Anda di halaman 1dari 69

1.

Gambaran Umum Perusahaan


PLN

Pada tanggal 3 Oktober 1995, PT PLN (Persero) membentuk 2 (dua) anak


perusahaan untuk mengelola pembangkit listrik yang memasok energi listrik di
Pulau Jawa dan Bali. Kedua anak perusahaan PLN tersebut adalah PT PLN
Pembangitan Jawa Bali I (PT PLN PJB I) yang berkantor pusat di Jakarta dan
PT PLN Pembangkitan Jawa Bali II (PT PLN PJB II) yang berkantor pusat di
Surabaya. Pada tahun 2000, PT PLN PJB II diubah nama menjadi PT
Pembangkitan Jawa-Bali atau singkatnya PT PJB. Sedangkan PT PLN
Pembangitan Jawa Bali I (PT PLN PJB I) berubah nama menjadi PT Indonesia
Power.
Perusahaan listrik Negara disingkat PT PLN adalah sebuah BUMN yang
mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada di Indonesia . direktur utama nya
adalah Nur Pamudji menggantikan dahlan iskan dirut sebelumnya yang
dilantik menjadi menteri BUMN .

Ketenaga listrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke 19 , ketika


beberapa perusahaan belanda mendirikan pembangkitan tenaga listrik untuk
keperluan sendiri . pengusahaan tenaga listrik untuk kepentingan umum
dimulai sejak perusahaaan swasta belanda NV.NIGM memperluas usahanya
di bidang tenaga listrik yang semula hanya bergerak di bidang gas . kemudian
meluas dengan berdirinya perusahaan swasta lain nya .
Visi
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang , unggul
dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani
Misi
1.

menjalani bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,


berorientasi pada kepuasan pelanggan , anggota perusahaan dan

pemegang saham
2. menjadikan tenaga listrik sebagai media utuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat
3. mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi
4. menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan
motto listrik untuk kehidupan yang lebih baik

P3B
Pembentukan organisasi ini merupakan Keputusan Direksi PLN nomor
093.K/023/DIR/1995.

Tujuannya

adalah

lebih

memfokuskan

usaha

pengelolaan operasi system, memelihara dan mengembangkan system


operasi dan sarana penyaluran, mengelolan transaksi energi dan mengelola
pengusahaan jasa telekomunikasi masing-masing sesuai kebijakan Perseroan
secara komersil sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan oleh Direksi
Persroan.Waktu itu, P3B JB dipimpin oleh Hizban Ahmad. Pembentukan PLN
P3B memisahkan fungsi transmisi (penyaluran dari anak perusahaan PLN
yaitu : PLN KJB akan menjadi PLN Pembangkitan Jawa Bali I (PJB I) dan PLN
KJT menjadi PLN Pembangkitan Jawa Bali II (PJB II).

Pada awal pembentukkannya, unit ini mengelola system tegangan


ekstra tinggi 500 kV, Tegangan Tinggi 150 kV, Tegangan Menengah 70 kV
dan tegangan rendah 20 kV dan dalam perjalanannya tegangan rendah,
pengelolalaannya dilimpatkan ke PLN Unit Distribusi.

Pengalihan asset

tersebut terjadi di awal tahun 2000-an. Pengalihan termasuk migrasi pegawai


PLN P3B JB ke PLN Distribusi.

2 November 2000: Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Bisnis


Strategis Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali, maka PT PLN
(Persero) P3B yang merupakan unit pusat laba (profit center) berubah menjadi
unit pusat investasi (investment center) dengan nama Unit Bisnis Strategis
Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali (UBS P3B). Perubahan
status tersebut dilakukan untuk menatisipasi jika UU nomor 20 tahun 2000
tentang ketenagalistrikan diberlakukan.

Tim Implementasi UBS P3B berdasarkan Keputusan Pemimpin P3B


nomor: 001.K/021/PP3B/2001. Tim ini dibawah arahan langsung Basuki
Prayitno dibantu EH Gultom, Nandy Arsjad dan Bambang Waskito. Sebagai
Ketua Muljo Adji AG
Tim ini dibagi menjadi beberapa Bidang. Bidang Perencanaan ditunjuk
Muljo Adji AG. Tim II (Bidang Teknik) diketuai Suyono, Tim III Bidang
Keuangan dan Niaga Parlidungan Siagian, Tim IV Bidang SDMO dikomandani
Iwan Bachtiar, Tim V : Bidang Umum/General Affair (Nazaruddin Said), Tim VI
Bidang Audit Internal (Halomoan Sibarani), Tim VII Unit Setelmen Ulysses R
Simanjuntak, Tim VIII Unit Bidang Operasi Sistem diketuai Edy Wahyudi.
Bidang-bidang tersebut merupakan cikal bakal bidang-bidang yang ada
sekarang ini di Kantor Induk.

Tidak kalah pentingnya adalah Tim IX dan Tim X.

Tim pertama

bertugas melakukan implementasi pelimpahan asset trafo distribusi. Tim ini


diketua mantan Kepala Sektor Jakarta Djoko Hastowo. Sedangkan Tim kedua
ditugaskan untuk mempercepat implementasi regionalisasi dan regrouping
tragi. Jika sebelumnya terdapat banyak sektor dan unit transmisi dan gardu
induk (utragi), dengan terbentuknya UBS, dirampingkan menjadi 4 regional.
Keempatnya adalah Region Jakarta dan Banten (R1), Region Jawa Barat
(R2), Region Jawa Tengah dan DIY (R3) dan Region Jawa Timur dan Bali
(R4). Ketua Tim ini Muljo Adji AG untuk R1, Kikid Sukantomo Adibroto (R2),
Edy Wahyudi (R3), dan Djoko Hastowo (R4). Tim XI : Pengabungan Proyek
ke UBS P3B yang dipimpin Djodi Suprapto. Namun niat tersebut urung
dilakukan karena hingga sekarang tidak bisa dilaksanakan.

Pembentukan Unit Bidding dan Operasi Sistem dimaksudkan agar


Kantor Induk UBS P3B hanya terlibat dengan isu strategis dan tidak terlibat
pada kegiatan operasional. Sedangkan pembentukan Unit Setelmen selain

dimaksudkan untuk memisahkan kegiatan operasional metering dan setelmen


dari Kantor Induk juga dimaksudkan untuk mempercepat proses setelmen
melalui pemberian wewenang yang lebih besar khususnya dalam menangani
perselisihan. Keuntungan lain adalah akuntabilitas yang lebih jelas sehingga
lebih mudah untuk mengidentifikasi biaya proses setelmen.

Hal yang juga baru pada organisasi UBS P3B adalah pembentukan
Unit Pelayanan Transmisi (UPT) dan Unit Jasa Teknik (UJT), yang merupakan
bagian dari organisasi Region. Pembentukan UPT dimaksudkan sebagai
upaya untuk mengefisienkan pelaksanaan proses bisnis operasi dan
pemeliharaan sistem penyaluran sejalan dengan rencana pengalihan
kepemilikan aset trafo HV/MV dari UBS P3B kepada Distribusi.

Dan,

Pembentukan UJT dilakukan sebagai langkah untuk pemisahan usaha di luar


pokok (non-core) dari usaha pokok (core) yang sifatnya monopoli.UJT
didirikan untuk transisi menuju pemisahan usaha core dan usaha non-core,
mengoptimalkan

utilisasi

sumberdaya

yang

ada,

dan

memungkinkan

pengembangan usaha di luar usaha pokok menjadi lebih fokus dalam


menangkap peluang yang ada sehingga dapat memberikan kontribusi bagi
laba usaha.

B. STRUKTUR ORGANISASI PT. P3B JB

Uraian fungsi dan tugas pokok PT. PLN P3B Jawa Bali adalah sebagai berikut:

General Manager
Bertanggung jawab atas pengelolaan usaha melalui optimalisasi

seluruh sumber daya secara efisien, efektif dan sinergis; menjamin


terselenggaranya operasi dan penyaluran tenaga listrik Jawa Bali yang andal
dan akrab terhadap lingkungan; meningkatkan mutu dan keandalan serta
pelayanan dan memastikan terlaksananya Good Coorporate Govermance
(GCG) di PT. PLN P3B Jawa Bali. Adapun rincian tugas pokoknya sebagai
berikut:
1) Memastikan perencanaan strategis sistem tenaga listrik Jawa Bali
dilaksanakan sesuai dengan road map yang telah ditetapkan Direksi.
2) Mengusulkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
PT.PLN P3 B Jawa Bali.

3) Memastikan RKAP dilaksanakan sesuai dengan penetapan Direksi.


4) Menetapkan kebijakan strategis terkait pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi sistem transmisi tenaga listrik Jawa Bali.
5) Mengelola sistem manajemen kinerja unit dan manajemen mutu
termasuk menetapkan target kinerja unit-unit dibawah koordinasinya,
memonitor dan mengendalikan pelaksanaannya.
6)

Memastikan

pelaksanaan

kebijakan

pokok

pengembangan

mekanisme niaga dan operasi yang telah ditetapkan oleh Direksi.


7) Menetapkan kebijakan strategis penyusunan dan pemantauan
manajemen risiko PT. PLN P3B Jawa Bali.
8) Mengembangkan dan memelihara kompetensi organisasi dan
anggota organisasi.
9) Menetapkan laporan manajemen PT. PLN P3B Jawa Bali.

Bidang Perencanaan
Bertanggung jawab menjamin tersedianya rencana pengembangan

sistem tenaga listrik Jawa Bali termasuk rencana sistem transmisi dan indikasi
kebutuhan

operasi

sistem,

rencana

pengembangan

sistem

SCADA

dantelekomunikasi yang dilengkapi dengan analisis keekonomian sistem dan


kajian resiko dengan mengutamakan optimalisasi pemanfaatan sumber daya
perusahaan

dan

mengembangkan

merencanakan,
fasilitas

teknologi

mengelola,
informasi

dan

memelihara
sistem

dan

informasi

manajemen. Rincian tugas pokok sebagai berikut:


1) Menyusun rencana sistem pengembangan tenaga listrik Jawa Bali
yang
mencakup antara lain; rencana kebutuhan pembangkitan, transmisi,
SCADA, dan telekomunikasi termasuk untuk kebutuhan penyusunan
RUPTL.
2) Menyusun usulan rencana kerja dan anggaran perusahaan disertai
analisa kelayakan finansial, investasi dan risikonya.
3) Merumuskan strategi jangka panjang.

Bidang Pengembangan Penyaluran


Bertanggung jawab menyusun kebijakan pengembangan penyaluran

dan pengendalian investasi sistem transmisi yang meliputi perencanaan


program, pengadaan barang/jasa dan sarana penunjangnya, pengelolaan
kontrak, serta supervise dan administrasi pengembangan penyaluran di
wilayah PLN P3B Jawa Bali dengan memperhatikan aspek tekno-ekonomis.
Rincian tugas pokok sebagai berikut:
1) Menyusun RAK pengembangan penyaluran
2) Mengkoordinasikan pelaksanaan anggaran investasi dengan bidang
terkait
3) Menetapkan kebijakan terkait dengan pengembangan penyaluran.

Bidang Operasi Sistem


Bertangggung

jawab

menjamin

terlaksananya

pengelolaan

dan

pengembangan proses bidding energi; perencanaan dan analisa evaluasi


operasi sistem; pengaturann dan pengendalian sistem tenaga listrik;
pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan SCADATEL, fasilitas operasi
sistem transmisi 500 KV; pengelolaan proses pembacaan meter, proses
setelmen, penerbitan tagihan pembayaran serta penyelesaian permasalahan
transaksi. Rincian tugas pokok sebagai berikut:
1) Menyusun RKA terkait dengan kegiatan bidding dan operasi sistem
2) Mengelola operasi sistem tenaga listrik untuk memperoleh sistem
yang

andal,

aman,

bermutu

dan

ekonomis,

dengan

berbasis

teknologi,sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku


3)

Mengelola

proses

bidding

dan

melaksanakan

koordinasi

pelaksanaan operasi sistem tenaga listrik dan perencanaan operasi


tahunan hingga pelaksanaa operasi real time.

