Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

PSIKOLOGI

OLEH

NAMA KELOMPOK 8 :

(1) TRIFENA S.S KANA WADU


(2) YEFUNA H. LANU
(3) WEHELMINA HARUM MBAHA
(4) YEMSI IMELDA KOIB

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI KUPANG (IAKN)

FAKULTAS PERGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KRISTEN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

()Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan
dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering dirasakan oleh setiap individu tersebut
antara lain adalah senang, sedih, marah, kecewa dan lain sebagainya. Emosi adalah suatu perasaan dan
pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk
bertindak (Goleman, 2007).

Suatu hal yang manusiawi bila seorang individu memiliki dan merasakan emosi, hal yang normal pula
bila seorang individu menunjukkan reaksi dari emosi yang mereka rasakan dan setiap individu juga perlu
untuk dapat mengontrol dan menyesuaikan emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk
mencapai suatu tujuan, kemampuan tersebut disebut sebagai regulasi emosi. Regulasi emosi yang tepat
meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan, reaksi fisiologis, kognisi yang berhubungan dengan
emosi dan reaksi yang berhubungan dengan emosi (Shaffer, 2005).

Regulasi emosi adalah strategi yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar untuk
mempertahankan, memperkuat atau mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu
pengalaman emosi dan perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat mempertahankan atau
meningkatkan emosi yang dirasakannya baik positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga dapat
mengurangi emosinya baik positif maupun negatif (Gross, 2008).

Permasalahan atau konflik sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari setiap individu. Bila remaja
mampu menghadapi setiap masalah yang dialaminya dan bisa mengatur efek emosional akibat
permasalahan tersebut dengan tepat maka kepribadian remaja dapat terasah dan terlatih menjadi lebih
kuat dan lebih dewasa dalam berperilaku dan bertindak dalam menghadapi masalah-masalah yang akan
dirasa lebih berat pada tahapan perkembangan selanjutnya.

Menurut Garrison (dalam Mappiare, 2003) bahwa kebahagiaan seseorang dalam hidup ini bukan karena
tidak adanya bentuk-bentuk emosi dalam dirinya, melainkan kebiasaannya memahami dan menguasai
emosi. Jadi, remaja yang dapat mengontrol emosinya dengan tepat dapat mendatangkan kebahagiaan
bagi kehidupan mereka.

Baik atau buruknya kemampuan regulasi emosi yang dilakukan dapat disebabkan oleh berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi kemampuan regulasi emosi tersebut dan salah satu faktor yang
mempengaruhi kemampuan regulasi emosi seseorang adalah usia. Sejalan dengan pendapat Silvers,
Gabrieli, McRae & Gross (2012) bahwa usia juga berpengaruh dalam regulasi emosi seseorang.

Maider (dalam Coon, 2005) menyatakan bahwa bertambahnya usia seseorang dihubungkan dengan
adanya peningkatan kemampuan regulasi emosi, dimana semakin tinggi usia seseorang semakin baik
kemampuan regulasi emosinya. Gross (2008) juga berpendapat bahwa semakin bertambahnya usia,
maka semakin baik pula regulasi emosinya. Jadi, kemampuan regulasi emosi pada remaja akan semakin
baik pada saat usia remaja tersebut semakin mendekati usia dewasa awal. Berdasarkan teori Maider di
atas, kemampuan regulasi emosi pada remaja akhir lebih baik dari pada remaja madya dan remaja awal,
dan kemampuan regulasi emosi pada remaja madya lebih baik dari pada remaja awal.

Fenomena yang saat ini terjadi ialah dimana banyak sekali remaja yang belum mampu melakukan
regulasi emosi dengan baik, sesuai dengan apa yang diteliti oleh Hurlock (2003) bahwa di usia remaja,
cenderung memiliki emosi yang bergejolak dan kemampuan remaja untuk mengelola emosi belum
berkembang secara matang. Pada saat remaja dihadapkan pada suatu permasalahan atau konflik,
remaja belum mampu merespon dengan baik efek emosional yang dirasakannya, remaja masih
memperlihatkan perasaan tidak aman, takut dan cemas. Hal ini membuat remaja cenderung untuk
mengikuti emosinya dalam berbagai tindakan.

