Anda di halaman 1dari 8

Perspektif Ilmu Pendidikan Volume 35 Issue 2 p-ISSN: 1411-5255

http://doi.org/10.21009/PIP.352.10 Oktober 2021 e-ISSN: 2581-2297

DOI: doi.org/10.21009/PIP.352.10
Diterima : 26 Juli 2021
Direvisi : 28 September 2021
Disetujui : 29 Oktober 2021
Diterbitkan : 31 Oktober 2021

OPTIMALISASI KEBUTUHAN SISWA DAN HASIL BELAJAR


DENGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Wiwin Herwina
Email: wiwinherwina@unsil.ac.id
Program Studi Pendidikan Masyarakat,
Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Abstrak: Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di


kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap siswa. Penyesuaian yang dimaksud yakni terkait
minat, profil belajar, kesiapan murid agar tercapai peningkatan hasil belajar. Penulis menemukan bahwa
pembelajaran berdiferensiasi mampu membantu murid mencapai hasil belajar optimal, karena produk
yang akan mereka hasilkan sesuai minat mereka. Melalui kegiatan pembelajaran berdiferensiasi, semua
kebutuhan belajar siswa terakomodir sesuai minat atau profil belajar yang dimiliki. Lebih lanjut penulis
menemukan terdapat empat (4) komponen pembelajaran berdiferensiasi, yaitu: isi, proses, produk, dan
lingkungan belajar. Proses pembelajaran berdiferensiasi juga dapat memberikan ruang yang luas kepada
siswa untuk mendemostrasikan apa yang telah mereka pelajari sehingga pembelajaran berdiferensiasi
secara tidak langsung mendorong kreativitas siswa. Selain itu, karena kreativitas akan terus berkembang,
maka pembelajaran diferensial termasuk pendekatan yang sangat direkomendasikan untuk diterapkan
dalam pembelajaran sehingga mempermudah ketercapaian tujuan pembelajaran.

Kata-kata Kunci: pembelajaran diferensiasi, kebutuhan, hasil belajar

OPTIMIZING STUDENT NEEDS AND LEARNING OUTCOMES WITH


DIFFERENTIATED LEARNING
Abstract: Differentiated learning is an attempt to adapt the learning process in the classroom to meet the in-
dividual learning needs of each student. The adjustments in question are related to interests, learning profiles,
student readiness to achieve increased learning outcomes. The author finds that differentiated learning is able to
help students achieve optimal learning outcomes, because the products they will produce are according to their
interests. Through differentiated learning activities, all student learning needs are accommodated according to their
interests or learning profile. Furthermore, the authors found that there are four (4) components of differentiated
learning, namely: content, process, product, and learning environment. The differentiated learning process can also
provide ample space for students to demonstrate what they have learned so that differentiated learning indirectly
encourages students' creativity. In addition, because creativity will continue to develop, differentiated learning is
a highly recommended approach to be applied in learning so as to facilitate the achievement of learning objectives.

