Anda di halaman 1dari 150

MODUL PEMBELAJARAN

OPERATOR LOKAL COAL HANDLING


EP ACADEMY

PT INDONESIA POWER
PLTU JAWA BARAT 2 PELABUHAN RATU
OPERATION & MAINTENANCE SERVICE
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang
diberikan sehingga Modul Pembelajaran Operator Lokal Coal Handling ini dapat kami selesaikan.
Sholawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan modul ini dilakukan dalam rangka mendukung program akselerasi percepatan
kompetensi operator local Coal Handling pada khususnya, serta sebagai lanjutan program EP
Academy di PLTU JABAR 2 Pelabuhan Ratu. Selain itu tidak lupa pula penyusun ucapkan terima
kasih kepada:
1. Manajemen PT. Indonesia Power PLTU Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu
2. Manajemen PT. Cogindo Daya Bersama PLTU Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu
3. Tim pengelola diklat PLTU Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu
4. SPS & SP Operasi Penyaluran Energi Primer & Abu PLTU Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu
5. Tim Operator Coal Handling PLTU Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu
6. Pihak-pihak lain yang turut membantu penyusunan dalam bentuk apapun yang tidak
disebutkan satu per satu.
Pada akhirnya, mudah-mudahan Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu terlaksananya program ini. Tentunya dalam penyusunan modul ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kami menerima saran dan kritikan yang
membangun demi tercapainya tujuan jangka panjang modul ini. Semoga modul ini membawa
manfaat untuk semua.

Palabuhanratu, Desember 2021

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... 3
ABSTRAK .......................................................................................................................................... 4
BAB I : KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)........................................................................... 5
BAB II : WORK PERMIT DAN LOTO ................................................................................................ 10
BAB III : PENGOPERASIAN PERALATAN ......................................................................................... 15
01. DESKRIPSI PERALATAN BELT CONVEYOR ........................................................................... 17
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN BELT CONVEYOR ................................................................. 32
03. PENANGANAN GANGGUAN BELT CONVEYOR ................................................................... 37
01. DESKRIPSI PERALATAN RETRACTABLE HEAD PULLEY (RHP) .............................................. 41
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN RETRACTABLE HEAD PULLEY (RHP) .................................... 50
03. PENANGANAN GANGGUAN RETRACTABLE HEAD PULLEY (RHP) ...................................... 56
01. DESKRIPSI PERALATAN MAGNETIC SEPARATOR ................................................................ 60
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN MAGNETIC SEPARATOR...................................................... 66
03. PENANGANAN GANGGUAN MAGNETIC SEPARATOR ........................................................ 76
01. DESKRIPSI PERALATAN ROLLER SCREEN ............................................................................ 78
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN ROLLER SCREEN .................................................................. 82
03. PENANGANAN GANGGUAN ROLLER SCREEN .................................................................... 91
01. DESKRIPSI PERALATAN CRUSHER....................................................................................... 94
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN CRUSHER ............................................................................ 98
03. PENANGANAN GANGGUAN CRUSHER............................................................................. 105
01. DESKRIPSI PERALATAN COAL PLOUGH ............................................................................ 108
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN COAL PLOUGH ................................................................ 117
03. PENANGANAN GANGGUAN COAL PLOUGH .................................................................... 129
01. DESKRIPSI PERALATAN COAL BUNKER ............................................................................. 135
02. ROUTINE WORK COAL BUNKER ....................................................................................... 138
01. DESKRIPSI PERALATAN DUST SUPRESSION SYSTEM (DSS) .............................................. 140
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN DUST SUPRESSION SYSTEM (DSS) .................................... 145
03. PENANGANAN GANGGUAN DUST SUPRESSION SYSTEM (DSS) ...................................... 148
BIODATA PENYUSUN................................................................................................................... 150

3
ABSTRAK

Coal Handling merupakan salah satu fasilitas infrastruktur yang sangat vital dalam
system PLTU. Coal Handling berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan bahan bakar harian
operasional PLTU. Kegiatan utama Coal Handling yaitu melakukan transfer batubara baik
pembongkaran dari tongkang menuju Coal Yard atau pun untuk pengisian Coal Bunker.
Gangguan pada peralatan Coal Handling dapat memberikan dampak yang sangat signifikan
pada operasional PLTU. Kompetensi operator yang sigap dan cekatan dalam menangani
gangguan sangat diperlukan untuk kelangsungan operasional Coal Handling pada khususnya,
serta operasional PLTU pd umumnya.

Kata kunci : Coal Handling, PLTU, batubara, operator, kompetensi

4
BAB I
KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3)

A. Pengertian K3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang
lain. Prosedur tan aturan tentang K3 telah diatur dalam Undnag-undang Nomor 1 tahun
1970 teentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

B. Identifikasi Risiko K3 Di Area Kerja

❖ Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak direncanakan, tidak
diinginkan, dan tidak diduga sebelumnya. Kecelakaan dapat terjadi sewaktu- waktu
dan mempunyai sifat merugikan terhadap manusia (cedera) maupun peralatan atau
mesin (kerusakan) yang mengakibatkan dampak negatif kecelakaan terhadap
manusia, peralatan, dan produksi, akibatnya kegiatan kerja terhenti secara
menyeluruh.

❖ Penyebab kecelakaan Kerja


Setiap kecelakaan selalu ada penyebabnya yang tidak diketahui atau
direncanakan sebelumnya. Hasil studi memperlihatkan grafik proporsi penyebab
kecelakaan yang disebabkan oleh tindakan karyawan tidak aman (88%), kondisi kerja
tidak aman (10%), dan diluar kemampuan manusia (2%). Grafik tersebut diperoleh
dari hasil statistik tentang kecelakaan pekerja pada perusahaan industri secara umum
tidak hanya industri pertambangan. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa manusia
sebagai penyebab terbesar kecelakaan. Berikut akan diuraikan penyebab-penyebab
terjadinya kecelakaan.

5
1. Tindakan karyawan yang tidak aman
Dapat ditinjau dari pemberi pekerjaan, yaitu bisa Pengawas, Foreman, Super-
intendent, atau Manager; dan dari karyawannya sendiri.
a. Tanggung jawab pemberi pekerjaan
1. Instruksi tidak diberikan.
2. Intstruksi yang diberikan tidak benar
3. Alat Perlindungan Diri (APD) tidak diberikan
4. Tidak dilakukan pemeriksaan yang teliti terhadap peralatan dan
pekerjaan.
b. Tindakan atau kelakukan karyawan
1. Tergesa-gesa atau ingin cepat selesai
2. Alat proteksi diri yang tersedia tidak dipakai
3. Bekerja sambil bergurau
4. Tidak mencurahkan perhatian pada pekerjaan
5. Tidak mengindahkan peraturan dan instruksi
6. Tidak berpengalaman
7. Posisi badan yang salah
8. Cara kerja yang tidak benar
9. Memakai alat yang tidak tepat dan aman
10. Tindakan teman sekerja

2. Kondisi kerja yang tidak aman


Dapat ditinjau dari peralatan atau mesin yang bekerja secara tidak aman dan
keadaan atau situasi kerja tidak nyaman dan aman.
a. Peralatan atau benda-benda yang tidak aman, antara lain :
1. Mesin atau peralatan tidak dilindungi
2. Peralatan yang sudah rusak
3. Barang-barang yang rusak dan letaknya tidak teratur

6
b. Keadaan tidak aman
1). Lampu penerangan tidak cukup
2). Ventilasi tidak cukup
3). Kebersihan tempat kerja
4). Lantai atau tempat kerja licin
5). Ruang tempat kerja terbatas
6). Bagian-bagian mesin berputar tidak dilindungi

3. Diluar kemampuan manusia (Act of God)


Penyebab kecelakaan ini dikategorikan terjadinya karena kehendak Tuhan atau
takdir. Prosentase kejadiannya sangat kecil, maksimal 2%, dan terkadang tidak
masuk akal, sehingga sulit dijelaskan secara ilmiah. Penyebab kecelakaan dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu pendorong atau pembantu terjadinya
kecelakaan, dan penyebab langsung kecelakaan.

❖ Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja


Berikut ini adalah jenis-jenis kerugian yang muncul akibat kecelakaan, yaitu:
JENIS KERUGIAN AKIBAT KERUGIAN
TERHADAP KARYAWAN • Cacat atau cidera

• Meninggal
TERHADAP KELUARGA • Kesedihan
• Kehilangan penghasilan
TERHADAP PERUSAHAAN • Kehilangan tenaga kerja
• Mesin atau peralatan rusak
• Biaya pengobatan
• Biaya kompensasi

• Biaya perbaikan

7
❖ Pencegahan Kecelakaan Kerja
Pencegahan Kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda
peringatan. Tanda peringatan memiliki warna dan makna yang berbeda, antara lain :

Warna Makna Keterangan Contoh


Merah Penanda Tindakan yang tidak boleh
larangan di lakukan
Penanda Mematikan,mengevakuasi,
bahaya mengoperasikan alat-alat
darurat, dan menghentikan
Tindakan

Peralatan Identifikasi peralatan dan


pemadam api lokasinya

Kuning Penanda Berhati-hati, ambillah


peringatan Tindakan pencegahan, dan
lakukan dengam hati-hati

Biru Penanda Intruksi harus di ikuti,


perintsah peralatan yang di tunjukkan
harus dikenakan

8
Hijau Penanda Rute keluar darurat atau
informasi lokasi pos P3K
keselamatan

C. Near Miss

❖ Pengertian
Near Miss adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan serta tidak
mengakibatkan cidera, penyakit, atau kerusakan property tetapi memiliki potensi
untuk mengakibatkan kerugian maupun kecelakaan kerja. Pelaporan near miss
merupakan langkah proaktif untuk mencegah terjadinya kecelakaan di lingkungan
kerja.

❖ Prosedur Pelaporan Near Miss


Untuk melaporkan kejadian near miss di lingkungan pembangkit yang dikelola
PT. Indonesia Power, digunakan aplikasi NEARMISS yang dapat diinput oleh setiap
user.

9
BAB II
WORK PERMIT DAN LOTO

A. Work Permit

❖ Pengertian Work Permit


Work permit adalah dokumen izin kerja yang mengacu pada Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) untuk memastikan bahwa pekerjaaan
dilakukan dengan aman dan efisien. Work permit juga bisa dipakai untuk
mengidentifikasi sebuah pekerjaan yang akan dilakukan serta potensi-potensi
bahaya yang akan timbul

10
❖ Ruang lingkup Work Permit
1. Work Permit Internal
Dokumen yang di perlukan untuk membuat work permit internal:

Jenis Dokumen Keterangan


Work Order Dokumen yang berisi tentang perintah untuk
melakukan
pekerjaan internal di lingkungan PT Indonesia Power
JPROMU.
Job Safety Analysis (JSA) Dokumen yang berisikan tentang Teknik/metodol
pengendalian bahaya ditempat kerja ogibeserta
mitigasinya. dengan

2. Work Permit Eksternal


Dokumen yang di perlukan untuk membuat Work Permit Eksternal antara
lain :

No Jenis Dokumen Keterangan


1 Surat Perintah Kerja (SPK)/ Dokumen yang berisi tentang perintah untuk melakukan
LoI (Letter of Intent) pekerjaan di lingkungan PT Indonesia Power JPR OMU.
2 Job Safety Analysis (JSA) Dokumen yang berisikan tentang Teknik/metodologi
pengendalian bahaya ditempat kerja beserta dengan
mitigasinya.
3 Surat keterangan sehat Dokumen yang dikeluarkan oleh dokter dan diterbitkan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan untuk memastikan bahwapekerja
dalam kondisi Fit to Work.

4 Asuransi Ketenagakerjaan Dokumen yang berisikan tenatang bukti kepesertaanasuransi


ketenagakerjaan untuk memastikan bahwa semua
pekerja telah dijamin oleh asuransi ketenagakerjaan.
5 Foto Copy KTP Dokumen yang dijadikan rujukan bahwa pekerja bukanlah
anak dibawah umur.
6 SKCK (Surat Keteranagn Dokumen yang dijadikan rujukan bahwa pekerja bukan
Catatan Kepolisian) termasuk daftar pencarian orang pihak kepolisian.
7 CV Pengawas Pekerjaan Dokumen yang dijadikan rujukan mengenai penanggung
jawab pekerja dilapangan.

11
B. LOTO ( LOCK OUT TAG OUT )

❖ PENGERTIAN
LOTO (Lock Out Tag Out) adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
mengisolasi energi agar pekerja dapat bekerja dengan aman. Selain itu LOTO juga
merupakan sarana komunikasi dilapangan untuk memastikan kesiapan
pengoperasian suatu peralatan/equipment

Gambar Nama Fungsi

Pad Locks Berfungsi untuk melakukan Lock pada


sistem LOTO. Biasanya masing-masing
bidang memiliki 1 untuk dipasang
diperalatan yang sedang diLOTO

12
Hasps Locks Berfungsi sebagai “Terminal” Pad
locks agar dapat dipasang beberapa pad
lock

Valve locks Berfungsi untuk memberi peringatan


pada handwheel valve agar tidak
dioperasikan

MCB Locks Berfungsi untuk memberi peringatan


pada MCB agar tidak diaktifkan

❖ Prosedur Pemasangan LOTO


Tata cara pembuatan dan pemasangan LOTO :
1. Mengisi Formulir work permit
2. Mengisi formulir daftar peralatan LOTO
3. Melakukan tagging peralatan
4. Memastikan peralatan yang di tagging aman dan tidak dapat
dioperasikan

Tata cara pemasangan LOTO, harus mengikuti 4 syarat berikut ini, yaitu :

1. Harus menggunakan HASPS


2. Harus digembok dengan padlock device sesuai bidangnya masing-
masing

13
3. Harus Menggunakan LOTO device yang sesuai
4. Harus diberi label dengan tagging card

Penggunaan padlock device disesuaikan dengan bidang masing-masing


sesuai dengan warna pada padlock :

Merah Bidang Operasi

Biru Bidang Pemeliharaan mekanik

Kuning Bidang Pemeliharaan Listrik

Hijau Bidang Pemeliharaan Instrumen

Tata cara pengisian Kartu tangging


STATION Diisi dengan nama dan lokasi breaker yang di
LOTO
DANGER TAG NO Diisi berdasarkan safety register formulir work
permit internal
EQUIPMENT Diisi nama peralatan yang di LOTO
TAGGED BY Diisi dengan :
• Nama Regu
• Nama Supervisor operasi

REMARKS Diisi catatan tambahan untuk memberi


informasi kepada bidang lain tentang
pengoperasian alat tersebut

14
BAB III
PENGOPERASIAN PERALATAN

Coal Handling Facility terdiri atas berbagai peralatan yang terintegrasi ke dalam satu
system, di mana dikendalikan oleh berbagai operator yang dikoordinasikan oleh
Operator Coal Handling Control Room. Berikut ruang lingkup Modul Pembelajaran
Operator Lokal Coal Handling :
1. Pengoperasian dan Troubleshooting Belt Conveyor
2. Pengoperasian dan Troubleshooting Retractable Head Pulley
3. Pengoperasian dan Troubleshooting Magnetic Separator
4. Pengoperasian dan Troubleshooting Roller Screen
5. Pengoperasian dan Troubleshooting Crusher
6. Pengoperasian dan Troubleshooting Plough Tripper
7. Pemantauan Level Coal Bunker
8. Pengoperasian dan Troubleshooting Dust Suppression System

15
DESKRIPSI
PERALATAN

PROSEDUR
PENGOPERASIAN

PENANGANAN
01. BELT GANGGUAN

CONVEYOR

16
01. DESKRIPSI PERALATAN

1.1 FUNGSI & PRINSIP KERJA PERALATAN

Belt Conveyor merupakan salah satu alat terpenting dalam Coal Handling system,
di mana fungsinya sebagai transportasi utama dalam pembongkaran batubara. Belt
Conveyor menghubungkan jalur-jalur transportasi batubara, baik dari Jetty, Stacker
Reclaimer (STRE), Coal Yard, dan Coal Bunker. Belt Conveyor tersusun atas belt yang
membentang dan digerakkan oleh motor yang terhubung dengan gearbox dan pulley.
Berikut susunan penomoran Belt Conveyor (BC) :
• BC 00 : menghubungkan unloading dari Ship Unloader (SU) hingga Transfer
Tower no. 00
• BC 01 A&B : menghubungkan Transfer Tower no. 00 hingga Transfer Tower
no. 01
• BC 02 A&B : menghubungkan Transfer Tower no. 01 hingga Transfer Tower
no. 02
• BC 03 A&B : menghubungkan Transfer Tower no. 02 hingga Transfer Tower
no. 03
• BC 04 A&B : menghubungkan Transfer Tower no. 03 hingga Transfer Tower
no. 04
• BC 05 A&B : menghubungkan jalur distribusi Coal Bunker di Bunker Bay
• BC 06 A : menghubungkan Transfer Tower no. 01 hingga jalur STRE A dan
Ending House (EH) A di Coal Yard A
• BC 06 B : menghubungkan Transfer Tower no. 02 hingga jalur STRE B dan
Ending House (EH) B di Coal Yard B

17
1.2 KOMPONEN UTAMA PERALATAN
A. BELT
Belt merupakan komponen utama yang terbuat dari material rubber atau sejenis,
berfungsi sebagai transportasi batubara dari lokasi tertentu sesuai penomorannya.

B. IDLER
Idler berfungsi untuk menyangga belt. Berdasarkan fungsinya idler terbagi dalam
beberapa jenis :
1. Carrying Idler
Berfungsi untuk menjaga belt pada bagian yang berbeban atau sebagai roll
penunjang belt bermuatan batubara

18
2. Return Idler
Berfungsi untuk menyangga belt dengan arah putaran balik

3. Steering Idler
Berfungsi untuk menjaga kelurusan BC agar tidak jogging (bergerak ke
kiri/kanan)

4. Impact Idler
Berfungsi untuk menahan belt agar tidak sobek/rusak akibat batu bara yang
jatuh dari atas.

19
5. Steering Return Idler
Berfungsi untuk menjaga kelurusan belt arah balik agar tidak jogging (bergerak
ke kiri/kanan)

C. PULLEY
Berdasarkan fungsinya, pulley terbagi menjadi beberapa jenis :
1. Drive / Head Pulley
Pulley yang terhubung langsung dengan peralatan penggerak yang berfungsi
untuk memutar belt saat dioperasikan.

2. Tail Pulley
Berfungsi untuk memutar kembali arah putaran belt menuju ke arah Drive
Pulley.

20
3. Bend Pulley
Berfungsi untuk membelokkan arah laju belt.

4. Snub Pulley
Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tegangan pada Drive Pulley dan Tail
Pulley.

5. Take Up Pulley
Berfungsi untuk menjaga ketegangan belt.

21
D. PENGGERAK
Untuk unit penggerak sendiri terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1. Motor
Motor merupakan penggerak utama Belt Conveyor.

2. Kopling
Kopling berfungsi untuk meneruskan putaran ke gearbox yang kemudian
untuk diteruskan ke Pulley.

3. Gear Box
Gear Box berfungsi untuk mereduksi putaran motor untuk di teruskan ke
Pulley sesuai putaran yang diinginkan.

22
E. CLEANER
Berfungsi untuk membersihkan sisa material yang masih menempel pada belt arah
balik. Berasarkan letak dan bentuknya Cleaner terbagi beberapa jenis, yaitu :
▪ Primary Belt Cleaner
▪ Secondary Belt Cleaner
▪ V-Cleaner
▪ Diagonal Cleaner

F. COUNTER WEIGHT
Counter Weight adalah pemberat yang terhubung dengan Take Up Pulley yang
berfungsi untuk mengatur ketegangan Belt.

23
G. CHUTE
Berdasarkan letaknya Chute terbagi 2 jenis, yaitu :
▪ Inlet Chute
▪ Outlet Chute

H. LOADING SKIRT
Loading Skirt merupakan bagian dari Belt Conveyor yang dipasang pada bagian kiri dan
kanan belt pada tempat curahan agar material tidak tumpah.

24
1.3 PROTEKSI & INSTRUMENTASI
A. PULL CORD
Pull Cord adalah alat proteksi yang berfungsi untuk memberhentikan BC dengan
cara menarik tali yang dipasang sepanjang belt sisi kiri dan kanan secara manual
apabila ada gangguan atau kelainan pada belt.

B. BELT SWAY
Belt Sway adalah alat proteksi yang berfungsi untuk memberhentikan BC apabila
terjadi unbalance / jogging (belt bergerak ke kiri atau kanan tidak pada posisi
tengah) secara otomatis.

25
C. TEAR SWITCH
Tear Switch adalah suatu pengaman yang difungsikan untuk memberhentikan
motor Belt Conveyor apabila ada belt putus.

D. SPEED SENSOR
Berfungsi untuk memberhentikan Belt Conveyor apabila terjadi putaran Drive
Pulley berlebih.

26
E. UNDER SPEED SENSOR
Berfungsi memberhentikan Belt Conveyor apabila belt mengalami slip/putaran
Tail Pulley pelan.

F. BELT TENSION SWITCH


Memberhentikan Belt Conveyor jika terjadi gangguan putus belt.

27
G. PLOUGH CHUTE
Memberhentikan Belt Conveyor jika terjadi blocking di Chute.

H. ALARM
Memberikan tanda ketika Belt Conveyor akan dioperasikan.

I. FIRE DETECTOR
Mengaktifkan Sprinkle Hydrant jika terjadi kebakaran di lokal area.

28
1.4 P&ID / SCHEMATIC DIAGRAM

29
30
31
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN

2.1 PERSIAPAN
▪ Prosedur Singkat Pemeriksaan dan Pengoperasian
Sebelum mengoperasikan Belt Conveyor terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya meliputi beberapa persiapan maupun pemeriksaan baik
terhadap personel, lingkungan kerja, maupun kondisi perlatan.

▪ Persiapan Sebelum Pengoperasian Belt Conveyor


1. Siapkan peralatan kerja yang digunakan, pastikan membawa radio HT dan
logsheet
2. Gunakan APD yang telah ditentukan seperti safety shoes, wearpack, safety
helmet, masker, sarung tangan kain, dsb.
3. Jika ada suatu perbaikan/ pemeliharan pada Belt Conveyor, konfirmasikan
pekerjaan yang akan atau sedang dilakukan dengan bidang pemeliharaan dan
CHCR apakah berpengaruh dengan pengoperasian. Apabila sudah memastikan
bahwa pemeliharaan tidak menggangu jalannya operasi maka bisa melakukan
pengoperasian Belt Conveyor

▪ Pemeriksaan komponen peralatan Belt Conveyor


1. Memastikan tidak ada LOTO yang terpasang.
2. Memastikan power supply dalam keadaan ON
3. Memastikan kondisi belt dalam keadaan normal
4. Memastikan level oli gearbox dalam keadaan normal
5. Memastikan Safety Plug di Fluid Coupling dalam keadaan normal
6. Memastikan Chute aman dari blocking

32
7. Memastikan semua Idler dalama keadaan normal dan aman dari
tumpukan batu bara meliputi: Carrying idler, Return idler, Impact Idler,
Steering idler dan Steering return idler
8. Memastikan semua pulley dalama keadaan normal dan aman dari
tumpukan batu bara meliputi : Drive pulley, Tail pulley, Snub pulley, Bend
pulley, dan Take up pulley
9. Memastikan Counter Weight normal dan aman dari tumpukan batu bara.
10. Memastikan proteksi dalam keadaan release

2.2 PROSEDUR START


A. START REMOTE
1. Lakukan langkah persiapan
2. Arahkan selektor yang ada di panel lokal ke posisi REMOTE

3. Informasikan kepada CHCR bahwa belt siap dioperasikan


4. Operator CHCR START Belt Conveyor dari DCS
5. Memastikan Belt Conveyor sudah beroperasi dengan normal di lokal

33
B. START LOKAL
1. Lakukan langkah persiapan
2. Release brake dari panel lokal
3. START Alarm dari panel lokal
4. Informasikan kepada Operator CHCR Belt Conveyor siap dioperasikan
5. START Belt Conveyor dari panel lokal

2.3 MONITORING
Setelah Belt Conveyor beroperasi, operator wajib melaksanakan patrol check
secara berkala. Hal-hal yang di lakukan ketika patrol check, yaitu :
1. Memastikan Chute aman dari potensi blocking
2. Memastikan peralatan masih aman secara visual meliputi :
▪ Idler
▪ Pulley
▪ Belt
▪ Motor
▪ Fluid Coupling
▪ Cleaner
3. Memeriksa parameter peralatan,meliputi :
▪ Temperatur
▪ Level oli
34
2.4 PROSEDUR STOP
A. STOP REMOTE
1. Pastikan tidak ada material yang masih diatas Belt Conveyor
2. Informasikan kepada operator CHCR untuk STOP Belt Conveyor dari DCS
3. Pastikan Belt Conveyor sudah dalam kondisi stop
4. Informasikan kepada operator CHCR bahwa Belt Conveyor telah stop
B. STOP LOKAL
1. Pastikan tidak ada material yang masih diatas Belt Conveyor
2. Informasikan kepada operator CHCR Belt Conveyor akan di stop
3. Tekan tombol STOP pada local box
4. Tekan tombol BRAKE CLOSE pada local box
5. Pastikan Belt Conveyor sudah dalam kondisi stop
6. Menginformasikan kepada operator CHCR bahwa Belt Conveyor sudah
dalam kondisi stop

2.5 HOUSEKEEPING DAN FIRST LINE MAINTENANCE


▪ HOUSE KEEPING
Housekeeping adalah tindakan operator untuk membersihkan area di
sekitar peralatan agar bersih dan rapi. Berikut housekeeping yang dilakukan
operator pada peralatan Belt Conveyor
▪ Cleaning motor BC
▪ Cleaning panel local box
▪ Meletakkan peralatan yang sudah tidak terpakai ke tempat semula
▪ Cleaning tumpahan batu bara yang berada di sekitaran Belt Conveyor

▪ FIRST LINE MAINTENANCE


First Line Maintenance adalah tindakan pertama yang dilakukan oleh
operator ketika ada peralatan yang abnormal. Berdasarkan jenisnya First Line
Maintenance terdiri dari beberapa , yaitu :

35
1. Lubricating
First Line Maintenance yang dilakukan operator yaitu dengan cara
melumasi peralatan. Beberapa contoh FLM lubricating di area BC adalah :
▪ Greasing pulley
▪ Top up oli gearbox
▪ Melumasi idler yang macet menggunakan WD
2. Tightening
First Line Maintenance yang dilakukan oleh operator dengan cara
mengencangi baut ketika ada baut yang kendor. Beberapa contoh FLM
Tightening adalah :
▪ Setting Primary Belt Cleaner
▪ Memasang rubber cover yang lepas
▪ Setting rubber skirt
3. Fault Finding dan Tagging
First Line Maintenance yang di lakukan operator ketika ada peralatan yang
abnormal dengan cara melaporkan ke Supervisor dan membuat service
request dan menandai peralatan yang abnormal. Beberapa contoh FLM
tagging antara lain :
▪ Menandai Idler yang abnormal dan melaporkan ke Supervisor
▪ Menandai Belt yang abnormal (sobek/berlubang)
▪ Menandai Rubber skirt yang sobek menggunakan pylox

36
03. PENANGANAN GANGGUAN
NO. JENIS GANGGUAN TROUBLESHOOTING PENANGANAN
PENYEBAB
1. Chute Blocking 1. Batu bara lengket 1. Patrol Chute secara
2. Flowrate terlalu besar berkala
2. Pastikan chute bersih
dari tumpukan batu
bara sebelum
digunakan
2. Belt Jogging 1. Curahan tidak center 1. Pastikan semua Idler
2. Banyak Idler yang berputar.
macet 2. Adjust Steering Idler
3. Banyak Rubber 3. Pastikan curahan batu
lagging yang tidak bara center ke Belt
normal Conveyor
4. Pemasangan frame 4. Pastikan tidak ada
yang tidak lurus tumpukan batu bara
yang menutupi pulley
3. Belt tidak Running 1. Supply power OFF 1. Pastikan POWER ON
setelah dilakukan 2. Ada proteksi yang dan tidak fault di
START masih aktif dan belum breaker
release 2. Jika ada indikasi fault
3. Breaker trip maka lakukan rack-
4. Relay Running putus out & rack-in pada
breaker
3. Pastiakan supply
power ON di local
panel

37
4. Periksa Relay Running
5. Pastikan brake release
6. Pastikan rubber
coupling normal
4. Belt Slip 1. Banyak material yang 1. Pastikan semua idler
menumpuk di di area berputar, jika idler
pulley dan idler tidak berputar maka
2. Banyak rubber lagging lakukan lubricating
yang abnormal idler menggunakan
3. Belt melebihi rust penetrant
kapasitas daya angkut 2. Pastikan semua Idler
dan pulley tidak
tertimbun batu bara,
jika ada yang
tertimbun batu bara
maka segeralah
cleaning tumpukan
tersebut
5. Temperatur Bearing 1. Level oli di batas 1. Lakukan top up oli
Gearbox Tinggi minimum 2. Laporkan ke CHCR
2. Vibrasi yang terlalu untuk dilakukan re-
tinggi alightment oleh
3. Banyak finess di teknisi
sekitaran gearbox 3. Bersihkan finess yang
berada di sekitaran
gearbox
6. Temperatur Bearing 1. Grease mulai 1. Lakukan regreasing
Pulley Tinggi kering/habis menggunakan grease
gun

38
2. Banyak finess batu 2. Bersihkan finess batu
bara di sekitaran bara/tumpukan
pulley batubara di sekitaran
pulley

39
DESKRIPSI
PERALATAN

PROSEDUR
PENGOPERASIAN

PENANGANAN
GANGGUAN

40
01. DESKRIPSI PERALATAN

1.1 FUNGSI & PRINSIP KERJA PERALATAN


Fungsi dan Pengertian Retractable Head Pulley
Retractable Head Pulley atau yang biasa disingkat RHP, merupakan salah satu
peralatan pendukung dalam Coal Handling System. RHP terdiri dari sebuah Loading Chute
dan Head Pulley yang dapat dipindahkan sesuai posisi yang dibutuhkan dalam operasional
transportasi batubara. Alat ini berfungsi untuk mengatur jalur pendistribusian batubara
yang berasal dari pembongkaran tongkang untuk selanjutnya ditransfer ke stockpile (Coal
Yard) maupun langsung menuju ke Coal Bunker melalui Belt Conveyor. RHP terintegrasi
dengan Belt Conveyor pada bagian Head Pulley. Belt Conveyor tersebut adalah Belt
Conveyor 6A dan 6B yang melewati Staker-Reclaimer yang berada di Coal Yard.
Pada pengoperasiannya, pemahaman operator Coal Handling terhadap RHP wajib
dikuasai, sehingga gangguan-gangguan yang timbul pada jalur distribusi batubara bisa
ditangani dengan cepat dan tepat tanpa mengganggu proses pendistribusian batu bara.

Prinsip Kerja Retractable Head Pulley


Proses pembongkaran batu bara dari kapal tongkang menuju Coal Yard dan Coal
Bunker pada Coal Handling menggunakan sebuah Belt Conveyor, di mana jalur
pendistribusiannya dapat diatur melalui RHP yang dapat di pindah dalam 3 posisi , yaitu
posisi 1, 2, dan 3. RHP dapat berpindah dengan menggunakan sumber tenaga yang
berasal dari motor RHP yang memiliki spesifikasi 380-400 V AC yang di-couple dengan
sebuah coupling dan gear. RHP dapat mudah berpindah dikarenakan memiliki jalur rel
dan roda yang terpasang pada RHP.

41
Mode Operasi Retractable Head Pulley
Berikut posisi 1,2, dan 3 yang dimaksud dalam RHP :
▪ Posisi 1 : Line A dan B menuju Coal Yard

▪ Posisi 2 : Line A ke Coal Bunker Line B ke Coal Yard

▪ Posisi 3 : Line A dan B menuju ke Coal Bunker

42
1.2KOMPONEN UTAMA PERALATAN
A. Head Pulley
Head Pulley adalah Pulley yang berada pada ujung depan Belt dimana material
dicurahkan. Head Pulley berfungsi sebagai media untuk menghubungkan antara RHP
dan belt conveyor.

B. Loading Chute
Loading Chute adalah komponen dari RHP yang berfungsi sebagai output curahan dari
tiap BC. Loading Chute ini juga dilengkapi dengan manhole yang berfungsi untuk
memudahkan proses cleaning.

43
C. Motor RHP
Motor listrik adalah mesin listrik yang berfungsi untuk mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik, dimana energi mekanik tersebut berupa putaran dari motor
yang digunakan sebagai penggerak utama dari RHP.

D. Gearbox
Gearbox adalah sistem roda gigi dan hidrolik yang menghantarkan tenaga mekanis
dari penggerak ke media gerak dengen kecepatan lebih rendah tetapi gaya putar
lebih tinggi. Alat ini berfungsi untuk memindahkan tenaga penggerak dari motor ke
coupling dengan rasio tertentu yang disebut dengan gearbox ratio.

44
E. Coupling
Coupling merupakan sebuah alat yang dapat dipakai guna menghubungkan dua poros
pada kedua ujungnya antara gearbox dan gear dengan tujuan untuk
mentransmisikan daya.

F. Gear
Gear adalah komponen RHP yang berfungsi untuk menggerakan RHP dengan sumber
tenaga dari motor listrik. Gear ini terpasang di sisi kanan dan kiri RHP yang
bersentuhan langsung dengan gear yang terdapat pada RHP.

45
G. Roda RHP
Roda RHP merupakan komponen yang berfungsi untuk mempermudah perpindahan
RHP. Terdapat 6 roda yang terpasang di RHP yang berjalan sesuai jalur rel RHP.

H. Rubberskirt
Rubberskirt adalah sebuah rubber berbentuk persegi panjang yang dipasang pada sisi
RHP, berfungsi untuk mencegah agar batu bara tidak tumpah disisi belt conveyor.

46
I. Impact idler
Impact Idler adalah Idler yang di desain khusus untuk dapat menahan curahan
batubara dari atas Belt agar tidak mudah sobek. Impact Idler pada umumnya
dilapisi dengan karet pada sisi bagian luar.

1.3 PROTEKSI & INSTRUMENTASI


A. Proximity sensor
Sensor proximity adalah sensor yang mampu mendeteksi kehadiran objek di sekitar
tanpa melalui kontak fisik. Sensor proximity memancarkan medan elektromagnetik
atau sinar radiasi elektromagnetik (inframerah misalnya), dan mencari perubahan
dalam medan atau sinyal yang kembali. Komponen ini berfungsi sebagai sinyal agar
RHP berhenti dengan posisi yang diinginkan.

47
B. Limit switch stoper
Limit Switch adalah saklar atau perangkat elektromekanis yang mempunyai tuas
aktuator sebagai pengubah posisi kontak terminal (dari Normally Open/NO ke Close
atau sebaliknya dari Normally Close/NC ke Open). Posisi kontak akan berubah ketika
tuas aktuator tersebut terdorong atau tertekan oleh stopper dan RHP akan berhenti
secara otomatis.

C. Thermal Overload Relay (TOR)


Thermal Overload Relay (TOR) adalah salah satu komponen yang digunakan dalam
menyusun rangkaian suatu panel motor listrik. Komponen ini memiliki peran yang
sangat penting di dalam sebuah rangkaian listrik. Fungsinya yakni sebagai
proteksi/pelindung apabila terjadi arus listrik berlebihan (over current) dalam elektro
motor dengan prinsip kerja bersistem panas (thermal).

48
D. Emergency Stop Button
Emergency Stop Button adalah sebuah komponen yang dirancang sebagai alat
perlengkapan safety yang digunakan untuk mematikan peralatan secara darurat pada
saat kondisi peralatan running atau untuk mematikan peralatan agar tidak bisa
running pada saat ada perbaikan peralatan oleh teknisi.

1.4 P&ID / SCHEMATIC DIAGRAM

49
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN

2.1 PERSIAPAN
▪ Prosedur Singkat Pemeriksaan dan Pengoperasian
Sebelum mengoperasikan RHP terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya meliputi beberapa persiapan maupun pemeriksaan baik terhadap
personel, lingkungan kerja, maupun kondisi perlatan.

▪ Persiapan Sebelum Pengoperasian RHP


4. Siapkan peralatan kerja yang digunakan, pastikan membawa radio HT dan
logsheet
5. Gunakan APD yang telah ditentukan seperti safety shoes, wearpack, safety
helmet, masker, sarung tangan kain, dsb. Memastikan kondisi roda dan gear
gerigi RHP berada pada jalurnya (tidak anjlok)
6. Jika ada suatu perbaikan/ pemeliharan pada RHP, konfirmasikan pekerjaan
yang akan atau sedang dilakukan dengan bidang pemeliharaan dan CHCR
apakah berpengaruh dengan pengoperasian. Apabila sudah memastikan
bahwa pemeliharaan tidak menggangu jalannya operasi maka bisa melakukan
pemindahan RHP

▪ Pemeriksaan komponen peralatan RHP


1. Memastikan power supply RHP dalam keadaan bertegangan (ON)
2. Memastikan panel control local / remote dalam keadaan normal
3. Memastikan Motor, Gearbox, dan Coupling dalam kondisi normal
4. Memastikan kondisi roda dan Gear RHP berada pada jalurnya (tidak anjlok)
5. Memastikan semua Idler dalam kondisi normal
6. Memastikan Rubber Skirt tidak keluar dari Belt Conveyor
7. Memastikan Head Pulley dalam kondisi normal, cek kondisi Rubber Leaging

50
▪ Pemeriksaan area RHP
1. Memastikan jalur rel RHP aman untuk dioperasikan, tidak ada benda asing dan
orang yang dapat mengganggu pengoperasian
2. Memastikan tidak ada tumpukan batu bara di area rel maupun motor RHP
3. Memastikan Belt Conveyor dalam kondisi stop dan tidak ada batu bara diatas
Belt sebelum mengoperasikan
4. Memastikan area aman sebelum dioperasikan

2.2 PROSEDUR START


C. START REMOTE
1. Memposisikan selector switch pada posisi remote

2. Klik posisi 1, 2, atau 3 sesuai dengan posisi yang akan digunakan

3. Tunggu beberapa saat hingga RHP sesuai posisi


4. RHP siang diberi beban
D. START LOKAL
1. Memposisikan selector switch pada posisi local

51
2. Tekan tombol 1, 2, atau 3 untuk memposisikan RHP pada line yang akan
digunakan (posisi 1, 2, dan 3)

1 2 3

3. Tunggu beberapa detik hingga RHP pindah pada posisi yang sesuai
4. RHP siap diberi beban

2.3 MONITORING
1. Pastikan Rubber Skirt tidak keluar jalur/sobek saat RHP dipindah
2. Pastikan tidak ada suara abnormal pada motor, Gearbox, dan Coupling
3. Pastikan RHP berhenti pada posisi yang akan digunakan

52
2.4 PROSEDUR STOP
C. STOP REMOTE
1. Stop RHP dilakukan apabila terjadi kendala dalam pemindahan posisi

2. Klik STOP pada DCS

D. STOP LOKAL
1. Stop RHP dilakukan apabila terjadi kendala dalam pemindahan posisi
2. Klik tombol STOP pada local box

53
2.5 HOUSEKEEPING DAN FIRST LINE MAINTENANCE
▪ HOUSE KEEPING
1. Cleaning Motor RHP
Dilakukan setiap shift, yang bertujuan untuk menjaga kondisi motor,
gearbox dan coupling dari tumpukan batu bara halus (coal finess).

2. Cleaning Coal Finess pada Proximity dan Limit Switch


Dilakukan setiap shift, yang bertujuan untuk menjaga kondisi proximity
dan limit switch dari tumpukan coal finess, yang dapat mengganggu kinerja
alat tersebut.

54
3. Cleaning Panel Box Lokal
Dilakukan setiap shift, yang bertujuan untuk menjaga kondisi panel box
dan instrumensasi dari tumpukan coal finess, yang dapat mengganggu
kinerja alat tersebut.

55
03. PENANGANAN GANGGUAN
NO. JENIS GANGGUAN TROUBLESHOOTING PENANGANAN
PENYEBAB
1. RHP tidak dapat 1. Tidak ada supply 1. Periksa power supply
dioperasikan power dan pastikan ada
2. Terjadi fault pada tegangan
sistem 2. Periksa dan pastikan
3. Proximity dalam area RHP tidak ada
kondisi indikasi yang material yang
double menghalangi
4. Limit switch dalam 3. Periksa limit switch
kondisi tighten pada kondisi release
4. Periksa local box,
apakah ada indikasi
fault
5. Reset kontaktor
apabila terjadi fault
pada TOR
6. Reset breaker motor
RHP apabila tidak
muncul indikasi fault

2. Rubber Skirt keluar 1. Kondisi Belt Conveyor 1. Periksa dan pastikan


dari belt jogging sisi darat / kondisi Idler tidak ada
laut yang lepas
2. Kondisi Idler ada yang 2. Periksa kondisi Rubber
lepas Skirt apakah aus / tidak

56
3. Curahan pada RHP 3. Periksa kondisi Belt
tidak simetris Conveyor apakah
jogging / tidak. Jika
jogging, lakukan
adjustment posisi Belt
Conveyor
menggunakan Steering
Idler agar tidak terjadi
jogging
4. Periksa kondisi curahan
pada Belt Conveyor
5. Ganti Rubber Skirt /
Idler apabila kondisinya
abnormal
6. Masukan Kembali
Rubber Skirt apabila
kondisi Belt Conveyor
sudah normal

3. Blocking pada Chute 1. Flowrate batubara 1. Periksa kondisi Loading


terlalu besar Chute RHP, cleaning
2. Batubara dalam menggunakan
kondisi basah / peralatan (sekop,
lengket tombak, dan alat
pendukung laiinya)
2. Periksa melalui Loading
Chute Belt Conveyor /
manhole RHP

57
3. Cleaning dengan cara
disemprot dengan
menggunakan air
bertekanan tinggi
apabila chute dalam
kondisi rapat tidak ada
celah sama sekali

58
DESKRIPSI
PERALATAN

PROSEDUR
PENGOPERASIAN

PENANGANAN
MAGNETIC GANGGUAN

SEPARATOR

59
01. DESKRIPSI PERALATAN

1.1 FUNGSI & PRINSIP KERJA PERALATAN


Magnetic Separator (MS) merupakan peralatan pendukung dalam Coal Handling
system. Magnetic Separator terdiri dari sebuah magnet sementara dan belt sabuk yang
dapat berputar dengan sumber tenaga dari motor 380-400 V AC. Magnetic Separator
berfungsi untuk menangkap komponen berbahan logam yang tergolong ferromagnetic
seperti yang biasanya terbawa dalam proses transportasi batubara. Alat ini terpasang
pada BC 01, 03, 04, dan 06 yang bertujuan agar benda-benda asing yang berbahan logam
tersebut tidak merusak peralatan baik di Coal Handling maupun di Unit Pembangkit. Alat
ini memiliki daya angkat/tarik maksimum terhadap material sebesar 30 kg. Magnetic
Separator harus dioperasikan oleh operator lokal Coal Handling yang handal dan paham
prinsip kerja dan pengoperasian Magnetic separator, hal ini diperlukan sehingga
gangguan-gangguan yang timbul bisa ditangani dengan cepat dan tepat tanpa
mengganggu jalur pendistribusian batu bara.
Magnetic Separator dapat menangkap benda berbahan logam apabila magnet
tersebut dialiri sebuah listrik. Benda asing yang terbawa oleh batubara akan secara
otomatis terangkat oleh magnet yang dilapisi sebuah sabuk belt yang berputar dan
benda asing tersebut akan jatuh ke tempat penampungan

1.2 KOMPONEN UTAMA PERALATAN


A. MAGNET
Magnet yang digunakan pada Magnetic Separator adalah jenis elektromagnetik.
Elektromagnet adalah jenis magnet di mana medan magnet dihasilkan oleh arus
listrik. Elektromagnet biasanya terdiri dari kawat yang dililit menjadi kumparan.
Arus yang melalui kawat menciptakan medan magnet yang terkonsentrasi dalam
lubang, yaitu pusat kumparan. Medan magnet menghilang ketika arus dimatikan.
Kawat sering dililit di sekitar inti magnetik yang terbuat dari bahan feromagnetik

60
atau ferrimagnetik seperti besi; inti magnetik memusatkan fluks magnetik dan
membuat magnet lebih kuat. Keuntungan utama dari sebuah elektromagnet
dibandingkan magnet permanen adalah bahwa medan magnet dapat dengan cepat
diubah dengan mengendalikan jumlah arus listrik dalam lilitan. Namun, tidak seperti
magnet permanen yang tidak membutuhkan daya, sebuah elektromagnet
membutuhkan pasokan arus terus menerus untuk mempertahankan medan
magnet.

B. BELT DRUM
Belt sabuk adalah komponen yang berputar mengelilingi magnet , berfungsi untuk
mempermudah proses pemindahan komonen yang terangkat oleh magnet
menuju tempat penampungan ,belt sabuk ini dapat berputar karena adanya
putaran dari motor yang tersambung dengan sebuah gearbox.

61
C. GEAR DAN RANTAI (PADA MAGNETIC SPARATOR TIPE LAMA)
Gear dan rantai adalah komponen yang berada pada Magnetic Separator yang
berfungsi untuk menghubungkan antara gear yang berada di motor dan gear yang
berada di Pulley Magnetic Separator.

D. GEARBOX (PADA MAGNETIC SEPARATOR TIPE BARU)


Gearbox adalah sistem roda gigi dan hidraulis yang menghantarkan tenaga
mekanis dari penggerak ke media gerak dengen kecepatan lebih rendah tetapi
gaya putar lebih tinggi. Alat ini berfungsi untuk mereduksi putaran dari motor ke
Pulley Magnetic Separator.

62
E. Motor
Motor adalah komponen Magnetic separator yang berfungsi sebagai sumber
tenaga untuk memutar belt sabuk. Motor ini memiiki spesifikasi 380-400V AC.

F. Pulley
Pulley adalah sebuah komponen berbentuk tabung bulat yang berfungsi sebagai
poros tumpuan belt sabuk pada Magnetic Separator.

63
1.3 PROTEKSI & INSTRUMENTASI
1. THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR)
Thermal Overload Relay (TOR) adalah salah satu komponen yang digunakan dalam
menyusun rangkaian suatu panel motor listrik. Komponen ini memiliki peran yang
sangat penting di dalam sebuah rangkaian listrik. Fungsinya yakni sebagai
pelindung apabila terjadi arus listrik berlebihan (over current) dalam elektro motor
dengan prinsip kerja bersistem panas (thermal).

2. EMERGENCY STOP
Emergency Stop Button adalah sebuah komponen peralatan yang dirancang
sebagai alat perlengkapan safety yang digunakan untuk mematikan mesin secara
darurat pada saat kondisi mesin beroperasi atau menahan mesin agar tidak bisa
beroperasi pada saat ada pemeliharaan.

64
1.4 P&ID / SCHEMATIC DIAGRAM

65
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN

2.1 PERSIAPAN
Sebelum mengoperasikan Magnetic Separator, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan di antaranya meliputi beberapa persiapan maupun pemeriksaan baik
terhadap personel, lingkungan kerja, maupun kondisi perlatan.
1. Siapkan peralatan kerja yang digunakan, pastikan membawa radio HT dan
check list.
2. Gunakan APD yang telah ditentukan seperti safety shoes, wearpack, safety
helmet, masker, sarung tangan kain dan sebagainya.
3. Memastikan LOTO system pada MS sudah release.
4. Memastikan power supply Magnetic Separator dalam keadaan ON.

66
5. Memastikan selector switch pada control panel local/remote dalam keadaan
normal.

6. Pastikan baut wire rope tidak boleh kendor atau terlepas.

67
7. Pastikan kelayakan belt dan pembuang logam (scrape) di Magnetic Separator
kondisi normal.

2.2 PROSEDUR START


E. START REMOTE
1. Pindah Selector Switch ke posisi REMOTE.

2. Pastikan semua area Magnetic Separator dan sekitar aman.

68
3. Pilih display Magnetic Separator pada DCS

4. Klik display START

5. Pastikan display Magnetic Separator kondisi running (warna merah)

69
F. START LOKAL
1. Pindah selector switch pada posisi LOKAL

2. Tekan tombol DRUM START BUTTON

70
3. Tekan tombol EXCITING START BUTTON.

4. Pastikan Magnetic separator running normal.

71
2.3 MONITORING
1. Monitoring arus pada ampere meter.

2. Monitoring tegangan pada volt meter

72
2.4 PROSEDUR STOP
E. STOP REMOTE
1. Pilih display Magnetic Separator

2. Klik display STOP Magnetic Separator

3. Pastikan peralatan di lokal sudah berhenti beroperasi

73
F. STOP LOKAL
1. Tekan tombol EXCITING STOP BUTTON

2. Tekan tombol DRUM STOP BUTTON.

3. Pastikan peralatan di lokal sudah berhenti beroperasi

74
2.5 HOUSEKEEPING DAN FIRST LINE MAINTENANCE
▪ HOUSE KEEPING
1. Cleaning panel box MS

▪ FLM
a. Pengencangan baut gearbox yang kendor

75
03. PENANGANAN GANGGUAN
NO. JENIS GANGGUAN TROUBLESHOOTING PENANGANAN
PENYEBAB
1. Temperature high 1. Beban terlalu berat 1. Cek MS apakah ada
pada magnet 2. Over current beban berat pada MS
2. Cek temperature
3. Cek pada panel box
apakah ada yang
abnormal
2. MS tidak bisa 1. Breaker OFF 1. Reset TOR
running 2. MCB ada yang short 2. Cek kondisi Power
3. Over current 3. Reset breaker MS
3. MS tidak bisa stop 1. Kabel kontrol putus 1. Tekan tombol
emergency
4. Rembesan oli pada 1. Seal kurang rapat 1. Cek temperature
gearbox (MS baru) 2. Cleaning ceceran oli
3. Lakukan
pengencangan

76
DESKRIPSI
PERALATAN

PROSEDUR
PENGOPERASIAN

ROLLER PENANGANAN
GANGGUAN

SCREEN

77
01. DESKRIPSI PERALATAN

1.1 FUNGSI & PRINSIP KERJA PERALATAN


Roller Screen merupakan alat yang digunakan untuk menyaring/memisahkan
antara batubara besar dengan batubara kecil sesuai ukuran yang telah ditentukan, yaitu
30 mm. Prinsip kerja Roller Screen yaitu menggunakan rangkaian motor yang tercouple
dengan shaft Roller Screen, mengalirkan batubara yang berukuran besar secara
bertingkat menuju ke Crusher. Batubara yang berukuran besar selanjutnya akan masuk
ke Crusher untuk dihancurkan menjadi batubara yang lebih kecil. Sedangkan batubara
yang berukuran kurang dari 30 mm akan jatuh menuju ke Belt Conveyor nomor 4.

78
1.2 KOMPONEN UTAMA PERALATAN
G. Motor
Motor adalah komponen Roller Screen yang berfungsi mengubah energi listrik
menjadi energi mekanis sebagai sumber tenaga untuk memutar Shaft. Jumlahnya
sebanya 12 set dan disusun bertingkat di setiap peralatan Roller Screen.

H. Coupling & Gearbox


Coupling merupakan sebuah alat yang dapat dipakai guna menghubungkan dua
poros pada kedua ujungnya antara gearbox dan gear dengan tujuan untuk
mentransmisikan daya.

79
I. Shaft Screen Disc
Shaft Screen Disc merupakan komponen Roller Screen yang terdiri atas sirip-sirip
berputar dan berfungsi untuk memilah batubara berdasarkan ukurannya.
Batubara yang berukuran besar selanjutnya akan masuk ke Crusher untuk
dihancurkan menjadi batubara yang lebih kecil. Sedangkan batubara yang
berukuran kurang dari 30 mm akan jatuh menuju ke Belt Conveyor nomor 4.

J. Bearing
Bearing merupakan komponen Roller Screen yang berfungsi menumpu shaft yang
terdapat pada bagian housing. Komponen ini berfungsi sebagai pelindung shaft
jika terjadi masalah dan merupakan komponen yang dikalahkan.

80
1.3 PROTEKSI & INSTRUMENTASI
3. Thermal Overload Relay
Thermal Overload Relay (TOR) adalah salah satu komponen yang digunakan dalam
menyusun rangkaian suatu panel motor listrik. Komponen ini memiliki peran yang
sangat penting di dalam sebuah rangkaian listrik. Fungsinya yakni sebagai
pelindung apabila terjadi arus listrik berlebihan (over current) dalam elektro motor
dengan prinsip kerja bersistem panas (thermal).

1.4 P&ID / SCHEMATIC DIAGRAM

81
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN

2.1 PERSIAPAN
▪ Prosedur Singkat Pemeriksaan dan Pengoperasian
Sebelum mengoperasikan Roller Screen terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya meliputi beberapa persiapan maupun pemeriksaan baik
terhadap personel, lingkungan kerja, maupun kondisi perlatan.

▪ Persiapan Sebelum Pengoperasian Roller Screen


7. Siapkan peralatan kerja yang digunakan, pastikan membawa radio HT dan
logsheet
8. Gunakan APD yang telah ditentukan seperti safety shoes, wearpack, safety
helmet, masker, sarung tangan kain, dsb.
9. Jika ada suatu perbaikan/ pemeliharan pada Roller Screen, konfirmasikan
pekerjaan yang akan atau sedang dilakukan dengan bidang pemeliharaan dan
CHCR apakah berpengaruh dengan pengoperasian. Apabila sudah memastikan
bahwa pemeliharaan tidak menggangu jalannya operasi maka bisa melakukan
pengoperasian Roller Screen

▪ Pemeriksaan komponen peralatan Roller Screen


a. Memastikan power supply pada Controi Panel dalam posisi ON

82
b. Memastikan semua motor dalam keadaan standby (start motor dalam mode
sequence).

c. Memastikan Shaft Screen bersih dari tumpukan batabara maupun benda


asing. Lakukan cleaning jika terdapat batu-batu atau benda asing yang
tersangkut pada Shaft Screen.

d. Memastikan semua Manhole tertutup dan terkunci rapat

83
2.2PROSEDUR START
G. START REMOTE
1. Memastikan Selector Switch pada Control Panel dalam posisi REMOTE

2. Memastikan Gate Damper mengarah pada posisi BY SCREEN.

3. Memastikan INTERLOCK dalam keadaan terpasang.

84
4. Melakukan koordinasi dengan operator lokal bahwa Roller Screen siap
dioperasikan dari REMOTE (DCS).
5. Melakukan START Roller Screen dari REMOTE (DCS).

H. START LOKAL
1. Memastikan Selector Switch pada posisi local.

ii. Memposisikan Selector Switch motor Roller Screen pada posisi mode
SEQUENCE/TOGETHER.
• Mode SEQUENCE (Start Berurutan) digunakan untuk mengetahui
kondisi setiap motor dalam keadaan normal.
• Mode TOGETHER (Start Bersamaan) digunakan setalah mengetahui
semua motor dalam keadaan normal.

85
iii. Menekan tombol START BY SCREEN pada Control Panel.

4. Memastikan indikasi RUNNING menyala.

2.3 MONITORING
1. Memastikan semua motor Roller Screen beroperasi normal (putaran, suara,
temperature Bearing)
2. Memastikan tidak ada rembesan oli pada Gearbox.

86
2.4 PROSEDUR STOP
G. STOP REMOTE
i. Memastikan BC 3A dan 3B sudah STOP.

ii. Mengklik STOP pada menu DCS Roller Screen.

iii. Memastikan peralatan sudah dalam kondisi STOP di lokal

87
H. STOP LOKAL
i. Memastikan BC 3A dan 3B sudah STOP
ii. Menekan tombol SCREEN STOP pada Control Panel.

iii. Memastikan peralatan sudah dalam kondisi STOP di lokal

88
2.5 HOUSEKEEPING DAN FIRST LINE MAINTENANCE
▪ HOUSE KEEPING
1. Cleaning finess pada bearing.

2. Cleaning motor Roller Screen

89
▪ FLM
1. Greasing pada Bearing ketika temperature high

2. Memasukan kembali elastic pin yang keluar.

90
03. PENANGANAN GANGGUAN
NO. JENIS GANGGUAN TROUBLESHOOTING PENANGANAN
PENYEBAB
1. Bearing high 1. Bearing kurang 1. Lakukan greasing
temperature grease 2. Monitoring temperatur
apakah masih ada
kenaikan
3. Laporkan ke CHCR jika
masih terdapat
kenaikan temperatur
2. Gearbox ada 2. Baut kurang 1. Lakukan pengencangan
rembesan oli kencang baut
2. Periksa level oli
3. Lakukan penambahan
oli jika diperlukan
3. Indikasi running 1. Kontaktor 1. Cek kondisi kontaktor
hilang pada Control abnormal 2. Koordinasi dengan
Panel CHCR untuk melakukan
RESTART Roller Screen
4. Finess keluar pada 1. Posisi Gland Seal 1. Cleaning tumpukan
area Gland Bearing kurang rapat finess pada Bearing
2. Gland Seal aus 2. Periksa posisi Gland
Seal, lakukan
adjustment jika
memungkinkan
3. Laporkan ke CHCR jika
temuan Gland Seal
sudah aus

91
5. Roller Screen trip 1. Terdapat batu 1. Lakukan RESET pada
atau benda asing motor yang trip
terjepit pada Shaft 2. Buka manhole dan
Screen periksa Shaft Screen
2. Batubara yang 3. Lakukan cleaning Shaft
menempel pada Screen
Shaft Screen
terlalu banyak
(blocking)

92
DESKRIPSI
PERALATAN

PROSEDUR
PENGOPERASIAN

PENANGANAN
GANGGUAN

CRUSHER

93
01. DESKRIPSI PERALATAN

1.1 FUNGSI & PRINSIP KERJA PERALATAN


Crusher adalah peralatan yang berfungsi untuk menggiling batu bara yang tidak
tersaring oleh Roller Screen sebelum ditransportasikan menuju Coal Bunker dengan
output desain ukuran batubara sebesar 30 mm, sehingga mempermudah kerja
Pulverizer di Unit Pembangkit. Peralatan ini dirancang untuk menghancurkan batubara,
bukan untuk batu atau material lain.
Prinsip kerja Crusher yaitu batubara masuk ke dalam Crusher lalu diputar dan
dihancurkan pertama kali oleh Heavy Disc menjadi pecahan batubara yang lebih kecil.
Tahap berikutnya, batubara digerus lagi oleh Ring Hammer sampai ke ukuran yang lebih
kecil lagi. Batubara yang sudah sesuai ukuran desain akan jatuh melewati Screen Plate
menuju Belt Conveyor no. 4 untuk ditransportasikan menuju Coal Bunker. Sedangkan
batubara yang belum sesuai ukuran desain akan tertahan Screen Plate dan kemudian
digerus lagi oleh Ring Hammer sampai menjadi ukuran sesuai desain output Crusher.

1.2 KOMPONEN UTAMA PERALATAN


A. Hydraulic Rear Quadcover Opener
Untuk membuka cover Crusher pada saat pemeliharaan
B. Spherical Roller Bearing Housing
Menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus terhadap poros
C. Forged Alloy Steel Shaft
Poros Crusher yang menumpu Heavy Disc dan Ring Hammer
D. Screen Plate Yields
Menyaring hasil batubara yang tergiling

94
E. Casing
Bagian terluar yang menutup komponen bagian dalam Crusher
F. Bypass Chute
Tempat aliran batubara ketika Crusher dalam posisi not standby
G. Ring Hammer
Untuk menggiling batubara dengan output desain 30 mm
H. Tramp Iron Pocket
Penyimpanan sementara benda-benda asing yang dapat merusak Crusher
I. Synchronous Cage Adjustment (optional)
Untuk mengatur ketegangan antara Screen Plate dan Ring Hammer
J. Hinged Rear Quadrant
Konstruksi Crusher untuk memudahkan akses menuju ke peralatan
K. Heavy Disc
Untuk menggiling batubara pada tahap awal
L. Main Hole
Pintu untuk membersihkan benda asing di dalam Tramp Iron Pocket

95
1.3 PROTEKSI & INSTRUMENTASI
4. RELAY PROTEKSI BREAKER 6,3KV
Merupakan komponen yang befungsi untuk melindungi peralatan (Motor) dari
ganguan mekanis maupun electrikal
• Contoh gangguan mekanis : blocking, Motor jammed, bearing high
temperature, thermal protection
• Contoh gangguan electrikal : over load, instant over current, under voltage

5. PLUGH CHUTE
Merupakan sensor untuk meminimalisir terjadinya tumpahan di Chute ketika
terjadinya blocking pada saat proses transfer batubara. Sensor ini akan sangat
berguna ketika musim penghujan dengan kondisi batubara yang lengket.

96
6. SAFETY PLUG
Merupakan komponen yang berfungsi untuk mengamankan peralatan ketika
terjadi over load pada Crusher dengan memanfaatkan temperatur Fluid Coupling
yang panas sehingga Safety Plug akan meleleh dan oli di dalam Fluid Coupling akan
habis.

1.4 P&ID / SCHEMATIC DIAGRAM

97
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN

2.1 PERSIAPAN
Sebelum mengoperasikan Crusher ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya meliputi beberapa persiapan maupun pemeriksaan baik terhadap
personel, lingkungan kerja, maupun kondisi perlatan.
1. Siapkan alat pelindung diri (baju wearpack, helm safety, sepatu safety, masker,
kacamata safety)
2. Siapkan peralatan kerja yang digunakan, pastikan membawa alat komunikasi
(radio HT) dan check list
3. Memastikan tagging system pada peralatan terkait sudah release
4. Memastikan power supply pada Breaker posisi ON.

98
5. Memastikan Crusher aman dari blocking dan benda-benda asing.

6. Memastikan main hole dalam kondisi tertutup rapat.

7. Memastikan Safety Plug dalam kondisi normal (tidak ada rembesan oli).

99
2.2 PROSEDUR START
I. START REMOTE
1. Memastikan ada operator yang mengawasi Crusher dari local.
2. Memastikan selector switch pada posisi REMOTE.

3. Melakukan koordinasi antara CHCR dan operator lokal bahwa Crusher


siap dioperasikan secara REMOTE (dari DCS).
4. Melakukan Start Crusher secara REMOTE (dari DCS).

5. Memastikan peralatan sudah beroperasi di lokal.

100
J. START LOKAL
1. Memastikan selector switch pada posisi LOKAL.

2. Menekan tombol start pada local control box

.
3. Memastikan peralatan sudah beroperasi di lokal.

101
2.3 MONITORING
1. Memastikan temperatur Bearing dalam kondisi normal.

2. Memastikan tidak ada suara abnormal.


3. Memastikan putaran Fluid Coupling pada posisi center.
4. Memastikan vibrasi pada Crusher aman.

2.4 PROSEDUR STOP


I. STOP REMOTE
1. Melakukan klik display STOP pada DCS.

2. Memastikan peralatan di lokal sudah berhenti beroperasi.

102
J. STOP LOKAL
1. Menekan tombol STOP pada local control box.

2. Memastikan peralatan di lokal sudah berhenti beroperasi

2.5 HOUSEKEEPING DAN FIRST LINE MAINTENANCE


▪ HOUSE KEEPING
1. Cleaning Motor Crusher

2. Cleaning bearing crusher

103
▪ FLM
1. Pengencangan baut Safety Plug yang kendor

104
03. PENANGANAN GANGGUAN
NO. JENIS GANGGUAN TROUBLESHOOTING PENANGANAN
PENYEBAB
1. Blocking 1. Batubara lengket 1. Melakukan cleaning
2. Flap Damper Outlet sampai bersih
Crusher pembukaan 2. Melaporkan ke CHCR
tidak full OPEN/CLOSE untuk berkoordinasi
dengan bidang
pemeliharaan

2. Bearing high 1. Kurang greasing 1. Lakukan regreasing


temperature 2. Putaran Shaft secara 2. Monitoring
visual terlihat tidak temperatur Bearing
center/unbalance 3. Melaporkan ke CHCR
untuk berkoordinasi
dengan bidang
pemeliharaan & CBM

3. Crusher Trip 1. Blocking 1. Lakukan RESET


2. Motor overload 2. Periksa kondisi
internal Crusher
3. Cleaning Crusher
4. Melaporkan ke CHCR
untuk
mengoperasikan
Crusher kembali
4. Vibrasi tinggi 1. Rubber Coupling aus 1. Monitoring
2. Misalignment temperatur Bearing

105
2. Melaporkan ke CHCR
untuk berkoordinasi
dengan bidang
pemeliharaan & CBM

5. Terdapat kebocoran 1. Baut Safety Plug 1. Lakukan


oli pada Fluid kendor pengencangan baut
Coupling 2. Seal pada Fluid Safety Plug
Coupling rusak 2. Cek level oli Fluid
Coupling
3. Lakukan penambahan
oli jika diperlukan
4. Melaporkan ke CHCR
untuk berkoordinasi
dengan bidang
pemeliharaan jika
temuan seal aus

106
DESKRIPSI
PERALATAN

PROSEDUR
PENGOPERASIAN

Coal PENANGANAN
GANGGUAN
Plough

107
01. DESKRIPSI PERALATAN

1.1 FUNGSI & PRINSIP KERJA PERALATAN


Coal Plough atau biasa disebut juga Plough Tripper merupakan peralatan
untama dalam Coal Handling system yang berfungsi untuk mengarahkan batu bara
yang berada di atas Belt Conveyor menuju ke Coal Bunker, dengan cara menaikkan
atau menurunkan alat tersebut diatas Belt Conveyor yang beroperasi.
Prinsip kerja Coal Plough mengarahkan batu bara yang berada di atas Belt
Conveyor yang berjalan menuju ke Coal Bunker denga cara mengerakan piston, di
mana piston tersebut bergerak karena adanya daya putar motor yang
dihubungkan dengan Gearbox. Di mana Gearbok tersebut dihubungkan dengan
piston, piston kemudian bergerak dan Scrape Board akan turun ataupun naik
sesuai perintah yang diberikan.

1.2 KOMPONEN UTAMA PERALATAN


1. MAIN CIRCUIT BREAKER MOTOR
Main Circuit Breaker terdapat pada setiap motor Coal Plough, berfungsi
sebagai circuit breaker pada umumnya dalam menyambung atau pemutus
tegangan power supply.

108
2. STICK COAL PLOUGH
Komponen peralatan Coal Plough yang berfungsi sebagai indikator pada limit
switch agar memberi indikasi NAIK / TURUN pada DCS.

3. MOTOR COAL PLOUGH


Motor merupakan peralatan yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi
energi mekanis dengan tegangan 380-400 V AC sebagai sumber tenaga
penggerak Coal Plough

109
4. SCRAPE BOARD
Scrape Board adalah sebuah plat yang disusun menyerupai huruf V, berfungsi
mengarahkan batubara yang dibawa di atas Belt Conveyor yang beroperasi
saat Coal Plough posisi turun.

5. V-CLEANER
V-Cleaner berfungsi sebagai penahan lolosan batubara pada Belt Conveyor
yang terjadi akibat Coal Plough tidak rapat saat posisi turun atau saat plat
Scrape Board sudah aus, agar batubara pada Belt Conveyor dapat masuk ke
Coal Bunker dengan maksimal.

110
6. PISTON COAL PLOUGH
Piston pada Coal Plough berfungsi sebagai penerus putaran dari gearbox
motor, yang kemudian Piston itu akan mendorong atau menarik Scrape Board
sesuai dengan perintah dari peralatan kontrolnya.

7. GEAR BOX
Sebagaimana Gearbox pada umumnya, berfungsi sebagai penerus putaran
otor untuk menggerakan Piston Coal Plough.

111
8. SUPPORT
Berfungsi menopang struktur pada peralatan Coal Plough.

9. IDLER / ROLLER COAL PLOUGH


Merupakan Idler yang berada persis di bawah Coal Plough persis dan
berjumlah 3 pcs. Berfungsi untuk membuat permukaan Belt saat Coal Plough
turun menjadi lebih lebar dan tidak cekung, sehingga tidak kendor, tidak
mudah sobek, serta batu bara yang di atas Belt tersebut dapat masuk ke Coal
Bunker dengan maksimal.

112
10. RUBBER CHUTE
Berfungsi sebagai pencegah gesekan langsung antara Belt dengan Chute
Bunker, serta mencegah agar pada saat Coal Plough posisi turun batubara
tidak keluar dari Chute Bunker.

1.3 PROTEKSI & INSTRUMENTASI


1. LIMIT SWICH
Limit Switch adalah saklar atau perangkat elektromekanis yang mempunyai
tuas aktuator sebagai pengubah posisi kontak terminal dari normally open
(NO) ke close atau sebaliknya dari normally close (NC) ke open. Pada Coal
Plough, Limit Swich difungsikan untuk memberi indikasi bahawa Coal Plough
tersebut turun atau naik.

113
2. SEKRING ATAU FUSE
Berfungsi untuk memutus arus listrik berlebih yang dapat menyebabkan
kebakaran pada rangkaian kelistrikan serta motor Penggerak Coal Plough.

3. THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR)


TOR adalah salah satu komponen yang digunakan dalam menyusun rangkaian
suatu panel motor listrik. Fungsinya yakni sebagai pelindung apabila terjadi
arus listrik berlebihan (over current) dalam elektromotor dengan prinsip kerja
bersistem panas (thermal). Pada Coal Plough, TOR ini berada di dalam MCC
power motor.

114
1.4P&ID / SCHEMATIC DIAGRAM

115
116
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN

2.1 PERSIAPAN
▪ Prosedur Singkat Pemeriksaan dan Pengoperasian
Sebelum mengoperasikan Coal Plough terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan diantaranya meliputi beberapa persiapan maupun pemeriksaan baik
terhadap personel, lingkungan kerja, maupun kondisi perlatan.

▪ Persiapan Sebelum Pengoperasian Roller Screen


10. Siapkan peralatan kerja yang digunakan, pastikan membawa radio HT dan
logsheet
11. Gunakan APD yang telah ditentukan seperti safety shoes, wearpack, safety
helmet, masker, sarung tangan kain, dsb.
12. Jika ada suatu perbaikan/ pemeliharan pada Coal Plough, konfirmasikan
pekerjaan yang akan atau sedang dilakukan dengan bidang pemeliharaan dan
CHCR apakah berpengaruh dengan pengoperasian. Apabila sudah memastikan
bahwa pemeliharaan tidak menggangu jalannya operasi maka bisa melakukan
pengoperasian Coal Plough

▪ Pemeriksaan komponen peralatan Coal Plough


1. Periksa area Belt Conveyor nomor 5 mulai dari area motor, Drive Pulley, Tail
Pulley, serta area tengah antara Belt Conveyor 5A & 5B. Pastikan di area Belt
Conveyor tersebut tidak ada batu bara di atas belt.
2. Periksa kondisi Coal Plough, jangan sampai sebelum dioperasikan ada Coal
Plough posisi turun. Pastikan semua sudah di posisi naik.

117
3. Pastikan supply power dari Coal Plough, pastikan semua sudah energized.

Gambar 01 Gambar 02

Gambar 01: Indikasi Power Coal Plough Nyala


Gambar 02: Posisi Breaker dalam Kondisi RACK IN

2.2 PROSEDUR START


K. START REMOTE
1. Memastikan indikasi di DCS tidak ada fault.

Pastikan Pada saat Sebelum Start tampilan Pada Monitor seperti pada gambar di atas

2. Pastikan area di sekitar Coal Plough yang mau dioperasikan aman dari aktifitas,
lakukan koordinasi dengan operator local.

118
3. Tekan tombol FALL pada DCS untuk menaikan Coal Plough dan tombol RAISE
untuk menurunkan Coal Plough. Sedangkan tombol STOP digunakan untuk
memberhentikan Coal Plough.

4. Setelah Menekan tombol FALL pastikan Coal Plough turun dan memeberi
indikasi turun pada monitor. Jika indikasi pada monitor merah maka Coal
Plough turun normal tanpa ada gangguan.

119
5. Lakukan test dengan mengoperasikan Coal Plough FALL dan RAISE masing-
masing minimal 2x sambal dilakukan pemantauan semua area dari Coal Plough
tersebut. Pastikan indikasi terbaca normal dan tidak ada indikasi ERROR yang
muncul pada DCS, tidak ada indikasi OVER LIMIT muncul, serta double indikasi
pada Coal Plough tersebut.

6. Setelah semua kondisi Coal Plough di lokal aman dan tidak ada kendala, serta
di DCS tidak ada indikasi fault, kemudian informasikan ke CHCR bahwa Coal
Plough siap untuk dioperasikan.

L. START LOKAL
1. Siapkan kunci local box Coal Plough.
2. Pastikan area di sekitar Coal Plough yang mau dioperasikan aman dari
aktifitas.

120
3. Pada panel local Coal Plough, posisikan selector switch ke posisi LOCAL.

4. Tekan tombol ON untuk menaikan Coal Plough, tombol EMERGENCY untuk


memberhentikan motor sebelum menyentuh Limit Switch, dan tombol OFF
untuk memposisikan Coal Plough turun.

121
2.3 MONITORING
1. Pastikan pada saat Coal Plough diperasikan turun, posisi Coal Plough tersebut
turun sempurna menyentuh Belt Coveyor, serta tidak ada lolosan batu bara.

Posisi Coal Plough Saat Turun Sempurna

2. Pastikan Coal Plough saat turun normal tidak ada suara abnormal pada motor
dan support Coal Plough tersebut.
3. Setelah Coal Plough turun ataupun naik, pastikan Limit Switch memberi
indikasi pada monitor DCS.

122
4. Pastikan pada sela-sela plat Coal Plough dan V-Cleaner tidak ada batu, ataupun
benda benda yang dapat merusak Belt Conveyor.

Contoh gambar Coal Plough yang aman


Dan boleh untuk di operasikan

Contoh Coal Plough yang tidak aman untuk di operasikan


Harus Segera di cleaning

123
2.4 PROSEDUR STOP
K. STOP REMOTE
1. Pastikan sebelum melakukan STOP pada Coal Plough, batu bara yang di
atas Belt Conveyor sudah habis atau sudah kosong, kecuali dalam situasi
emergency.
2. Pastikan Breaker sudah dalam posisi RACK-IN serta supply power sudah
energized.

3. Pastikan tidak ada indikasi fault di monitor DCS.

4. Informasikan ke CHCR bahwa batu bara di atas belt sudah kosong


5. Setelah itu CHCR memberi informasi bahwa Coal Plough siap dilakukan
proses STOP, serta memeberi informasi tidak ada indikasi fault pada DCS.

124
6. Pastikan saat Coal Plough dilakukan stop atau pada saat naik, Coal Plough
tersebut tidak ada gerakan dan suara abnormal.

Contoh kondisi yang tidak normal saat coal plough turun

7. Setelah Coal Plough naik, pastikan Limit Switch memberi indikasi pada
monitor DCS.

125
L. STOP LOKAL
1. Pastikan sebelum melakukan STOP pada Coal Plough, batu bara yang di
atas Belt Conveyor sudah habis atau sudah kosong, kecuali dalam situasi
emergency.
2. Pastikan Breaker sudah dalam posisi RACK-IN serta supply power sudah
energized.
3. Posisikan Selector Switch ke posisi LOCAL

4. Tekan tombol OFF pada Panel Local Control Coal Plough tersebut.
(catatan : jika setelah tombol OFF ditekan namun Coal Plough tidak
running, tekan tombol EMERGENCY terlebih dahulu kemudian tekan
tombol OFF kembali).

126
5. Setelah Coal Plough sudah posisi naik sempurna atau kondisi OFF,
posisikan Selector Switch pada posisi REMOTE kembali.

6. Informasikan kepada CHCR bahwa Coal Plough sudah diubah ke posisi


REMOTE kembali, untuk memastikan indikasi REMOTE sudah muncul di
DCS.

2.5 HOUSEKEEPING DAN FIRST LINE MAINTENANCE


▪ HOUSE KEEPING
1. Cleaning finess di area motor Coal Plough

127
▪ FIRST LINE MAINTENANCE
1. Pengencangan Baut Support Motor
Dilakukan ketika ada pergerakan Coal Plough yang tidak normal ataupun
support motor goyang saat Coal Plough dioperasikan.

2. Adjust posisi Coal Plough


FLM untuk menangani masalah ketika Coal Plough dioperasikan turun tidak
rapat, menggunakan Kuci inggris atauapun kunci pas.

128
03. PENANGANAN GANGGUAN
NO. JENIS GANGGUAN TROUBLESHOOTING PENANGANAN
PENYEBAB
1. Muncul double 1. Limit Switch yang 1. Gerakan atau sentuh
indikasi pada DCS error salah satu Limit Switch
sampai indikasi posisi
Coal Plough saat itu
terbaca, dan indikasi
double hilang
2. Muncul fault pada 2. Overload / 1. Periksa kondisi
Breaker Overcurrent keseluruhan peralatan
Coal Plough yang fault
2. Setelah dipastikan tidak
ada temuan, lakukan
RACK-OUT & RACK-IN,
dan RESET pada MCC
Coal Plough tersebut
3. Laporkan CHCR untuk
koordinasi dengan
bidang pemeliharaan jika
indikasi fault tetap
muncul
3. Support Motor 1. Setting Limit Laporkan CHCR untuk
kendor atau tidak Switch yang tidak koordinasi dengan bidang
kencang pas, sehingga pemeliharaan jika indikasi
motor menyentuh fault tetap muncul
support

129
4. Muncul indikasi Di sebabkan oleh limit Jika Coal Plough Bisa di
Over limit swich yang terkadang running dari remot , maka
tidak berfungsi normal, coba running dari remot,
jadi limit swich tersebut kemudian kita stanby di
memberi indikasi di dekat coal plough tersebut,
DCS over limit atau setelah di rasa coal plough
melebihi batas indikasi sudah pada posisi yg kita
yang suda di buat atau inginka kita bilang stop
di tentukan tanpa harus nyentuh limit
swit

Jika tidak bisa di operasikan


dari remot , operasikan dari
local

Jika dari local tidak bisa


maka kita coba cek pada
bagian limit swich sambal di
Gerakan limit swich
tersebut

5 Indikasi coal Plough Di sebabkan Limit Cek Limit Swich, apakah


Tidak muncul pada Swich tidak bekerja, menyentuh atau tidak ,jika
saat naik ataupun limit swich rusak , ada tidak maka Gerakan limit
turun kabel limit swich lepas swich tersebut hingga
menyentuh

Cek kabel power dari limit


swich apa normal atau tidak

130
, jika tidak normal
Dokumentasi dan laporkan
ke atasan

Coal Plough Turun Di sebebkan oleh Setting Ulang Limit Swich


6 Tidak Rapet dan settingan limit Swich sampai Coal Plough Menjadi
masih banyak yang kurang turun Turun Rapat
lolosan
Terkadang terdapat Bersihkan Area Plat Coal
batu ataupun benda Ploug dan Teflon Pada Coal
yang mengganjal di Plough dari benda – benda
Coal Plough yang menyangkut

Sekering di MCC Cek Ke MCC Coal Plough


7 Coal plough tidak terbakar yang eror tersebut setelah
terangkat saat Ada kabel yang itu coba lihan ada indikasi
kondisi Bunker terkelupas dan Fault atau tidak, jika tidak
sudah penuh terbakar cek sekring yg di salam
Kegagalan di system Breaker Tersebut apakah
Kontrol, gosong atau tidak, jika
gosong dokumentasi serta
laporkan ke atasan agar
cepat di buatkan sr

8 Saat Coal Plough di Kontaktor yang buruk Cek kontaktor pada MCC
turunkan atau di atau di sebabkan oleh Coal Plough apakah saat di

131
naika,tidak dapat di kegagalan kabel tombol operasikan Kontaktor
hentikan dengan stop tersebut bekerja atau tidak,
menekan tombol Di sebabkan oleh jika tidak ambil
stop kegagalan pada system dokumentasi kemudian
kelistrikannya laporkan ke atas agar cepat
di bikin Sr dan Di perbaiki

Cek kondisi Motor apakah


apakah Ada bau bau
terbakar atau tidak, ada
suara ubnormal tidak saat
motor di running

9 Muncul Suara Di sebabkan oleh Dokumentasikan masalah


abnormal dari batang darong atau tersebut/kendala tersebut
motor piston dari Coal Plough kepada atasan Agar cepat di
macet sehingga buatakn Sr
menyebabkan motor
kelebihan beban Serta Pantau terus Pada
bagian Yang mengeluarkan
suara ubnormal tersebut
Pemasangan Kontak apakah masih aman untuk
Batang dorong dengan di operasikan atau tidak
Coal Plough Tidak
Tepat

132
Di sebabkan oleh
Batang Dorong Keluar Saat Pengsian Bunker
dari tempatnya jangan sampai batu bara di
10 Motor Berdengung chute penuh serta
saat Motor Di Batu Bara yang berada menutupi Bagian Coal
operasikan di Chute bunkerterlalu Plough, agar pada saat coal
banyak sehingga saat Plough di angkat tidak berat
Coal Plough naik
Menjadi berat

133
DESKRIPSI
PERALATAN

Coal ROUTINE
WORK
Bunker

134
01. DESKRIPSI PERALATAN

1.1 FUNGSI & PRINSIP KERJA PERALATAN


Coal Bunker adalah suatu wadah atau bejana yang digunakan untuk
menampung sekaligus menakar batubara sebelum dimasukkan ke Coal Feeder.
PLTU JAWA BARAT 2 PELABUHAN RATU terdapat 6 Coal Bunker di setiap 1 unit
pembangkitnya, dengan kapasitas 400 ton untuk setiap Bunker. Dalam keadaan
operasi normal full load, dioperasikan 5 Mill dan 1 Mill dalam posisi standby.
Coal Bunker merupakan salah satu peralatan utama yang sangat vital
dalam pengoperasian sistem Coal Handling. Tugas utama dari operator Coal
Handling yaitu melakukan pengisian batubara serta menjaga level normal Coal
Bunker untuk kelangsungan pengoperasian unit pembangkit. Dalam proses
pengisian batubara ke Coal Bunker, operator Coal Handling melakukan
pemantauan intens terhadap level Coal Bunker lewat DCS maupun lokal. Tujuan
dilakukan pemantauan Level Coal Bunker, antara lain :
▪ Mengantisipasi terjadinya kekosongan Coal Bunker
▪ Memastikan akurasi & validasi sensor level yang terpasang

135
1.3 INSTRUMENTASI
1. LEVEL SENSOR
Level Sensor ditempatkan pada setiap Coal Bunker untuk memberikan
informasi level di DCS.

Sensor yang terpasang di coal bunker

Tampilan indikasi level bunker yang muncul di monitor CHCR

136
1.4 P&ID / SCHEMATIC DIAGRAM

137
02. ROUTINE WORK
2.1 HOUSEKEEPING DAN FIRST LINE MAINTENANCE
1. Cleaning finess di area sensor

138
DESKRIPSI
PERALATAN

PROSEDUR
PENGOPERASIAN

PENANGANAN
GANGGUAN

139
01. DESKRIPSI PERALATAN
1.1 FUNGSI & PRINSIP KERJA PERALATAN
Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia.
Batubara dengan jenis batubara Sub-Bituminous, yang dikenal dengan nama
Batubara Low-Rank atau popular dalam dunia pertambangan dengan nama LCV
Coal. Jenis batubara ini mempunyai sifat karakteristik yang reaktif, berdebu dengan
nilai HGI rendah, nilai sulfur tinggi, dan mempunyai Inherent Moisture yang relatif
tinggi.
Dengan melihat keadaan fakta bahwa batubara tersebut sangat berlimpah,
wajar bila pemerintah Indonesia menetapkan masa depan industri pembangkitan
Indonesia adalah menggunakan Steam Coal dengan memanfaatkan ketersediaan
batubara low-rank yang mudah didapat. Satu hal yang terlewatkan dalam
menghadapi LCV Coal Handling pada Pembankitan Listrik (PLTU), yaitu penanganan
(handling) jenis batubara Low Rank Coal yang sangat reactif ini. Namun dengan
menerapkan teknologi dan metoda yang benar pada Low Rank Coal ini dari hulu
sampai ke hilir akan mampu menekan risiko terjadinya self ignition ataupun
spontaneous combustion (sponcomb).

Pengertian Dust suppression system


Dust Suppression System atau DSS adalah penggunaan media cairan (air/
solution) untuk membasahi bahan yang bisa menghasilkan debu. Pada PLTU
digunakan untuk membasahi batubara agar mengurangi finess / debu yang
berterbangan. Pada umumnya DSS digunakan saat musim kemarau, dikarenakan
pada musim kemarau batubara akan memiliki tekstur kering yang debunya akan
mudah berterbangan di udara. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah
pencemaran lingkungan dan kesehatan.
Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.

140
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya
partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru yang dikenal
dengan penyakit Black Lungs Disease.

Prinsip Kerja
Proses pembongkaran batu bara dari kapal tongkang menuju Coal Yard dan
Coal Bunker pada Coal Handling menggunakan sebuah Belt Conveyor, di mana pada
kondisi batu bara kering pada proses pembongkarannya akan menyebabkan banyak
debu / finess yang berterbangan, sehingga diperlukan penyemprotan menggunakan
air bertekanan (water spray) pada tiap Chute Belt Conveyor, yang terpasang pada
BC no. 2, 3, dan 6. Air awal mulanya ditampung menggunakan tangki DSS yang
memiliki kapasitas 23.000 Liter yang dapat diisi ulang menggunakan truk tangki air
/ air hydrant. Air pada tanki DSS akan di campur menggunakan bahan kimia
(chemical) yang dipompakan ke dalam tangka. Cairan chemical berfungsi untuk
mengurangi debu dan mencegah kebakaran di stockpile. Selanjutnya air akan
dialirkan ke pipeline yang akan digunakan menggunakan pompa DSS.

1.2 KOMPONEN UTAMA PERALATAN


i. TANGKI AIR DSS
Tangki air DSS adalah komponen pada DSS yang berfungsi sebagai
penampungan air sebelum digunakan untuk penyemprotan. Tangki ini memiliki
kapasitas 23.000 liter.

141
ii. POMPA DSS / BOOSTER PUMP
Pompa DSS adalah komponen DSS yang berfungsi untuk memompakan air dari
tangki menuju outlet line yang telah disiapkan. Pompa ini memiliki spesifikasi
penggerak motor 380 V AC.

iii. POMPA CHEMICAL / DOSING PUMP


Pompa chemical adalah komponen DSS yang berfungsi untuk memompakan
cairan dari penampungan cairan menuju tanki air DSS. Pompa ini memiliki
spesifikasi penggerak motor 220/380 V AC.

iv. TEMPAT INJEKSI CHEMICAL


Tempat injeksi chemical adalah komponen DSS yang berfungsi sebagai tempat
penampungan cairan chemical sebelum dipompakan menuju tangki air DSS.

142
v. NOZZLE SPRAY
Nozzle spray adalah outlet keluarnya air dari tangki yang dipompakan
menggunakan pompa DSS. Air dikabutkan (spray) bertujuan untuk memperluas
bidang kontak agar semua finess yang berterbangan dapat terkena air tersebut.

1.3 PROTEKSI & INSTRUMENTASI


i. THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR)
Thermal Overload Relay (TOR) -adalah salah satu komponen yang digunakan
dalam menyusun rangkaian suatu panel motor listrik. Komponen ini memiliki
peran yang sangat penting di dalam sebuah rangkaian listrik. Fungsinya yakni
sebagai pelindung apabila terjadi arus listrik berlebihan (over current) dalam
elektro motor dengan prinsip kerja bersistem panas (thermal).

143
ii. Emergency stop
Emergency Stop adalah sebuah komponen peralatan yang dirancang sebagai
alat perlengkapan safety yang digunakan untuk mematikan mesin secara
darurat pada saat kondisi mesin running atau untuk mematikan mesin agar
tidak bisa running pada saat ada pemeliharaan.

1.4 P&ID / SCHEMATIC DIAGRAM

144
02. PROSEDUR PENGOPERASIAN
2.1 PERSIAPAN
Prosedur Singkat Pemeriksaan dan Pengoperasian
Sebelum mengoperasikan DSS terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya meliputi beberapa persiapan maupun pemeriksaan baik terhadap
personnel, lingkungan kerja, maupun kondisi perlatan.
Persiapan Sebelum Pengoperasian
1. Siapkan peralatan kerja yang digunakan, pastikan membawa Radio HT dan
logsheet.
2. Gunakan APD yang telah ditentukan seperti safety shoes, wearpack, safety
helmet, masker, sarung tangan kain, dsb.
3. Jika ada suatu perbaikan/ pemeliharan pada DSS, konfirmasikan pekerjaan yang
akan atau sedang dilakukan dengan bidang pemeliharaan dan CHCR apakah
berpengaruh dengan pengoperasian. Apabila sudah memastikan bahwa
pemeliharaan tidak menggangu jalannya operasi maka bisa melakukan
pengoperasian DSS

Pemeriksaan peralatan komonen DSS


1. Memastikan power supply DSS dalam keadaan energized (ON)
2. Memastikan panel control local / remote dalam keadaan normal
3. Memastikan motor DSS dalam kondisi normal
4. Memastikan motor chemical dalam kondisi normal (apabila akan digunakan)
5. Memastikan level tangki DSS normal operasi (dijaga >70 % /18 ma)
6. Memastikan ketersediaan injeksi chemical
7. Memastikan valve inlet dan outlet pada pompa dan pada tangki DSS sudah dalam
posisi OPEN
8. Memastikan valve outlet pada nozzle spray dalam posisi OPEN
9. Memastikan nozzle spray tidak mampet

145
2.2 PROSEDUR START
Pengoperasian DSS
1. Tekan tombol START BOOSTER PUMP untuk pompa air DSS

2. Tekan tombol START DOSING PUMP untuk pompa injeksi chemical

3. Setting Pressure Air menggunakan Potensiometer (putar searah jarum jam


untuk menambah pressure)

4. DSS siap digunakan

2.3 MONITORING
Monitoring DSS saat runing
1. Pastikan kondisi pompa motor DSS / chemical tidak ada suara abnormal / vibrasi
2. Pastikan pompa yang beroperasi tidak terjadi fault
3. Pastikan tidak ada kebocoran pada line DSS
4. Pastikan air keluar secara normal pada nozzle spray
5. Pastikan level tangki normal operasi (dijaga >70% /18 MA)

146
2.4 PROSEDUR STOP
Stop Pengoperasian
1. Tekan tombol STOP DOSING PUMP untuk motor pompa chemical

2. Tekan tombol STOP BOOSTER PUMP untuk motor pompa DSS

3. Tekan tombol EMERGENCY Ketika kondisi darurat (DSS abnormal)

4. DSS sudah dalam kondisi stop

2.5 HOUSEKEEPING DAN FIRST LINE MAINTENANCE


▪ HOUSE KEEPING
- Cleaning local panel box & area motor pompa DSS

147
03. PENANGANAN GANGGUAN
NO. JENIS GANGGUAN TROUBLESHOOTING PENANGANAN
PENYEBAB
1. Pompa beroperasi 1. Nozzle spray mampet 1. Bersihkan nozzle
tetapi air tidak keluar 2. Masih ada valve yang spray (biasanya ada
belum dibuka kotoran yang
4. Air dalam tangki level tersangkut )
low 2. Pastikan semua valve
5. Pressure motor sudah dalam posisi
pompa kurang open pada line yang
akan digunakan
3. Cek level tangki dan
isi terlebih dahulu
apabila level low
4. Setting pressure pada
potensio meter

2. Terjadi fault pada 1. Overspeed pada 1. Lakukan RESET pada


motor pompa motor kontaktor / inverter
2. Pressure terlalu tinggi pada local box
2. Lakukan running test
kembali
3. Jika terdapat kondisi
abnormal/trip
kembali, infokan
CHCR untuk
berkoordinasi dengan
bidang pemeliharaan

148
3. Pompa tidak bisa 1. Tidak ada supply 1. Periksa supply power
dioperasikan power pada breaker DSS,
2. Push button lakukan rack out- rack
emergency stop dalam in
kondisi tighten 2. Cek indikasi supply
power pada local box
3. Lakukan OFF-ON MCB
power utama pada
local box
4. Release push button
emergency stop

149
BIODATA PENYUSUN
NO FOTO BIODATA
1 Nama : Dwi Rahmat Cahyodiputro
TTL : Rembang, 02 Juni 2001
Tahun masuk kerja : 2019
Asal sekolah : SMK Negeri Jawa Tengah
Alamat : Desa Sumberagung, Kecamatan
Pancur, Kabupaten Rembang, Prov. Jawa
Tengah
Motto hidup : “Nothing Impossible in this
World, And do the best”

2 Nama : Wahyu Dwi Nurhidayat


TTL : Banjarnegara 29 November 2000
Tahun masuk kerja : 2019
Asal sekolah : SMK Panca Bhakti
Banjarnegara
Alamat : Desa Kendaga, RT 04/RW 04 Kec.
Banjarmangu, Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa
Tengah
Motto hidup : "Kalau orang lain bisa ,kenapa
saya tidak"
3 Nama lengkap : Muhammad Alif Alfaturisya
TTL : Demak, 9 Januari 2001
Tahun masuk kerja : 2019
Asal sekolah : SMKN 1 Semarang
Alamat : Ds. Jamus RT 16/RW 05 Kecamatan
Mranggen, Kabupaten Demak, Prov. Jawa
Tengah
Motto hidup : “Mengeluh akan pekerjaan
tetapi tetap dilakukan adalah sebuah
profesionalitas”
4 Nama lengkap : Alfaozan imani Muslim
TTL : Banjarnegara 11 Februari 2001
Tahun masuk kerja : 2019
Asal sekolah : SMK Panca Bhakti
Banjarnegara
Alamat : Desa Kalilunjar RT 04/RW 02
Kec.Banjarmangu, Kab. Banjarnegara, Prov.
Jawa Tengah
Motto hidup : “Perbanyak Bersyukur”

150

Anda mungkin juga menyukai