Bila kemampuan regulasi emosi tidak berlangsung dengan baik, akhirnya remaja tidak dapat mengatur
emosi yang dirasakannya dengan tepat sehingga mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Hal-hal yang tidak diinginkan tersebut seperti amarah yang meledak-ledak yang mengakibatkan
terjadinya perkelahian yang berujung kekerasan dan akhirnya remaja-remaja tersebut akan berurusan
dengan guru-guru atau pembimbing di dalam ruang bimbingan konseling (BK) di sekolahnya.

Berdasarkan hasil survey pra-penelitian yang dilakukan peneliti di Sekolah YPI Swasta Amir Hamzah
Medan, peneliti memperoleh informasi bahwa begitu banyak kasus yang terjadi di sekolah tersebut
selama hampir satu tahun terakhir. Ada sekitar 128 kasus yang terjadi selama hampir 1 (satu) tahun dari
bulan juni 2016 sampai februari 2017 berdasarkan data yang didapatkan dari pembimbing yang bertugas
di ruang bimbingan konseling (BK) di sekolah tersebut dimana kebanyakan kasus yang terjadi adalah
perkelahian antar siswa-siswi dan penyebab-penyebab perkelahian tersebut bermacam-macam.

Berikut adalah data yang didapatkan dari pembimbing yang berada dalam ruang bimbingan konseling
(BK) di sekolah YPI Swasta Amir Hamzah Medan

1. Pertengkaran 82 kasus

2. Memukul 29 kasus

3. Melawan Guru 17 kasus Total 128 kasus

Salah satu kasus lainnya yang memperlihatkan bahwa remaja-remaja tersebut tidak mampu melakukan
regulasi emosi dengan baik, bahkan dampaknya merugikan diri sendiri dan orang lain. Kasus tersebut
adalah kasus pertengkaran antara dua remaja putri yang berada di kelas XI SMA YPI Swasta Amir
Hamzah Medan dikarenakan kedua remaja putri tersebut berebutan pacar, yang awalnya mereka saling
memberikan tatapan menusuk antara satu sama lain, lalu saling mengejek dan menghina, sampai
akhirnya bertengkar dan melakukan kekerasan fisik seperti menjambak rambut, menampar dan
memukul. Akhirnya orangtua remaja-remaja tersebut pun dipanggil oleh pihak sekolah. Bila saja kedua
remaja putri tersebut mampu mengontrol emosi negatif yang mereka rasakan, pasti hal-hal tersebut
tidak akan terjadi dan tidak akan merugikan diri mereka sendiri dan orang lain.Seharusnya semakin
bertambahnya usia seorang individu maka kemampuan regulasi emosi individu akan semakin baik.
Kedua remaja putri tersebut telah berada di dalam usia tahapan remaja akhir, dimana seharusnya
kemampuan regulasi emosi akan semakin baik bila usia remaja semakin mendekati usia dewasa awal,
namun nyatanya kedua siswi tersebut tidak memperlihatkan kemampuan regulasi emosi dengan baik
pada usia mereka.

Ada pula kasus perkelahian pada anak remaja laki-laki dari kelas VII SMP - IX SMP YPI Swasta Amir
Hamzah Medan yang banyak terjadi di sekolah tersebut, yang awalnya dimulai karena saling mengejek
nama orang tua atau bahkan pekerjaan orang tua, hingga akhirnya mereka bertengkar, dikarenakan
emosi remaja seringkali meluapluap dan emosi negatif mereka lebih mudah muncul (Hurlock, 2003).
Safaria & Saputra (2009) menjelaskan bahwa hal ini disebabkan karena mereka belum mampu
memahami emosi yang mereka alami dan mereka rasakan, bila saja mereka dapat memahaminya,
mereka akan lebih mampu mengelola, mengendalikan, atau menyeimbangkan emosi negatifnya menjadi
emosi yang lebih positif.