Keywords: differentiated learning, needs, learning outcomes


PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 35 No.2 Oktober 2021 175
pendidik sebagai “pamong” dalam memberi tuntunan
PENDAHULUAN dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan suatu membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat
cara berpikir yang sangat penting tentang proses memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan
belajar mengajar pada abad ke-21 ini. Pembelajaran kemerdekaannya dalam belajar. Hal ini sejalan dengan
berdiferensiasi bukanlah hal yang baru dalam dunia konsep pembelajaran mandiri atau yang lebih dikenal
pendidikan. Pembelajaran diferensiasi juga dikenal dengan self-directed learning (SDL). Menurut Walsh,
dengan istilah pembelajaran diferential. Menurut (2017) belajar mandiri adalah proses di mana individu
Schöllhorn (2000) pembelajaran diferensial adalah mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang
model pembelajaran motorik yang dicangkokkan pada lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajar mereka,
pentingnya variabilitas gerakan dan berakar pada teori merumuskan tujuan, mengidentifikasi sumber daya
sistem dinamis gerakan manusia. Beberapa penelitian manusia dan materi untuk belajar, memilih dan
mengungkapkan bahwa pembelajaran diferensiasi menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai, dan
banyak diadopsi dalam konteks pembelajaran yang mengevaluasi hasil pembelajarannya. Persamaan
bersifat motorik (Beckmann & Schöllhorn, 2006; Wagner pembelajaran diferensiasi dan pembelajaran mandiri
& Müller, 2008; Reynoso, Solana, Vaillo, & Hernandez, yakni sama-sama menargetkan pembelajar untuk
2013). Temuan terdahulu melaporkan bahwa pada mempelajari apa yang benar-benar dibutuhkannya.
tingkat pembelajaran, pembelajaran diferensiasi juga Sedangkan perbedaannya pembelajaran mandiri tetap
terbuki lebih baik dibandingkan metode tradisional di dapat berjalan dengan atau tanpa adanya bantuan
banyak olahraga (Henz & Schöllhorn, 2016; Schöllhorn pendidik atau pamong, sedangkan pembelajaran
Mayer-Kress, Newell & Michelbrink, 2009; Wagner & diferensiasi memerlukan pamong sebagai pemberi
Muller, 2008). Pembelajaran diferensial tampaknya arahan.
muncul sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk Pembelajaran berdiferensiasi merupakan
meningkatkan perilaku kreatif (Santos, Bastos & usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran
Souza, 2014). Dikembangkan pada perspektif sistem di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar setiap
dinamis, pembelajaran diferensial telah banyak individu. Penyesuaian yang dimaksud yakni terkait
diterapkan dalam konteks pembelajaran motorik minat, profil belajar dan kesiapan murid agar tercapai
(Schöllhorn, Michelbrink, Welminski, & Davids, 2009). peningkatan hasil belajar. Menurut Marlina (2019)
Lebih lanjut Santos, Coutinho, Gonçalves, Schöllhorn, pembelajaran berdiferensiasi merupakan penyesuaian
Sampaio & Leite (2018) melaporkan bahwa manfaat terhadap minat, preferensi belajar, kesiapan siswa
pendekatan pembelajaran diferensial di antaranya agar tercapai peningkatan hasil belajar. Perlu diingat
yakni: memfasilitasi pengembangan komponen bahwa pembelajaran berdiferensiasi bukanlah
kreativitas, memberikan penurunan substansial dalam pembelajaran yang diindividualkan. Namun, lebih
kegagalan, pembelajaran mendorong adaptasi yang cenderung kepada pembelajaran yang mengakomodir
berbeda berdasarkan keahlian, serta pembelajaran kekuatan dan kebutuhan belajar siswa dengan
diferensial tampaknya mendukung keteraturan dalam strategi pembelajaran yang independen. Lebih lanjut
perilaku. Baru-baru ini Gray (2020) juga melaporkan Marlina menjabarkan bahwa dalam pembelajaran
bahwa pendekatan pembelajaran diferential dirancang berdiferensiasi guru dituntut untuk memahami siswa
untuk mendorong organisasi diri (self-organizing). secara terus menerus membangun kesadaran tentang
Pembelajaran berdiferensiasi sejalan dengan kekuatan dan kelemahan murid, mengamati, menilai
filosofi pemikiran pendidikan menurut Ki Hajar kesiapan, minat, dan preferensi belajarnya. Selain
Dewantara, bahwa pendidikan (opvoeding) memberi itu guru juga harus menggunakan semua preferensi
tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang tentang bagaimana siswa mendemonstrasikan
dimiliki anak agar anak mampu mencapai keselamatan preferensi belajarnya (terkait isi, proses, produk
dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik dan lingkungan belajar). Sehingga ketika guru terus
sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota belajar tentang keberagaman potensi muridnya, maka
masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya pembelajaran yang profesional, efesien, dan efektif
dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan akan terwujud.
kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat Banyak guru yang belum biasa membayangkan
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup bagaimana pelaksanaan pendekatan pembelajaran
serta menumbuhkan kekuatan kodrat anak. Dalam diferensiasi. Karena sudah terbiasa dan sejak lama
proses “menuntun”, anak diberi kebebasan namun melakukan suatu proses pembelajaran satu arah dan