Bidang Teknik Penyaluran

Bertanggung jawab menyusun kebijakan operasi dan pemeliharaan


instalasi transmisi, enjiniring transmisi dan proteksi; menyusun program
pembinaa

operasi

ketenagalistrikan,

dan

pemeliharaan,

pengendalian

aset

lingkungan
transmisi

dan

dan

keselamatan

logistik

dengan

memperhatikan aspek tekno ekonomis dan strategi pengelolaan sistem


transmisi untuk menjamin keandalan dan ketersediaan transmisi. Rincian
tugas sebagai berikut:
1)

Menyusun

RKA

terkait

operai

dan

pemeliharaan

instalasi

transmisi,proteksi serta lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan


2) Menetapkan kebijakan enjiniring terkait operasi dan pemeliharaan
transmisi, proteksi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja peralatan
sistem transmisi PLN P3B Jawa Bali
3) Merekomendasikan penerapan pengembangan teknologi peralatan
terkait operasi dan pemeliharaan transmisi dan proteksi untuk
meningkatkan keamanan, keandalan dan efisiensi.

Bidang Keuangan
Bertanggung

jawab

menyusun

proyeksi

keuangan,

program

pengelolaan anggaran sesuai RKA PLN P3B Jawa Bali dan Unit-Unitnya;
menjamin terselenggaranya pengelolaan pendanaan dan pengelolaan arus
kas secara akurat, pengelolaan pajak dan asuransi, pembinaan dan
pengembangan sistem manajemen keuangan dan akuntansi sesuai dengan
prinsip-prinsip manajemen keuangan dan akuntansi yang baik untuk
memastikan akurasi dan ketepatan waktu penyajian akuntansi dan pelaporan
keuangan; menyusun, memantau dan mengevaluasi kinerja keuangan PLN
P3B Jawa Bali serta unit-unitnya. Rincian tugas pokok sebagai berikut:
1) Menyusun RKA PLN P3B Jawa Bali
2) Menetapkan strategi dalam pengoptimalan sumber dan penggunaan
dana PLN P3B
3) Mengelola pendapatan dan pembayaran sesuai ketentuan yang
berlaku

Bidang SDM dan Organisasi


Bertanggung jawab menjamin tersedianya SDM yang berkualitas serta

memiliki kompetensi sesuai

bidang tugasnyameliputi penyelenggaraan

rekruitmen dan seleksi, penempatan pembinaan dan pengembagan SDM


secara komprehensif dan terencana; mengelola kegiatan administrasi
kepegawaian

berbasis

sistem

informasi

kepegawaian

yang

terpadu,

menyelenggarakan hubungan industrial, serta pengembangan organisasi


sesuai

kebutuhan

dan

penyempurnaan

tata

laksanannya

termasuk

penyelenggaraan analisa jabatan dan evaluasi jabatan, perencanaan tenaga


kerja, manajemen karir dan kinerja SDM. Rincian tugas pokok sebagai berikut:
1) Merekomendasikan strategi pengembangan organisasi sesuai
kebijakan perseroan
2) Menyusun kebijakan sistem manajemen mutu
3) Menetapkan rencana pengembangan kompetensi.

Bidang Umum
Bertanggung jawab menyusun perencanaan dan melaksanakan

pengelolaan administrasi perkantoran, prasarana kantor beserta fasilitasnya


dan transportasi serta keamanan serta kebijakan dalam menghadapi masalah
hukum yang timbul selama kegiatan perusahaan, kebijakan dan strategi
komunikasi, hubungan masyarakat dan program bina lingkungan serta
pengelolaan permasalahan sosial terkait Right of Way (ROW). Rincian tugas
pokok sebagai berikut:
1) Menyusun RKA Terkait dengan sarana dan fasilitas kerja, program
bina lingkungan, serta pengelolaan permasalahan sosial terkait ROW,
kebijakan hukum, humas dan komunikasi.
2) Menetapkan kebijakan yang terkait dengan sarana dan fasilitas kerja
sesuai dengan kewenangan yang telah ditetapkan
3) Menentukan kebijakan penyelesaian permasalahan sosial, hukum
serta masalah intern yang terkait dengan rumah dinas/instansi untuk
pedoman penyelesaian permasalahan tersebut.

Audit Internal
Bertanggung

jawab

menjamin

terlaksananya

penyelenggaraan

pembinaan dan penilaian sistem pengendalian manajemen, operasional


maupun keuangan serta memberikan rekomendasi bagi perbaikan dan
kemajuan perusahaan. Rincian tugas pokok sebagai berikut:
1) Membuat usulan Program Kerja Pemeriksaan Tahunan (PKPT) untuk
Satuan Pengawasan Intern (SPI) PLN Pusat

2) Menetapkan jadwal dan melakukan pemeriksaan fisik di lapangan


serta mengkoordinir pelaksanaan pemeriksaan agar pemeriksaan
berjalan lancar dan sesuai sasaran.
3) Mengkoordinir dan melakukan pemeriksaan khusus sesuai perintah
General Manajer.

Area Pelayanan pemeliharaan


Bertanggung

penyaluran

tenaga

jawab
listrik

atas
di

pelaksanaan

wilayah

pemeliharaan

kerjanya

yang

meliputi

instalasi
fungsi

pemeliharaan proteksi, meter, dan SCADATEL, pemeliharaan instalasi


penyaluran, dan keselamanatan ketenagalistrikan untuk mencapai target
kinerja serta mengelola bidang administrasi dan keuangan untuk mendukung.
Di jawa timur APP tersebar di 5 wilayah yaitu :
1. Surabaya
2. Malang
3. Probolinggo
4. Madiun
5. Bali

Area Pengaturan Beban


Bertanggung

penyaluran

di

jawab

wilayah

atas

kerja

pelaksanaan

area

pelayanan

pengoperasian

sistem

transmisi

fungsi

yaitu

perencanaan dan evaluasi pengoperasian sistem yang meliputi pengendalian


operasi sistem.Supervisi operasi, dan rencana operasi.
C. Visi dan Misi P3B
Visi dari PT PLN unit P3B Jawa Bali adalah Diakui sebagai pengelola
transmisi, operasi sistem, dan transaksi tenaga listrik dengan kualitas
pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan stakeholders
dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Misi P3B Jawa Bali :
1. Mengelola operasi sistem tenaga listrik secara andal

2. Melakukan dan mengelola penyaluran tenaga listrik tegangan tinggi


secara efisien, handal dan akrab lingkungan
3. Mengelola transaksi tenaga listrik secara kompetitif, transparan dan
adil
4. Melaksanakan pembangunan instalasi sistem transmisi tenaga listrik
Jawa-Bali.
D. Wilayah Kerja P3B
Wilayah kerja P3B Jawa Bali meliputi pulau Jawa, Bali dan Madura yang
terbagi menjadi 4 (empat) Regio n dan 1 (satu) Subregion yaitu:
1. Region Jakarta & Banten (RJKB)
2. Region Jawa Barat (RJBR)
3. Region Jawa Tengah & DIY (RJTD)
4. Region Jawa Timur & Bali (RJTD), serta Sub Region Bali.
P3B Jawa Bali mengelola 1 (satu) Inter Regional Control Center (IRCC) yaitu
Jawa Control Center/ JCC) dan 5 (lima) Regional Control Center (RCC). JCC
bertanggung jawab untuk mengoperasikan interkoneksi sistem 500 KV.Selain
itu JCC, bertanggung jawab atas pengaturan komposisi pembangkitan di
sistem Jawa Bali.Sedangkan RC C bertanggung jawab untuk mengoperasikan
jaringan 150 dan 70 KV serta pengaturan tegangan di wilayahnya.
E. Proses Bisnis
a. Ruang Lingkup Usaha Pokok P3B
Bidang usaha pokok yang ditangani oleh P3B sesuai tanggung jawab yang
diberikan kepadanya sebagai pelaksana monopoli transmisi, pengelola
operasi sistem dan transaksi tenaga listrik adalah:
1. Penyaluran Tenaga Listrik, termasuk layanan penyambungan ke
sistem penyaluran;
2. Perencanaan Sistem Tenaga Listrik yang terdiri dari indikasi
kebutuhan pembangkitan dan pengembangan sistem penyaluran;
3. Operasi Sistem Tenaga Listrik yang meliputi manajemen energi
dan pengendalian operasi;
4. Transaksi Tenaga Listrik yang meliputi penyediaan informasi

sistem tenaga listrik dan pengelolaan transaksi tenaga listrik;


serta
5. Setelmen Transaksi Tenaga Listrik, yaitu perhitungan dan
pengelolaan tagihan transmission charges, system service
charges dan transaksi tenaga listrik, termasuk pengelolaan sistem
metering.
6. Ruang Lingkup Usaha Di Luar Usaha Pokok P3B
Disamping mengelola bidang usaha yang bersifat monopoli, P3B
memiliki peluang untuk mengembangkan usaha lain di luar usaha
pokok

dengan

sumberdaya

dan

maksud
investasi

untuk
yang

mengoptimalkan

penggunaan

telah

agar

dilakukan

dapat

memberikan kontribusi kepada laba usaha P3B, yang secara tidak


langsung pada akhirnya akan dapat
memberikan manfaat kepada stake holders.

F. LINGKUP KERJA P3B JAWA BALI

SLAYA

MKRNG

PRIOK
U

SLIRA

GU

GU

CLGON
JTAKE

TGRNG

ASAHI
KKSTL

SRANG

KMBNG

ACC
CWANG

BKASI

GU
U

MTWAR

KSBRU

JTBRG

P
SALAK

JAVA

JT LHR
HA

BGBRU

HRGLS

CBATU

GNDUL

CIBNG
SGLNG

CRATA

SRAGI

CBBAT
PDLRG

GU

BDSLN
A

CNJU R

ACC
CGRLG

CRBON

KBSEN

PKLON

BMAYU

MRIC A

GARUT
P

MJNNG
RWALO

CAMIS

ACC
UNGAR

KRPYK
WLERI

UNGAR

KNTUG
GBONG

PEDAN

GU GLT MR

BKLAN

SMNEP
SPANG PMKSN

BJGRO

SGMDU

KRIAN
SRGEN

PERAK

ACC
WARU

NGAWI

JAJAR

BOJLI

LNGAN

CEPU
A

JELOK

A
PWRJO

LMNIS

GRSIK
BABAT

KDMBO
SGRAH

MADURA

PATI

BLORA

GARNG

A
WSOBO

TSMYA BNJ AR

KUDUS

RBANG

PMLNG

KMJNG

DRJAT

JPARA

TBROK

UBRNG

BNGIL
MKRTO

PALUR

GRATI

SURYA

PITON
U

STBDO

MNRJO
BNTUL

KLTEN

KBAGN

M GUNG

KDBRU

PBLGO
LWANG

A
WLNGI

BDWSO

A
KKT ES

BALI

BWNGI

PMRON

GLNUK

LMJNG

BTRTI
GNYAR

KAPAL

JMBER
NGARA

SANUR

PSGRH
G

NSDUA

G. Layout / Single Line


- Single Line GI Banaran

AMLRA

Single Line Diagram APP Madiun

H. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GARDU INDUK


Gardu induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik yang terdiri
dari beberapa perlengkapan peralatan listrik dan menjadi penghubung
listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer. Gardu induk
dilengkapi komponen utama sebagai fasilitas yang diperlukan sesuai
dengan

tujuannya

serta

mempunyai

fasilitas

untuk

operasi

dan

pemeliharaan. , Secara umum perlatan dan perlengkapan pokok yang ada


di Gardu Induk terdiri dari :

Transformator Daya

Transformator daya atau tenaga merupakan peralatan listrik yang


berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari tegangan tinggi (500 KV)
ke tegangan menengah (200 KV) atau sebaliknya (mentransformasikan
tegangan).

Transformator Tegangan

Trafo tegangan disebut juga potensial transformator adalah trafo yang


berfungsi menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah dan
tegangan rendah, untuk sumber tegangan alat-alat ukur dan alat-alat
proteksi. Fungsi trafo tegangan (potensial transformer) :
1.

Memperkecil besaran tegangan pada system tenaga listrik menjadi

besaran tegangan untuk system pengukuran atau proteksi.


2.

Mengisolasi rangkaian sekunder tehadap rangkaian primer.

3.

Memungkinkan standarisasi rating tegangan untuk peralatan sisi

sekunder.

Transformator Arus

Trafo arus disebut juga current transformer (CT) berfungsi untuk


menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada
tegangan rendah untuk keperluan pengukuran dan pengaman. Menurut
tipe kontruksinya :
a. Tipe Cincin (ring/window tipe)
b. Tipe Tangki Minyak

c. Tipe cor-coran Cast Resin (mounded cast resin tipe)

Transformator Bantu

Transformator bantu adalah trafo yang digunakan untuk membantu


beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut. Jadi merupakan
pasokan utama untuk alat-alat bantu seperti motormotor 3 fasa yang
digunakan sebagai motor pompa sirkulasi minyak trafo beserta motormotor kipas pendingin. Yang paling penting adalah sebagai pasokan
sumber tenaga cadangan seperti sumber DC yang merupakan sumber
utama jika terjadi gangguan dan sebagai pasokan tenaga untukproteksi
sehingga proteksi tetap bekerja walaupun tidak ada pasokan arus AC.

Busbar/ rel

Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo tenaga, Saluran


Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk menerima
dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik. Bahan dari rel terbuat dari
bahan tembaga (bar copper atau hollow conductor). Ada beberapa jenis
konfigurasi busbar yang digunakanhingga saat ini.

Aresster

Berfungsi sebagai alat untuk melindungi isolasi atau mengamankan


instalasi (peralatan listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih
yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi
dari suatu penyambungan atau pemutusan rangkaian, alat ini bersifat
sebagai by-pass disekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah
dilalui oleh arus kilat sistem pentanahan sehingga akan menimbulkan
tegangan lebih yang tinggi dan tidakmerusak isolasi peralatan listrik.

Saklaar Pemisah (PMS)

Berfungsi untuk mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau


instalasi lain yang bertegangan. PMS ini boleh dibuka atau ditutup hanya
pada rangkaian yang tidak berbeban. Oleh karena itu pemisah tidak boleh
dihubungkan atau dikeluarkan dari rangkaian listrik dalam keadaan
berbeban. Cara pemasangan PMS dibedakan ataspasangan dalam dan

pasangan luar.Tenaga penggerak dari PMS adalah secara manual, motor,


pneumatic atau angin dan hidrolis.

Pemutus Tenaga

Pemutus

tenaga

(PMT)

adalah

peralatan

atau

saklar

untuk

menghubungkan atau memutuskan suatu rangkaian/jaringan listrik sesuai


dengan ratingnya. PMT memutuskan hubungan daya listrik bila terjadi
gangguaan, baik dalam keadaan berbeban maupun tidak berbeban dan
proses ini di lakukan dengan cepat. Pada waktu menghubungkan atau
memutus beban, akan terjadi tegangan recovery yaitu suatu fenomena
tegangan lebih dan busur api, oleh karena itu sakelar pemutus dilengkapi
dengan media peredam busur api tersebut, seperti media udara dan gas
SF6.

Sakelar Pentanahan

Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor dengan tanah / bumi


yang berfungsi untuk menghilangkan/ mentanahkan tegangan induksi
pada konduktor pada saat akan dilakukan perawatan atau pengisolasian
suatu sistem. Sakelar Pentanahan ini dibuka dan ditutup hanya apabila
sistem dalam keadaan tidak bertegangan (PMS dan PMT sudah
membuka).

Kompensator

Kompensator didalam sistem Penyaluran tenaga Listrik disebut pula alat


pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan pada saluran
transmisi atau transformator, dengan mengatur daya reaktif atau dapat
pula dipakai untuk menurunkan rugi daya dengan memperbaiki faktor
daya.Alat tersebut ada yang berputar dan ada yang stationer, yang
berputar

adalah

kondensator

sinkron

dan

kondensator

asinkron,

sedangkan yang stationer adalah kondensator statis atau kapasitor shunt


dan reaktor shunt.
a. Pengertian Reaktor
Suatu transmisi tegangan tinggi/tegangan ekstra tinggi yang panjang
tanpa berbeban maka tegangan penerima akan naik akibat adanya

capasitansi di sepanjang jaringan. Tegangan yang naik melebihi tegangan


yang dijinkan tidak diperkenangkan. Untuk mendapatkan tegangan yang
diinginkan maka pada ujung transmisi dipasang reactor yaitu suatu beban
reaktif induktif (VAR).Besarnya reaktif terpasang sangat tergantung pada
kebutuhan.
Perubahan beban juga dapat mengakibatkan perubahan tegangan, bila
pengaturan tegangan melalui tap trafo tidak lagi memungkinkan maka
reactor mempunyai peranan dalam pengaturan tegangan.
b. Pengertian Kapasitor
Pada GI yang jauh dari sumber pembangkit atau beban yang besar
dapat mengakibatkan tegangan menjadi turun. Pengaturan melalui tap
maupun lainnya telah dilakukan namun tegangan tetap menunjukkan
perubahan tegangan yang signifikan maka dipasanglah capasitor.
Pemasangan capasitor diharapkan dapat memperbaiki tegangan sesuai
yang diinginkan.

Rele

Rele Proteksi dan Papan Alarm


proteksi

yaitu

alat

yang

bekerja

secara

otomatis

untuk

mengamankan suatu peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari


atau mengurangi terjadinya kerusakan peralatan akibat gangguan dan
membatasi daerah yang terganggu sekecil mungkin. Kesemua manfaat
tersebut akan memberikan pelayanan penyaluran tenaga listrik dengan
mutu dan keandalan yang tinggi. Sedangkan papan alarm atau
announciator adalah sederetan nama-nama jenis gangguan yang
dilengkapi dengan lampu dan suara sirine pada saat terjadi gangguan,
sehingga memudahkan petugas untuk mengetahui rele proteksi yang
bekerja dan jenis gangguan yang terjadi.

Baterai

Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu mempunyai


keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka batere dipakai sebagai sumber

tenaga kontrol dan proteksi pada gardu induk.Peranan dari batery sangat
penting karena pada saat gangguan terjadi, batery sebagai sumber
tenaga untuk menggerakkan alat-alat kontrol dan proteksi. Bentuk fisik
baterai yang digunakan pada gardu induk :
Menurut bahan elektrolit yang digunakan maka baterai dapat dibedakan
atas
dua, yaitu:
a. Baterai timah hitam (lead acid storage batery) : bahan elektrolitnya adalah
larutan asam belerang. Baterai timah hitam ada dua macam yaitu:
1. Lead-antimony
2. Lead-calcium
b. Baterai alkali (alkali stroge batery) : bahan elektrolitnya adalah larutan
alkali (patassium hydroxide). Batery alkali ada dua macam yaitu:
1. Nickel-iron-alkaline storage batery (NI-Fe batery).
2. Nickel-cadmium battery (Ni-Cd battery).

KWh METER
Pada single line diagram, kWh meter diletakkan pada busbar incoming
20 kV dan pada busbar transmisi. Sedangkan di lapangan, kWh berada
di control room seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :

Keterangan Gambar :
1. Alat Ukur
Ampere Meter
Untuk mengukur besaran arus dengan satuan ampere.
KV Meter
untuk mengukur besaran tegangan dengan satuan kilo volt.
MW Meter
untuk mengukur besaran daya aktif dengan satuan mega watt.
MVAR Meter
untuk mengukur besaran daya reaktif dengan satuan mega var.
KWh Meter Terima
untuk mengukur besarnya KWh yang diterima.
KWh Meter Kirim
untuk mengukur besarnya KWH yang dikirim.
2. Announciator atau Papan Indikasi
Papan Indikasi
untuk mengetahui indikasi peralatan apa yang kerja atau mengalami
kelainan.
Reset lock-out ry 79
untuk mereset relay recloser yg kerja.
Reset indikasi ry 79
untuk mereset indikasi relay recloser.
Lamp Test
untuk menguji lampu indikasi.
Stop Alarm
untuk mematikan / mereset alarm.
Stop Flicker
untuk menghentikan sinyal flicker.
Reset
untuk menghilangkan / mereset indikasi.
Stop Buzzer
untuk mematikan / mereset alarm apabila MCB DC trip.
Lampu indikasi MCB DC trip
untuk indikasi apabila MCB DC trip.
3. Tombol Selector Switch
Switch Voltmeter
untuk mengetahui tegangan pada tiap phase (R, S, T).
Switch 43 RL (Lokal-Remote)
Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan /
dikerjakan oleh petugas JARGI dikontrol panel GI.
Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan /
dikerjakan oleh petugas Dispatcher Region melalui SCADA.
Switch 43 RL (Lokal-Remote)
Lokal berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan /
dikerjakan oleh petugas JARGI dikontrol panel GI.

Remote berarti pembukaan dan penutupan PMS Bus dilakukan /


dikerjakan oleh petugas Dispatcher Region melalui SCADA.
Synchronism berfungsi untuk mensinkronkan tegangan Line dan Bus.
4. Control Switch
Control Switch PMS BUS A
untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS A 150 kV Remote dari
panel kontrol.
Control Switch PMS BUS B
untuk pembukaan dan penutupan PMS BUS B 150 kV Remote dari
panel kontrol.
Control Switch PMT
untuk pembukaan dan penutupan PMT 150 kV Remote dari Panel
Kontrol.
Control Switch PMS LINE
untuk pembukaan dan penutupan PMS LINE Remote dari Panel
Kontrol.
Catatan : Untuk fasilitas control switch PMS Tanah tidak ada jadi
untuk memasukkannya dilakukan di switchyard.
5. Test Block
sebagai fasilitas untuk pengujian Meter (Besaran arus dan
tegangan).

ALUR PENGENDALIAN OPERASI SISTEM


Saat pengendalian operasi sistem di Jawa Bali dilakukan
melalui 6 (enam) control center, 1 Inter Regional Control Centre
yang bertugas melakukan energy management system dan
switching 500 kV dan 5 Regional Control Centre yang bertugas
melakukan switching 150/70 kV.

Hirarki Control Centre Jawa Bali

IRCC/JCC saat ini terhubung dengan 40 lokasi 500kV


remote station (RTU), RCC RJKB terhubung dengan 127 lokasi
150/70kV remote station (RTU), RCC RJBR terhubung dengan 88
lokasi 150/70kV remote station (RTU), RCC RJTB terhubung
dengan 118 lokasi 150/70kV remote station (RTU) dan RCC Bali
terhubung dengan 14 lokasi 150/70kV remote station (RTU).
IRCC/JCC berada diwilayah kendali Bidang Operasi Sistem
yang merupakan salah satu bidang di PLN P3B Jawa Bali,
sedangkan masing-masing RCC dibawah manajemen Area
Pengatur Beban (APB).
Dalam melakukan pengendalian operasi, Asmen Operasi dibantu
5 dan 3 shift dispatcher atau yang biasa disebut Manpower
Dispatcher P3B JB.

