Anda di halaman 1dari 9

Konsep dasar perkembangan peserta didik,

A. Hakikat perkembangan peserta didik


Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik tentang fungsi-
fungsi psikis dan fisik. Perubahan fisik meliputi perkembangan biologis dasar sebagai
hasil dari konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma), dan hasil dari interaksi proses
biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan psikis menyangkut
keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti perkembangan kognitif,emosi,social
dan moral.
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif
individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-
kanak, masa anak-anak, masa remaja, sampai masa dewasa.
Perkembangan dapat diartikan juga sebagai “suatu proses perubahan dalam diri individua
tau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat
kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif dan
berkesinambungan.1

B. Hukum perkembangan peserta didik


1. Hukum Konvergensi
Pandangan Pendidikan tradisional dimasa lalu berpendapat bahwa hasil Pendidikan
yang dicapai anak selalu dihubungkan dengan status Pendidikan orang tuanya.
Menurut kenyataan yang ada sekarang, pendapat lama itu tidak sesuai lagi dengan
keadaan. Pandangan lama ini dikuasai oleh aliran nativisme yang dipelopori schopen
hauer yang berpendapat bahwa manusia adalah hasil bentukan dari pembawaan.
Timbullah Hukum konvergensi yang menekankan kepada pengaruh gabungan antara
pembawaan dan lingkungan. Tokoh yang berpendapat demikian adalah Willian Stern
yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu adalah hasil pengaruh
Bersama kedua unsur pembawaan dan lingkungan.
2. Hukum Tempo Perkembangan
Hukum ini menyatakan bahwa perkembangan jiwa tiap anak berlainan menurut
tempo masing-masing perkembangan anak yang ada. Ada yang cepat (tempo singkat)
ada pula yang lambat.
3. Hukum Irama Perkembangan
Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya perkembangan anak,
tetapi tentang irama atau ritme perkembangan. Jadi perkembangan anak tersebut
mengalami gelombang “pasang surut” atau “fluktuatif”. Mulai dari lahir hingga
dewasa kadang kala anak tersebut mengalami kemunduran dalam suatu bidang
tertentu.
Pada umur tiga sampai lima tahun, seorang anak biasanya mengalami irama
goncangan sehingga sukar diatur,suka membangkang, tetapi setelah itu anak bisa
tenang kembali.

1
Yusuf,Syamsu. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Hal.1-2
4. Hukum Kesatuan Organis
Hukum ini terdiri dari organ-organ tubuh tiap-tiap anak, yang merupakan satu
kesatuan dimana diantara organ-organ tersebut fungsi dan bentuknya tidak dapat
dipisahkan dan berdiri integral. Contohnya, perkembangan kaki yang semakin besar
dan Panjang harus diiringi oleh perkembangan otak,kepala,tangan,dan lain-lainnya.
Yang dimaksud dengan hukum kesatuan organis disini adalah bahwa berkembangnya
fungsi fisik maupun mental psikologis pada diri manusia itu tidak berekembang
secara terlepas satu sama lainnya tetapi merupakan suatu kesatuan,
5. Hukum Hierarki Perkembangan
Hukum ini menyatakan bahwa perkembangan anak tidak mungkin akan tidak
mungkin akan mencapai suatu fase tertentu dengan spontan, tetapi harus melalui
tingkat-tingkat atau tahapan tertentu yang tersusun sedemikian rupa sehingga
perkembangan diri seorang menyerupai derajat perkembangan. Contohnya,
perkembangannya pikiran anak harus didahului dengan perkembangan pengenalan
dan pengamatan.2
6. Hukum Masa Peka
Hukum ini adalah suatu masa yang paling tepat untuk berkembangnya suatu fungsi
kejiwaan atau fisik seorang anak. Sebab perkembangan suatu fungsi tersebut tidak
berjalan secara serempak antara satu dengan lainnya. Contohnya, masa peka untuk
berjalan bagi seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar
tahun pertama. Masa peka dapat dikatakan sebagai suatu masa dimana suatu fungsi
mudah untuk dikembangkan. Misalnya, anak usia satu sampai dua tahun yang
mengalami masa peka untuk berbicara dan meniru sehingga apa yang diajarkan
mudah diikuti dan berhasil dengan baik.
7. Hukum Mengembangkan Diri
Dalam hukum ini mengembangkan diri ini,dorongan yang pertama adalah dorongan
mempertahankan diri, kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri, lalu
menyelamatkan diri apalagi ada bahaya. Dorongan mempertahankan diri misalnya
dorongan makan dan mejaga keselamatan diri sendiri. Contohnya, anak menyatakan
perasaan lapar, haus, sakit dalam bentuk menangis, maka tangisan itu dianggap
sebagai dorongan mempertahankan diri dengan perwujudan menangis. Usaha untuk
mempertahankan diri berlanjut menjadi usaha untuk mengembangkan diri. Pada anak-
anak , biasanya terlihat rasa ingin tahu yang besar sekali, sehingga anak-anak tidak
henti-hentinya bertanya mengenai suatu hal dan dirinya akan merasa senang apabila
dunianya diisi dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari
sekelilingnya.
8. Hukum Rekapitulasi
Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat dari perkembangan
manusia didunia dari masa berburu hingga masa industri. Jika pengertian rekapitulasi
ini ditransfer ke psikologi perkembangan, dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa
anak mengalami ulangan ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia.
Masa perkembangan jiwa anak dapat dibagi dalam beberapa masa:
2
Sutirna.2013.Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta:CV. Andi Offset. hal. 99-104
a. Masa berburu dan menyamun
b. Masa mengembala
c. Masa bercocok tanam
d. Masa berdagang

C. FASE FASE PERKEMBANGAN


1. Fase-fase Perkembangan Manusia dalam Pandangan Psikologi
Fase-fase perkembangan manusia menurut para psikolgi berbeda-beda tergantung
pandangan mereka tentang teori perkembangan. Rousseau (Crain, 2007: 17-19) membagi
tahap perkembangan manusia menjadi empat tahap, yaitu:
a. Masa Bayi (usia dari nol sampai dua tahun)
Bayi mengalami dunia langsung lewat indranya. Mereka tidak mengetahui ide atau
pemikiran apapun,mereka hanya merasakan panas, dingin, enak atau sakit. Mereka
menggunakan gramatika sendiri ketika berkomunikasi dengan orang dewasa. Mereka
memperbaiki pengertian mereka sendiri meskipun orang lain tidak memperbaikinya.
b. Masa Kanak-kanak Awal (usia dua sampai duabelas tahun) Masa ini dimulai ketika
anak mulai memiliki independensi baru. Mereka sudah bisa berjalan, berbicara,
makan sendiri, dan berlari ke sana kemari. Anak masih melekat pada hal-hal yang
konkrit. Mereka belum mampu memahami hal-hal yang bersifat abstrak. Pemikiran
mereka masih terbatas pada hal-hal yang bersifat pra operasional dan operasional
konkrit
c. Masa Kanak-kanak Akhir (usia duabelas sampai limabelas tahun) Masa ini transisi
masa anak ke masa dewasa, di mana anak hanya memperhatikan apa yang berguna
bagi dirinya sedikit saja dari mereka yang memiliki kepedulian terhadap menjaga
hubungan dengan orang lain.
d. Masa Dewasa (usia limabelas sampai akhir hidup) Pada masa ini anak mulai merasa
malu berhadapan dengan lawan jenis karena kesadarannya terhadap perasaan seksual
yang mulai meningkat. Mereka lebih membutuhkan orang lain. Kognitif mereka juga
berkembang. Mereka mulai memahami konsep-konsep yang Anak berada pada tahap
prasosial

Frued (1905: 586) membagi tahap perkembangan anak menjadi 5 (lima) tahap:
a. Tahap oral (usia 0-24 bulan)
Pada tahap ini kepuasaan anak terletak pada otoerotik, yaitu kesempatan anak
menghisap puting susu ibunya. Frued memandang konsep narsisme (mencintai diri
sendiri) sudah ada sejak masa bayi di mana bayi merasakan kenyamanan dari
menyusu kepada ibunya dan mengulang perbuatan tersebut dengan mengisap jarinya
meskipun dia tidak lapar. Anak-anak juga mencoba mempertahankan kedekatannya
dengan ibunya dengan menggigit dan menangis.
b. Tahap Anal (usia dua sampai tiga tahun)
Selama usia ini wilayah anal (anus) menjadi fokus ketertarikan anak. Oleh sebab itu
pelatihan menggunakan toilet sangat tepat dilakukan pada usia ini.
c. Tahap Falik atau Odipal (usia tiga sampai 6 tahun)
Pada tahap ini anak laki-laki mulai tertarik dengan penisnya. Tahap perkembangan
paling membingungkan dari pendapat Frued sebab dia meyakini ketertarikan seksual
seorang anak laki-laki pertama kepada ibunya, sedangkan pada anak perempuan
kepada ayahnya. Namun karena dia menyadari hal tersebut tidak dapat diterima
d. Tahap Latensi (usia enam sampai sebelas tahun) Pada periode ini anak terlihat sudah
dapat mengendalikan permusuhannya dengan orangtuanya yang memiliki jenis
kelamin berbeda dengan dirinya. Anak laki-laki dan anak perempuan terlihat bersikap
lembut kepada ayah dari pada ibu mereka.3
e. Tahap Pubertas ( di atas usia sebelas tahun) Masa pubertas merupakan masa di mana
anak berupaya membebaskan diri dari perwalian orangtuanya. Mereka sudah mulai
menyukai perempuan lain selain ibunya, dan menyukai pria lain selain ayahnya.

Hurlock (1980) menyatakan membagi tahap perkembangan menjadi 10 tahap yaitu:


a. Periode Pranatal
Periode pranatal dimulai sejak terjadi proses pembuahan (konsepsi) sampai anak
terlahir ke dunia. Pada masa itu terjadi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
psikhis yang sangat penting bagi seorang anak. Jenis kelamin anak dan bentuk
fisik telah ditentukan sejak anak berada dalam kandungan.
b. Masa Bayi Baru Lahir
Masa bayi baru lahir dimulai dari hari pertama kelahiran sampai dua minggu
setelah kelahiran. Masa ini ditandai dengan lepasnya tali pusat bayi.
c. Masa Bayi
Masa bayi dimulai dua minggu setelah kelahiran sampai usia dua tahun. Pada
masa anak mulai belajar duduk, merangkak, berdiri, berjalan, dan berlari. Anak
juga mulai berkomunikasi dengan caranya sendiri dengan orang-orang di
sekitarnya.
d. Masa Anak-anak Awal
Masa anak-anak awal dimulai dari usia dua tahun sampai enam tahun. Masa ini
dipandang sebagai awal bagi kehidupan anak.
e. Masa Anak-Anak Akhir
Masa anak-anak akhir dimulai dari enam sampai tigabelas tahun. Masa ini
dipandang sebagai anak sekolah dasar.
f. Masa Puber
Masa puber dimulai dari usia empat belas tahun sampai limabelas tahun. Masa ini
dipandang sebagai awal memasuki masa remaja.
g. Masa Remaja
Masa remaja dimulai dari usia limabelas sampai delapan belas tahun. Masa
remaja merupakan masa peralihan dari anak menjadi dewasa.
h. Masa Dewasa Dini
Masa dewasa dini dimulai dari usia delapan belas sampai empat puluh tahun.
i. Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai dari usia empat puluh sampai enam puluh tahun.
j. Masa Usia Lanjut
Masa usia lanjut dimulai dari usia enam puluh tahun sampai akhir hayat.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik


1. Nativisme
3
Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan:Perdana Mulya Sarana
Pelopor aliran Nativisme adalah schopen hauer. Ia berpendapat bahwa Perkembangan
anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan atau keturunan sebagai contoh wajah atau
perilaku anak akan berkembang sesuai dengan wajah atau perilaku orang tuanya.
lingkungan dalam hal ini pendidikan sama sekali tidak dianggap mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan anak. Oleh karena itu aliran ini berpendapat bahwa pendidikan
tidak ada gunanya dalam perkembangan individu. Anak pemusik akan menjadi pemusik
anak koruptor akan menjadi koruptor anak guru akan jadi guru.

2. Empirisme
Pelopor aliran ini adalah john lock yang menentang aliran nativisme. Dia berpendapat
bahwa perkembangan individu semata-mata dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau luar.
Anak yang baru lahir diibaratkan bagaikan kertas putih yang bersih yang dapat ditulisi
apa saja Oleh karena itu pendidikan dan Lingkungan sangat berperan dalam
perkembangan individu untuk masa depan teori aliran ini dikenal dengan teori “Tabula
Rasa” anak orang baik-baik yang ada di lingkungan penjahat akan menjadi seorang
penjahat penjahat yang dididik oleh seorang guru akan menjadi guru.4

3. Konvergensi
Aliran Nativisme dengan aliran Empirisme selalu bertentangan kemudian muncullah
aliran konvergensi yang dipelopori oleh William Stern yang mempertemukan antara dua
aliran yang selalu bertentangan aliran konvergensi berpendapat bahwa perkembangan
individu dipengaruhi baik oleh faktor bawaan maupun oleh faktor lingkungan/pendidikan
dengan demikian faktor bawaan dan lingkungan dapat menentukan arah perkembangan
seseorang dengan menyediakan kondisi yang ideal.

E. Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik (SD, SMP, SMA)


Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik
Secara umum, buku ini mengetengahkan kajian psikologi perkembangan, yang secara khusus
membahas perkembangan anak usia sekolah (SD) dan remaja (SMP & SMA). Aspek-aspek
perkembangan yang dibahas dalam buku ini secara garis besarnya meliputi: perkembangan fisik-
motorik dan otak, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosioemosional. Masing-masing
aspek perkembangan dihubungkan dengan pendidikan, sehingga para guru diharapkan mampu
memberikan layanan pendidikan atau menggunakan strategi pembelajaran yang relevan dengan
karakteristik perkembangan tersebut.

Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar (SD)

Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12
tahun. Kalau mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah
berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa
kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang
berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak,
senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara
langsung. Oleh sebab itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang mengandung

4
Sutirna.2013.Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik. Yogyakarta:CV. Andi Offset. hal. 20-21
unsur permainan, mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, bekerja atau belajar dalam
kelompok, serta memberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran.

Menurut Havighurst, tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:

1.    Menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik.

2.    Membina hidup sehat.

3.    Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok.

4.    Belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin.

5.    Belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat.

6. Memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif.

7.    Mengembangkan kata hati, moral dan nilai-nilai.

8.    Mencapai kemandirian pribadi.

Dalam upaya mencapai setiap tugas perkembangan tersebut, guru dituntut untuk memberikan
bantuan berupa:

1.    Menciptakan lingkungan teman sebaya yang    mengajarkan

keterampilan fisik.

2.    Melaksanakan pembelajaran yang memberikan    kesempatan

kepada siswa untuk belajar bergaul dan bekerja dengan teman sebaya, sehingga kepribadian
sosialnya berkembang.

3.    Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang    memberikan

pengalaman yang konkret atau langsung dalam membangun konsep.

4. Melaksanakan pembelajaran yang dapat mengembangkan nilai-nilai, sehingga siswa mampu


menentukan pilihan yang stabil dan menjadi pegangan bagi dirinya.

Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)

Dilihat dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia sekolah menengah
(SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun). Terdapat sejumlah karakteristik
yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:
1.    Teijadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.

2.    Mulai timbulnya-ciri-ciri seks sekunder.

3.    Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta


keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtua.

4.    Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

5.    Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan.

6.    Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

7.    Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai
dengan dunia sosial.

8.    Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas. Adanya karakteristik anak
usia sekolah menengah yang demikian, maka guru diharapkan untuk:

1.    Menerapkan model pembelajaran yang memisahkan siswa pria dan wanita ketika membahas
topik-topik    yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi.

2.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan hobi dan minatnya melalui
kegiatan-kegiatan yang positif.

3.    Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau


kelompok kecil.

4.    Meningkatkan kerja sama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi
siswa.

5.    Tampil menjadi teladan yang baik bagi siswa.

6.    Memberikan kesempatan kepada siswa    untuk belajar bertanggung jawab.

Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan
masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego
identity). Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting, yaitu:

1.    Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya


2.    Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat.

3.    Menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara efektif.

4.    Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

5.    Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

6.    Mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.

7.    Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai


warga negara.

8.    Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

9.    Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku

10. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.

Berbagai karakteristik perkembangan masa remaja tersebut, menuntut adanya pelayanan


pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat dilakukan guru, di antaranya:

1. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya


penyimpangan seksual dan penyalahgunaan narkotika.

2.    Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap postur tubuh atau kondisi
dirinya.5

3.    Menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan yang


sesuai dengan minat dan bakatnya, seperti sarana olah raga, kesenian, dan sebagainya.

4.    Memberikan pelatihan untuk mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan


mengambil keputusan.

5.    Melatih siswa mengembangkan resiliensi, kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan
penuh godaan.

6.    Menerapkan model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berpikir kritis, reflektif,
dan positif.

5
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. hal.
35-37
7.    Membantu siswa mengembangkan etos kerja yang tinggi dan sikap wiraswasta.

8.    Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran agama terbuka dan lebih
toleran.

9.    Menjalin hubungan yang harmonis dengan siswa, dan bersedia mendengarkan segala
keluhan dan problem yang dihadapinya. Masing-masing karakteristik perkembangan peserta
didik sebagaimana disebutkan di atas, akan diuraikan secara lebih luas dalam bab-bab
selanjutnya.

F. Perbedaan Individual Peserta Didik Serta Implikasinya Dalam Pendidikan

Dari bahasa bermacam-macam aspek perkembangan individu dikenal ada dua faktor yang
menonjol yaitu Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola
perkembangannya dan di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan
manusia secara biologis dan sosial individu mempunyai kecenderungan berbeda.

sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan berkaitan dengan
perbedaan individu atau perseorangan. Ciri dan sifat orang yang satu berbeda dengan yang lain
berbeda ini disebut perbedaan individu atau perbedaan individual, maka perbedaan dalam
perbedaan individual menurut Landgren (1980:578) menyangkut variasi yang terjadi baik variasi
pada aspek fisik maupun psikologis.

Garry 1963 (Oxendine, 1984:317) mengategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang


berikut perbedaan fisik usia tingkat dan berat badan jenis kelamin pendengaran penglihatan dan
kemampuan bertindak perbedaan sosial termasuk status ekonomi agama hubungan keluarga dan
suku perbedaan kepribadian termasuk watak motif minat dan sikap perbedaan intelegensi dan
kemampuan dasar perbedaan kecakapan atau kepandaian di sekolah.6

6
Sunarto.2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:PT Rineka Cipta. hal. 6-10

Anda mungkin juga menyukai