176 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 35 No.2 Oktober 2021


berpusat hanya pada guru (teacher centred). Marlina
(2019) menyebutkan bahwa pada kelas tradisional
HASIL DAN PEMBAHASAN
perbedaan siswa dianggap sebagai masalah, lebih Pembelajaran berdiferensiasi adalah cara
menonjolkan kecerdasan intelektual, minat siswa jarang atau upaya yang dilakukan guru untuk memenuhi
diperhatikan, profil belajar siswa jarang diperhatikan, kebutuhan dan harapan murid. Hal ini sejalan
penilaian dilakukan di akhir pembelajaran untuk dengan pendapat Tomlinson (2000), pembelajaran
mengetahui siapa yang menguasai materi, guru yang berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan
memecahkan masalah, guru yang mengatur standar proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi
penilaian untuk seluruh kelas, dll. Padahal dalam kebutuhan belajar individu setiap siswa. Namun
pembelajaran berdiferensiasi guru secara leluasa demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukan berarti
dapat mengembangkan potensi dirinya dan siswanya bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang
sehingga guru dan siswa dapat bekerjasama untuk berbeda untuk mengajar 32 orang siswa. Bukan pula
mencapai tujuan bersama. Penggunaan strategi berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal
pembelajaran diferensiasi dapat memberikan kegiatan untuk siswa yang lebih cepat bekerja dibandingkan
yang sesuai dengan kebutuhan siswa (kesiapan, minat yang lain. Dalam pembelajaran diferensiasi guru mesti
dan gaya belajar siswa) sehingga kebutuhan belajar memiliki inovasi dalam memilih metode, model dan
siswa dapat terpenuhi. Pada akhirnya siswa akan strategi pembelajaran agar siswa lebih termotivasi
bisa belajar sesuai dengan kemampuannya masing- dalam mengikuti proses pembelajaran, Sehingga
masing (Andini, 2016: 342). Namun penelitian terkait dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di
pembelajaran diferensiasi masih terbatas sehingga kelas, peran guru sangat penting dalam menentukan
artikel ini bertujuan untuk mengumpulkan berbagai keberhasilan suatu pembelajaran (Sukendra, 2014).
literatur terkait pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan
berarti guru harus mengelompokkan murid yang
pintar dengan yang pintar atau sebaliknya. Bukan
METODE PENELITIAN
pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap
Metode penelitian ini adalah literature review anak. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukanlah
atau tinjauan pustaka. Literature review adalah cara sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic),
yang dipakai untuk mengumpulkan data atau sumber yang gurunya kemudian harus membuat beberapa
yang berhubungan dengan sebuah topik tertentu perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru
yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, harus berlari kesana kemari untuk membantu si A,
buku, internet, dan pustaka lain. Literature Review ini si B atau si C dalam waktu yang bersamaan untuk
menggunakan literatur terbitan tahun 2009-2020 yang memecahkan semua permasalahan. Karena tidak
dapat diakses fulltext dalam format pdf dan scholarly semua siswa memiliki kemampuan yang sama
(peer reviewed journals). Kriteria jurnal yang direview dalam menerima pelajaran dari gurunya. Begitu juga
adalah artikel jurnal penelitian berbahasa Indonesia siswa sulit menerima penjelasan dari guru, karena
dan Inggris dengan tema pembelajaran berdiferensiasi. gurunya kurang tepat untuk menggunakan metode
Kriteria jurnal yang terpilih untuk review adalah atau strategi dalam menyampaikan pembelajaran di
jurnal yang di dalamnya terdapat tema pembelajaran kelas. Secara sederhana pembelajaran berdiferensiasi
berdiferensiasi atau differential learning. adalah serangkaian keputusan masuk akal (common
Literature Review ini disintesis menggunakan sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada
metode naratif dengan mengelompokkan data-data kebutuhan murid (Kusuma, & Luthfah, 2020: 11).
hasil ekstraksi yang sejenis sesuai dengan hasil yang Saat guru merespon kebutuhan belajar murid, berarti
diukur untuk menjawab tujuan. Jurnal penelitian guru mendiferensiasikan pembelajaran dengan
yang sesuai dengan tema kemudian dikumpulkan menambah, memperluas, menyesuaikan waktu untuk
dan dibuat ringkasan jurnal meliputi nama peneliti, memperoleh hasil belajar yang maksimal. Adapun
tahun terbit jurnal, negara penelitian, judul penelitian, tujuan pembelajaran berdiferensiasi menurut Marlina
metode dan ringkasan hasil atau temuan. Buku, sumber (2019: 8), yaitu:
internet dan pustaka lainnya juga menggunakan 1. Untuk membantu semua siswa dalam belajar.
metode yang sama dalam membuat ringkasan. Agar guru bisa meningkatkan kesadaran
terhadap kemampuan siswa, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai oleh seluruh
s i s w a ;
PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 35 No.2 Oktober 2021 177
