Anda di halaman 1dari 4

Film kartun atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari

pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film
animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek
gambar bergerak. Imajinasi dan daya cipta sang seniman memiliki porsi yang sangat tinggi dalam
membuat sebuah film kartun. Ciri khas dari film animasi adalah baik cerita, adegan, tokoh maupun
gambar nya begitu bebas dan seringkali melampaui atau menentang batas-batas realita dunia nyata.

Wayang kulit merupakan salah satu bentuk animasi tertua di dunia. Bahkan ketika teknologi
elektronik dan komputer belum diketemukan, pertunjukan wayang kulit telah memenuhi semua
elemen animasi seperti layar, gambar bergerak, dialog dan ilustrasi musik

http://red-string.blogspot.com

KONTRA

, JAKARTA -- Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengingatkan orang tua agar mewaspadai film
kartun dan animasi yang disiarkan sejumlah stasiun televisi di Indonesia. Kartun Bima Sakti (ANTV),
Little Krisna (ANTV), dan Tom & Jerry (ANTV, RCTI, dan Global TV) masuk dalam kategori film
berbahaya. Sementara Crayon Sinchan (RCTI) dan Spongebob Squarepants (Global TV) masuk
kategori hati-hati.

Komisioner KPI, Agatha Lily mengatakan bahwa film anak-anak Bima Sakti, Little Krisna, dan Tom
and Jerry, mengandung banyak muatan kekerasan. Baik kekerasan secara fisik maupun kekerasan
terhadap hewan. "Ini berbahaya jika ditontin anak-anak," ungkap Agatha, Selasa (23/9).

Bentuk kekerasan tersebut, di antaranya mengandung kekerasan fisik seperti mencekik, menonjok,
menjambak, menendang, menusuk dan memukul. Selain itu juga ada unsur kekerasan terhadap
hewan, penggunaan senjata tajam dan benda keras untuk menyakiti dan melukai seperti pisau, balok,
dan benda-benda lainnya.

KPI sudah memberikan teguran kedua stasiun televisi yang menyiarkan Bima Saksi. Sementara Little
Krisna (ANTV), dan Tom & Jerry sudah menyampaikan teguran pertama. "Jika tidak diperbaiki maka
kami akan minta penyiarannya dihentikan," ungkap Agatha. Stasiun televisi terkait diminta untuk
menghilangkan adegan-adegan kekerasannya, jika film tersebut tetap ingin ditayangkan.

Sementara untuk film Crayon Sinchan (RCTI) dan Spongebob Squarepants, KPI menyebut dalam
kategori hati-hati. Dalam tayangan tersebut ada banyak perkataan dan perbuatan yang tidak pantas
ditiru anak-anak. "Seperti adegan memelorotkan celana, balas dendam, dan hal lain yang tidak patut
dilihat anak-anak," ungkapnya.
http://www.republika.co.id

Dampak Buruk Menonton kartun

kematian Revino Siahaya, anak berusia 10 tahun, yang disinyalir bunuh diri akibat meniru gaya dalam film kartu
Naruto. Berdasarkan hasil penyelidikan pihak yang berwajib, memang tidak ada indikasi adanya pengaruh film
tersebut terhadap kematian Revino. Tetapi menurut KPI kasus ini menimbulkan keresahan dari masyarakat
bahwa film kartun Naruto mempunyai pengaruh buruk terhadap perilaku anak.
Kasus Naruto tersebut menambah panjang catatan ihwah film animasi kartun televisi yang mendapat protes
masyarakat. Kita tentu masih ingat, beberapa waktu silam film animasi kartun Sinchan dan Doraemon, banyak
mendapat kritik bagi masyarakat karena dinilai kurang edukatif dan tidak sesuai untuk anak-anak.

http://rezkirasyak.blogspot.co.id

Anomali kembali terjadi ,beberapa acara televisi anak-anak berakibat buruk untuk otak anak menurut
sebuah studi baru tentang menonton kartun. Dampaknya adalah anak-anak tidak bisa berkonsentrasi atau fokus
dengan baik setelah menonton film kartun tertentu.

Hal ini terungkap, seperti dirilis oleh CNN Health (12/09/2011), dari hasil penelitian oleh ahli dari University of
Virginia mengenai dampak film kartun yang mereka sebut dengan istilah “animated kitchen sponge” atau yang
kita kenal dengan kartun Spongebob terhadap kemampuan berpikir anak. Selain CNN Health, Washington Post
pun memberitakan hasil penelitian ini.

