnya adalah
hubungan dengan orang lain, perasaan diri muncul rasa mampu yang tidak realistis,
penting yang berlebihan, perasaan tidak sehingga standar atau patokan keberhasilan
mampu, perasaan bersalah, mudah (prestasi) menjadi tidak realistis pula (White
tersinggung atau marah yang berlebihan, dalam Purwanti, 1996).
perasaan negatif mengenai tubuh sendiri, Fitts (dalam Purwanti, 1996)
ketegangan peran yang dirasakan, pandangan menyatakan jika individu ingin mendapatkan
hidup pesimis, keluhan fisik, pandangan persepsi yang tepat tentang dirinya, ada empat
hidup yang bertentangan, penolakan terhadap aspek konsep diri yang harus terintegrasi
kemampuan personal, destruktif terhadap diri dalam dirinya, yaitu: 1). Aspek konsep diri
sendiri, pengurangan diri atau penarikan diri kritik, jika ingin memiliki rasa mampu yang
secara sosial, penyalahgunaan zat perangsang realistis, individu harus terbuka terhadap
(adiktif), dan menarik diri dari realitas. kelemahan diri, harus bersedia menerima
Rasa diri penting yang berlebihan dan umpan balik dari orang lain sebagai suatu
menarik diri dari realitas merupakan tipikal kritik yang membangun, bukan sebagai kritik
konsep diri yang tidak realistis. Pemahaman yang bertujuan untuk menjatuhkan; 2) Aspek
tentang potensi diri akan menimbulkan rasa harga diri adalah komponen penting dan
mampu. Individu akan selalu berupaya domain dalam konsep diri individu. Harga
meningkatkan standar atau patokan diri berperan sebagai penilai bagian-bagian
keberhasilan pada kesempatan yang akan diri yang menghasilkan rasa suka, tidak suka,
datang dan terdorong untuk berprestasi dan puas, tidak puas, dan lain-lain. Keterbukaan
meningkatkan prestasi di masa yang akan diri dan keyakinan diri dibutuhkan untuk
datang. Rasa mampu yang dihasilkan oleh menghasilkan penilaian yang tepat dan
konsep diri bisa saja salah. Hal ini bisa terjadi membuat pemahaman diri berkembang.
karena kesalahan atau ketidaksesuaian dalam Perkembangan pemahaman diri akan
mempersepsi segala kelebihan dan kelemahan menumbuhkan perasaan berhasil dan perasaan
dari keadaan yang sesungguhnya dimiliki. mampu yang berperan sebagai kendali
Individu menilai potensi diri yang dimiliki internal untuk mengarahkan perilaku; 3)
Aspek integrasi diri, menunjuk pada kemungkinan karena keterlibatan konsep diri
kemampuan individu dalam membuat yang tinggi.
kesesuaian antara penilaian dan kenyataan Konsep diri secara parsial tidak
yang ada. Individu akan memiliki integrasi berhubungan dengan kenakalan remaja.
diri yang baik jika dapat memenuhi Konsep diri remaja yang membumbung tinggi
kesesuaian penilaian dan kenyataan, karena kemungkinan akan berkonflik dengan
mencoba realistis dalam membuat penilaian kematangan emosi. Konsep diri yang tinggi
diri; 4) Aspek keyakinan diri, dan tidak terkontrol akan menjadi tidak
menggambarkan sejauhmana keyakinan rasional. Kemantangan emosi yang tidak
individu dalam menilai diri sendiri. Individu mampu berperan mengendalikan konsep diri
yang tidak yakin akan dirinya, siapa, dan yang berkembang secara tidak rasional akan
bagaimana keadaannya, akan mempunyai membelokkan arah hubungan kematangan
gambaran diri yang tidak tepat. Penilaian emosi dengan kenakalan remaja.
yang tepat dan sesuai dengan kenyataan Kematangan emosi secara parsial
membutuhkan keyakinan diri yang kuat. berhubugnan linier, berlawanan arah, dan
Keyakinan yang kuat bahwa penilaian sudah signifikan. Kematangan emosi akan
dilengkapi dengan keterbukaan akan menjauhkan remaja dari kemungkinan
kelemahan diri, agar gambaran diri (konsep berperilaku nakal. Semakin matang emosi,
diri) yang terbentuk menjadi tepat (realsitis). semakin kecil kemungkinan remaja
Penelitian menyimpulkan kematangan berperilaku nakal. Semakin tidak matang
emosi dan konsep diri adalah suatu emosi, semakin besar potensi remaja
komposisi. Kematangan emosi ada di dalam berperilaku nakal.
konsep diri dan konsep diri ada di dalam
Kepustakaan
kematangan emosi. Aspek pengendalian diri
di dalam konsruk-kematangan emosi identik
Albin, R S. (1996). Emosi Bagaimana
dengan aspek konsep diri emosional di dalam
Mengenal, Menerima dan
konstruk konsep diri. Mengarahkannya. Yogyakarta:
Kanisius.
Komposisi kematangan emosi tinggi
dan konsep diri tinggi merupakan variabel Haryono. (1996). Kematangan Emosi,
Pemikiran Moral, dan Kenakalan
psikologi positif yang memprediksi keluaran
Remaja. Semarang: FIP-IKIP
perilaku negatif, yaitu kenakalan remaja yang Semarang.
tinggi. Hubungan simultan yang searah dan
Hay, I. (2000). Gender-Self-concept Profiles
signifikan antara kematangan emosi dan of Adolescents Suspended from High
School. Journal of Child Psychology
konsep diri dengan kenakalan remaja
and Psychiatry, 41, 3, 345-352.