2. Untuk meningkatkan motivasi dan hasil dengan sesuatu yang sudah diketahui siswa.
belajar siswa. Agar siswa memperoleh hasil Menentukan minat siswa tentu relatif mudah.
belajar yang sesuai dengan tingkat kesulitan Sebagai contoh pertanyaan diajukan sebelum memulai
materi yang diberikan guru. Jika siswa pembelajaran baru agar guru dapat mengelompokkan
dibelajarkan sesuai dengan kemampuannya siswa sesuai dengan aspek pembelajaran yang
maka motivasi belajar siswa meningkat; menarik, dan memulai tahun ajaran dengan kuesioner
3. Untuk menjalin hubungan yang harmonis minat belajar sehingga guru dapat membimbing
guru dan siswa. Pembelajaran berdiferensiasi murid memilih bahan belajar. Cara lain untuk
meningkatkan relasi yang kuat antara guru mengetahui minat siswa adalah dengan survei,
dan siswa sehingga siswa semangat untuk mengajukan pertanyaan, dan meminta siswa untuk
b e l a j a r ; menghubungkan minat mereka dengan suatu
4. Untuk membantu siswa menjadi pelajar yang topik studi. Ketika guru mempertimbangkan minat
mandiri. Jika siswa dibelajarkan secara siswa dan mengaitkannya dengan pembelajaran,
mandiri, maka siswa terbiasa dan menghargai siswa merasa bahwa keragaman mereka diakui
k e b e r a g a m a n p o t e n s i ; dan dihargai. Tomlinson (2000) menjelaskan bahwa
5. Untuk meningkatkan kepuasan guru. Jika mempertimbangkan minat siswa dalam merancang
guru menerapkan pembelajaran berdiferen- pembelajaran memiliki tujuan di antaranya, yaitu: 1)
siasi, maka guru merasa tertantang untuk membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan
mengembangkan kemampuan mengajarnya antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk
sehingga guru menjadi kreatif. belajar; 2) menunjukkan keterhubungan antara semua
pembelajaran; 3) menggunakan keterampilan atau
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan ide yang tak asing bagi siswa sebagai jembatan untuk
penyesuaian terhadap minat, profil belajar, kesiapan mempelajari ide atau keterampilan yang asing atau
belajar siswa agar tercapai peningkatan hasil belajar. baru bagi mereka; serta 4) meningkatkan motivasi
Hal ini sejalan dengan temuan sebelumnya yang murid untuk belajar.
melaporkan bahwa penerapan strategi pembelajaran Kedua, profil belajar siswa terkait dengan
berdiferensiasi progresif dalam pembelajaran banyak faktor seperti: bahasa, budaya, kesehatan,
matematika dapat meningkatkan aktivitas belajar keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu
peserta didik dari kurang aktif pada refleksi awal juga profil belajar berhubungan dengan gaya belajar
menjadi aktif (Sukendra, 2014). Tidak hanya itu, seseorang. Menurut Tomlinson (Hockett, 2018) profil
Bauera, Gartmeier, Wiesbeck, Moeller, Karsten, Fischer belajar siswa merupakan pendekatan yang disukai
& Prenzel (2018) melaporkan bahwa penerapan siswa untuk belajar, dipengaruhi oleh gaya berpikir,
pembelajaran berdiferensiasi di dalam pelatihan kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin,
percakapan profesional yang dilakukan di Jerman dll. Profil belajar berbeda dari konteks ke konteks
memberikan keuntungan praktis dalam tiga aspek lainnya. Hal ini penting agar siswa tidak 'dilabeli'
kompetensi percakapan, yakni: (a) menyusun berdasarkan profil belajar dan dikelompokkan sesuai
percakapan, (b) memajukan solusi masalah, dan (c) periode waktu. Ketika siswa memiliki peluang secara
membangun hubungan interpersonal yang positif. berkelanjutan untuk berpikir dan berbicara tentang
Sedangkan dalam konteks pembelajaran secara di cara terbaik mereka dalam belajar, maka mereka
kelas, pembelajaran diferensiasi terkait tiga hal yakni menjadi lebih sadar akan kekuatan dan kebutuhan
minat, profil belajar dan kesiapan belajar. belajarnya. Guru juga menjadi lebih peka terhadap
Pertama, minat adalah salah satu motivator perbedaan-perbedaan individual siswa. Hal ini sejalan
penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam dengan pendapat Marlina (2019) bahwa perbedaan
proses pembelajaran. Dengan mengenali minat siswa, kelas tradisional dengan kelas diferensiasi yakni
guru dapat merencanakan pembelajaran yang menarik dalam kelas diferensiasi guru lebih mengakui adanya
dan bermakna. Pengakuan terhadap minat siswa dapat kecerdasan majemuk karena pembelajaran didasarkan
memacu motivasi mereka untuk belajar. Robbins & pada kesiapan, minat dan profil belajar siswa.
Judge (2014) menyebutkan bahwa motivasi sebagai Ketiga, kesiapan belajar (readiness) adalah
proses yang memperhitungkan intensitas, arahan, dan kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah
ketekunan upaya individu untuk mencapai tujuan. tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan
Pembelajaran yang bermakna terjadi ketika ide-ide siswa akan membawa siswa keluar dari zona nyaman.
baru muncul secara pribadi, informasi baru terhubung Namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan

178 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 35 No.2 Oktober 2021


dukungan yang memadai, mereka tetap dapat bersifat fleksibel ini, guru akan paham bahwa mungkin
menguasai materi baru tersebut. Pemahaman ada beberapa siswa yang dalam mengerjakan tugas baru
tentang kesiapan belajar siswa merupakan suatu namun kerjanya lambat dan kemudian akan diberikan
konsep penting dalam pembelajaran berdiferensiasi. penjelasan untuk mempercepat kerjanya sambil yang
Sebagai contoh, ada siswa yang siap belajar tentang lain belajar tetapi dilakukan secara perlahan. Dalam
materi yang sulit, namun ada juga siswa yang pembelajaran diferensiasi, kelompok akan selalu diubah-
membutuhkan waktu lama untuk mempelajari ubah berdasarkan kebutuhan dan pengalaman belajar
materi pelajaran. Jika guru memiliki pemahaman siswa. Pembelajaran diferential juga diasumsikan bahwa
yang baik tentang kesiapan belajar siswa, maka guru kondisi internal dan eksternal siswa yang selalu berubah,
bisa mengaitkan pikiran positif siswa tentang materi maka memungkinkan siswa untuk mendapatkan
baru yang akan diajarkan serta potensi guru dalam informasi tentang seluruh ruang solusi (Gray, 2020).
proses pembelajaran menjadi lebih baik. Selanjutnya Sementara pada strategi diferensiasi terdapat
jika guru mengetahui kesiapan siswa dalam suatu empat komponen yaitu diferensiasi konten/isi,
konsep, guru dapat mengenalkan dan melaksanakan diferensiasi proses, dan diferensiasi produk dan
konsep tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa, diferensiasi lingkungan belajar yang juga memiliki
serta mengkreasikan tugas yang paling sesuai pengaruh cukup kuat terhadap kesuksesan pembelajaran.
dengan keterampilan siswa. Untuk menentukan Komponen pembelajaran berdifferensiasi menurut
kesiapan belajar siswa pada suatu konsep, guru Marlina (2019: 10-11) ada empat (4) yaitu: isi, proses,
perlu melakukan assesment. Guru bisa memberikan produk, dan lingkungan belajar. Secara lebih lanjut
sebuah pre-assesment singkat untuk menentukan empat komponen tersebut dapat dilihat pada (gambar
apa yang dipahami siswa tentang suatu topik dan 1) di bawah ini:
mengamati siswa ketika menyelesaikan suatu
tugas atau aktivitas. Atau guru juga bisa bertanya
tentang apa yang diketahui oleh murid sebelum
melaksanakan pembelajaran.
Pada kelas yang menerapkan pembelajaran
diferensiasi, guru harus berpikir bahwa siswa
memiliki kebutuhan belajar yang beragam dan
berbeda satu dengan yang lainnya. Guru harus
proaktif menemukan dan melakukan perencanaan
dengan berbagai cara untuk bisa mengekspresikan
bagaimana siswa-siswanya bisa belajar. Sejalan
dengan temuan sebelumnya, Savelsbergh, Kamper,
Rabius, De Koning & Schöllhorn (2010) melaporkan Berdasarkan gambar 1 di atas diperoleh informasi
dalam studi pembelajaran diferential melatih bahwa terdapat empat komponen pembelajaran
keterampilan yang lebih terbuka. Sehingga berdiferensisi yang saling berkaitan satu sama lain,
siswa yang mempunyai karakteristik berbeda yakni:
memungkinkan adanya indikasi kebutuhan akan 1. Isi meliputi apa yang dipelajari siswa. Isi
modifikasi kurikulum dan pembelajaran. berkaitan dengan kurikulum dan materi
Selanjutnya pada kelas yang menerapkan pembelajaran. Pada aspek ini, guru memodifikasi
pembelajaran diferensiasi, pembentukan kelompok kurikulum dan materi pembelajaran
akan bersifat fleksibel, di mana siswa yang memiliki berdasarkan gaya belajar siswa dan kondisi
kekuatan dalam bidang tertentu akan bergabung disabilitas yang dimiliki. Isi kurikulum
dan bekerjasama dengan teman-temannya yang lain. disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan
Siswa yang kuat dalam suatu bidang belum tentu siswa. Umumnya, guru tidak mampu
memiliki kekuatan yang sama dalam bidang lain. mengontrol isi kurikulum yang spesifik (yang
Misalnya, mungkin siswa tersebut akan memiliki tidak bisa dipahami semua anak) berdasarkan
kekuatan dalam memahami suatu bacaan, belum gaya belajar siswa serta menyesuaikan materi
tentu dalam menulis, ia akan bisa menulis dengan pembelajaran berdasarkan jenis disabilitas yang
ejaan yang benar atau menuliskan kalimat dengan d i m i l i k i .
tepat atau bisa juga mengalami kelemahan dalam 2. Proses, yakni bagaimana siswa mengolah ide
berhitung dan lain-lain. Dalam kelompok yang dan informasi. Bagaimana siswa berinteraksi

PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 35 No.2 Oktober 2021 179


dengan materi dan bagaimana interaksi Melalui kegiatan pembelajaran berdiferensiasi,
tersebut menjadi bagian yang menentukan semua kebutuhan mereka terakomodir sesuai minat
pilihan belajar siswa. Karena banyaknya atau profil belajar yang mereka miliki. Hal ini sejalan
perbedaan gaya dan pilihan belajar yang dengan temuan sebelumnya yang melaporkan bahwa
ditunjukkan siswa, maka kelas harus dalam metode pelatihan pembelajaran diferensial
dimodifikasi sedemikian rupa agar kebutuhan dirancang untuk mendorong organisasi diri para
belajar yang berbeda-beda dapat diakomodir peserta pelatihan (Gray, 2020). Kepedulian siswa
dengan baik. Gregory & Chapman (2002) dalam memperhatikan kekuatan dan kebutuhan
menyatakan proses pembelajaran yang belajarnya menjadi fokus perhatian dalam
d i m o d i f i k a s i y a k n i m e l a l u i : pembelajaran berdiferensiasi. Profil pembelajaran
a. Mengaktifkan pembelajaran. Aktivitas yang mengakomodir kebutuhan belajar siswa
belajar difokuskan pada materi sehingga pembelajaran berdiferensiasi mengharuskan
yang dipelajari, menghubungkan guru mencurahkan perhatian dan memberikan
materi yang belum dikuasai, memberi tindakan untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.
kesempatan pada siswa untuk Guru dalam pembelajaran berdiferensiasi
mencari mengapa materi yang harus dapat mengembangkan cara belajar siswa
dipelajari penting, dan menjelaskan untuk mendapatkan, mengelola, menggunakan dan
apa yang dilakukan siswa setelah mengkomunikasikan informasi yang diperlukan.
b e l a j a r . Siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran
b. Kegiatan belajar. Melibatkan kegiatan tersebut baik secara individual ataupun kelompok.
pembelajaran yang sebenarnya, Menurut Suryosubroto (1996: 72) keaktifan siswa
seperti pemodelan, latihan, dapat terlihat dari: (1) berbuat sesuatu untuk
demonstrasi, atau game pendidikan. memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan;
c Kegiatan pengelompokkan. Baik (2) mempelajari, memahami, dan menemukan sendiri
kegiatan belajar individu maupun bagaimana memperoleh situasi pengetahuan; (3)
kelompok harus direncanakan sebagai merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang
bagian dari proses pembelajaran. diberikan oleh guru kepadanya; (4) belajar dalam
3. Produk, bagaimana siswa menunjukkan kelompok; (5) mencoba sendiri konsep-konsep
apa saja yang telah dipelajari. Produk tertentu; (6) mengkomunikasikan hasil pikiran,
pembelajaran memungkinkan guru menilai penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan
materi yang telah dikuasai siswa dan atau penampilan. Dengan demikian, keberhasilan
memberikan materi berikutnya. Gaya belajar pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi tergantung
siswa juga menentukan hasil belajar seperti pada peran guru dalam mengelola pembelajaran.
apa yang akan ditunjukkan pada guru. Guru memegang peranan yang amat penting
4. Lingkungan belajar yakni bagaimana cara dalam proses pembelajaran differensiasi dalam
siswa bekerja dan merasa dalam pembelajaran. mengarahkan potensi siswa, oleh karenannya penting
untuk mempelihatkan peranannya dalam usaha
Pembelajaran berdiferensiasi mampu membantu membantu siswa.
siswa mencapai hasil belajar optimal, karena produk Memperkuat temuan sebelumnya bahwa
yang akan dihasilkan sesuai minat mereka. Produk pendekatan pembelajaran diferensial memfasilitasi
yang dihasilkan dapat disajikan dalam sebuah artikel, pembelajaran yang bersifat motorik melalui proses
lagu, puisi, infografis, poster, video performance, video resonansi stokastik. Artinya, keadaan internal
animasi atau bentuk lain sesuai keterampilan dan siswa ditambah dengan lingkungan belajar dapat
minat kelompok masing-masing. Siswa diperbolehkan menghasilkan penguatan potensi dan mendorong
memilih cara mendemonstrasikan pemahaman perolehan keterampilan dari pembelajaran diferensial
sesuai yang disukainya, seperti: a) siswa yang suka (Schöllhorn, 2016). Salah satu peran penting lainnya
menggambar membuat produk berupa info grafis/ yakni guru dapat menjadi pemimpin pembelajaran
poster/kliping; b) siswa yang suka menyanyi yang mendorong well-being ekosistem pendidikan
membuat produk berupa lagu; c) siswa yang menyukai di sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran berarti
praktik langsung membuat produk berupa video seorang guru menjadi seorang pemimpin yang
performance/video animasi; serta d) siswa yang suka menitikberatkan pada komponen pembelajaran,
menulis membuat produk berupa artikel/puisi. seperti: kurikulum, proses belajar mengajar, assesment,

180 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 35 No.2 Oktober 2021


pengembangan guru, komunitas sekolah, dll. Well-
being sendiri terkait dengan kondisi yang sudah
DAFTAR PUSTAKA
berpihak pada siswa. Andini, D. W. (2016). “Differentiated Instruction”: Solusi
Seorang guru juga memiliki kewajiban Pembelajaran Dalam Keberagaman Siswa
untuk memastikan bahwa setiap murid mendapat Di Kelas Inklusif Trihayu: Jurnal Pendidikan
kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara Ke-SD-an, Vol. 2, Nomor 3, Mei 2016, hlm. 340-349
terbaik yang sesuai dengan minat mereka. Hal ini Beckmann, H. & Shöllhorn, W. I. (2006). Differenzielles
sejalan dengan nilai dan peran guru yang berpihak Lernen im KugelstoBen. Leistungssport, 1(2),
pada siswa. Berpihak pada siswa berarti seorang guru 4 4 – 5 0 .
selalu bergerak dengan mengutamakan kepentingan Bauera, J., Gartmeier, M., Wiesbeck, A.B.,
perkembangan siswa sebagai acuan utamanya. Segala Moeller, G.E., Karsten, G., Fischer, M.R.,
keputusan yang diambil oleh seorang guru didasari & Prenzel, M. (2018). Differential learning
pembelajaran siswa terlebih dahulu, bukan dirinya gains in professional conversation training:
sendiri. Segala hal yang dilakukan harus tertuju pada A latent profile analysis of competence
perkembangan siswa, bukan pada pemuasan diri guru acquisition in teacher-parent and physician
maupun orang lain yang berkepentingan. patient communication. Learning and
Individual Differences 61 (2018) 1–10
PENUTUP https://doi.org/10.1016/j.lindif.2017.11.002
Gray, R. (2020). Comparing the constraints led
Pembelajaran berdiferensiasi adalah approach, differential learning and prescriptive
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan- instruction for training opposite-field hitting
perbedaan individual dan kebutuhan siswa. in baseball. Psychology of Sport &
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha Exercise 51 (2020) 101797 https://
untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas doi.org/10.1016/j.psychsport.2020.101797
untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap Gregory, G. H., & Chapman, C. (2002). Differen-
siswa. Lebih lanjut pembelajaran berdiferensiasi tiated instructional strategies: One
merupakan penyesuaian terhadap minat, profil belajar, size doesn't fit all. Corwin Press.
kesiapan murid agar tercapai peningkatan hasil Henz, D., & Schöllhorn, W. I. (2016). Differential
belajar. Melalui kegiatan pembelajaran berdiferensiasi, Training Facilitates Early Consolidation
semua kebutuhan belajar siswa terakomodir sesuai in Motor Learning. Frontiers in Behavioral
minat atau profil belajar yang dimiliki. Pada kelas Neuroscience, 10, 199. doi:
yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, guru 10.3389/fnbeh.2016.00199
harus berpikir bahwa para siswa memiliki kebutuhan Hockett, J. (2018). Differentiation Handbook: Strategies
belajar yang beragam dan berbeda satu dengan yang and Examples: Grades 6–12. The Tennessee
lainnya. Terdapat empat (4) komponen pembelajaran Department of Education.
berdiferensiasi, yaitu: isi, proses, produk, dan Kusuma, O. D., & Luthfah, S. (2000). Modul Paket 2.
lingkungan belajar. Modul 2.1 “Memenuhi Kebutuhan Belajar
Pembelajaran berdiferensiasi mampu membantu Murid Melalui Pembelajaran
murid mencapai hasil belajar optimal, karena produk Berdiferensiasi”. Jakarta: Kemendikbud.