SCADA
PENGERTIAN SCADA
SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control and
Data Acquisition. SCADA merupakan sebuah sistem yang
mengumpulkan informasi atau data-data dari lapangan dan
kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat yang akan
mengatur dan mengontrol data-data tersebut.
SCADA PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
Fasilitas
SCADA
diperlukan
untuk

melaksanakan

pengusahaan tenaga listrik terutama pengendalian operasi secara


realtime. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU (Remote
Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC (Region Control

Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dan Master


Station.
RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit
yang hendak dipantau.RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap
kondisi peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaranbesaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian
diteruskan ke RCC melalui jaringan telekomunikasi data.RTU juga
dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah
status peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah
yang dikirim dari RCC.
Dengan
sistem

SCADA

maka

Dispatcher

dapat

mendapatkan data dengan cepat setiap saat (real time) bila


diperlukan,

disamping

itu

SCADA

dapat

dengan

cepat

memberikan peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan


pada sistem, sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat
diatasi / dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa kondisi ON
/ OFF peralatan transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri,
dan juga kondisi tegangan dan arus pada setiap bagian di
komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator berbeda,
bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid maka operator
akan dapat megetahui dengan mudah.
KOMPONEN DASAR SCADA
Komponen-komponen pusat pengendalian, Control Centre,
berupa computer-komputer;
Komponen-komponen perangkat interface dengan rangkaian
proses di gardu induk maupun di gardu distribusi seperti RTU,
perangkat komunikasi, perangkat pekerjaan adaptasi dan
perangkat-perangkat pencatu daya;
Perangkat meter-meter dan terminal

pelanggan

untuk

otomatsasi.
Sarana telekomunikasi yang diperlukan untuk memungkinkan
dua atau lebih terminal dapat saling berkomunikasi.
a) Control Centre
Control centre merupakan bagian dari

system

pengendalian yang akan dibangun setelah gardu-gardu yang

akan disupervisi disiapkan dan semua kebutuhan infrastruktur


seperti sarana telekomunikasi dan bangunan-bangunan
gardu induk dan lain-lain telah tersedia.
Pengembangan perangkat-perangkat

RTU

untuk

keperluan gardu induk, gardu hubung dan gardu distribusi


secara bertahap mengikuti perkembangan jaringan dengan
tetap memperhatika keperluan dan urgensi dari setiap titik
remote control. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan
instalasi

dari

perencanaan

system

SCADA

dapat

dilaksanakan secara setahap demi setahap tanpa perlu


melaksanakannya secara keseluruhan pada waktu yang
sama

terutama

bila

dipertimbangkan

pelaksanaan

otomatisasi pada bagian-bagian jaringan tertentu belum


mendesak.
b) Perangkat-perangkat RTU
Pada setiap pengimplementasian RTU untuk gardu
induk maka semua jaringan out going dan incoming 20 kV
serta semua jaringan transmisi 150 kV dan pembangkitpembangkitnya harus dapat dipantau dan di-remote control
baik status perlatan-peralatannya maupun besaran-besaran
listriknya. Sedangkan pada gardu hubung semua pemutuspemutus daya LBS harus dapat dimonitor dan di-remote
control.
c) Perangkat-perangkat Meter Pelanggan Peserta Perangkat
Interface
Perlu dilakukan pengembangan dan penggantian meter
yang

dilengkapi

memungkinkan

dengan

perangkat

dilaksanakannya

elektronik

komunikasi

untuk

elektronis

pelanggan dengan remote centre, pembacaan meter, remote


control, dan lain sebagainya.
Penerapan otomatisasi

pelanggan

tersebut

akan

dilaksanakan dengan terlebih dahulu pada jaringan spindle


20 kV yang banyak pelanggan-pelanggan besarnya dengan
menggunakan sarana telekomunikasi distribution line carrier.

Hal ini mengingat konfigurasi distribution line carrier yang


tersambung pada suatu spindle akan dapat melayani semua
pelanggan yang tersambung ke spindle tersebut dengan
komunikasi broadcasting.
d) Keuntungan-keuntungan Penerapan Sistem SCADA/EMS
Secara umum keuntungan-keuntungan yang dapat kita
peroleh dengan menerapkan system SCADA/EMS pada
kelistrikan, yaitu :
Dengan menggunakan system SCADA/EMS pada system
kelsitrikan dapat diperoleh dengan system pengoperasian
dengan organisasi yang lebih ramping dan sederhana.
Pada prinsipnya, dengan adanya system SCADA/EMS
system gardu induk tanpa orang seharusnya dapat
dilakukan, dimana hal ini dapat mengurangi biaya-biaya
yang cukup signifikan sebagai bahan pertimbangan dalam
penerapan system SCADA.
Keuntungan lain yang dapat diperoleh dari pengoperasian
system

kelistrikan

dengan

menggunakan

system

SCAD/EMS adalah system pengoperasian yang lebih


ekonomis. Dengan menggunakan system SCADA/EMS
system pengoperasian kelistrikan dapat menghemat
keseluruhan biaya operasi, misalya dengan load forecast
dan unit-unit komitmen yang lebih baik, optimasi rugi-rugi
transmisi maupun pembangkit dan lain sebagainya yang
secara keseluruhan akan mengoptimumkan sumber daya
secara ekonomis.
Peningkatan
keandalan

system.

Factor-faktor

pertimbangan pengimplementasian SCADA/EMS bukan


hanya terdiri atas pertimbangan ekonomis semata-mata
melainkan juga factor sekuriti dan keandalan. Sejauh ini
diakui masih sulit menjelaskan keuntungan-keuntungan
diatas secara kuantitatif dalam arti nilai ekonomis yang
akan

diperoleh

bila

system

dilengkapi

dengan

SCADA/EMS. Biasanya bila terjadi gangguan serius yang

menyebabkan pemadaman total (black out), baru akan


terfikirkan betapa pentingnya sarana dan fasilitas yang
dapat digunakan untuk membantu mengoperasikan dan
menganalisa keandalan system. Dari berbagai pendapat
disepakati keandalan system akan bisa dinaikkan mulai
20% hingga 50% bila system kelistrikan dioperasikan
dengan system SCADA/EMS. Angka tersebut diharapkan
akan semakin meningkat seiring dengan kemajuan fungsifungsi perangkat lunak aplikasi yang terus berkembang.
SISTEM SCADA JAWA BALI
DATA SISTEM SCADA
MASTER STATION terdiri dari 6 Control Center :
a) JCC GANDUL (Gandul, Depok)
Tugas switching 500 Kv Jawa Bali.
b) RCC CAWANG (APB DKI JAKARTA dan BANTEN)
Tugas pengaturan sistem 150/70kV DKI Jakarta dan
Banten.
c) RCC CIGELENG (APB Jawa Barat)
Pengaturan sistem 150/70KV Jawa Barat
d) RCC UNGARAN (APB Jawa Tengah dan DIY)
Pengaturan sistem 150/70kV Jawa Tengah dan DIY
e) RCC WARU (APB Jawa Timur)
Pengaturan 150/70kV Jawa Timur
f) RCC BALI (APB Bali)
Pengaturan sistem 150/70kV Bali.
REMOTE STATION

Link Komunikasi SCADA


Media komunikasi yang digunakan untuk SCADA Jawa Bali
adalah :
a) Fiber Optic
b) PLC
c) Pilot Cable
d) Radio Microwave

KONFIGURASI LINK KOMUNIKASI UNTUK SISTEM SCADA


500 KV

KONFIGURASI SCADA JAWA TIMUR

EMS (Energy Management System)


EMS merupakan aplikasi untuk melakukan manajemen energi operasi sistem
tenaga listrik yang terintegrasi dengan sistem SCADA.
EMS berfungsi untuk :
a) Monitoring operasi sistem tenaga listrik
b) Menganalisa permasalahan yang berhubungan dengan keamanan operasi
sistem tenaga listrik
c) Mencapai operasi sistem tenaga listrik yang ekonomis.
Kebutuhan aplikasi EMS beroperasi secarareal time dengan data snapshot dari
server SCADA atau sub sistem komunikasi untuk pengukuran dan status saat
aplikasi dijalankan dan data modeling serta data statis dapat diambil dari server
historical, EMS dan SCADA.

AMR (Automatic Meter Reading)


Automatic Meter Reading (AMR) adalah system pembacaan meter jarak jauh
secara otomatis, terpusat, dan terintegrasi dari ruang control melalui media
komunikasi telepon public (PSTN) atau telepon seluler (GSM) menngunakan

software tertentu. Sistem AMR diterapkan pada pelanggan potensial dengan


daya terpasang diatas 41.5 KVA.
Konfigurasi peralatan yang digunakan diantaranya :
Meter elektronik yang terpasang di pelanggan
Modem dan saluran telepon
Computer
Dengan system AMR, pelanggan dapat mengetahui nilai dan karakteristik
energy listrik yang dikonsumsi, sehingga dapat melakukan energy management
untuk menghemat biaya listrik.
Sistem AMR (Automatic Meter Reading) merupakan sistem pengambilan data
tersentralisasi, dimana data regular yang berupa :
Energy (kWh & kVArh)
Max Demand (VA), dan
Load Profile (Arus,Tegangan,kW, kVAr, dan kVA)
secara periodik dibaca dari setiap Meter dan dikumpulkan di Master AMR untuk
keperluan billing dan juga untuk analisa profil customer dalam kerangka
antisipasi kebutuhan daya.
Sistem ini pun memiliki beberapa kelemahan.
kWh meter transaksi yang digunakan tidak satu jenis, sehingga download
datanya harus menggunakan program yang berbeda.
nilai dari pengukuran per 30 menit
koneksi ke kWh meter lebih rentan terhadap gangguan.
Pengumpulan data dan kalkulasi susut transmisi akan memakan waktu
yang lama.
Sistem ini akan efektif jika kalkulasi susut dilakukan per-hari (per-24 jam)
Sistem AMR ini memungkinkan untuk malakukan koreksi pola operasi setiap
harinya.Ini hanya bereffek pada perencanaan pengoperasian pembangkit setiap

harinya.
LFC (Load Frequency Control)
Peralatan yang seacraotomatis merespon sinyalk dari control center secarareal
time untuk mengatur daya aktif keluaran dari generator yang berada dalam
suatu area tertentu sebagai tanggapan terhadap perubahan frekuensi sistem,
pembebanan tieline, atau keduanya, dengan maksud untuk menjada frekuensi
sistem yang diinginkan, dan atau mewujudkan pertukaran daya aktif dengan
area lain dalam batas yang dikendaki.

I. SISTEM PROTEKSI GARDU INDUK.

Sistem proteksi adalah suatu sistem pengaman pada peralatan listrik yang
terdapat pad gardu induk yang diakibatkan oleh gangguan alam, gangguan teknis,
kesalahan operasi, dan penyebab lainya.

PEMUTUS TENAGA
Pemutus

tenaga

(PMT)

adalah

suatu

alat

otomatis

yang

mampumemutus/menutup rangkaian pada semua kondisi yaitu kondisi gangguan


maupun kondisi normal, atau dapat juga sebagai alat yang dibutuhkan untuk
mengontrol jaringan tenaga listrik dengan membuka circuit dengan menutup
circuit (sebagai sakelar) dengan membawa beban secara pengawasan manual
atau otomatis, sedangkan jika dalam keadaan gangguan atau keadaan tidak
normal PMT dapat membuka dengan bantuan rele yang mendeteksi, sehingga
gangguan dapat dipisahkan.
Selama beroperasi pada keadaan normal PMT dapat dibuka dan ditutup
tanpa menimbulkan akibat yang merugikan. Dalam keadaan gangguan atau keadaan
yang tidak normal relay akan mendeteksi dan menutup rangkaian tripping dari PMT
maka akan menggerakkan mekanisme penggerak untuk membuka kontak-kontak PMT.

RELAY PROTEKSI
Relay adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur /

memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya perubahan
lain. Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga bagian utama
Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :
-

Elemen pengindera.

Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus, tegangan,
frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan.
Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan
yang diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk
selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen pembanding.
-

Elemen pembanding.

Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu diterima
oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran listrik pada saat
keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.

Elemen pengukur/penentu.

Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran ukurnya
dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau memberikan sinyal.
Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi adalah untuk
mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari
bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih sehat
dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, dengan cara :
Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal

lainnya

yang

dapat

membahayakan peralatan atau sistem dan juga manusia.


Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami
keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang
terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum
mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.

RELAY PROTEKSI BUSBAR


Sebagai proteksi utama Busbar adalah RELE Differensial, yang berfungsi
mengamankan pada busbar tersebut terhadap gangguan yang terjadi di busbar
itu sendiri.
Konfigurasi Busbar ada 3 macam :

1. Busbar tunggal ( Single Busbar ).


2. Busbar ganda ( Double Busbar ).
3. Busbar 1,5 PMT.
Gangguan pada busbar relatif jarang (kurang lebih 7 %) dibandingkan
dengan gangguan pada penghantar (kurang lebih 60 %) dari keseluruhan
gangguan tetapi dampaknya akan jauh lebih besar dibandingkan pada gangguan
penghantar, terutama jika pasokan yang terhubung ke pembangkit tersebut
cukup besar.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh gangguan di bus jika gangguan tidak
segera diputuskan antara lain adalah kerusakan instalasi, timbulnya masalah
stabilitas transient, dimungkinkan OCR dan GFR di sistem bekerja sehingga
pemutusan menyebar.

PROTEKSI TRAFO TENAGA


Proteksi transrmator daya terutama bertugas untuk mencegah kerusakan
transformator sebagai akibat adanya gangguan yang terjadi dalam petak/ bay

transformator, disamping itu diharapkan juga agar pengaman transformator dapat


berpartisipasi dalam penyelenggaraan selektifitas sistem, sehingga pengamanan
transformator hanya melokalisasi gangguan yang terjadi di dalam petak/bay
transformator saja.
Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi pada transformator daya
adalah untuk mengamankan peralatan /sistem sehingga kerugian akibat
gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara :
1. Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ketidak normalan yang
terjadi pada transformator atau gangguan pada bay transformator.
2. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat
membahayakan peralatan atau sistem.
3. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang mengalami
keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan instalasi yang
terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau dibatasi seminimum
mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroperasi.
4. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
5. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada konsumen.
Serta mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik
Jenis Proteksi Trafo tenaga
Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya dengan peralatan
proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983 Bagian Satu, C) :

Relay arus lebih


Relay arus hubung tanah
Relay beban lebih
Relay tangki tanah
Relay ganggauan tanah
Relay suhu
Relay Bucholz
Relay Jansen
Relay tekanan lebih
Relay suhu
Lightning arrester
Rellay differensial
SISTEM PENTANAHAN TITIK NETRAL TRAFO TENAGA

Adapun tujuan pentanahan titik netral transformator daya adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.

2. Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa yang
sehat).
3. Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga listrik.
4. Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh penyalaan
bunga api yang berulang-ulang (restrike ground fault).
5. Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan dalam
menentukan lokasi gangguan.
Metoda-metoda pentanahan titik netral transformator daya adalah sebagai berikut :
1. Pentanahan mengambang (floating grounding)
2. Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding)
3. Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding)
4. Pentanahan langsung (effective grounding)
5. Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah (resonant
grounding) atau pentanahan dengan kumparan Petersen (Petersen Coil).

ARRESTER
Surge Arrester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi
peralatan lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan
pengaruh follow current. Sebuah arrester harus mampu bertindak sebagai
insulator, mengalirkan beberapa miliampere arus bocor ke tanah pada tegangan
sistem dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan ribuan
ampere arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah daripada
tegangan

withstand

dari

peralatan

ketika

terjadi

tegangan

lebih,

dan

menghilangan arus susulan mengalir dari sistem melalui arrester (power follow
current) setelah surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan.
Lightning Arrester/ Arrester/ Surge Arrester memiliki peran penting di
dalam koordinasi isolasi peralatan di gardu induk.Fungsi utama dari Lightning
Arrester adalah melakukan pembatasan nilai tegangan pada peralatan gardu
induk yang dilindunginya. Panjang lead yang menghubungkan arrester pun perlu
diperhitungkan, karena inductive voltage pada lead ini ketika terjadi surge akan
mempengaruhi nilai tegangan total paralel terhadap peralatan yang dilindungi.

PROTEKSI PETIR
Tujuan dari proteksi petir pada serandang adalah untuk mengamankan
peralatan dan instalasi dari sambaran langsung surja petir.Ada beberapa model
pengaman petir antara lain Kawat pentanahan/ Earth Wire/ GSW (Galvanized

Steel Wire) yang direntangkan pada serandang, pemasangan Franklin Rod atau
Early Streamer pada bagian atas serandang.
Kawat Pentanahan atau Earth Wire/ GSW adalah peralatan untuk
melindungi peralatan utama dari sambaran surja petir.Kawat tanah terbuat dari
baja yang sudah digalvanis, maupun sudah dilapisi dengan aluminium.Jumlah
Kawat Pentanahan/ EW/ GSW pada serandang diletakkan pada posisi tertinggi
pada serandang tersebut sehinggga mempunyai sudut perlindungan yang aman
(minimum 30 drajat) terhadap peralatan di bawahnya. Pemasangannya dengan
cara menggunakan klem penegang yang dipress atau klem penegang dengan
mur baut.
I. Pengertian Dan Tujuan Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian
tindakanatau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan
bahwaperalatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat
dicegahterjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan.Tujuan pemeliharaan
peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk menjaminkontinuitas penyaluran
tenaga listrik dan menjamin keandalan, antara lain :
Untuk meningkatkan reliability, availability dan effiency.

Untuk memperpanjang umur peralatan.


Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan.
Meningkatkan Safety peralatan.
Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan.

Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan proteksi adalahmemperoleh


keyakinan bahwa peralatan proteksi tersebut dapat bekerjasesuai fungsinya.Dalam
pemeliharaan peralatan proteksi, kita membedakan antarapemeriksaan / monitoring
(melihat, mencatat, meraba serta mendengar)dalam keadaan operasi dan memelihara
(kalibrasi / pengujian, koreksi /resetting serta memperbaiki / membersihkan ) dalam
keadaan padam.Pemeriksaan atau monitoring dapat dilaksanakan oleh operator atau
petugas patroli setiap hari dengan sistem check list atau catatan saja. Sedangkan
pemeliharaan harus dilaksanakan oleh regu pemeliharaan .

J. Jenis-jenis Pemeliharaan
Jenisjenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut :
Predictive Maintenance
(Conditional
Maintenance)
adalah
pemeliharaan
dengan cara memprediksi

kondisi suatu peralatan listrik,

yang
apakah

dilakukan
dan

kapan

kemungkinannya peralatan listrik tersebut menujukegagalan. Dengan memprediksi


kondisi tersebut dapat diketahui gejalakerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai
adalah memonitor kondisisecara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak
beroperasi.Untuk

ini

analisa.Pemeliharaan

diperlukan
ini

disebut

peralatan
juga

dan

personil

pemeliharaan

khusus

berdasarkan

untuk
kondisi

(ConditionBase Maintenance )
Preventive Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini dilaksanakan
secara berkala dengan berpedoman kepada : Instruction Manual dari pabrik, standarstandar yang ada ( IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman operasi dilapangan.
Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu ( Time Base
Maintenance ).
Corective Maintenance
adalah pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatan listrik
mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saat menjalankan fungsinya dengan
tujuan

untuk

mengembalikan

pada

kondisi

semula

disertai

perbaikan

dan

penyempurnaan instalasi.Pemeliharaan ini disebut juga Curative Maintenance, yang


bisa berupaTrouble Shooting atau penggantian part/bagian yang rusak atau
kurangberfungsi yang dilaksanakan dengan terencana.
Breakdown Maintenance
adalah pemeliharaan yang dilakukan setelahterjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

Pemeliharaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB)


Untuk lebih mensukseskan Visi PLN menuju Perusahaan Listrik yang bisa bersaing di
tingkat internasional, maka PLN terus berupaya melakukan perubahan-perubahan ke
arah yang lebih baik agar visi tersebut bisa tercapai terutama dari sisi teknik perusahaan
berupaya terus melakukan perbaikan agar citranya di masyarakat bisa terangkat
sehingga keluhan-keluhan pelanggan selama ini dapat lebih diminimalisir. Salah satu
misinya

yaitu

dapat

mengurangi

pemadaman

listrik

yang

terencana

dalam

melaksanakan pemeliharaan jaringan dan salah satu teknik yang mendukung solusi
tersebut adalah teknik PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan).
Tahun 1984, PLN mengirimkan salah satu pegawai terbaiknya untuk mengikuti pelatihan
PDKB di Perancis dan setelah kembali ke Indonesia dengan berbekal ilmu tersebut di
bentuk tim dari lingkungan beliau bekerja di PLN Udiklat Semarang dan melatihnya
dengan peralatan yang sudah ada.
Tahun 1993 atau tepatnya tanggal 10 Nopember 1993 di PLN Udiklat Semarang
terbentuklah satu tim pertama yang siap dan menjadi cikal bakal terbentuknya PDKBPDKB yang lain di seluruh Indonesia.
Selanjutnya pada tahun 1994 terbitlah SK Direksi Nomer : 057.K/7003/DIR/1994 tanggal
13 Desember 1994 yang merupakan dasar hukum terbentuknya Tim PDKB di PLN.

Organisasi PDKB terbagi menjadi 2 yaitu PDKB Tegangan Tinggi/Tegangan Ekstra


Tinggi (TT/TET) dan PDKB Tegangan Menengah. PDKB TT/TET hingga saat ini baru
terbentuk 2 PDKB TT/TET yaitu di PLN P3B Jawa Bali dan PLN P3B Sumatera.
Sedangkan PDKB TM terdapat 31 Unit PLN yang telah melaksanakan PDKB TM yang
terbagi menjadi :
-

Indonesia Bagian Barat: Nangrroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera

Barat, Riau, S2JB, Lampung.


Indonesia Bagian Timur: Kalimantan Selatan & Tengah, Sulawesi Utara dan

Tenggara, Sulawesi Selatan & Barat, Maluku dan Maluku Utara


Jawa Bali: Distirbusi Bali, Distribusi Jatim, Distribusi Jateng dan DIY, Distribusi
Jawa Barat & Banten dan Distribusi Jaya & Tangerang

Sedangkan tugas utama PDKB TT/TET di Gardu Induk adalah sebagai berikut:
-

Perbaikan Klem membara


Perbaikan / penggantian isolator busbar
Perbaikan kawat rantas
Perbaikan PMS, LA, CT, PT, PMT

Ketentuan Kerja PDKB TT/TET Petugas PDKB dalam melaksanakan tugas harus
dilandasi dengan SOP operasi sistem, antara lain reclose blok harus dilakukan,
prosedur K3, instruksi kerja (IK) setiap jenis pekerjaan harus dimiliki, hanya

diperkenankan mengerjakan off line 20 persen dari seluruh kegiatan dan dalam
melaksanakan pekerjaan off line reclose blok tetap harus dilakukan.

Sumber daya manusia merupakan yang tidak dapat dipisahkan bagi keberhasilan
perusahaan. Visi dan Misi Perusahaan akan tercapai jika memiliki SDM yang mumpuni
yang

mampu

bekerja

dengan

profesionalisme

tinggi.

Perlu

pembinaan

dan

pengembangan manajemen secara berkelanjutan terhadap peningkatan hard dan soft


competency anggota Tim PDKB agar tujuan yang dicanangkan tercapai sesuai dengan
rencana.
Sebanyak 163 pegawai sudah dilatih menjadi anggota Tim PDKB TT/TET. Mereka
terdiri dari pegawai PLN P3B JB sebanyak 97 orang dan sisa PLN P3B Sumatera.

Secara rinci di PLN P3B JB berhasil didik SUPERVISOR PDKB

(10 Orang di tahun

2003/2004), PELAKSANA PDKB (36 Orang tahun 2003/2004) dan Program DIPLOMA 1
(D1) PELAKSANA PDKB (51 Orang tahun 2007/2008). Sisa ditempatkan di PLN P3B
Sumatera
Kabel Bawah Laut
Kabel listrik bawah laut adalah kabel transmisi utama untuk membawa tenaga listrik
bawah permukaan air. Hal ini disebut kapal selam karena mereka biasanya membawa
daya listrik di bawah air garam (lengan laut , laut , selat , dll) namun juga memungkinkan
untuk menggunakan kabel listrik bawah laut di bawah air tawar (besar danau dan sungai
).