Kasus-kasus di atas adalah salah satu hal yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di
sekolah tersebut dikarenakan kasus-kasus di atas menunjukkan remaja yang memiliki kasus dan telah
terdata di bimbingan konseling (BK) belum dapat melakukan regulasi emosi yang baik, dimana
seharusnya faktor usia berperan penting dalam baik atau buruknya regulasi emosi seseorang. Akan
tetapi siswa-siswi tersebut tidak menunjukkan perkembangan yang baik dalam kemampuan regulasi
emosinya, mereka belum mampu mengontrol emosi yang mereka rasakan.

Namun yang menjadi fokus utama peneliti melakukan penelitian ini karena peneliti ingin mencari tahu
bagaimana regulasi emosi pada siswa-siswi di sekolah YPI UNIVERSITAS MEDAN AREA 6 Swasta Amir
Hamzah Medan secara keseluruhan, karena belum tentu yang tidak tercatat memiliki kasus di sekolah
tersebut telah mampu melakukan regulasi emosi dengan baik. Oleh sebab itu peneliti ingin melihat dan
mencari tahu apakah ada atau tidak ada perbedaan regulasi emosi pada remaja ditinjau dari faktor usia
di sekolah YPI Swasta Amir Hamzah Medan.

Berdasarkan penjelasan di atas, regulasi emosi dapat diartikan sebagai kemampuan seorang individu
untuk mengontrol, mengevaluasi, mengatur, dan mengelola emosi-emosi yang dirasakannya. Sehingga
tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain. Sedangkan, remaja adalah masa transisi antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa, dimana pada masa ini ketegangan emosi remaja meninggi
dikarenakan perubahan dan perkembangan baik secara fisik, psikis, dan kognitif yang dialami remaja.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan regulasi emosi pada remaja ditinjau dari
faktor usia di sekolah YPI Swasta Amir Hamzah Medan.

() Dan dalam Kehidupan manusia tidak terlepas dari aktifitas berpikir, tapi tak jarang manusia
yang ketika ditanyakan depinisi dari berpikir itu apa, malah kelimpungan, sikut kiri sikut kanan
karna memang tak bisa menjawabnya.
Bila di lihat dari aktifitas berpikir itu sendiri, dapat kita lihat bahwa dalam berpikir itu
pertama membutuhkan adanya fakta, hal yang jadi objeknya adalah nyata, bisa berupa benda
ataupun yang lainnya, kedua membutuhkan adanya indra, bisa berupa indra penglihatan (mata),
pendengaran (telinga), penciuman (hidung), pengecap (lidah), dan peraba (kulit), ketiga
membutuhkan adanya otak untuk berpikir, tentunya otak disini adalah otak yang normal/tidak
terganggu, yang bisa di gunakan untuk berpikir, keempat adanya informasi sebelumnya, ini juga
merupakan hal penting dalam proses berpikir, karena informasi sebelumnya ini akan menjadi
faktor penentu pada kesimpulan. misalkan di hadapan kita ada dua buah benda (fakta), misal
benda 1 dan benda 2, kemudian ada suatu pertanyaan "apa nama kedua benda tersebut?" maka
segera mata (indra) kita melihat terhadap benda tersebut, kemudian selanjutnya otak kita akan
segera berpikir apa benda yang ada di hadapan kita tersebut, dalam pengambilan kesimpulan,
setiap orang akan berbeda - beda, si A menyebutkan bahwa benda 1 adalah koran dan benda 2
adalah komputer, dan si B menyebutkan benda 1 itu majalah dan benda 2 itu TV, hal ini
dikarnakan adanya pengaruh informasi sebelumnya. si A akan tetap menyebutkan benda 1 itu
koran maski pada kenyataannya itu adalah majalah, begitupun si B akan tetap menyebutkan
bahwa benda 2 itu TV meski pada kenyataannya adalah komputer.
Dari paparan diatas bisa kita simpulkan bahwa berpikir itu adalah suatu proses
transfer/memindahkan fakta(benda) melalui indra, ke otak untuk kemudian di olah dan di
hasilkan data sesuai dengan informasi yang di peroleh sebelumnya.
Dalam proses mencari akidah, seseorang akan mengatakan bahwa tuhan itu adalah materi
bila sebelumnya ia berpandangan dan berkyakinan tuhan itu materi, dan seseorang akan
berpandangan bahwa tuhan itu Allah bila keyakinannya seperti itu. akidah akan kokoh bila di
tempuh melalui proses berpikir yang benar, para sahabat rosul mempunya keimanan yang begitu
kokoh dan kuat dikarnakan dalam proses pencarian akidahnya adalah melalui proses berpikir
yang benar, karna memang akidah islam akan selalu senantiasa selaras dengan fitrah manusia,
memuaskan akal pikiran, dan menenangkan jiwa, sehingga tak akan ada yang bisa
menyangkalnya.Tetapi dijaman sekarang ini berfikir digunakan untuk kejahatan, banyak sekali
hasil – hasil pemikran yang tidak sesuai dengan etika dan tata norma agama dan norma – norma
bangsa, dan juga banyak orang – orang yang hebat dan pintar salah menggunakan pemikirannya
untuk kepentingannya sendiri, misalnya adanya para DPRD yang korupsi dan lain – lain.
Bahkan apabila tidak pernah mengenyam pendidikan maka banyak orang yang tersesat dan
tidak sesuai dengan etika, norma – norma yang sesuai dengan agama. Misalnya anak jalanan
yang tidak mengalami masa pendidikan dan pengarahan baik dari orang tua maupun suatu
instansi maka mereka akan berfikir sesuai dengan apa yang mereka lihat.

 Pengertian Berfikir
 

Pengertian berfikir itu sangat banyak dan luas, diantaranya yaitu :


a.       Pikiran mempunyai pengertian yaitu sebagai salah satu kondisi letak hubungan antara
bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri seseorang yang telah dikontrol oleh akal (rasio)
dan melibatkan kerja otak. Akal merupakan sebagian kekuatan yang mengendalikan pikiran.
b.      Berfikir adalah meletakan hubungan antar bagian dari pengetahuan yang diperoleh manusia
dengan akal (rasio) yang dimiliki dirinya, pengetahuan yang dimaksud disini yaitu mencakup
segala konsep, gagasan, dan pengertian yang telah dimiliki dan diperoleh oleh manusia.
c.       Berfikir mempunyai arti segala proses aktivitas psikis yang intensional maksudnya dimana
seseorang mempunyai masalah maka seseorang menggabungkan pengertian yang satu dengan
yang lainnya untuk mendapatkan jalan keluar (pemecahan masalah) yang sedang dihadapinya.
Di dalam setiap diri manusia memiliki aktivitas mental, aktivitas kognitif yang yang berwujud
mengolah atau memanipulasi informasi dari lingkungan sekitar dengan simbol – simbol atau
materi – materi yang disimpan dalam ingatannya atau otaknya khususnya yang ada di dalam long
term memory.
Pengertian diatas merupakan sebagian dari pengertian berfikir, menurut sudut pandang
biharviorisme khususnya fungsionalis akan mengandung berfikir itu sebagai pengutana antara
stimulus dan respon, dengan demikian sebagai asosiasi pandangan antara tanggapan atau
bayangan satu dengan yang lainnya yang saling berkaitan.
Berfikir pun mempunyai sifat, salah satu sifat berfikir yaitu goal directed yaitu berfikir
tentang sesuatu untuk memperoleh berbagai pemecahan masalah bahkan sampai mendapatkan
sesuatu yang baru.
Jadi berfikir dapat dipandang sebagai pemprosesan informasi dari stimulus (starting
pasition), sampai pemecahan masalah (finishing position) goal state. Dan dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa berfikir merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan
respon.
Sebagai ilustari yang menunjukan seseorang berfikir ketika seseorang akan mengadakan
transaksi jual beli, misalnya membeli HP, si penjual menawarkan berbagai merek hp dari mulai
esia sampai blackbarry, dengan memberitahukan keunggulan dan kekurangan yang dimiliki dari
aplikasi – aplikasi yang ada pada HP tersebut. Setelah si penjual menerangkan semuanya maka si
pembeli telah mendapatkan berbagai informasi dan akhirnya si pembeli memutuskan untuk
membeli salah satu merek hp dengan aplikasi yang bagus dan terpercaya.