yang akan mereka hasilkan sesuai minat mereka. Marlina, (2019). Panduan Pelaksanaan Model
Oleh karenanya proses pembelajaran berdiferensiasi Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah
harus memberikan ruang yang luas kepada murid Inklusif. Universitas Negeri Padang.
untuk mendemostrasikan apa-apa yang telah mereka Reynoso, S. R., Solana, R. S., Vaillo, R. R. &
pelajari. Produk yang dihasilkan oleh murid dapat Hernandez, F. J. M. (2013). Aprendizaje
disajikan dalam sebuah artikel, lagu, puisi, infografis, diferencial aplicado al saque de voleibol
poster, video performance, video animasi atau bentuk en deportistas noveles. Apunts
lain sesuai keterampilan dan minat kelompok masing- Educación Física y Deportes, 114 45–52
masing. Selain itu, karena kreativitas abad 21 akan Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2014). Essentials
terus berkembang, maka pembelajaran diferensial of Organizational Behavior. United
termasuk pendekatan yang sangat direkomendasikan States of America: Pearson Education, hlm – 97
untuk diterapkan dalam pembelajaran sehingga Santos, J.J.d.S., Bastos, F.H., & Souza, T.O. (2014).
mempermudah ketercapaian tujuan pembelajaran. Contextual Interference Effect Depends on
PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 35 No.2 Oktober 2021 181
the Amount of Time Separating Acquisition
and Testing. Advances in
Physical Education, 4, 102-109.
Santos, S., Coutinho, D., Gonçalves, B.,
Schöllhorn, W., Sampaio, J., & Leite, N.
(2018): Differential Learning as a Key
Training Approach to Improve Creative
and Tactical Behavior in Soccer,
Research Quarterly for Exercise and
Sport, DOI: 10.1080/02701367.2017.1412063
Savelsbergh, G. J., Kamper, W. J., Rabius, J., De
Koning, J. J., & Schöllhorn, W. (2010). A
new method to learn to start in speed
skating: A differencial learning approach.
International Journal of Sport
Psychology, 41(4), 415.
Schöllhorn, W. I. (2000). Applications of systems
dynamic principles to technique and
strenght training. Acta Academiae
Olympiquae Estoniae, 8, 67–85
Schöllhorn, W. I., Mayer-Kress, G., Newell, K. M.
& Michelbrink, M. (2009). Time scales
of adaptive behavior and motor learning
in the presence of stochastic perturbations.
Human Movement Science, 28, 319–333.
Schöllhorn, W. I. (2016). Invited commentary:
Differential learning is different from
contextual interference learning.
Human Movement Science, 47, 240–245.
Sukendra, I. K. (2014). Penerapan Strategi
Pembelajaran Diferensiasi Progresif
Berbantuan LKS Dalam Upaya
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar
Matematika Peserta Didik Kelas X
SMAN 7 Denpasar Tahun Pelajaran
2014/2015. Tersedia [Online]: https://
core.ac.uk/download/pdf/226298413.
pdf Retrieved 25 September 2021
Suryosubroto, B. (1996). Proses Belajar Mengajar
di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. hlm. 72.
Tomlinson, C. A. (2000). Differentiation
of Instruction in the Elementary
Grades. ERIC Digest. ERIC Clearinghouse
on Elementary and Early
C h i l d h o o d E d u c a t i o n .
Wagner, H. & Müller, E. (2008). The effects of differential
and variable training on the quality parameters
of a handball throw. Sports
Biomechanics, 7, 54-71.
Walsh, K. (2017). Self-directed learning at
the point of care. Journal of
InnovAiT. DOI: 10.1177/1755738016679441

182 PERSPEKTIF Ilmu Pendidikan - Vol. 35 No.2 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai