Anda di halaman 1dari 12

TEMA :PENGARUH SINETRON TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

ANAK

PENGARUH BURUK TAYANGAN TELEVISI TERHADAP PSIKOLOGI


ANAK

NAMA SISWA : 1.REVI ALAWIYAH MUIS


2.MARIO KOMBES HASIBUAN
3.ANISA CINDE LESTARI
ASAL KELAS: XI-IPA 1

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan.
Selamat Sejahtera bagi kita semua
Kepada bapak dan Ibu dewan juri yang terhormat, dan kepada teman-teman
sekalian izinkan kami Revi Alawiyah Muis, Mario kombes hasibuan, Anisa Cinde
lestari sebagai tim debat dari kelas XI MIPA 1, untuk menyampaikan pendapat
mengenai mosi perdebatan kali ini. Yaitu, mosi Pengaruh Sinetron Terhadap
Perkembangan Anak-Anak.
Pertama-tama sebelum kami menyampaikan pendapat mengenai mosi
tersebut. Perlu, kita semua ketahui. Bahwa sinetron merupakan singkatan dari sinema
elektronik. Sinetron adalah film, pertunjukan sandiwara, Sinetron-sinema sama
dengan TV-play,
sama dengan teledrama, sama dengan sandiwara ditelevisi, sama dengan film-televisi,
sama dengan lakon televisi. Persamaannya sama-sama ditayangkan di media audio-
visual yang bernama televise.
Lalu ada pula faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu
Asupan gizi, Gangguan fisik dan penyakit pada anak, Lingkungan keluarga,
Lingkungan sekolah, Permainan, Hobi, Sarana dan Fasilitas Pembelajaran. Karena
faktor tersebut, televisi yang merupakan salah satu sarana dan fasilitas pembelajaran
anak berarti memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak. Utama nya adalah
tontonan yang diberikan orangtua untuk anaknya.
Apabila peran orang tua dalam memilih tontonan anak kurang, bisa
berdampak negatif pada psikologi, terutama jika tayangan yang ditonton tidak sesuai
dengan umur dan tidak dikemas secara baik tanpa mempedulikan pendidikan dan
perkembangan jiwa anak.

Pro :
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa kami tim Pro setuju terhadap Mosi yang
diberikan dikarenakan :
1. Pengaruh Emosional
Emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup
perubahan- perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya, dan perubahan
perilaku. Chaplin (2002, dalam Safaria, 2009). Banyak sekali tayangan televisi yang
memang ditujukan untuk orang dewasa, namun kurangnya kesadaran dan
pengawasan orang tua mengenai klasifikasi usia dalam acara televisi yakni:
Klasifikasi A: Siaran untuk Anak-Anak, yakni khalayak berusia 7-12 tahun; C.
Klasifikasi R: Siaran untuk Remaja, yakni khalayak berusia 13-17 tahun; d.
Klasifikasi D: Siaran untuk Dewasa, yakni khalayak di atas 18 tahun; dan e.
Klasifikasi SU: Siaran untuk Semua Umur, yakni khalayak di atas 2 tahun.
Sehingga banyak sekali anak yang menonton tayangan yang memang mengandung
unsur kekerasan, mistik, gosip, pornografi, dan vulgarisme. Beberapa tayangan
televisi, terutama yang menampilkan adegan-adegan yang menakutkan atau
menegangkan, dapat membuat anak merasa cemas atau takut. Tayangan televisi yang
tidak sesuai dengan usia dan kematangan emosional anak dapat mempengaruhi pola
pikir dan psikologis mereka, Paparan tayangan televisi yang mengandung kekerasan
tersebut dapat mempengaruhi emosional anak dan akan berpengaruh dimasa
mudanya, sehingga sang anak dapat menjadi agresif.
Adapun penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh tayangan televisi terhadap
perilaku agresi anak usia dini di KB Kasih Bunda Desa Sumedangan, Kecamatan
Pademawu, Kabupaten Pamekasan menyimpulkan bahwa:
1) Ada Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Agresif Anak Usia Dini Di
KB
Kasih Bunda Desa Sumedangan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan Tahun
Pelajaran 2021/2022.
2) Besarnya Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perilaku Agresif Anak Usia Dini
Di KB Kasih Bunda Desa Sumedangan Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan
Tahun Pelajaran 2021/2022 yaitu 0.819924% (korelasi sempurna).