PLN P3B JB mempunyai dua system kabel : Saluran Kabel Laut 150 kV Jawa- Bali dan
Saluran Kabel Bawah Laut 150 kV Jawa Madura.
SMK3
Sistem Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari system manajemen secara
keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan
kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif. (Permen
05/MEN/1996).

Pada dasarnya SMK3 merupakan implementasi ilmu dan fungsi manajemen dalam
melakukan perencanaan, implementasi, maupun evaluasi program K3 di tempat kerja
dalam suatu sistem.
Tujuan dan sasaran SMK3: menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja
di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dlam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan efektif.
(grt)

K. Batasan dan Akad Jual Beli P3B


Batasan wilayah kerja unit usaha PLN

PT. P3B

DISTRIB
USI

PT.Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban (P3B) mulai dari gardu


Batasan kerja
PJB

induk setelah trafo step up dari pembangkit atau PT. PJB hingga busbar menuju
penyulang (wilayah kerja unit Distribusi). Sehingga P3B mengatur beban dari
pembangkit menuju konsumen.Bisa dilihat dari single line diatas yang terbagi maenjadi
4 dari daerah yaitu pembangkit, transmisi, gardu induk, dan distribusi.Daerah
pembangkitan merupakan wewenang atau tanggungjawab PT.PJB sepenuhnya.Daerah

transmisi dan gardu induk merupakan wewenang atau tanggung jawab PT.P3B
sepenuhnya.Daerah distribusi merupakan wewenang atau tanggung jawab distribusi
sepenuhnya.Jka terjadi masalah atau kerusakan atau kejadian apapun pada
pembangkitan merupakan tanggungjawab dari PT.PJB.Begitu juga pada transmisi yang
jadi tanggungjawab P3B, maupun distribusi oleh distribusi sendiri.
Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban atau biasa disingkat dengan P3B merupakan
salah satu unit usaha dari PLN yang bertugas untuk menyalurkan energi listrik dari
pembangkitan ke distribusi, seperti yang sudah disebutkan di atas.
Batasan kerja unit usaha Pembangkit Jawa Bali, batasan kerja PJB hingga trafo step
up, sehingga tanggung jawab PJB memproduksi energy listrik yang di butuhkan
konsumen dan diatur oleh penyaluran dan pusat pengaturan beban.
Proses akad jual beli daya P3B
-

Proses akad jual beli P3B dengan PJB.

Pada setiap bulan diadakan rapat yang membahas tentang koordinasi antara P3B dan
PJB, koordinasi tersebut berhubungan tentang perjanjian kontrak.Karena

P3B

merupakan pengaturan beban yang mengirim energy dari PT.PJB, maka dari itu terjadi
akad jual beli antara P3B sebagai konsumen dan PJB sebagai penjual. Jual beli
tersebut berupa kontrak daya yang disepakati oleh kedua belah pihak.Pihak P3B
mengajukan permintaan daya dalam satuan Mega Watt (MW) kepada pihak PJB (pada
tiap pembangkit tenaga listrik). Jika salah satu pembangkit tidak mampu memberikan
tenaga listrik sebanyak yang diminta P3B, maka P3B meminta kekurangan energi
tersebut pada pembangkitan listrik yang lain sampai nilai daya yang dibutuhkan dan
daya cadangan terpenuhi semua. Setiap bulan P3B melakukan melakukan analisa agar
bulan selanjutnya dapat terpenuhi daya yang di salurkan pada konsumen melalui
distribusi.Semua pembangkit tidak harus mengggunakan semua kapasitas daya dari
generator, karena sistem kelistrikan di Indonesia menggunakan sistem interkoneksi
yang diatur oleh P3B. Rata rata pembangkit seperti PLTGU, PLTU, PLTG adalah
pembangkit yang non stop menyalurkan energy listrik, tetapi daya yang dikeluarkan
hanya 80% dari kapasitas generator kecuali ada dari pembangkit tersebut melakukan
pemeliharaan atau shut down. Akan di back up oleh PLTA karena PLTA startingnya lebih
cepat daripada PLTGU, PLTU, PLTG karena startingnya butuh waktu yang lama sampai
kurang lebih 12 jam. Jadi apabila untuk cadangan menggunakan pasokan energy listrik

dari selain PLTA, beban akan semakin meningkat dan frekuensi akan turun yang
menyebabkan pembangkit akan lepas dari sistem. Sedangkan P3B akan berkoordinasi
dengan unit Distribusi untuk penyaluran energy. Apabila di suatu sistem tidak dapat
menyuplai energy, maka P3B berkoordinasi dengan unit ditribusi agar melakukan
pemadaman bergilir pada setiap penyulangnya. Pada P3B terdapat panel yang
menunjukkan kwh meter kirim dan terima di setiap gardu induk. Kwh meter tersebut
digunakan yang salah satunya untuk memperkirakan beban untuk selanjutnya.

PJB
PT Pembangkitan Jawa-Bali (disingkat PT PJB) adalah sebuah anak perusahaan
PLN BUMN produsen listrik yang menyuplai kebutuhan listrik di Jawa Timur dan Bali.
Saat ini PT PJB mengelola 6 Pembangkit Tenaga Listrik di Pulau Jawa, dengan
kapasitas total 6.511 Mega Watt. PT PJB juga mengelola sejumlah unit bisnis, termasuk
unit pengelolaan, teknologi informasi, dan pengembangan. Kantor pusat PT PJB berada
di Surabaya

PJB adalah anak perusahaan PT PLN (Persero) yang didirikan pada tanggal 3 Oktober
1995. Produk utama PJB adalah : Kesiapan Operasi dan Energi Listrik unit pembangkit
dengan mekanisme penyampaian dikirim langsung kepada pelanggan melalui saluran
transmisi berdasarkan kontrak jual beli yang dinyatakan dengan EAF declare. Jasa
Operation&Maintenance (O&M) pembangkit dengan mekanisme penyampaian langsung
kepada pelanggan melalui layanan pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit
berdasarkan kontrak O&M. Tujuan didirikan PT.PJB adalah untuk menyelenggarakan
usaha ketenagalistrikan berdasarkan prinsip industri dan niaga yang sehat dengan
menerapkan prinsip-prinsip apa Perseroan Terbatas (PT),sehingga mampu berkembang
secara mandiri dan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan pembangkit listrik
swasta.PJB pada awalnya hanya melaksanakan kegiatan usaha penyediaan tenaga
listrik berupa kegiatan pembangkitan tenaga listrik yang ekonomis,bermutu tinggi dan
dengan

keandalan

yang

baik,namun

sering

dengan

dinamika

dunia

usaha,berkembangnya tuntunan pasar,PJB kini juga melaksanakan kegiatan usaha


pembangunan dan/atau pemasangan peralatan ketenagalistrikan,serta usaha yang
berkaitan dengan kegiatan perseroan dalam rangka memanfaatkan secara maksimal
potensi yang dimiliki Perseroan.

Visi PJB adalah menjadi perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang
terkemuka dengan standar kelas dunia.
Tata Nilai PJB adalah IKKPS yang dicerminkan dalam 5 (lima) sikap, yaitu Integritas,
Keunggulan, Kerjasama, Pelayanan, dan Sadar Lingkungan.
Misi PJB adalah sebagai berikut :
1. Memproduksi tenaga listrik yang handal dan berdaya saing
2. Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata kelola
pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best practice dan
ramah lingkungan
3. Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai kompetensi
tehnik dan manajerial yang unggul serta berwawasan bisnis
4. Kompetensi inti PJB adalah kemampuan menciptakan customer value melalui
operational

excellence

berbasis

manajemen

aset

pembangkitan

dan

menyediakan solusi energi dengan standar kelas dunia.


Kompetensi inti PJB merupakan faktor kunci yang menentukan pencapaian
ketiga misi PJB
Aset yang dimiliki PJB terdiri dari fasilitas dan peralatan serta teknologi yang dapat
ditunjukkan pada Tabel P.1-3.

PJB bergerak dalam bidang penyediaan tenaga listrik melalui kegiatan pembangkitan
tenaga listrik yang ekonomis,bermutu tinggi dan handal.Hingga saat ini PJB telah
memiliki dan mengelola 6 (enam) Unit Pembangkit dengan kapasitas terpasang 6.977
MW , yang tersebar di Pulau Jawa. Unit Bisnis PJB terdiri dari 6 Unit Pembangkit (UP),
yaitu: UP Gresik (2.219 MW ), UP Paiton (800 MW ), UP Muara Karang (909 MW ), UP
Muara Tawar (1.760 MW ), UP Cirata (1.008 MW )dan UP Brantas (281 MW ). Selain itu
PJB juga memiliki 2 Unit Pelayanan Pemeliharaan dan 5 Unit Bisnis Jasa Operasi dan
Pemeliharaan (UBJOM) Dari 6 (enam) Unit Pembangkit tersebut menghasilkan energy
yang akan dijual atau disalurkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) sistem

Jawa-Bali yang dikelola oleh PT PLN (Persero) dan kemudian didistribusikan kepada
para pelanggan . struktur organisasi PT PJB

Secara bisnis produk utama PJB adalah :


Kesiapan operasi unit pembangkit dengan mekanisme penyampaian dikirim langsung
kepada pelanggan yang dinyatakan dengan EAF declare.
Energi Listrik dengan mekanisme penyampaian dikirim langsung kepada pelanggan
melalui saluran transmisi tenaga listrik berdasarkan kontrak jual beli.
Jasa Operation & Maintenance (O&M) pembangkit dengan mekanisme penyampaian
langsung kepada pelanggan melalui layanan pengoperasian dan pemeliharaan
pembangkit berdasarkan kontrak O&M.
PJB memiliki beberapa pembangkit listrik yang tersebar di beberapa wilayah Pulau
Jawa. Seluruh pembangkit PJB inilah yang memasok listrik untuk pelanggan PJB yaitu
PT PLN (Persero) dan PT PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Sumber daya listrik yang
dihasilkan oleh PJB memiliki kualitas tinggi dan dihasilkan dari pembangkit-pembangkit
yang menggunakan energi primer dari sumber daya alam yang ramah lingkungan. Inilah
yang menjadi tulang punggung bisnis PJB.
Sejak tahun 2004 PJB menerapkan fuel mix strategy, yaitu strategi dalam penggunaan
energi alam minyak bumi, batu bara, gas alam dan energi air untuk memproduksi energi
listrik. Pada tahun 2012 produksi energi listrik PJB sebesar 26.718 GW h dihasilkan oleh
67,71% menggunakan bahan bakar gas, sebesar 15,33% berbahan bakar batubara,
sebesar 8,62% berbahan bakar minyak dan 8,34% dengan energi air. Sebagai
perbandingan dengan tahun 2011,produksi energi listrik sebesar 29.353 GW h
dihasilkan oleh 46,36% menggunakan bahan bakar gas, sebesar 21,06% menggunakan
batubara,

sebesar

24,85%

menggunakan

bahan

bakar

minyak

dan

7,73%

menggunakan energi air. Di samping bisnis energi listrik, dalam rangka pengembangan
usaha PJB sejak tahun 2010 menjalankan bisnis Operation &Maintenance (O&M)
pembangkit listrik sebagai bagian dari core bisnis PJB, sehingga mampu meningkatkan
pendapatan PJB secara keseluruhan

PAITON
PT PJB UP PAITON adalah salah satu unit pembangkitan yang terletak di daerah Paiton
yang dinaungi oleh PT PJB

( anak perusahaan PLN )

yang mensuply kebutuhan

energy listrik wilayah jawa dan bali . Dalam pelaksanan pembangunannya, di areal
komplek PLTU Paiton terdiri 8 unit dengan perencanaan sebagai berikut:
Tabel 1. Perencanaan PLTU Paiton
Kapasitas
Perencanaan

Unit

per Unit
(MW)

Kapasitas
Total (MW)

Tahap 1

1&2

400

800

Tahap 2
Tahap 3

7&8
5&6

600
600

1200
1200

Tahap 4

600

600

Tahap 5

3&4

800

1600

Keterangan
PT.PJB UP
Paiton
PT.IPMOMI
PT.YTL
PT. PJB
UBJOM
PT. IPMOMI

Kebutuhan akan bahan bakar batubara PLTU Paiton dipasok dari tambang
batubara Kalimantan. Jumlah pemakaian untuk operasional direncanakan sesuai
dengan perencanaan desain Unit Pembangkitan Paiton.
Konsultan Sargent dan Lundy dari Amerika Kanada adalah konsultan yang oleh
PT. PLN dalam rangka membantu perencanaan dan pelaksanaan pengawasan proses
pembangunan PLTU Paiton Unit 1 & 2, sedangkan konsultan yang mendampingi adalah
PT. JITACONA. Dalam pembangunan PLTU Paiton, pelaksanaannya diatur dalam
surat dokumen kontrak dimana di dalamnya diatur hal-hal mengenai jenis pekerjaan,
jadwal pekerjaan, spesifikasi, besarnya nilai kontrak, cara pembayaran dan

lain

sebagainya. Efektivitas serta aktivitas karyawan PLTU Paiton sangat tergantung pada:
1. Struktur organisasi yang baik
2. Skill karyawan
3. Buku-buku panduan tentang operasional dan pemeliharaan yang
tesedia.
Disamping itu juga di berikan training bagi karyawan yang bertugas sebagai
operator, maupun maintenance.
Dengan UU Kelistrikan terbaru, peluang usaha yang paling menjanjikan bagi
investasi swasta adalah dipembangkitan tenaga listrik Pada prakteknya pembangkit
Listrik swasta menjual listriknya kepada PLN melalui kontrak jangka panjang dengan

harga yang disepakati kedua belah pihak yang tertuang dalam perjanjian pembelian
tenaga listrik (power purchase agreement) atau penjualan energy (energy sales
contract),atau konsep sewa(leasing) pembangkit,atau dengan skema kemitraan public
dan swasta,dimana pihak swasta membangun pembangkit listrik,dengan insentif
daripemerintah, Yang kemudian listriknya dibeli atau pembangkitnya dioperasikan oleh
PLN.Hingga 2010, Terdapat kontrak pembelian tenaga listrik oleh PLN dengan 24
produsen listrik swasta dengan kapasitas daya 4761 MW yang Telah beroperasi ,dan 18
produsen listrik dengan kapasitas
daya 4500 MW yang masih dalam tahap pegembangan.Angka ini Belum termasuk
dengan skema pembelian listrik dari pembangkit Listrik skala kecil dan Tersebar dengan
menggunakan energy terbarukan.Biaya pembelian listrik dari IPP secara umum lebih
tinggi daripada biaya pembangkitan tenaga listrik dari pembangkit milik PLN sendiri
yang sejenis.Khusus untuk listrik dari pembangkit panas bumi,pemerintah juga
mewajibkan PLN membeli listrik dari pengembang tersebut dengan harga 9,7sen Dollar
per-kWh.Dengan

segudang

kemudahan,listrik

swasta

Tidak

otomatis

berkembang.Potensi pasar yang besar tidak mampu direalisasikan.Kedalautan dari


pengembang Listrik swasta adalah rendahnya kemampuan modal sendiri,akses
terhadap Fasilitas pembiayaan,penguasaan teknologi

dan akses terhadap Energy

primer.Kemampuan financial yang rendah Sering kali menjadi hambatan realisasi


pembangunan pembangkit listrik.Tidak jarang,walaupun kontrak jual beli telah disepakati
oleh PLN dan calon pengembang,realisasi pembangkit tidak jual dipenuhi karena
pengembang tidak punya cukup Modal sendiri(equity)sehingga sukar mendapatkan
kredit dari lembaga keuangan. Lemahnya kapasitas dalam menganalisa serta
memitigasi resiko finansial,social dan politik, menyebabkan proyek listrik swasta
stagnan .Akibatnya realisasi dari rencana pasokan listrik swasta sangat rendah.Dalam
satu decade terakhir hanya sekitar 20 persen proyek listrik swasta yang dapat
direalisasikan dari seluruh yang direncanakan.sebaliknya menjadi biaya yang pada
akhirnya harus ditanggung oleh PLN Dan konsumen listrik.
Unit Pembangkitan Paiton terbentuk berdasarkan surat keputusan direksi PLN
No.030K/023/DIR/1993, tanggal 15 Maret 1992 merupakan unit kerja yang dikelola oleh
PT. PLN (Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Timur dan Bali (PLN

KJT dan BALI) Sektor Paiton. Restrukturisasi di PT. PLN pada tahun 1995 mengubah
PT. PLN menjadi PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I dan PT. PLN
Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II. Kemudian pada tahun 1997 Sektor Paiton
namanya menjadi PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II Unit Pembangkitan
Paiton (UP Paiton).
Berdasarkan surat keputusan direksi No.039K/023/DIR/1998 tentang pemisahan
fungsi pemeliharaan dan fungsi operasi PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik JawaBali II Unit Pembangkitan Paiton. Organisasi UP. Paiton sejak tanggal 3 Juni 1999
mengalami perubahan mengikuti perkembangan organisasi di PT. PLN. PJB. II yang
fleksibel dan dinamis sehingga mampu menghadapi dan menyesuaikan situasi bisnis
yang selalu berubah.

Perubahan yang mendasar dari Unit Pembangkitan adalah

dipisahkan fungsi operasi dan fungsi pemeliharaan, sehingga Unit Pembangkitan


menjadi organisasi yang Lean and Clean, dan hanya mengoperasikan pembangkitan
untuk menghasilkan GWh.

Gambar 1. Logo PT. PJB


Dengan perkembangan organisasi dan kebijaksanaan manajemen, maka sejak
tanggal 3 Oktober 2000, PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II berubah
menjadi PT. PLN Pembangkitan Jawa-Bali (PT. PJB) dengan unit Pembangkitan Paiton
sebagai satu unit pembangkitan utama. Pembangkitan PLTU tersebut diawali dengan
pembangunan 2 unit (unit1 dan unit2) dalam rangka pelaksanaan pembangunan unitunit pembangkitan tersebut, pemerintah menetapkan dalam Surat Keputusan Presiden
Nomor 35 tahun 1957 untuk Pelaksanaan Pengawasan dan Koordinasi Pembangunan
PLTU Unit Pembangkitan Paiton.
Sesuai dengan program yang dirancang oleh pemerintah dalam rangka
penghematan bahan bakar minyak dan deversifikasi sumber energi, maka PLTU Paiton
telah di desain untuk menggunakan batubara sebagai bahan bakar utamanya. Total

kapasitas unit 1 dan unit 2 sebesar 2x400 MW atau sama dengan 800 MW, yang telah
beroperasi sejak tahun 1993/1994 untuk tahap I.
2. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
Menjadi Perusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Indonesia yang Terkemuka
dengan Standar Kelas Dunia .
b. Misi Perusahaan
Menjadikan PT. PJB sebagai perusahaan publik yang maju dan dinamis dalam
bidang pembangkitan tenaga listrik.
Memberikan hasil
yang
terbaik pada pemegang saham, pegawai,
pelanggan pemasok, pemerintah, dan masyarakat serta lingkungannya.
Memenuhi tuntutan pasar
3. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan PT.PJB UP Paiton,
terdapat struktur organisasi yang menjalankan kegiatan tersebut. Dapat digambarkan
dalam bentuk orchart dibawah :

Gambar 2. StrukturOrganisasi PT.PJB UP Paiton

Dijabat oleh seorang manajer yang bertugas mengelola peningkatan kerja operasi dan
kompetensi SDM Unit Pembangkitan Paiton sehingga mampu memproduksi tenaga
listrik dengan efisien, mutu dan keandalan yang tingg dengan tetap memperhatikan
aspek komersial, dengan harga jual kompetitif sesuai kontrak kinerja yang ditetapkan
oleh direksi PT. PJB
1. Manajer Engineering dan Quality assurance
Menyelenggarakan

pelaksanaan

evaluasi,

analisis

dan

perbaikan

penyelenggaraan, pembangkitan listrk meliputi system dan prosedur serta preassurance


untuk memastikan produksi listrik yang efisien, serta melaksanakan program Sistem
Manajemen Keselamatan dan Keshatan Kerja (SMK3), Sistem Manajemen Lingkungan
(SML), Sistem Manajemen Mutu dan Manajemen Resiko.
a. Supervisory system Owner
Membantu Manajer dalam menyediakan dana dalam implementasi proyek
system informasi untuk menunjang proses produksi listrik di lingkungan PJB UP
Paiton.
b. Supervisory Technology Owner
Membantu manajer dalam menyediakan dana dalam implementasi
kebutuhan teknologi untuk menunjang proses produksi listrik di lingkungan PJB
UP Paiton.
c. Supervisory Teknologi dan Informasi
Membantu Manajer dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengelola
pekerjaan Teknologi Informas (IT), meliputi aplikasi dan software dalam
operasional sehari-hari di lingkungan PJB UP Paiton serta memberikan solusi
maupun konsultasi teknologi untuk mencapai tujuan dan strategi bisnis
perusahaan.

d. Supervisory Manajemen Mutu, Resiko dan Kepatuhan


Membantu Manajer dalam merencanakan,

melaksanakan

dan

mengendalikan kegiatan bidang, audit internal yang mencakup penentuan dan


penilaian kualitas (efektif & efisien) pelaksanaan pengendalian operasi
pembangkit Paiton atau unit bisnis, pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan
realibilitas dan integritas informasi bidang
audit operasional keuanga dan administrasi sesuai dengan ketentuan dan
kebijakan yang berlaku, sehingga ketentuan perusahaan terlindungi dan tercapai
kinerja perusahaan yang maksimal dan optimal. Serta melaksanakan program
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Sistem
Manajemen Lingkungan (SML), Sistem manajemen Mutu dan Manajemen
Resiko.
2. Manajer Operasi
Merencanakan, memonitoring dan mengevaluasi program bidang operasi dan
pengendalian bahan bakar yang mencakup penentuan dan penilaian kualitas (efektif
dan

efisien)

pelaksanaan

pengendalian

operasi

pembangkit

paiton.

Serta

mengumpulkan dan mendokumentasi pelaksanaan bidang operasi dan bahan bakar


sebagai bahan evaluasi.
a. Supervisory Perncanaan dan Pengendalian Operasi
Membantu Manajer dalam merencanakan,

melaksanakan

dan

mengendalikan kegiata operasi pada unit 1 dan 2 serta menentukan tindakan


teknis pada setiap permasalahan yang timbul pada pelaksanaan progrsm kerja.
b. Supervisory Produksi PLTU 1-2 (A,B,C,D)
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
pengendalian operasi danmenjabarkan rencana tersebut kedalam fungsi
produksi, melaksanakan dan mengendalikan agar dicapai proses produksi
tenaga listrik yang efektif dan efisien sesuai rencana operasi.
c. Supervisory Bahan Bakar
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran penyediaan
dan perniagaanbahan bakar yang dibutuhkan dalam proses produksi listrik di Unit
Pembangkitan Paiton.
d. Supervisory Kimia dan Laboratorium

Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang kimia


serta menjabarkan recana tersebut kedalam fungsi kimia teknik dan laboratorium,
melaksanakan dan mengendalikan agar mencapai sasaran unit pembangkit
paiton sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.
3. Manajer Pemeliharaan
Merencanakan,

melaksanakan

dan

mengendalikan

kegiatan

bidang

pengendalian, pemeliharaan agar selalu siap beroperasi setiap saat sehingga mampu
mendukung upaya pencapaian sasaran Unit Pembangkitan Paiton sesuai dengan
kontrak kerja yang ditetapkan redaksi.

a. Supervisory Perencanaan, Pengendalian dan Pemeliharaan


Membantu Manajer dalam melakukan koordinasi atas melaksanakan
kegiatan perencanaan, pengendalian dan pemeliharaan seccara prediktf,
preventif, korektif, dan emergency di Unit Pembangkitan Paiton.
b. Supervisory Outage Management
Membantu Manajer dalam melakukan perencanaan dan koordinasi atas
pelaksanaan mematikan unit 1 maupun unit 2 UP Paiton untuk mendukung
pengoperasian unit secara optimal dalam mencapai sasaran unit pembangkit,
sesuai dengan kontrak kinerja yang ditetapkan direksi.
c. Supervisory Pemeliharaam Mesin 1 ( Boiler, Turbin dan alat bantu )
Membantu Manajer dalam melaksanakan dan pemeliharaan harian pada
bidang mekanis unit 1 dan 2 UP. Paiton untuk mendukung pengoperasian unit
secara optimal.
d. Supervisory Pemeliharaan Mesin 2 ( Sistem Bahan Bakar dan Abu )
Membantu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan pada system
bahan bakar dan abu.
e. Supervisory Pemeliharaan Control dan Instrument
Membantu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan pada control
dan instrument.
f. Supervisory Pemeliharaan Listrik
Membantu Manajer dalam pelaksanaan dan pemeliharaan system
kelistrikan di unit 1 dan 2 UP Paiton.
g. Supervisory Sarana

Membantu

Manajer dalam menyusun rencana dan bidang saran dan

prasarana dan menjabarkan rencana tersebut kedalam fungsi sarana dan


prasarana.
h. Supervisory Lingkungan dan K3
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
lingkungan serta menjabarkan rencana tersebut ke dalam fungsi perawatan serta
kelestarian lingkungan di sekitar Unit Pembangkitan Paiton agar sesuai standar
nasional dan internasional.
Selain itu juga menyusun rencana dan anggaran bidang k3 serts menjabarkan
rencana tersebut kedalam fungsi K3 yang menyangkut tentang keselamatan dan
kesehatan kerja seluruh karyawan dan semua yang menyangkut asset
operasional di unit pembangkitan paiton sesuai dengan standar nasional yang
berlaku.
4. Manajer Logistik
Merencanakan,

menentukan

dan

menyediakan

kebutuhan

barang

yang

diperlukan untuk menunjang kelancaran proses produksi listrik secara kontinyu di


Unit Pembangkitan Paiton.
a. Supervisory Inventory Control dan Cataloger
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
pengendalian pemeliharaan dan menjabarkan rencan tersebut ke dalam fungsi
inventory control dan cataloger.
b. Supervisory Pengadaan dan Kontrak Bisnis.
Membantu Manajer dalam menyusun anggaran dalam bidang pengadaan
dan kontrak bisnis .
c. Supervisori Administrasi Gudang
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
pergudangan serta menjabarkan rencana tersebut kedalam fungsi administrasi
pergudangan.
5. Manajer Keuangan dan Administrasi
Menjabarkan rencana tahunan unit pembangkitan Paiton, termasuk didalamnya
adalah rencana setiap bidang Unit Pembangkitan Paiton ke dalam anggaran
tahunan UP Paiton serta merencanakan kegiatan bidang Pengendalian Keuangan
dan mengendalikan pelaksanaannya untuk mendukug upaya pencapaian sasaran

unit pembangkitan paiton secara efektif dan efisien sesuai dengan kontrak kinerja
yang ditetapkan oleh direksi.
Selain itu merencanakan, memonitoring, dan mengevaluasi progrsm administrasi
kepegawaian pada seluruh jenjang jabatan untuk menciptakan system administrasi
SDM yang tertib dan rapi sesuai standar yang ditetapkan perusahaan.
a. Supervisory SDM
Membantu

Manajer

dalam

merencanakan,

melaksanakan

dan

mengendalikan kegiatan bidang SDM, yang mencakuo system dan organisasi


bidang SDM,serta pendidiikan dan pelatihan, penyediaan fasilitas kerja.
b. Supervisory Umum
Membantu Manajer dalam merencanakan, melaksanakan

dan

mengendalikan kgiatan bidang umm untuk mendukung upaya pencapaian


sasaran yang telah direncanakan unit pembangkitan paiton.
c. Supervisory Keuangan
Membantu Manajer dalam menyusun rencana dan anggaran bidang
pengendalian keuangan dan menjabarkan rencana dan anggaran fungsi
akuntansi, mencatat secara sistematis segala transaksi yang mempengaruhi
harta, kewajiban perusahaan sehingga dapat diketahui posisi harta, kewajiban
serts besarnya laba rugi perusahaan

4. Lokasi dan Plan Lay Out PLTU Paiton


PT. PJB UP. Paiton yang berlokasi di Jl. Raya Surabaya-Situbondo Km 142,
Paiton-Probolinggo, Jawa Timur. Lokasi tersebut terletak kurang lebih 52 Km dari
Probolinggo atau kurang lebih 142 Km dari Surabaya kearah timur. Sedangkan
total area proyek Paiton adalah kurang lebih 476 Ha, termasuk kurang lebih 200
Ha untuk ash disposal area (area pembuangan abu) dan kurang lebih 32 Ha
untuk komplek perumahan karyawan.

Tabel 2.2 KondisiMeteorologi di Paiton

Gambar 3. Kompleks PLTU Paiton

Gambar 4. PetaLokasi PLTU Paiton

LOKASI PAITON

uint 1,2 paiton


stac
k
ESP

Unit 1

Unit
2

Boiler
House

Turbin
house

Bngk
l
listri
Laboratori
um batu
bara
Tempat
parkir

Gedung
administr
asi

Fly ash
dan
bottom

stac
k

Bengkel
mesin

5. Produksi Listrik dan penyaluran nya

Pada PLTU Paiton ini, proses produksi listriknya memerlukan beberapa


komponen-komponen
membangkitkan listrik.

penting.

Selain

itu

juga

diperlukan

bahan

baku

untuk

Proses produksi listrik akan dijelaskan selanjutnya. Adapun

bahan baku yang digunakan untuk membangkitkan listrik pada PLTU Paiton antara lain:
a. High Speed Diesel (Solar)
High Speed Diesel menggunakan bahan bakar solar. Solar yang diangkut
oleh kapal laut ditampung terlebih dahulu dan selanjutnya akan dialirkan menuju
Boiler. Solar hanya digunakan untuk memulai proses firing pada Boiler (furnace)
mencapai 30% dari suhu maksimum yang dibutuhkan pada ruang bakar Boiler.
Solar ini juga digunakan pada saat unit akan shutdown.
b. Batubara
Batubara ditransfer oleh conveyor dari tongkang maupun Stock Pile akan
mengisi Silo. Dari silo batubara dialirkan menuju Feeder, adapun fungsi dari
Feeder adalah untuk mengontrol banyaknya batubara yang masuk pada Mill ,
pada Mill batu bara akan digiling hingga menjadi bentuk serbuk (lembut). Dari
Mill ini batubara yang sudah dalam bentuk serbuk akan didorong oleh hembusan
udara dari PA Fan untuk masuk ke dalam ruang bakar (furnace) Boiler yang
Selanjutnya akan melanjutkan proses firing yang sebelumnya telah diawali
dengan menggunakan High Speed Diesel.
c. Air
Air murni (Demin) yang telah diproses dari WTP ditampung oleh CST
(Condensate Storage Tank), selanjutnya air ini akan dialirkan menuju Kondenser,
dan dengan bantuan Condensate Extraction Pump A, B, dan C air akan dialirkan
menuju pemanas Gland Steam Condenser (GSC), kemudian melalui Low
Pressure Heater 1 (LPH 1), LPH 2, LPH 3, dan setelah air memiliki temperatur
yang diinginkan, selanjutnya air akan dialirkan menuju Deaerator. Setelah
mengalami proses tersebut , di dalam air masih terdapat gas gas yang yang
telah terlarut di dalamnya, seperti CO2 dan O2, karena gas gas tersebut biasa
menyebabkan terjadinya korosi pada dinding dinding pipa.Untuk mengurangi
terjadinya korosidi bagian dalam pipa ketel akibat gas gas yang larut dalam air
pengisi ketel uap, seperti CO2 dan O2, maka gas gas tersebut perlu

dikeluarkan (dibuang) sebelum air pengisi masuk ke dalam ketel. Selain


menyebabkan korosi, gas gas tersebut akan menghambat pula kelancaran
penguapan. Oleh karena gas gas yang larut kedalam air akan berkurang
dengan naiknya suhu air tersebut, maka mengeluarkan gasgas yang larut dalam
air dapat dilakukan dengan pemanasan yang dikenal dengan nama Thermal
Deareation . Fungsi dari Deaerator ini adalah untuk menghilangkan kandungan
oksigen yang terdapat dalam air itu, yaitu dengan cara menginjeksikan Hydrasin
(N2H4) pada Deaerator, sehingga oksigen yang terkandung dalam air dapat
diikat oleh Hydrasin, sehingga air yang terdapat pada Deaerator Storage Tank
sudah bebas dari kandungan oksigen. Sebelum menuju Boiler, air dalam
Deaerator Storage Tank dipompa oleh Boiler Feed Pump menuju pemanas
bertingkat, yaitu melalui HPH5 ( high pressure heater ), HPH6, dan HPH7.
Dengan adanya pemanasan bertingkat ini kondisi air sudah memiliki suhu di atas
suhu normal air, sehingga akan mempermudah proses penguapan dalam Boiler
dan waktu penguapannya menjadi lebih cepat.

Proses system kelistrikan pada PLTU

Setelah boiler menghasilkan uap panas maka uap panas tersebut memutar turbin .
6. Hirarki perusahaan
a. Primary technology
Contoh primary technology pada PLTU PAITON adalah aliran uap panas , aliran air ,
pemanas ,
b. Field level
Sensor , motor , kontaktor , limit swtich ,
c. Individual control ( unit control)
Breaker control , kontaktor control , variable speed drive dsb
d. Group control
Distributed Control System (DCS) adalah suatu pengembangan system control dengan
menggunakan komputer dan alat elektronik lainnya agar didapat pengontrol suatu loop
system yang lebih terpadu dan dapat dikendalikan oleh semua orang dengan cepat dan
mudah. Alat ini dapat digunakan untuk mengontrol proses dalam skala menengah
sampai besar. Proses yang dikontrol dapat berupa proses yang berjalan secara kontinyu
atau proses yang berjalan secara batching.
e. Supervisory pengendalian
SCADA
SCADA (kependekan dari Supervisory Control And Data Acquisition) adalah sistem
kendali industri berbasis komputer yang dipakai untuk pengontrolan suatu proses,
seperti:
proses industri: manufaktur, pabrik, produksi, generator tenaga listrik.
proses infrastruktur: penjernihan air minum dan distribusinya, pengolahan limbah, pipa
gas dan minyak, distribusi tenaga listrik, sistem komunikasi yang kompleks, sistem
peringatan dini dan sirine
proses fasilitas: gedung, bandara, pelabuhan
Beberapa contoh lain dari sistem SCADA ini banyak dijumpai di lapangan produksi
minyak dan gas (Upstream), Jaringan Listrik Tegangan Tinggi dan Tegangan Menengah
(Power Transmission and Distribution) dan beberapa aplikasi yang dipakai untuk
memonitor dan mengontrol areal produksi yang cukup luas.

f. Manufacturing execution
Managemen yang berhak memutuskan sesuatu atas yang terjadi dalam suatu
perusahaan yaitu Manajer Engineering dan Quality assurance , manager

operasi,

manager pemeliharaan , manager logistic , Manajer Keuangan dan Administrasi


g. Enterprise
General manager ( CEO)

TUGAS MATA KULIAH


KENDALI INDUSTRI
PLTU PAITON

DISUSUN OLEH
AJENG BENING KUSUMANINGTYAS
ANASTASIA DELLA O.S
ATHOIL HAKIM
ANUGRAH PUTRA .S.
CHAHYA NUR ULUM

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2014

Anda mungkin juga menyukai