Peneliti dari University of Virginia tersebut melakukan pengujian terhadap 60 sampel anak usia 4 tahun dengan
memberikan perlakuan yang berbeda. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok: 20 anak kelompok pertama
diberikan tontonan 9 menit film kartun animasi cepat Spongebob, 20 anak kelompok kedua diberikan tontonan
film animasi lambat Calliou, dan 20 anak kelompok ketiga disuruh menggambar dengan krayon dan spidol.

Peneliti kemudian melakukan tes kemampuan berpikir anak setelah melakukan aktivitas tersebut. Hasilnya
adalah kelompok anak yang diberikan perlakuan untuk menonton film Spongebob paling buruk dibandingkan dua
kelompok anak lain. Para peneliti menduga bahwa otak mendapat overtaxed atau lelah dari rangsangan-
rangsangan cepat dari kartun animasi Spongebob.

American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan orangtua untuk membatasi anak-anak dari tontonan
televisi dan media hiburan lain (seperti video games dan lainnya) tidak lebih dari 1 sampai 2 jam per hari dan
tidak membiarkan anak berumur 2 tahun untuk menonton televisi sama sekali. Para peneliti juga mengatakan
bahwa ketika otak anak-anak yang masih berkembang dibombardir dengan stimulasi terlalu banyak, dapat
mengganggu kemampuan mereka untuk belajar fokus secara baik. Dia menyarankan bahwa orang tua
mengawasi apa yang anak-anak mereka menonton.

"Inti dari penelitian ini dan banyak penelitian lain adalah bahwa apa yang ditonton anak Anda sama pentingnya
dengan berapa banyak mereka tonton. Ini bukan tentang mematikan televisi, ini tentang mengubah saluran,"
kata Dr Dimitri Christakis, direktur Pusat Kesehatan Anak University of Washington dan penulis editorial di Jurnal
Pediatric.

Angelina Lillard dan Peterson Jenifer, peneliti yang melakukan riset tersebut sekaligus penulis jurnal,
mengatakan hanya dengan 9 menit anak menonton film kartun Spongebob tersebut telah memiliki efek negatif
pada fungsi eksekutif otak anak. Orang tua harus waspada terhadap hal ini, karena sedikitnya akan
mempengaruhi fungsi otak dalam jangka pendek.

1. Kurang memberikan edukasi yang dibutuhkan anak


2. Kurangnya pergaulan dengan anak-anak sebayanya
3. Dapat merusak kesehatan mata anak
4. Adegan buruk dari film kartun akan memengaruhi perilaku anak
5. Menurunkan kemampuan anak dalam berkonsentrasi
6. Memengaruhi imajinasi anak

https://keluarga.com/
PRO

Dampak positif
menonton film kartun tidak hanya memberi dampak yang kurang baik bagi pertumbuhan anak,
tetapi juga dapat memberikan dampak yang bagus tergantung dari film animasi apa yang
ditonton.
walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit pula dampak kurang baik yang ditimbukan,

salah satu dampak positif yang dapat diambil dari menonton film kartun adalah dapat
meningkatkan daya imajinatif anak-anak, membuat anak-anak lebih bisa mengelola dunia
imajinasinya.
selain itu, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari kegemaran menonton film kartun.

1. Sebagai sarana hiburan


2. Meningkatkan daya tangkap anak
3. Menanamkan nilai moral
4. Meningkatkan kreatifitas anak

http://ilhosensei.blogspot.co.id

Dampak Menonton Film Kartun Animasi di Televisi terhadap Perkembangan Cara


Bicara pada Anak Usia 2 Tahun sampai 4 tahun

Nur Arofa, Universitas Negeri Semarang.