2. Perkembangan Kognitif
Patmonodewo (2003: 27) menjelaskan bahwa kognitif adalah pengertian yang luas
mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan
orang memperoleh pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk menggunakan
pengetahuan. Anak yang menonton tayangan televisi secara berlebihan dapat
mengganggu kemampuan anak untuk berkonsentrasi dan memperhatikan tugas-tugas
penting, seperti belajar atau bermain. Adapun masalah lainnya adalah menonton
televisi terlalu sering dapat menyebabkan kurangnya keterampilan anak dalam hal
interaksi sosial dengan lingkungannya serta kemampuannya dalam berbahasa. Hal ini
bisa membuat sang anak kesulitan berbicara dengan orang lain. Dalam hal lain juga
tayangan televisi dapat mempengaruhi cara berpikir anak dan Ketergantungan pada
televisi dapat menyebabkan anak menjadi malas, kurang produktif, dan kehilangan
minat pada hal-hal lain di luar televisi, Perkembangan kognitif pada anak memiliki
peranan yang penting bagi perkembangan pembelajaran anak, karena beberapa
aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah berpikir.

3. Perkembangan Sosial
Menurut Ahmad Susanto, perkembangan sosial merupakan “ Pencapaian kematangan
dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan
diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.”
Pada anak sendiri, perkembangan sosial berkaitan dengan bagaimana seorang anak
memiliki kemampuan untuk mengembangkan sikap kejujuran, percaya diri, dan juga
empati. Anak-anak yang menghabiskan banyak waktu menonton tayangan televisi
mungkin memiliki lebih sedikit kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dan
mengembangkan keterampilan sosial Sehingga hal tersebut berpengaruh dalam
perkembangan sosial anak. Anak yang banyak menonton televisi akan merasa
terlindungi dan kurang berpengalaman dalam berkomunikasi langsung. Dan juga
ketergantungan pada layar, yang membuat anak enggan melakukan kegiatan di luar
rumah atau berinteraksi dengan teman-teman secara langsung. Anak pun nantinya
akan menjadi lebih pasif dari pada teman-teman sebayanya. Adapun studi yang
dilakukan di Desa Mangempang, Indonesia, menemukan bahwa televisi mempunyai
dampak signifikan terhadap perilaku anak sekolah dasar. Studi tersebut menunjukkan
bahwa 83,6% responden percaya bahwa televisi berdampak pada perilaku mereka.

Kontra :
Dengan ini kami menyatakan kontra terhadap, mosi yang bertemakan pengaruh buruk
sinetron terhadap perkembangan anak.
Hal ini dikarenakan :
1. Peran orang tua
Orangtua memiliki peran yang penting dalam memilah-milih tontonan anak.
Pemilihan serta pengawasan orang tua terhadap tontonan yang baik dan mendidik
anak harus diperhatikan lagi. Orang tua lah yang menjadi sumber informasi bagi
anak, untuk menyaksikan film animasi apa yang dapat menjadi contoh dan dapat
mengontrol sejauh mana pemahaman anak. Supaya, menghindari kesalah pahaman
dalam menangkap informasi serta meniru adegan yang tidak sepatutnya ditiru oleh
anak dari film tersebut. Yang berarti, apabila anak terlepas dari pengawasan orang tua
akan bisa saja anak menonton film yang tidak harus nya ditonton. Yang berarti, bukan
salah penanyangan sinetron. Tetapi terdapat kelalaian orang tua dalam memilah dan
memilih tontonan untuk anak. Karena sinetron dan film lainnya memiliki jam tayang
masing-masing. Seharusnya orang tua, memiliki batasan waktu untuk anak menonton
TV, juga memilih Channel TV yang memang khusus untuk tayangan anak. Apalagi,
sekarang sudah memasuki era TV digital, karena hal ini merupakan masalah krusial
bagi para orang tua, karena pendiri channel TV anak menganggap sebuah keharusan
di era digital ini untuk mendirikan channel TV sesuai dengan tayangan anak. Contoh
channel TV nya adalah Kids Tv, nickjr, Cartoon Network, Cbeesbies, Boomerang.
Jadi, sinetron tidak lah menjadi alasan negatif untuk tumbuh kembang anak.
Tergantung pengawasan orang tua saja bagaimana, seberapa hati-hati mereka
mendidik nya.

2. Peran KPI
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) merupakan Lembaga independen yang ada di
pusat maupun tersebar di daerah yang memiliki wewenang menyusun dan juga
mengawasi berbagai peraturan penyiaran yang menghubungkan antara masyarakat
dengan Lembaga penyiaran juga dalam menertibkan program siaran lokal maupun
swasta.
Dilansir dari situs KPI provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tugas dan kewajiban
KPI meliputi:
•Menjamin masyarakat mendapatkan informasi layak dan benar sesuai hak asasi
manusia.
•Membantu regulasi infrastruktur di bidang penyiaran.
•Membangun iklim kompetisi sehat antarlembaga penyiaran dan juga industri terkait.
•Memelihara sistem informasi nasional yang merata, seimbang, dan adil. •Tugas KPI
selanjutnya ialah menampung, meriset, dan menindaklanjuti aduan mengenai
penyelenggaraan penyiaran.
• Menyusun strategi dan pengembangan sumber daya manusia profesional di bidang
penyiaran.
Jadi, apabila terdapat unsur seperti kekerasan, pornografi, dan unsur yang tidak baik
di pertontonkan. Sudah wewenang KPI untuk menegur dan memberhentikan film
tersebut. Lalu setiap film yang akan ditayangkan KPI akan menilai layak tidaknya
film tersebut. Apabila film tersebut, dirasa akan menimbulkan dampak negatif
biasanya akan di blokir penanyangan nya. Jadi, apabila ada sinetron yang ditayangkan
di TV artinya sudah lulus sensor.

3. Batasan usia
Setiap film yang diproduksi akan memiliki target pasarnya masing-masing, mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa. Dulu, penggolongan rating film terbagi menjadi
tiga, yaitu “Semua Umur (SU)”, “Remaja (R)”, dan “Dewasa (D)”. Namun, sejak
keluarnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 Tahun 2014 tentang Lembaga Sensor
Film, klasifikasinya berubah lebih rinci menjadi sebagai berikut.
• Semua Umur (SU), tapi konten film harus ramah anak.
• 13+: minimal usia saat menonton film ini 13 tahun (ke atas).
• 17+: minimal usia saat menonton film ini 17 tahun (ke atas).
• 21+: minimal usia saat menonton film ini 21 tahun (ke atas).
Seharusnya dengan ada pengelompokan film berdasarkan usia, bisa memahami dan
mudah untuk memilih tontonan sesuai umurnya. Lalu, pada sinetron biasanya
memiliki rating film 17+ . Jadi apabila anak dibawah umur 17 menonton film nya,
seharusnya orang tua dapat melarang dan mengganti channel TV sesuai dengan umur
nya.

4. Pemberian gadget
Pada kasus tertentu, bisa saja anak menonton sinetron pada gadget melalui sosial
media. Biasanya mereka menonton karena mereka sudah diberikan gadget oleh orang
tua ataupun keluarganya, dengan tujuan supaya anaknya tenang. Menurut World
Health Organization (WHO) and American Academy of Pediatrics (AAP)
menyarankan untuk tidak mengenalkan gadget pada anak di bawah usia 2 tahun. Para
ahli sepakat bahwa orangtua sebaiknya menunggu sampai anak berusia prasekolah
(sekitar usia 3 tahun ke atas) untuk mengenalkannya dengan media elektronik.
Namun, para ahli menyarankan, semakin lama menunda pemberiannya akan semakin
baik agar anak sudah semakin dewasa saat menggunakannya. Meskipun anak sudah
dibolehkan, tetap ada aturan yang perlu orang tua buat saat memberikan smartphone
untuk anak, seperti memberikan aplikasi pengawas pada gadget/handphone anak atau
anak memiliki batasan waktu dalam bermain gadget. Aplikasi pengawas anak,
biasanya memblokir situs yang memiliki unsur kekerasan dll, hanya memperbolehkan
untuk menonton pada media sosial yang ramah anak, memblokir semua situs
sehingga gadget tidak bisa digunakan, saat waktu penggunaan gadget telah habis.
Jadi, tidak bisa dijadikan alasan bahwa sinetron memiliki faktor negatif pada tumbuh
kembang anak. Karena pada kenyataannya banyak pihak telah menciptakan teknologi
untuk membantu orang tua dalam mengawasi anak pada masa tumbuh kembangnya
dan memberikan saluran televisi ramah anak sebagai sarana baik dalam membentuk
karakter anak.

Sinetron tidak memiliki dampak negatif pada tumbuh kembang anak. Apabila, si anak
terawasi dengan baik tontonan yang diberikan nya. Dalam kasus ini, mosi yang
diberikan tidaklah menjelaskan keadaan apakah sinetron telah ditonton oleh si anak
ataupun belum.

.
Daftar Pustaka

Annisa Karnesyia (2021) diakses dari


https://www.haibunda.com/parenting/20210810130624-59-231802/5-faktor-yang-
memengaruhi-perkembangan-anak-gizi-hingga-lingkungan-keluarga

Mochamad Riyanto, Dr.Mukhlis Paeni (2012) diakses dari


https://kpi.go.id/download/MoU/2012-10-22 MoU KPI dan LSF.pdf

Fitri Indriani (2014) diakses dari


https://uad.ac.id/id/televisi-dan-dampak-terhadap-karakter-anak/

Koki Air (2021) diakses dari


https://www.coursehero.com/file/83173130/TEKS-DEBATdocx/

Tri Febriyani Handini, M.Ridlwan, Ratno Abidin (2021/2022) diakses dari


https://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Pro/article/view/14987/5463

Desy Sintiawati (2013) diakses dari


http://eprints.undip.ac.id/43730/3/ARYAZKA_N_G2A009080_BabIIKTI.pdf

Zahrah Firyal Salma (2023) diakses dari


https://betterparent.id/dampak-negatif-tayangan-televisi-bagi-anak/

Asuransi Reliance (2017) diakses dari


https://asuransireliance.com/health/artikel/ini-dia-7-dampak-negatif-televisi-dan-tips-
mengatasinya/

Nurul Azmi (2014) diakses dari


https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/sceducatia/article/view/537
Fitri Indriani (2014) diakses dari
https://uad.ac.id/id/televisi-dan-dampak-terhadap-karakter-anak/

Wulandari.H, Kholic (2023) diakses dari


https://doi.org/10.5281/zenodo.8242517

Gerry.L.Fauzi (2023 diakses dari


\https://blog.visionplus.id/channel-tv-anak-terbaik-di-vision-2022/

Nia Heppy Lestari (2023) diakses dari


https://seleb.tempo.co/read/1691827/daftar-tugas-dan-fungsi-kpi-apakah-melakukan-
sensor-film

Dr.Carla Pramudita Susanto (2022) diakses dari


https://hellosehat.com/parenting/anak-6-sampai-9-tahun/perkembangan-anak/
menonton-film-berdasarkan-umur-anak/

Dr.S.T.Andreas,M.Ked(Ped),Sp.A (2022) diakses dari


https://hellosehat.com/parenting/anak-1-sampai-5-tahun/perkembangan-balita/
mengenalkan-gadget-pada-anak/
BIODATA PENULIS

Nama Siswa :Revi Alawiyah Muis


Kelas :XI-MIPA 1
Asal Sekolah :SMA KARTIKA XIX-1 BANDUNG
Tempat/Tanggal Lahir :Bandung,03 April 2007
Alamat Tempat Tinggal :Jl.Sulaksana
Email :revialawiyahmuisram@gmail.com
No HP (WA) :089604148866

BIODATA PENULIS

Nama Siswa :Mario Kombes Hasibuan


Kelas :XI-MIPA 1
Asal Sekolah :SMA KARTIKA XIX-1 BANDUNG
Tempat/Tanggal Lahir :Bandung,8 Juli 2007
Alamat Tempat Tinggal :Jl.Cicabe
Email :mariohasibuan@gmail.com
No HP (WA) :085861255553

BIODATA PENULIS

Nama Siswa :Anisa Cinde Lestari


Kelas :XI-MIPA 1
Asal Sekolah :SMA KARTIKA XIX-1 BANDUNG
Tempat/Tanggal Lahir :Bandung,26 juli 2006
Alamat Tempat Tinggal :Jl.Awiligar Raya Atas
Email :annisalstr26@gmail.com
No HP (WA) :085559006401

Anda mungkin juga menyukai