Anxiety Disorder
I. Pendahuluan
Panic Disorder
Perbandingan terjadinya panic disorder (gangguan panic) di United States antara wanita dan pria
adalaah 2:1. Serangan pertama umumnya terjadi pada akhir masa remaja atau usia 20 tahun-an,
jarang terjadi pada usia diatas 30 tahun keatas. Karakteristik pada gangguan panic adalah
ketakutan yang terjadi secara intens dan tiba tiba atau ancaman dari gejala somatic, kognitif dan
afektif tertentu, contohnya nyeri dda, tachycardia, sakit kepala, kepala berputar, nyeri
epigastrium, nafas pendek, ketakutan yang sangat, ketakutan menjadi gila, dorongan irasional
untuk lari tanpa ada yang mendasari ), yang terjadi antara 5-15 menit, hingga satu jam. Serangan
panic seringkali terjadi secara signifikan pada kondisi tekanan kehidupan. Umumnya, komplikasi
dari gangguan kecemasan adalah ketakutan berada di tempat ramai (agoraphobia)., ditandai
dengan ketakutan untuk meninggalkan rumah. Saat berada diluar rumah mereka bisa merasa
terjebak dan memicu terjadinya serangan panic. Pengobatannya, terbagi menjadi dua. Tujuan
pertama ditujukan untuk mencegah serangan panic melalui short-acting benzodiazepines atau
melalui teknik pendekatan perilaku kognitif untuk menvegah terjadinya serangan panic. Yang
kedua, adalah mencegah terjadinya seranagn yang dapat terjadi melalui penggunaang long-acting
benzodiazepines , anti depresanatau terapi pendekatan perilaku kognitif. Pada banyak kasus,
gangguan panic merupakan penyakit kronis yang seringkal kambuh dan harus diobati secara
tuntas.1,3
Kondisi lainnya yang berhubungan dengan stress, contohnya irritable bowel syndrome, sakit
kepala) masuk dlaam gangguan secara umum. (SSRIs) Selective Serotonin- reuptake inhibitors
dan (SNRIs) Serotonin- norephinephrine-reuptake inhibitors sebagaian besar telah diganti
dengan penggunaan tricylic antidepressants dan benzodiazepines sebagai lini pertama
pengobatan farmatologis, dengan durasi pengobatan selama 6-12 bulan. Terapi perilaku-kognitif
juga digunakan sebagai pengobatan atau dapat pula dikombinasikan dengan terapi obat lainnya4
Specific Phobia
Adalah tingkat ketakutan berlebihan yang tidak masuk akal karena dipicu oleh adanya
antisipasiterhadap suatu objek atau keadaaan tertentu. Bagi mereka yang mengidap spesifik fobia
mereka sebenarnya menyadari tingkatan ketakutan yang dimiliki sangat menganggu, namun
mereka tetap berusaha untuk tetap menghindari terjadinya paparan terhadap suatu objek atau
keadaan tertentu. Permulaan penyakit ini ditandai oleh pengalaman individu akan kecemasan
yang bersifat irasional. Umumnya, pencetus fobia ini dapat terlihat, beberapa dianataranya
adalah ketakutan terhadap ular, laba laba, penerbangan udara, kereta, berada dalam ruang sempit,
ketinggiann, takut akan ular, dan petir. Ketika menghadapi objek fobia individu mengalami
pengalaman gangguan yang ekstrim, yang biasanya ditandai dengan gejala otonom (seperti
takikardia, tremor, keringat dingin, merinding). Blood-injury fobia namapak berbeda dengan
fobia lainnya. Individu pertama kali mengalami gangguan, takikardia dan hipertensi, lalu respon
parasimpatik terjadi dengan ditandai adanya penurunan tekanan darah pada “vaso-vafal_
syncope. Semakin lambat serangan maka cenderung menjadi kronis, dalam banyak kasus yang
sudah terjadi fobia spesifik dapat terjadi bersamaan dengan kecemasan lainnya, suasana hati, dan
hal hal yang berkaitan. Sebagai contoh tingkat terjadinya gangguan spesifik bersamaan dengan
gangguan lainnya berada pada kisaran 50-80 %. Faktor predisposisi pada fobia spesifik
melingkupi kejadian traumatic, kejadian atau situasi yang tidak diduga, dan penyaluran informasi
( contohnya peringatan berulang tentang adanya bahaya dalam situasi atau kejadian tertentu).
Terapi perilaku kognitif merupakan suatu pengobatan yang palig efektif sebagai modalitas
terhadap fobia spesifik7
Social Anxiety Disorder (SAD) yang biasa disebut dengan social fobia, memiliki tingkat
prevelansi 5-12 %. SAD lebih banyak terjadi pada wanita, namun dari hasil perhitungan jumlah
antara perbandingan wanita dan laki-laki yang mencari pengobatan dari kondisi ini adalah sama.
Karakteristik mendasar dari SAD ditandai dengan ketakutan yang nyata dan terjadi secara terus
menerus dalam suatu situasi yang melibatkan kinerja, evaluasi atau pengawasan oleh orang lain.
Orang yang mengidp SAD memiliki ketakutan bahwa mereka akan bertingkah dan menunjukkan
gejala kecemasan yang bersifat memalukan atau penghinaan atau menghasilkan pikiran negative
bagi orang lain. Serangan SAD sendiri dapat terjadi pada amsa akhir anak-anak hingga awal
dewasa. Subtipe umum dicirikan oleh ketakutan yang meluas pada beberapa situasi seperti
menjawab pertanyaan dikelas, dan mengajak pergi berkencan. Sedangkan pada subtype terbatas
dicirikan oleh ketakutan akan nertindak tidak pantas atau bodoh hanya pada situasi tertentu,
seperti berbicara di depan umum, tersedak ketika makan di tempat umum9. Gejala lainnya yang
terkait dengan SAD meliputi tidak mau menerima kritikan, pikiran negative, penolakan,
kesulitan untuk berkomunikasi yang baik, tingkat kepercayaan diri rendah, perasaan rendah diri.
Pengobatan untuk subtype terbatas meliputi SSRIs, venlafaxine, clonazepam, MAOIs,
gabapentin dan terapi perilaku kognitif . Pengunaan farmakoterapi yang tidak berkelanjutan
setelah 5-12 bulan menyebabkan kambuhnya SAD dengan rata-rata presentase 20-60 % selama
periode3-6 bulan. 8 Sedangkan pengobatan untuk subtype terbatas adalah dengan penggunaan
propanolol dan psikoterapi yang melibatkan desensitisasi.
Ocd menjadi topic panas diantara para ppsikiater apakah ocd termasuk kedalam gangguan
kecemasan atau tidak 10 . prevalensinya sekitar 2-3% dengan perbandingan yang sama antara pria
dan wanita. Ocd terjadi pada usia remaja atau awal dewasa setelah umur 40 tahun sangat jarang
terjadi. Kebanyakan induvidu mengalami obsesi (godaan) dan kompulsi (paksaan) kurang dari
25% hanya mengalami obsesi dan hanya 5% yangmengalami kompulsi saja. Obsesi dapat
berkembang menjadi tindakan irasional yang berulang, tidak dikehendaki, pikiran ego distonik
(orientasi seksual yang salah), gagasan, pikiran, gambaran, gerakan hati, ketakutan,
kekhawatiran, keraguan. Kompulsi merupakan gerak hati yang tak tertahankan atau ritual dimana
seseorang merasa terdorong seperti perasaan untuk menyentuh, untuk menghitung, untuk
mengecek, dan untuk memastikan segla sesuatunya simetris atau teratur, atau mengulang
mencuci tangan berulang kali. Perilaku menghindar dan perilaku hipokondrik seringkali terjadi
bersamaan dengan gejala ocd. Komplikasi dari ocdbiasanya berhubungan denganwaktu dan
energy yang dihabiskan dari kompulsi dan obsesi. Suatu penelitian di swedia menggambarkan
bahwa ocd merupakan gangguan kronis pada 40% pasien dan pemulihan total hanya terjadi
sekitar 20% kasus. Pengobatannya berupa terapi perilaku, terapi kognitif, atau obat obat
serotonin ( clomipramine, SSRI)
Terdapat 3 istilah yang berhubungan kecemasan dan penerbangan yaitu MOA( manifestation of
apprehension), FOF( fear of flying), dan fobia takut akan terbang ( specific phobia in DSM-IV-
TR), Digunakan pada pengobatan kesehatan penerbangan. MOA dan FOF digunakan untuk
menunjukkan ketakutan non-fobia berdasarkan kegelisahan, kurangnya motivasi, perasaan tidak
mampu, keputusan rasional, dan lain sebagainya. Istilah MOA biasanya digunakan untuk para
murid di penerbangan sedangkan istilah FOF digunakan untuk pilot yang sudah aktif. Baik MOA
maupun FOF ditangani secara administrative oleh komandan ( dalam konteks evaluasi
terbang/SOPT/UNT). Masalah yang dikenal pada komunitas ATC/GBC adalah ketakutan
terhadap kontrol. Kasus tersebut biasanya ditangani secara administrative sama halnya seperti
ketakutan akan terbang. Fobia ketakutan akan terbang merupakan fobia yang sebenarnya
meskipun seringkali persoalannya hanya melibatkan terbang apabila tidak ditangani kejadiannya
menyebar ke area kehidupan lainnya. Penanganan Fobia ketakutan akan terbang sama halnya
seperti gangguan kecemasan lainnya yakni dengan diskualifikasi medis, merujuk pada kesehatan
mental atau sebagai bentuk evaluasi dan pengobatan akan kembali terbang ketika gangguan
tersebut tertangani.
Aeromedis concern
Perwujudan dari perilaku dan emosi terhadap gangguan kecemasan dapat mengganggu
keselamatan penerbangan dan penyelesaian misi, kecemasan yang parah bisa sangat menggaggu
kemampuan untuk focus dan knsentrasi pada tugas yang dihadapi. Jantung berdebar, sesak nafas,
nyeri dada, mual, pusing, merupakan contoh dari gejala yang mengganggu secara signifikan.
Beberapa gejala kecemasan yang lebih parah sama halnya dengan gejala gangguan panic (
kecemasan luar biasa, menghayal, takut akan kehilangan kendali). Kecemasan seringkali
merupakan faktor dalam depresi dan keluhan psikomatis yang berhubungan dengan
penyalahgunaan zat khususnya alcohol. Tingkat gejala klinis dari kecemasan kronis akan
semakin meningkat sehubungan dengan ketahanan stamina dan tingkat emosional penerbang
yang diperlukan untuk mengelola adanya bahaya dan ketelitian. Kecemasan yang berasal dari
tingginya tempo operasional, beban kerja yang berat, penimbunan stress seumur hidup, yang
kemudian bermanifestasi menjadi motivasi yang rendah untuk terbang. Disposisi diagnose
aeromedis bagi personel penerbangan bergantung dari kategori spesifik dari gangguan dan fase
penyakit yang diderita 12 .
Untuk personel FCII, FC IIU, FIII, dan ATC / GBC yang terlatih,personel yang didiagnosis
menglami gangguan kecemasan akan didiskualifikasi untuk tugas lanjutan dan akan
membutuhkan surat layak terbang untuk melanjutkan tugas yang ditugaskan. Surat layak terbang
dapat diminta setelah penerbang telah menyelesaikan perawatan dengan baik hingga tuntas, dan
lepas obat tanpa gejala selama 6 bulan. Untuk personel SMOD, standar retensi per AFI 48-123
juga mengharuskan surat layak terbang. Untuk personel yang tidak terlatih, surat layak terbang
akan dipertimbangkan hanya dalam kasus dengan faktor pencetus yang terdefinisi dengan baik
yang tidak mungkin terulang. Penting untuk dicatat bahwa ketakutan non-fobia terhadap terbang
(penerbang terlatih) dan manifestasi ketakutan (penerbang yang tidak terlatih) diperlakukan
sebagai masalah administrasi dari pada masalah medis.
# surat layak terbang hanya kemungkinan pada faktor-faktor pencetus teridentifikasi yang
terdefinisi dengan baik yang tidak mungkin terulang kembali.
* surat layak terbang tidak mungkin dikeluarkan untuk individu yang tidak terlatih dengan
riwayat gangguan kecemasan, kecuali remisi yang ditunjukkan selama beberapa tahun atau
dalam faktor pemicu yang dapat diidentifikasi dan didefinisikan dengan baik yang tidak mungkin
terulang kembali.
Ulasan AIMWTS pada Juni 2011 mengungkapkan bahwa total ada 651 kasus dengan diagnosis
gangguan terkait kecemasan. Dari 651 kasus 499 kasus menghasilkan disposisi diskualifikasi
(77%). Hasil tersebut antara lain menghasilkan 17 kasus FC I / IA (11 diskualifikasi), 92 kasus
FC II (49 diskualifikasi), 255 kasus FC III (194 diskualifikasi), 3 kasus FC IIU (1 diskualifikasi),
237 kasus ATC / GBC (217 diskualifikasi) , dan 47 kasus SMOD (27 diskualifikasi). Yang
menarik, sejumlah besar kasus ATC / GBC dihasilkan dari berbagai diskualifikasi awal karena
takut untuk mengendalikan (seperti disebutkan di atas, kasus-kasus ini perlu ditangani secara
administratif).
A. surat kesehatan mental diajukan ketika 1) anggota tidak menunjukkan gejala dan 2)
pengobatan / perawatan psikoterapi telah selesai, sebagaimana berlaku untuk kategori diagnostik,
untuk jangka waktu yang ditentukan di bawah ini (Catatan: psikoterapi "sesi booster", dan
kadang-kadang SSRI, adalah diizinkan dan sering disarankan setelah gejala awal membaik):
B. sebagai bahan pertimbangan untuk waiver aeromedis, segala kondisi yang mendiskualifikasi
harus memenuhi kriteria berikut sesuai AFI 48-123 Bagian 6B, 6.2.1.1 hingga 6.2.1.6. (hal. 57-
58):
Evaluasi kesehatan mental harus mencakup laporan tertulis yang komprehensif yang membahas:
AMS harus dengan jelas membahas setiap kriteria pada Langkah 1B dan risiko terhadap
anggota, misi, dan keselamatan
Ringkaslah riwayat Kesehatan Mental dan fokus pada dampak pekerjaan
Jika 2 bulan atau lebih telah berlalu sejak evaluasi / laporan komprehensif selesai,
spesialis penerbangan harus membahas bagaimana anggota telah melakukan dan
berkonsultasi dengan psikiater.
Riwayat pengobatan (tanggal resep awal dan penghentian, alasan penghentian, dosis,
kepatuhan, respons, perjalanan klinis sejak penghentian)
Hasil laboratorium (yaitu, tiroid, tes fungsi hati, skrining obat, CDT, CBC, profil kimia
...)
Situasi psikososial saat ini (perkawinan dan pekerjaan, wawancara dengan pasangan /
pengawas, jika memungkinkan - harap sebutkan keadaan saat ini dari pemicu penyakit
jiwa)
Kebiasaan (olahraga, diet, obat-obatan, suplemen, alkohol, tembakau, kafein, minuman
berenergi, tidur)
Status mental saat ini
Diagnosa
Motivasi untuk terbang (dulu dan sekarang)
Rekomendasi untuk perawatan psikologis dan medis di masa depan
Prognosis (perkiraan kekambuhan gejala, dampak potensial pada tugas terkait
penerbangan di masa depan)
Ringkasan aeromedis surat kelayakan terbang awal untuk gangguan kecemasan harus mencakup
yang berikut:
A. Sebutkan dan diskusikan sepenuhnya semua diagnosis klinis yang membutuhkan waiver.
B. Riwayat kondisi dengan perhatian khusus pada gejala, frekuensi, durasi, pengobatan
(termasuk semua obat), faktor pencetus, tindakan yang diambil untuk mengurangi kekambuhan,
dan masalah sosial, pekerjaan, atau administrasi apa pun.
C. Evaluasi kesehatan mental (baru-baru ini - dalam waktu 3 bulan sejak gejala awal).
D. Surat dari komandan penerbang yang mendukung kembalinya status terbang (jika
rekomendasinya adalah layak untuk terbang).
Ringkasan aeromedis untuk pembaruan pengabaian untuk gangguan kecemasan harus mencakup
yang berikut:
A. Riwayat interval dan perubahan apa pun dalam kondisi penerbang dengan penekanan khusus
pada kesehatan mental individu.
1. Taylor CT, Pollack MH, LeBeau RT, and Simon NM. Anxiety Disorders: Panic, Social
Anxiety, and Generalized Anxiety. Ch. 32 in Stern: Massachusetts General Hospital
Comprehensive Clinical Psychiatry, 1st ed., 2008.
2. Anxiety disorders. In Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition,
Text Revision. DSM-IV-TR. American Psychiatric Association. Washington, DC; 2000: 393-444.
65 Distribution A: Approved for public release; distribution is unlimited. Case No.: 88ABW-
2012-3597, 22 Jun 2012.
4. Kavan MG, Elsasser GN, and Barone EJ. Generalized Anxiety Disorder: Practical Assessment
and Management. Am Fam Physician, 2009; 79: 785-91.
5. Fricchione G. Generalized anxiety disorder. N Engl J Med. August 2004; 351(7): 675-82.
7. Davies RD. Social Phobia and Specific Phobias. Ch. 15 in Jacobson: Psychiatric Secrets, 2nd
ed., 2001.
8. Schneier FR. Social anxiety disorder. N Engl J Med. September 2006: 355(10); 1029-36.
9. Schneier FR. Social anxiety disorder: Epidemiology, clinical manifestations, and diagnosis.
UpToDate. Online version 18.3, September 2010.
10. Stein DJ, Denys D, Gloster AT, et al. Obsessive-compulsive Disorder: Diagnostic and
Treatment Issues. Psychiatr Clin N Am, 2009; 32:665-85.
11. Skoog G and Skoog I. A 40-Year Follow-Up of Patients with Obsessive-compulsive Disorder.
Arch Gen Psychiatry, 1999; 56: 121-27.
12. Rayman RB, et al. Clinical Aviation Medicine, 4th Edition, 2006; p. 302-3.