B.      Proses Berfikir
Menurut para ahli logika, mengemukakan adanya tiga langkah atau proses dari berfikir, yakni :
1.      Membentuk Pengertian
Membentuk pengertian dapat diartikan sebagai suatu perbuatan dalam proses berfikir
(dengan memanfaatkan isi ingatan) bersifat riel, abstrak dan umum serta mengandung sifat
hakikat sesuatu, ataupun bisa diartikan sebagai proses mendeskripsikan ciri – ciri objek yang
sejenis dan mengklasifikasikan ciri – ciri yang khas dari suatu pengertian. Misalnya ciri – ciri
khas dari spidol, spidol merupakan alat tulis yang bisa digunakan untuk menulis di white board,
tintanya berwarna hitam, bentuknya besar dan jelas apabila digunakan untuk menulis pada white
board.
2.      Membentuk Pendapat atau Opini
Pendapat atau opini dapat diartikan sebagai hasil pekerjaan pikiran (otak) dalam
meletakkan hubungan antara tanggapan sesuatu dengan yang lainnya, antara pengertian yang
satu dengan pengertian yang lainnya dan dikatakan dalam suatu kalimat.
3.      Membentuk Kesimpulan
Kesimpulan dapat diartikan sebagai membentuk pendapat baru yang berdasarkan
pendapat – pendapat lain yang sudah ada.
Di dalam menarik kesimpulan, seseorang dapat menggunakan bermacam – macam cara yang
secara kronologis meliputi hal – hal berikut:
a.       Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi
Yaitu dimana seseorang yang sedang berusaha mencari hubungan dari peristiwa – peristiwa atas
dasar adanya persamaan – persamaan atau kemiripan – kemiripannya.
b.      Kesimpulan yang ditarik atas dasar induksi sintesis
Yaitu metode berfikir, bertolak dari pengertian yang rendah melompat kepada pengertian yang
lebih tinggi, kemudian ditarik kesimpulan secara umum. Berangkat dari pengetahuan yang
khusus dan fakta sampai pada pengertian yang lebih umum dengan ciri yang umum.
c.       Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduksi analitis
Yaitu metode berfikir yang bertolak belakang dari pengertian lebih tinggi / umum, melompat
kepada pengertian yang lebih rendah, dimana seseorang berangkat dari anggapan / proposisi
umum menuju pada anggapan yang lebih khusus. Salah satu kesimpulan secara deduktif adalah
dengan silogisme.
C.     Macam – Macam Berfikir
Secara garis besar ada dua macam berfikir, diantaranya yaitu:
1.      Berfikir Autistik
Berfikir autistik ini sering disebut sebagai melamun, maksudnya dengan berfikir autistik,
seseorang melarikan diri dari kenyataan dan melihat hidup sebagai gambaran – gambaran
fantastis. Contoh berfikir autistik antara lain mengkhayal, fantasi.
2.      Berfikir Realistik
Berfikir realistik atau sering pula disebut berfikir reasoning (nalar) adalah berfikir dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dunia nyata.
Menurut Floyd L Ruch (1967) seperti yang dikutip Rahmat (1994:69) menyebutkan tiga macam
berfikir realistik, diantaranya :
      i. Berfikir Deduktif
Berfikir deduktif ini merupakan proses berfikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi baru
yang berbentuk kesimpulan, dari umum ke khusus, sering disebut dengan silogisme.
Contonya:
Manusia mempunyai akal
Ajri adalah manusia
Jadi, ajri mempunyai akal
 ii.  Berfikir Induktif
Berfikir Induktif adalah proses berfikir (penalaran) dari khusus sehingga mendapat kesimpulan
yang umum, semua fenomena yang akan ditarik kesimpulannya harus diteliti dan dievaluasi,
proses berfikir ini juga disebut dengan corak berfikir ilmiyah.
 iii.   Berfikir Evaluatif