Abstract

Penelitian tentang dampak menonton film kartun animasi di televisi terhadap perkembangan cara bicara
pada anak usia 2 tahun sampai 4 tahun dilatar belakangi oleh ketertarikan peneliti terhadap fenomena film
kartun animasi Dora The Explorer yang frekuensi pemutarannya sebanyak 3 sampai 4 kali setiap hari,
dimana film kartun animasi tersebut mempunyai dampak yang positif terhadap perkembangan cara bicara
pada anak usia 2 tahun sampai 4 tahun. Penelitian ini menggunakan teori behavioristik karena lebih
menekankan pada proses pemerolehan bahasa pertama dikendalikan dari luar diri si anak, yaitu oleh
rangsangan yang diberikan melalui lingkungan. Anak dianggap sebagai penerima aktif dari lingkungannya,
tidak memiliki peranan yang aktif dalam peranan perkembangan proses perilaku verbalnya. Proses
perkembangan bahasa ditentukan oleh lamanya latihan yang diberikan oleh lingkungannya. Penelitian
mengenai dampak menonton film anak-anak di televisi terhadap cara bicara anak ini merupakan penelitian
kualitatif. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data, gambaran, atau uraian tersebut akan digunakan
wawancara dari pertanyaan-pertanyaan yang bersifat open-ended dengan orang tua dari anak tersebut
yang menjadi subjek penelitian. Dalam penelitian ini, data akan diperoleh melalui observasi langsung
(direct observation),dengan mencoba mengamati perilaku dan cara bicara subjek. Sedangkan alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data tersebut adalah kapabilitas dari peneliti. Pedoman yang digunakan
dalam wawancara adalah tidak terstruktur, Wawancara dalam penelitian ini bersifat open-ended atau
terbuka. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Film kartun
animasi Dora The Explorer mempunyai pengaruh positif pada anak-anak usia 2 tahun sampai 4 tahun
karena terbukti dengan menonton film kartun animasi tersebut, mereka dapat menambah kosakata baru
dan menjadikannya sebagai gaya bahasa mereka sehari-hari serta perkembangan cara bicara anak
menjadi lebih baik. Proses perkembangan bahasa khususnya cara bicara ditentukan oleh keadaan
biologisnya yang disertai dengan lingkungan yaitu dengan memberikan stimulus berkali-kali untuk
mengatakan sesuatu dan memberikan arahan kepada orang tua agar mendampingi anak ketika menonton
televisi serta para pengusaha televisi agar lebih bijaksana dalam memberikan program acara televisi
khususnya program acara anak-anak.
http://lib.unnes.ac.id
Meningkatkan Emosional Anak

dora-diegoILUSTRASI ini adalah karakter Dora, Boots dan Diego, tokoh kartun yang sekarang banyak
diminati anak-anak. Film kartun memang merupakan produk televisi (TV) yang paling disukai anak-
anak. Tapi tahukah Anda, seperti apa dampak film kartun terhadap kecerdasan anak? Ternyata,
menonton film kartun dalam batas-batas tertentu, bisa berpengaruh secara positif terhadap
kecerdasan emosional anak.

Setidaknya, ini adalah hasil studi yang dilakukan Mar’aty (2000), seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi
Universitas Hasanuddin, terhadap sekelompok anak berusia 11 – 13 tahun di Makassar. Mar’aty
menjadikan perilaku menonton film kartun sebagai variabel bebas (mempengaruhi) dan dibedakan
dalam tiga sub variabel, yakni frekuensi menonton, intensitas menonton dan jenis film kartun yang
disenangi. Ketiga sub variabel itu kemudian dianalisa silang dengan variabel kecerdasan emosional
Anak sebagai variabel dependen (terkena dampak).

Awalnya ditemukan korelasi yang negatif. Anak-anak yang menonton film kartun dengan intensitas
tinggi cenderung memiliki skor kecerdasan emosional yang rendah. Dengan kata lain, semakin tinggi
frekuensi menonton film kartun semakin rendah kecerdasan emosional anak. Tapi pada sub variabel
kedua diperoleh hasil positif. Anak-anak yang memiliki skor kecerdasan emosional yang tinggi
umumnya mereka yang menonton film kartun dengan frekuensi sedang (tidak berlebihan). Hal
sebaliknya terjadi pada anak-anak yang sedikit meluangkan waktu untuk menonton film kartun
maupun mereka yang terlalu lama menonton film kartun. Korelasi positif juga ditemukan pada sub
variabel ketiga. Anak-anak yang menggemari film kartun petualangan memiliki skor kecerdasan
emosional lebih baik dibanding anak-anak lain yang menggemari film kartun komedi dan film kartun
keluarga.

Penelitian ini akhirnya menyimpulkan: film kartun, terutama yang bercerita petualangan, dapat
berpengaruh positif pada kecerdasan emosional anak jika ditonton dengan intensitas sedang (cukup)
dan tidak terlalu sering. Dalam studi ini, yang dimaksud film kartun petualangan adalah film kartun
yang bercerita tentang kisah-kisah kepahlawanan. Adapun yang dimaksud ‘frekuensi menonton
rendah’ adalah tidak lebih dari 4 judul dalam sepekan, sedangkan ‘intensitas menonton sedang’
tidak lebih dari 30 menit setiap kali menonton film kartun.

Kecerdasan emosioanal murid diamati dari perilaku mereka dalam mengendalikan amarah,
mengekspresikan kegembiraan, menyelesaikan pekerjaan dan empati kepada teman lain yang
terkena musibah, serta kepopuleran (kemampuan bergaul/bersosialisasi) mereka. Anak-anak yang
diteliti adalah sekelompok siswa (kelas I A) di SMP Negeri 6 Makassar (salah satu sekolah unggulan di
Makassar).

https://rumahsejutaide.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai