PENDAHULUAN
1
8. Bagaimanakah cara berkomunikasi yang baik dengan bayi yang
berusia 0-12 bulan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bayi
2. Untuk mengetahui pengertian pertumbuhan
3. Untuk mengetahui pengertian perkembangan
4. Untuk mengrtahui teori-teori perkembangan pada bayi usia 0-12
bulan
5. Untuk mengetahui struktur pertumbuhan pada bayi usia 0-12 bulan
6. Untuk mengetahui pengertian hospitalisasi
7. Untuk mengetahui cara memaksimalkan perkembangan bayi usia
0-12 bulan sebagia dampak dari hospitalisasi
8. Untuk mengetahui cara berkomunikasi yang baik dengan bayi usia
0-12 bulan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2.2 Teori-teori perkembangan bayi usia 0-12 bulan
a. Teori perkembangan bayi usia 0-12 bulan menurut Freud
4
teratur, mereka belajar dan memperoleh kualitas ego atau identitas
ego yang pertama, perasaan kepercayaan dasar (basic trust). Bayi
harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan
lain, dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi
yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar
mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah
menjadi menyenangkan.
5
Belajar melakukan gerak terkoordinasi, seperti: tangan dan
mulut, tangan dan mata, serta telinga dan suara.
Tugas perkembangan yang penting di sini adalah terpenuhinya
kebutuhan rasa aman sebagai dasar untuk mengembangkan
kepercayaan yang bernilai.
6
subtahap ini dapat mengisap bahkan ketika tidak ada botol.
Reaksi sirkular primer adalah skema yang berdasarkan pada
upaya untuk mengulang sebuah peristiwa yang pertama terjadi
secara kebetulan.Sementara untuk reaksi sirkular primer adalah
skema yang berdasarkan pada upaya untuk mengulang
peristiwa yang awalnya terjadi secara kebetulan. Seperti; bayi
yang tidak sengaja menghisap jari-jarinya.
c. Reaksi sirkular sekunder (secondary circular reaction)
Subtahap sensoris – motorik yang berkembang antara usia 4
dan 8 bulan. Pada sub tahap ini bayi menjadi lebih berorientasi
terhadap objek, bergerak diluar kesibukan dengan diri sendiri,
mengulangi tindakan yang bawa hasil yang menarik atau
menyenangkan, berbagai tindakan disengaja namun belum
bertujuan. Contoh, bayi berbisik untuk membuat sesorang
tetap dekat, saat orang – orang beranjak pergi, bayi berbisik
lagi. Bisa juga bayi mengeluarkan gumaman-gumaman kecil.
d. Koordinasi reaksi sirkular sekunder (coordination of
secondary circular reaction)
Subtahap sensoris – motoric yang berkembang antara usia 8 –
12 bulan. Pada subtahap ini bayi harus mengoordinasikan
penglihatan dan sentuhan, tangan dan mata. Tindakan lebih
diarahkan keluar. Artinya tindakan itu diarahkan untuk lebih
merasakan apa yang dilihat dan terjadi disekitarnya. Mungkin
bayi mulai suka bermain kerincing dan sekaligus
menyentuhnya.
Dimana Reaksi selanjutnya merupakan reaksi sirkuler tersier,
kebaruan, dan rasa ingin tahu. Reaksi ini berkembang antara
usia 12 hingga 18 bulan dan dilanjutkan dengan reaksi
internalisasi skema, dimana pada reaksi ini berkembang pada
usia 18 hingga 24 bulan.
7
e. Teori perkembangan bayi usia 0-12 bulan menurut
Kohlberg
Teori Kohlberg merupakan tahapan dalam perkembangan
moral yang merupakan ukuran dari tinggi rendahnya moral
seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya.
Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang
merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai 3 tingkatan
dimana tiap tingkatannya memiliki dua tahapan perkembangan
yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari
keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti
Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas
berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg
memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa
proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan
dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama
kehidupan, walaupun ada dialog yang mempertanyakan
implikasi filosofis dari penelitiannya.
Pada teori ini, dibagi menjadi tiga tingkatan, sebagai berikut:
Tingkat I, Penalaran prakonvensional merupakan tingkatan
yang paling rndah dalam penalaran moral. Para penalaran ini,
biasanya diterapkan pada anak usia dibawah 9 tahun.
Tingkatan ini memiliki 2 tahap, Tahap pertama yaitu orientasi
hukuman dan ketaatan dan tahap kedua yaitu individualisme
dan tujuan.
Tingkat II, Penalaran Konvensional merupakan penalaran
dimana seseorang menaati standat-standar internal tertentu dan
mereka tidak mentaati standar orang lain. Pada tingkat ini,
biasanya diterapkan pada usia awal remaja. Tingkat ini juga
memiliki dua tahap, tahap yang ketiga yaitu norma-norma
interpersonal dan tahap keempat yaitu moralitas sistem sosial.
8
Tingkat III, Penalaran Pascakonvensional merupakan
penalaran dimana moralitas benar-benar diinternalisasikan dan
tidak didasarkan pada standar orang lain. Biasanya pada
tingkat ini diterapkan pada orang dewasa. Tingkat ini memiliki
dua tahap, yang kelima yaitu hak-hak masyarakat vs hak
individu dan tahap keenam yaitu prinsip etis universal.
2. 3-6 bulan
3. 6-9 bulan
a. Dapat duduk tanpa dibantu
b. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
c. Dpat merangkak, meraih benda atau mendekati seseorang
9
d. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain.
e. Memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.
f. Bergembira dengan melempar benda-benda
g. Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
h. Mengenal muka anggota keluarga dan takut kepada orang
asing/lain
i. Mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan
sembunyi-sembunyian
4. 9 – 12 bulan :
a. Dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
b. Dapat berjalan dengan dituntun
c. Menirukan suara
d. Mengulang bunyi yang didengarnya
e. Belajar menyatakan satu atau dua kata
f. Mengerti perintah sederhana atau larangan
g. Memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi
sekitarnya, ingin
h. menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke
mulutnya.
i. Berpartisipasi dalam permainan
2.3 Hospitalisasi
2.3.1 Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada
lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam
perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau
meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat
menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan
gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan
dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.
10
Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali
ke rumah.
2.3.2 Dampak hospitalisasi
Reaksi terhadap hospitalisasi pada masa bayi (0-1 tahun):
Privasi
11
Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri
seseorang dan bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal
yang sifatnya pribadi. Sewaktu dirawat di rumah sakit, klien
kehilangan sebagai privasinya.
Gaya Hidup
Otonomi
Peran
12
dengan peran yang dijalani saat sakit.Tidak mengherankan jika klien
yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan peran. Perubahan
yang terjadi tidak hanya pada diri pasien, tetapi juga pada keluarga.
Menurut Supartini (2004, hal. 196), cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi dampak hospitalisasi adalah sebagai berikut :
a. Menimalkan stressor
b. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi
c. Memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
d. Mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit
13
Upaya meminimalkan stressor atau penyebab stress dapat dilakukan
dengan cara ;
14
b. Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang
penyakit anak
c. Meningkatkan kemampuan kontrol diri
d. Memberi kesempatan untuk sosialisasi
e. Memberi support kepada anggota
15
Contoh : bila mengunakan isyarat seperti menunjuk pada
sesuatu benda yang ingin dilihat orang lain, maka harus dalam
bentuk yang dapat dipahami.
Apabila komunikasi dengan bicara maka harus dilakukan
dengan kata dan struktur tata bahasa yang dapat dipahami
anak.
2. Anak harus memahami bahasa yang digunakan orang lain,
misalnya : anak berusia 18 bulan, pembicaraan harus
memantapkan kata-katanya dengan isyarat dan pada saat anak
bertambah besar pemahaman bertambah baik sehingga isyarat
kurang diperlukan.
3. Bentuk Komunikasi Pra Bicara.
Sebelum anak siap untuk belajar berbicara, alam telah
menyediakan bentuk komunikasi tertentu yang sifatnya
sementara.
Selama satu setengah tahun pertama, sebelum anak
mempelajari kata-kata sebagai, bentuk komunikasi, mereka
menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara atau
(prespeech) yakni : tangisan, celoteh, isyarat dan ekspresi
emosional.
Bentuk komunikasi prabicara sifatnya sementara, sehingga
bentuk komunikasi pra bicara ini sebaiknya ditinggalkan
apabila kegunaannya sudah berakhir.
4. Tangisan.
Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah
satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk
berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia
memberi tahu kebutuhannya seperti lapar, dingin, panas, lelah ,
dan kebutuhan untuk diperhatikan. Jika kebutuhannya
segera dipenuhi , bayi hanya akan menangis bila ia merasa
sakit atau tertekan. Perawat harus banyak berlatih mengenal
16
macam-macam arti tangisan bayi karena ibu muda
memerlukan bantuan ini.
Setelah berusia 2 minggu, kebanyakan kasus disebabkan
karena orang tua yang tidak cepat tanggap terhadap arti tangis
bayinya dan tidak konsisten dalam menanggapinya.
Bayi yang sehat dan normal frekwensi tangisan menurun
pada usia 6 bulan karena keinginan & kebutuhan mereka
cukup terpenuhi. Frekwensi tangis seharusnya menurun
sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.
5. Ocehan dan Celoteh.
Bentuk komunikasi prabicara disebut “ocehan“ (Cooing ) atau
“Celoteh” (Babbling).
Ocehan timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan
oleh perubahan gerakan mekanisme ‘ suara ‘. Ocehan ini
terjadi pada bulan awal kehidupan bayi seperti : merengek,
menjerit, menguap, bersin, menangis & mengeluh.
Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan
sebagian akan hilang. Celoteh merupakan mekanisme otot
saraf bayi berkembang & sebagian bayi mulai berceloteh pada
awal bulan kedua, kemudian meningkat cepat antara bulan ke –
6 & ke – 8.
Nilai celoteh :
1) Berceloteh adalah praktek verbal sebagai dasar bagi
perkembangan gerakan terlatih yang dikehendaki dalam
bicara. Celoteh mempercepat ketrampilan berbicara.
2) Celoteh mendorong keinginan berkomunikasi dengan
orang lain. Berceloteh membantu bayi merasakan bahwa
dia bagiandari kelompok sosial.
6. Isyarat.
Yaitu gerakan anggota badan tertentu yang berfungsi sebagai
pengganti atau pelengkap bicara.
Contoh isyarat umum pada masa bayi :
17
Mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang/tidak
lapar
Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin
digendong
Mengeliat, meronta, menangis, selama berpakaian &
mandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.
7. Ungkapan emosional.
Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh &
roman muka.
Contoh :
Mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki,
tersenyum & ramah
Maneragangkan badan, gerakanmembanting
tangan/kaki,roman muka tegang & menangis.
18
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Bayi merupakan anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Bayi
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dimana pertumbuhn dan
perkembangan merupakan dua aspek yang berbeda. Pertumbuhan
mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan
berkaitan dengan pematangan fungsi sel atau organ tubuh individu,
keduanya tidak bisa terpisahkan. Tahap pertumbuhan dan
perkembangan memiliki beberapa teori diantaranya teori Freud,
Ericson, Sullivan, Piaget dan Kohlberg. Struktur pertumbuhan bayi
yaitu dimana proses pertumbuhan bayi yang mengalami
perkembangan, pertumbuhan pada setia bulan bayi mengalami
perbedaan.
Beberapa bayi ada yang mengalami hospitalisasi, hospitalisasi
merupakan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit
untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan
sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya dan dampak
hospitalisasi terhadap perkembangna bayi yaitu bayi akan menangis
lebih keras, banyak bergerak, mimik muka yang tidak menyenangkan.
Saat bayi mengalami hospitalisasi, kita sebagi perawat harus bisa
berkomunikasi yang baik dengan bayi, yaitu dengan teknik verbal
yang terdiri dari menimang-nimang, mengajak berbicara dan
merespon tangisannya serta teknik nonverbal yaitu dengan cara
sentuhan, nada suara dan ekspresi.
19
DAFTAR PUSTAKA
20