Yang dimaksud dengan berfikir evaluatif yaitu berfikir kritis menilai baik – buruknya, tepat atau
tidaknya suatu gagasan. Kita tidak menambah atau mengurangi gagasan, kita menilainya
menurut kriteria tertentu.
Sebenarnya masih banyak lagi macam – macam berfikir diantaranya yaitu:
1.      Berfikir Negatif
Yang dimaksud dengan berfikir negatif adalah pola atau cara berfikir yang lebih condong pada
sisi – sisi negatif dibandingkan dengan sisi positif, pola pikir ini bisa terlihat jelas dari keyakinan
atau pandangan yang terucap, cara bersikaf dan perilaku sehari – hari.
2.      Berfikir Positif
Berfikir positif adalah pikiran yang dapat membangun dan memperkuat kepribadian atau
karakter, dengan kita berfikir positif maka menjadikan diri kita sebagai pribadi yang lebih
matang dan lebih berani menghadapi tantangan.
3.      Berfikir Kreatif
Berfikir kreatif mempunyai makna tentang proses cara penalaran untuk mendapatkan sesuatu ide
– ide atau gagasan – gagasan dan hal – hal yang baru, dan munculnya ide – ide tersebut dengan
car tiba – tiba, dan ini semua berkaitan dengan insight (wawasan).
1)      Tingkat – tingkat dalam berfikir kreatif
Di dalam berfikir kreatif ada beberapa tingkatan – tingkatannya, diantaranya:
a.       Persiapan (preparation), merupakan tingkatan seseorang memformulasikan masalah dan
mengumpulkan fakta – fakta atau materi yang dipandang berguna dalam memperoleh pemecahan
hal – hal yang baru.
b.      Tingkat inkubasi, yaitu berlangsungnya masalah didalam jiwa seseorang.
c.       Tingkat pemecahan atau iluminasi, adalah tingkat dimana seseorang mendapatkan
pemecahan masalah, dimana seseorang akan mengucapkan kata “aha”, “oh iya”, dan sebagainya
secara tiba – tiba.
d.      Tingkat evaluasi, merupakan tingkat berfikir dimana tingkat ini digunakan untuk mengecek
adanya kesinambungan antara tingkat pemecahan dengan masalah yang dihadapinya.
e.       Tingkat revisi, yaitu mengadakan revisi terhadap apa yang diperolehnya.
2)      Sifat – sifat orang yang berfikir kreatif
Seseorang yang telah mempunyai atau mengalami berfikir kreatif, maka ada beberapa macam
sifat – sifat mengenai pribadinya, diantaranya yaitu:
a.       Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks
b.      Mempunyai psikodinamika yang kompleks dan mempunyai skope pribadi yang luas
c.       Dalam judgment – nya lebih mandiri
d.      Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self assertive)
e.       Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol
D.    Tingkat – Tingkat Berfikir
Di dalam berfikir juga ada tingkatannya, diantaranya:
1.      Berfikir Konkret
Didalam tingkatan berfikir isini memerlukan adanya situasi – situasi yang konkret/ nyata, tetapi
tidak membutuhkan pengertian yang konkret, karena pada umumnya berfikir konkret ini dimiliki
oleh anak – anak kecil, dan harus disjikan dengan peragaan secara langsung.
2.      Berfikir Skematis
Pada tingkatan ini seseorang bukan hanya membutuhkan data – data, kenyataan, ataupun
pengertian yang konkret, tetapi juga memerlukan dat – data yang disusun secara sistematis dan
dapat memperlihatkan hubungan antara persoalan yang satu dengan yang lain sehingga
menghasilkan kesimpulan.
3.      Berfikir Abstrak
Tingkatan berfikir abstrak tidak membutuhkan bagan – bagan, skema – skema, simbo –
simbolnya, melainkan membutuhkan tanggapan dan ingatan sendiri serta kecerdasan pikir
sendirilah yang berperan memecahkan masalah. Maka tingkatan ini disebut tingkatan tertinggi.

E.     Hambatan – Hambatan Dalam Proses Berfikir


Hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul dalam proses berfikir diantaranya yaitu:
1.      Data yang kurang sempurna sehingga masih banyak lagi data yang mesti diperoleh
2.      Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain,
sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berfikir
BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Berfikir dapat dipandang sebagai pemprosesan informasi dari stimulus (starting pasition), sampai
pemecahan masalah (finishing position) goal state. Dan dengan demikian dapat dikemukakan
bahwa berfikir merupakan proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon.
a.      Proses Berfikir
Menurut para ahli logika, mengemukakan adanya tiga langkah atau proses dari berfikir, yakni :
Ø  Membentuk Pengertian
Ø  Membentuk Pendapat atau Opini
Ø  Membentuk Kesimpulan
Di dalam menarik kesimpulan, seseorang dapat menggunakan bermacam – macam cara yang
secara kronologis meliputi hal – hal berikut:
ü  Kesimpulan yang ditarik atas dasar analogi
ü  Kesimpulan yang ditarik atas dasar induksi sintesis
ü  Kesimpulan yang ditarik atas dasar deduksi analitis
b.      Macam – Macam Berfikir
Secara garis besar ada dua macam berfikir, diantaranya yaitu:
a.       Berfikir Autistik
b.      Berfikir Realistik
Menurut Floyd L Ruch (1967) seperti yang dikutip Rahmat (1994:69) menyebutkan tiga macam
berfikir realistik, diantaranya:
ü  Berfikir Deduktif
ü  Berfikir Induktif
ü  Berfikir Evaluatif
Sebenarnya masih banyak lagi macam – macam berfikir diantaranya yaitu:
ü  Berfikir Negatif
ü  Berfikir Positif
ü  Berfikir Kreatif
a.       Tingkat – tingkat dalam berfikir kreatif
Di dalam berfikir kreatif ada beberapa tingkatan – tingkatannya, diantaranya:
f.       Persiapan (preparation)
g.      Tingkat inkubasi
h.      Tingkat pemecahan atau iluminasi
i.        Tingkat evaluasi
j.        Tingkat revisi
b.      Sifat – sifat orang yang berfikir kreatif
Seseorang yang telah mempunyai atau mengalami berfikir kreatif, maka ada beberapa macam
sifat – sifat mengenai pribadinya, diantaranya yaitu:
ü  Memilih fenomena atau keadaan yang kompleks
ü  Mempunyai psikodinamika yang kompleks dan mempunyai skope pribadi yang luas
ü  Dalam judgment – nya lebih mandiri
ü  Dominan dan lebih besar pertahanan diri (more self assertive)
ü  Menolak suppression sebagai mekanisme kontrol

c.       Tingkat – Tingkat Berfikir


Di dalam berfikir juga ada tingkatannya, diantaranya:
ü  Berfikir Konkret
ü  Berfikir Skematis
ü  Berfikir Abstrak

d.      Hambatan – Hambatan Dalam Proses Berfikir


Hambatan – hambatan yang mungkin akan timbul dalam proses berfikir diantaranya yaitu:
ü  Data yang kurang sempurna sehingga masih banyak lagi data yang mesti diperoleh
ü  Data yang ada dalam keadaan confuse, data yang satu bertentangan dengan data yang lain,
sehingga hal ini akan membingungkan dalam proses berfikir
B.     Saran
Sebagai manusia yang baik dan bijak kita harus selalu berfikir positif dan mengoptimalkan
cara berfikir kita dengan baik. Sebaiknya kita selalu termasuk dalam berfikir positif dan kreatif,
bukan berfikir negatif.

Anda mungkin juga menyukai