1
Yusuf,Syamsu. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Hal.1-2
4. Hukum Kesatuan Organis
Hukum ini terdiri dari organ-organ tubuh tiap-tiap anak, yang merupakan satu
kesatuan dimana diantara organ-organ tersebut fungsi dan bentuknya tidak dapat
dipisahkan dan berdiri integral. Contohnya, perkembangan kaki yang semakin besar
dan Panjang harus diiringi oleh perkembangan otak,kepala,tangan,dan lain-lainnya.
Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis disini adalah bahwa berkembangnya
fungsi fisik maupun mental psikologis pada diri manusia itu tidak berekembang
secara terlepas satu sama lainnya tetapi merupakan suatu kesatuan,
5. Hukum Hierarki Perkembangan
Hukum ini menyatakan bahwa perkembangan anak tidak mungkin akan tidak
mungkin akan mencapai suatu fase tertentu dengan spontan, tetapi harus melalui
tingkat-tingkat atau tahapan tertentu yang tersusun sedemikian rupa sehingga
perkembangan diri seorang menyerupai derajat perkembangan. Contohnya,
perkembangannya pikiran anak harus didahului dengan perkembangan pengenalan
dan pengamatan.2
6. Hukum Masa Peka
Hukum ini adalah suatu masa yang paling tepat untuk berkembangnya suatu fungsi
kejiwaan atau fisik seorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak
berjalan secara serempak antara satu dengan lainnya. Contohnya, masa peka untuk
berjalan bagi seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar
tahun pertama. Masa peka dapat dikatakan sebagai suatu masa dimana suatu fungsi
mudah untuk dikembangkan. Misalnya, anak usia satu sampai dua tahun yang
mengalami masa peka untuk berbicara dan meniru sehingga apa yang diajarkan
mudah diikuti dan berhasil dengan baik.
7. Hukum Mengembangkan Diri
Dalam hukum ini mengembangkan diri ini,dorongan yang pertama adalah dorongan
mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri, lalu
menyelamatkan diri apalagi ada bahaya. Dorongan mempertahankan diri misalnya
dorongan makan dan mejaga keselamatan diri sendiri. Contohnya, anak menyatakan
perasaan lapar, haus, sakit dalam bentuk menangis, maka tangisan itu dianggap
sebagai dorongan mempertahankan diri dengan perwujudan menangis. Usaha untuk
mempertahankan diri berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri. Pada anak-
anak , biasanya terlihat rasa ingin tahu yang besar sekali, sehingga anak-anak tidak
henti-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan merasa senang apabila
dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari
sekelilingnya.
8. Hukum Rekapitulasi
Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan
manusia didunia dari masa berburu hingga masa industri. Jika pengertian rekapitulasi
ini ditransfer ke psikologi perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa
anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia.
Masa perkembangan jiwa anak dapat dibagi dalam beberapa masa:
2
Sutirna.2013.Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta:CV. Andi Offset. hal. 99-104
a. Masa berburu dan menyamun
b. Masa mengembala
c. Masa bercocok tanam
d. Masa berdagang
Frued (1905: 586) membagi tahap perkembangan anak menjadi 5 (lima) tahap:
a. Tahap oral (usia 0-24 bulan)
Pada tahap ini kepuasaan anak terletak pada otoerotik, yaitu kesempatan anak
menghisap puting susu ibunya. Frued memandang konsep narsisme (mencintai diri
sendiri) sudah ada sejak masa bayi di mana bayi merasakan kenyamanan dari
menyusu kepada ibunya dan mengulang perbuatan tersebut dengan mengisap jarinya
meskipun dia tidak lapar. Anak-anak juga mencoba mempertahankan kedekatannya
dengan ibunya dengan menggigit dan menangis.
b. Tahap Anal (usia dua sampai tiga tahun)
Selama usia ini wilayah anal (anus) menjadi fokus ketertarikan anak. Oleh sebab itu
pelatihan menggunakan toilet sangat tepat dilakukan pada usia ini.
c. Tahap Falik atau Odipal (usia tiga sampai 6 tahun)
Pada tahap ini anak laki-laki mulai tertarik dengan penisnya. Tahap perkembangan
paling membingungkan dari pendapat Frued sebab dia meyakini ketertarikan seksual
seorang anak laki-laki pertama kepada ibunya, sedangkan pada anak perempuan
kepada ayahnya. Namun karena dia menyadari hal tersebut tidak dapat diterima
d. Tahap Latensi (usia enam sampai sebelas tahun) Pada periode ini anak terlihat sudah
dapat mengendalikan permusuhannya dengan orangtuanya yang memiliki jenis
kelamin berbeda dengan dirinya. Anak laki-laki dan anak perempuan terlihat bersikap
lembut kepada ayah dari pada ibu mereka.3
e. Tahap Pubertas ( di atas usia sebelas tahun) Masa pubertas merupakan masa di mana
anak berupaya membebaskan diri dari perwalian orangtuanya. Mereka sudah mulai
menyukai perempuan lain selain ibunya, dan menyukai pria lain selain ayahnya.
2. Empirisme
Pelopor aliran ini adalah john lock yang menentang aliran nativisme. Dia berpendapat
bahwa perkembangan individu semata-mata dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau luar.
Anak yang baru lahir diibaratkan bagaikan kertas putih yang bersih yang dapat ditulisi
apa saja Oleh karena itu pendidikan dan Lingkungan sangat berperan dalam
perkembangan individu untuk masa depan teori aliran ini dikenal dengan teori “Tabula
Rasa” anak orang baik-baik yang ada di lingkungan penjahat akan menjadi seorang
penjahat penjahat yang dididik oleh seorang guru akan menjadi guru.4
3. Konvergensi
Aliran Nativisme dengan aliran Empirisme selalu bertentangan kemudian muncullah
aliran konvergensi yang dipelopori oleh William Stern yang mempertemukan antara dua
aliran yang selalu bertentangan aliran konvergensi berpendapat bahwa perkembangan
individu dipengaruhi baik oleh faktor bawaan maupun oleh faktor lingkungan/pendidikan
dengan demikian faktor bawaan dan lingkungan dapat menentukan arah perkembangan
seseorang dengan menyediakan kondisi yang ideal.
Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12
tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah
berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa
kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung
4
Sutirna.2013.Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta:CV. Andi Offset. hal. 20-21
unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.
1. Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.
5. Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.
Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan
bantuan berupa:
keterampilan fisik.
kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian
sosialnya berkembang.
Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia sekolah menengah
(SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik
yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:
1. Teijadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
4. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
5. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan.
7. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai
dengan dunia sosial.
8. Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas. Adanya karakteristik anak
usia sekolah menengah yang demikian, maka guru diharapkan untuk:
1. Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas
topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi.
2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui
kegiatan-kegiatan yang positif.
4. Meningkatkan kerja sama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi
siswa.
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan
masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego
identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:
5. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
6. Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.
9. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku
2. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondisi
dirinya.5
5. Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan
penuh godaan.
6. Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif,
dan positif.
5
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. hal.
35-37
7. Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta.
8. Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih
toleran.
9. Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan segala
keluhan dan problem yang dihadapinya. Masing-masing karakteristik perkembangan peserta
didik sebagaimana disebutkan di atas, akan diuraikan secara lebih luas dalam bab-bab
selanjutnya.
Dari bahasa bermacam-macam aspek perkembangan individu dikenal ada dua faktor yang
menonjol yaitu Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola
perkembangannya dan di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan
manusia secara biologis dan sosial individu mempunyai kecenderungan berbeda.
sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan berkaitan dengan
perbedaan individu atau perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain
berbeda ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual, maka perbedaan dalam
perbedaan individual menurut Landgren (1980:578) menyangkut variasi yang terjadi baik variasi
pada aspek fisik maupun psikologis.
6
Sunarto.2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:PT Rineka Cipta. hal. 6-10