Anda di halaman 1dari 12

Studi Literatur: Meningkatkan Pemahaman Konsep Peserta Didik Melalui Rancangan

Model Pembelajaran FOCUS

Muh. Alwi Naharuddin1) Barnabas Pera Marrandan2) Suriyanto3), Arsad Bahri4)


123)
Program Studi Magister Pendidikan Biologi Program Pascasarjana, Universitas Negeri Makassar
4)
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar
Email: alwinaharuddin@gmail.com

ABSTRAK

Pendidikan merupakan panggung utama untuk menggali dan memaksimalkan potensi


peserta didik agar dapat berkembang secara optimal. Dalam wadah pendidikan yang terus
bertransformasi, pendekatan konstruktivisme muncul sebagai landasan yang mengakui peran
sentral peserta didik dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. Model pembelajaran
dirancang untuk menggali pemahaman dengan mengunkaan pendekatan konstruktivisme dan
efektivitas Model Pembelajaran FOCUS sebagai alat untuk mengoptimalkan potensi peserta didik.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitaian ini adalah studi literatur review. Prtoduk berupa
model pembelajaran FOCUS dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme juga
memanfaatkan media pembelajaran dengan maksud untuk membantu meningkatkan retensi dan
pemulihan informasi. Model pembelajaran ini mengacu pada model pembelajran CLIS (Children
Learning in Science) dan model pembelajaran yang yang mengunakan pendekatan
konstruktivisme seperti Model Pembelajaran Jigsaw dan Model Pembelajaran Cooperatif. Tahapan
model pembelajaran FOCUS tertdiri dari orientasi, pengenalan materi, mengemukakan gagasan,
situasi konflik, penyususnan gagasan baru dan evaluasi. Diharapkan model pembelajaran ini dapat
memberikan kontribusi pada pengembangan strategi pembelajaran yang lebih efektif dan relevan,
menciptakan landasan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk tantangan abad ke-21.

Kata kunci: Konstruktivisme, Media Pembelajaran, Pemahaman, Pembelejaran efektif dan Model
Pembelajaran FOCUS

ABSTRACT

Education is the main stage for exploring and maximizing students' potential so that they can
develop holistically. In an educational context that continues to transform, the constructivist
approach has emerged as a foundation that recognizes the central role of students in constructing
their own knowledge. The learning model is designed to explore understanding by using a
constructivist approach and the effectiveness of the FOCUS Learning Model as a tool for
optimizing student potential. The type of research used in this research is a literature review study.
The product is a FOCUS learning model using a constructivist approach and also utilizes learning
media with the aim of helping to increase retention and recovery of information. This learning
model refers to the CLIS (Children Learning In Science) learning model and learning models that
use a constructivist approach such as the Jigsaw Learning Model and the Cooperative Learning
Model. The stages of the FOCUS learning model consist of orientation, introduction to material,
expressing ideas, conflict situations, developing new ideas and evaluation. It is hoped that this
learning model can contribute to the development of more effective and relevant learning
strategies, creating an educational foundation that prepares students for the challenges of the 21st
century.

Keywords: Constructivism, Understanding, Learning Media, Effective Learning and FOCUS


Learning Model

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan elemen kunci dalam pembentukan dan pengembangan potensi


manusia. Dalam era yang terus berkembang, pendidikan tidak hanya dituntut untuk memberikan
pengetahuan faktual, tetapi juga untuk membangun keterampilan dan pemahaman konsep yang
mendalam. Pengembangan model pembelajaran yang tepat sangat penting dalam mencapai tujuan
ini, dan salah satu pendekatan yang terus mendapatkan perhatian adalah pendekatan
konstruktivisme. Model pembelajaran merupakan landasan teori yang mendikte pendekatan,
metode, serta gaya mengajar pendidik selama proses kegiatan belajar mengajar (Badriyah, 2021)

Teori konstruktivisme merupakan sebuah teori yang memberikan keluasan berfikir kepada peserta
didik dan menuntut peserta didik untuk mempraktikkan teori yang sudah diketahuinya. Dalam teori
konstruktivisme, peserta didik diberikan keluasan untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya, baik
melalui latihan, eksperimen, maupun berdiskusi (Romadhona, 2023). Pendekatan konstruktivisme
mengakui peran aktif peserta didik dalam konstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui interaksi
dengan lingkungan dan pengalaman pembelajaran. Dalam konteks ini, penelitian dan
pengembangan model pembelajaran menjadi penting untuk mengoptimalkan potensi peserta didik
secara optimal. Maka dirancanglah sebuah “Model Pembelajaran FOCUS” yang mampu untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk fokus pada
pengembangan pemahaman yang mendalam dan keterampilan kritis.

Studi literatur ini bertujuan untuk menggali pemahaman mendalam tentang konsep
konstruktivisme dalam konteks pendidikan, serta menganalisis relevansi dan efektivitas Model
Pembelajaran FOCUS sebagai alat untuk mengoptimalkan potensi peserta didik. Konsep
pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang berpusat pada pemahaman (Arini
dan Halida, 2019). Bahwa proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik merupakan proses
konstruksi pengetahuan, pemahaman dan pengalaman yang dilakukan oleh peserta didik sebelum
pendidik memberikan stimulus pada proses pembelajaran dalam kelas. Proses pembelajaran ini,
pendidik dituntut menjadi fasilitator yang baik, mampu menggali potensi peserta didik. Pendidik
merupakan faktor yang penting untuk menigkatkan kreatifitas peserta didik di sekolah. Banyak hal
yang dapat dilakukan pendidik untuk merangsang dan meningkatkan potensi peserta didik, sikap
dan perilaku kreatif khususnya dalam pembelajaran biologi. Dalam hal ini maka diharapkan
peserta didik mampu menemukan pengetahuan dan pengalaman yang dilakukan oleh peserta didik
sendiri serta mengembangkan kemampuannya dan mengajukan pertanyaan dari hasil
pengalamannya sendiri. Dengan memeriksa literatur-literatur terkait dan akan merinci prinsip-
prinsip konstruktivisme yang mendasari pendekatan ini, serta mengeksplorasi bagaimana Model
Pembelajaran FOCUS dapat diimplementasikan secara efektif dalam lingkungan pembelajaran.

Melalui pemahaman yang lebih baik tentang konstruktivisme dan Model Pembelajaran
FOCUS, diharapkan artikel ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan strategi
pembelajaran yang lebih efektif dan relevan dalam mencapai tujuan pendidikan abad ke-21.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitain ini adalah studi literatur review. Produk
berupa model pembelajaran FOCUS yang menggunakan pendekatan konstruktivisme. Model
pembelajran FOCUS ini dimaksudkan untuk memaksimalkan proses belajar mengajar, hasil
belajar, pembentukan pemahaman konsep peserta didik. Model pembelajaran yang dirancang
bertujuan untuk peserta didik aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
konstruktivisme, juga memanfaatkan media pembelajaran dengan maksud untuk membantu untuk
meningkatkan retensi dan pemulihan informasi (wijayanti & Achmad, 2021) sehingga peserta
didik mampu mengolah pemahaman baru dan membandingkan pemahaman awal yang dimiliki.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil evaluasi (analisis) dan desain, sehingga dapat dilakukan tahap
pengembangan. Model pembelajaran FOCUS merupakan modifikasi dan integrasi dari model
pembelajran Children Learning Ihn Science (CLIS), Model Pembelajaran Jigsaw dan Model
Pembelajaran Cooperative Scripting.

Model pembelajaran CLIS merupakan model pembelajaran yang menekankan pada


kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan observasi dan pengalaman
sehingga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dan memunculkan ide-ide
untuk memecahkan masalah guna mengembangkan ide-ide ilmiah (Septatinintiyas, 2021) Selain
itu, sikap ilmiah mewakili keterbukaan pikiran, rasa ingin tahu, dan optimisme tentang kegagalan
(Wildan, et al. 2019). Model pembelajaran jigsaw merupakan model pembelajaraan tipe kooperatif
yang menitiberatkan siswa ke dalam kelompok kecil yang heterogen. Kelompok heterogen
merupakan kelompok belajar yang tersusun dari campuran siswa, baik jenis kelamin, suku, ras,
agama, dan kemampuan belajar yang berbeda. Model pembelajaran jigsaw berimpilikasi pada
proses pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam
mengemukan pendapatnya pada kelompok (Ardiawan, 2020).

Pembelajaran yang baik adalah yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
pemanfaatan lingkungan belajar yang optimal (Hariyanto & Mustafa, 2020). Setiap peserta didik
memiliki ciri khas yang berbeda-beda di setiap usia (Masgumelar & Dwiyogo, 2020), sehingga
pendidik perlu melakukan analisis kebutuhan mengenai perkembangan peserta didik yang
beragam. Setiap peserta didik itu unik, sehingga apabila terdapat peserta didik yang belum
mencapai ketuntasan belajar sebaiknya pendidik memberikan perlakuan khusus dalam
pembelajaran (Mustafa & Winarno, 2020).

Model pembelajaran FOCUS dirancang dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme


bertujuan agar peserta didik aktif dalam pembelajaran, juga memanfaatkan media pembelajaran
dengan maksud untuk membantu memberikan pemahaman baru terkait konsep materi yang
sebenarnya agar peserta didik membandingkan pemahaman awal yang dimiliki. Pengembangan
pembelajaran konstruktivisme dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan pembelajaran yang
dinamis dan bermakna dengan Langkah-langkah yang diambil sesuai dengan ciri-ciri
pembelajaran konstruktivisme. Sehingga dengan menerapkan model pembelajran ini mampu
mengatasi masalah literasi sains, berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Sebagaimana telah diuraikan, model pembelajran ini merupakan suatu kerangka


konseptual yag digunakan sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran. Rancangan ini
digunakan untuk kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan konsep teori belajar
konstruktivisme dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan peserta didik. Kerangka
konseptuanl yang dihasilkan menggambarkan bagaimana mengola atau mengorganisasikan
penglaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Model
pembelajaran mencakup lima komponen utama, yaitu: (a) dampak instruksional dan dampak
penggiring, (b) sistem sosial, (c) sistem reaksi, (d) pendukung dan (e) sintaks atau tahapan
pembelajaran.

Dampak instruksional dan dampak penggiring

Dampak instruksional yang ingin dicapai sebagai akibat dari penerapan model ini adalah
bahwa peserta didik dapat mengkonstruksi pengetahuan setiap topik atau materi pada setiap
Kegiatan Belajar (KB). Sedangkan dampak pengiringnya adalah terwujudnya peserta didik yang
mandiri, toleran, komunikatif, kolaboratif, kreatif dan berpikir kritis (Dawarti, 2023). Dampak
instruksional dalam hal untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dampak pengiring terciptanya
Susana belajar tanpa arahan langsung dari pendidik (Utomo, 2020). Dampak instruksional model
pembelajaran FOCUS yaitu untuk mencapai tujuan pembelajaran, kompetensi keterampilan
berpikir kritis dan kreatif peserta didik, serta penguatan karakter. Keterampilan berpikir kritis
merupakan keterampilan mendasar dalam memecahkan masalah. Keterampilan tersebut penting
untuk dimiliki oleh peserta didik dalam menemukan sumber masalah dan solusi yang tepat untuk
itu (Dawarti, 2023). Suasana pembelajar sebagai sistem sosial model ini adalah interaktif dan
komunikatif.

Sistem Sosial

Pendidik dalam model pembelaran ini berperan membantu agar proses pengonstruksian
pengetahuan oleh peserta didik berjalan lancar. Pendidik tidak menerapkan pengetahuan yang telah
dimilikinya, melainkan membantu peserta didik untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
Sedangkan peserta didik belajar dengan aktif sebagai proses pembentukan pengetahuan (Suparlan,
2019).

Sistem Reaksi

Prinsip reaksi (reaksi pendidik) dalam memperlakuakn peserta didiknya dalam memberi
respon. Perannya sebagai fasilitator, yaitu pendidik diharapkan menyediakan fasilitas atau
memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh peserta didik agar memudahkan peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran (Saumi, Murtono &Ismaya 2021). Pendidik dalam model pembelajaran
FOCUS mempersiapkan rancangan aktivitas belajar dengan memberdayakan keterampilan literasi
sains, berpikir kritis dan kreatif

Sistem Pendukung

Sistem pendukung dalam model pembelajaran terdiri dari sarana, alat, serta bahan dalam
proses pembelajaran. Sistem pendukung ini diperlukan untuk menunjang terlaksananya kegiatan
dalam suatu model pembelajaran (Badriyah Akhwani & Muhammad, 2021). Dalam implementasi
model pembelajaran FOCUS memerlukan pendukung seperti buku peserta didik, lembar kerja
serta media pembelajaran untuk setiap pokok pembahasan.

Sintaks

Tahapan model pembelajaran harus memiliki dasar teori yang melandasi dari setiap sintaks
yang ada. Tahap pertama yaitu orientasi, tahapan ini merupakan tahapan penting dalam
implementasi proses pembelajaran karena dapat menumbuhkan minat peserta didik dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang menyesuaikan dengan kompetensi peserta
didik (Pasongli dkk, 2022). Teori belajar yang melandasi yaitu teori belajar kognitif dan
konstruktivisme bahwa peserta didik yang berada pada tahap orientasi mungkin memerlukan
pendekatan pembelajaran yang mempertimbangkan kapasitas kognitif mereka, seperti penggunaan
strategi penyederhanaan informasi atau penyusunan konsep secara bertahap (Wisman, 2020)
sehingga mereka akan terlibat dalam aktivitas konstruktif, seperti diskusi kelompok, eksplorasi
mandiri, dan pemecahan masalah (Masgumelar, 2021). Kegiatan belajar dalam teori belajar
konstruktivisme ditandai dengan keterlibatan aktif dan pemecahan masalah. Inti dari aktivitas
peserta didik pada tahap yaitu memusatkan perhatian peserta didik (Arini & Halida, 2019).
Tahapan kedua yaitu Pengenalan Materi, garis besar dari materi yang akan dipelajari.
Setelah itu peserta didik akan diberikan lembar kerja dan dikerjakan dalam bentuk kelompok.
Lembar kerja tersebut akan dikerjakan sesuai dengan kemampuan atau pemahanam awal peserta
didik. Tahapn ini didasari teori belajar kognitif dan teori konstruktivisme, bahwa peserta didik
akan memproses informasi termasuk perhatian dan memorinya dengan cara berpikir, berpikir
merupakan bentuk pengenalan dengan memanipulasi sejumlah konsep terutama dalam tatanan
konsep abstrak. Oleh karena itu, kemampuan berpikir hanya mungkin dapat dilakukan apabila
telah memiliki konsep-konsep tertentu dan ditunjang oleh daya nalar yang kuat. Tingkat daya nalar
dan penguasaan konsep dengan daya abstraksi tertentu merupakan dua hal yang menjadi landasan
dalam kemampuan berpikir (Ula, 2019).

Tahapan ketiga mengemukakan gagasan, yaitu dengan mengemukakan gagasan atau


jawaban dari LKPD yang dikerjakan ditahapan sebelumnya. Sehingga setiap kelompok akan
mencari perbedaan jawaban dengan kelompok lain. Tahapan ini didasari teori belajar kooperatif
yaitu dengan menekankan kerja sama antar peserta didik dan saling membantu dalam mencapai
tujuan pembelajaran bersama (Hasanah, 2021). Kerja sama antar peserta didik dianggap sebagai
salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Teori
belajar konstruktivisme dengan menekankan peserta didik untuk membangun pengetahuan mereka
melalui konstruksi aktif dari pengalaman dan informasi (Masgumelar, 2021). Peserta didik
menyajikan gagsan sebagai kerangka kerja atau tantangan pemecahan masalah, memungkinkan
peserta didik untuk mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri melalui refleksi dan interaksi
(Sarah, 2019). Teori belajar kognitif pada tahapan ini peserta didik fokus pada pemrosesan
informasi, penyimpanan dalam memori, dan penggunaan strategi kognitif untuk memahami
informasi. Teori belajar social dengan menekankan peran pengamatan dan interaksi sosial dalam
pembelajaran. Dalam teori ini, pengamatan terhadap lingkungan sekitar dan interaksi dengan orang
lain dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi bagaimana seseorang belajar.

Tahapan keempat situasi konflik dengan memanfaatkan media pembelajran. Peserta didik
akan menyelidiki perbedaan gagasan awal kelompoknya dengan gagasan kelompok lain. Peserata
didik juga diberi kesempatan untuk mencari pengertian ilmiah yang sedang diperlajari yang ada di
media pembelajran yang disediaan oleh pendidik yang kemudian dapat dibandingkan dengan
gagasan awal peserta didik dalam kelompok tersebut. Penggunaan media pembelajaran yang
menarik memiliki implikasi signifikan dalm konteks pembelajaran (Yuniastuti dkk 2021). Teori
belajar konstruktivisme bahwa dengan memanfaatkan media pembelajaran dapat menciptakan
lingkungan yang mendukung konstruksi pengetahuan peserta didik melalui simulasi, eksplorasi,
dan proyek (Palyanti, 2023). Teori belajar kognitif bahwa individu cenderung mencari konsistensi
antara keyakinan dan tindakan mereka. Jika tejadi ketidaksesuaian pemahamn mereka dengan
informasi baru, memicu konflik kognitif. Proses ini dapat memotivasi mereka untuk mencari
pemahaman yang lebih konsisten atau mengubah pemahaman mereka. sehingga membuat peserta
didik berpikir kritis. Berfikir kritis adalah realisasi perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan
pemecahan masalah (Sholokhah & Farihah, 2020). Dalam hal berpikir kritis peserta didik dituntut
menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji kecakapan ide atau gagasan
dalam memecahkan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan. Kemampuan dalam
menganalisis dan mengevaluasi informasi yang didapat dari hasil pengamatan, pengalaman,
penalaran maupun komunikasi yaitu untuk memutuskan apakah informasi tersebut dapat dipercaya
sehingga dapat memberikan kesimpulan yang rasional dan benar (Perwati, 2016)

Tahapan kelima Penyusunan Gagasan Baru Setelah mengidentifikasi konflik dan


menyusun gagasan baru, peserta didik mengungkapkan dan menggantikan gagasan awal mereka.
Tahapan ini dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme bahwa Perubahan konsepsi pembelajaran
merupakan hasil dari belajar (Mokalu, Valentino. Johades & Noh, 2021). Agar pengetahuan awal
peserta didik bisa berkembang menjadi suatu konstruk pengetahuan yang lebih besar, maka belajar
adalah proses mengubah pengetahuan awal peserta didik sehingga sesuai konsep (Dawarti, 2023)
. Penumbuhan kompetensi-kompetensi dalam pembelajaran akan tercipta jika pembelajar sebagai
agen aktif dalam proses akuisisi pengetahuan (Sugrah, 2019) Peran pendidik dalam proses
pembelajaran tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada peserta didik, malainkan peserta
didik yang secara aktif membangun pengetahuan meraka sendiri. Menururt Saputro & Pakpahan
(2021), bahwa ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme dapat dilihat dari salah satu prinsip yaitu
pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri.

Tahapan keenam evaluasi, yaitu membagikan tes berupa soal pilihan ganda yang akan
dikerjakan kepada peserta didik. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pemahaman peserta
didik mengenai materi sekaligus mengetahui apakah model pembeajaran yang dikembangkan
apakah berhasil atau tidak, hal ini dilihat (Febrianto & Flora, 2020) Tahapan ini didasari teori
belajar behavioristik yaitu dengan mengukur perilaku peserta didik apakah telah dapat
memberikan respon yang diinginkan atau tidak (Isnaeni dkk, 2023). Hasil yang diharapkan dari
penerapan teori behaviorisme adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang
diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negative. Evaluasi atau penilaian didasarkan pada perilaku yang tampak (Shahbana, 2020). Teori
belajar konstruktivisme, evaluasi lebih fokus pada konstruksi pengetahuan serta lingkungan
belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas,
konstruksi pengetahuan, serta aktifitas-aktifitas lain yang didasarkan pada pengalaman (Suparlan,
2019). Teori belajar kognitif, pentingnya proses kognitif dalam belajar. Oleh karena itu, evaluasi
bertujuan untuk mengukur sejauh mana peserta didik memahami dan mampu menerapkan konsep
dan pengetahuan yang mereka peroleh (Sari, 2020).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil evaluasi (analisis) dan desain, sehingga dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran FOCUS merupakan hasil modifikasi dan integrasi dari model pembelajaran Children
Learning in Science (CLIS), Model Pembelajaran Jigsaw, dan Model Pembelajaran Cooperative
Scripting. Model ini dirancang dengan pendekatan konstruktivisme untuk membuat peserta didik
aktif dalam pembelajaran dan memanfaatkan media pembelajaran guna memberikan pemahaman
baru terkait konsep materi. Dalam implementasi model pembelajaran ini, ditekankan pada kegiatan
observasi dan pengalaman peserta didik, memberikan kesempatan untuk berpikir kritis,
mengembangkan ide-ide ilmiah, serta membangun sikap ilmiah seperti keterbukaan pikiran, rasa
ingin tahu, dan optimisme tentang kegagalan. Tahapan pembelajaran FOCUS melibatkan orientasi,
pengenalan materi, mengemukakan gagasan, situasi konflik dengan memanfaatkan media
pembelajaran, penyusunan gagasan baru, dan evaluasi. Model Pembelajaran FOCUS merupakan
suatu kerangka konseptual yang menggabungkan prinsip-prinsip dari berbagai model
pembelajaran, dengan demikian, model pembelajaran FOCUS diharapkan mampu mengatasi
masalah literasi sains, meningkatkan berpikir kritis, dan mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah peserta didik melalui pendekatan konstruktivisme yang diterapkan dalam
setiap tahap pembelajaran.
Daftar Pustaka
Ardiawan, I. Ketut N., Putu Diah K., dan I Gede Toni S. 2020. Model Pembelajaran Jigsaw
Sebagai Salah Satu Strategi Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar. EdukasI: Jurnal
Pendidikan Dasar. Vol. 1, No. 1,
Arini, Aida & Halida Umami, 2019. Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Melalui Pembelajaran Konstruktivistik Dan Sosiokultura, Indonesian Journal of Islamic
Education Studies (IJIES)
Badriyah, Isna R., Akhwani, Nafiah & Muhammad S., 2021. Analisis Model Pembelajaran
Daring dan Luring pada Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Dasar, Jurnal Basicedu Vol
5 No 5.
Dawarti, Syafni, 2023, Pengaruh Model Pembelajaran Konstruktif, Kritis, Kreativitas,
Kolaboratif Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa MAN 2 Pesisir Selatan, ALACRITY :
Journal Of Education Volume 3 Issue 2.
Febrianto, Rahmat & Flora P., 2020. Pengembangan Buku Ajar Evaluasi Pembelajaran,
Education Journal : Journal Education Research and Development, Vol. 4, No. 1.
Hariyanto, E. & Mustafa, P.S. 2020. Pengajaran Remedial dalam Pendidikan Jasmani.
Banjarmasin: Lambung Mangkurat University Press.
Hasanah, Zuriatun. 2021. Model pembelajaran koooperatif dalam menumbuhkan keaktifan
belajat siswa, IRSYADUNA: jurnal studi kemahasiswaan. Vol.1, No. 1.
Isnaini, Nurul A., Nadya Ilma M., Reksahati W., Tarsono. & Hasbiyallah, 2023, Dari Stimulus-
Respon hingga Modifikasi Perilaku; Tinjauan Teori Behaviorisme John B. Watson dan
Realisasinya dalam Pembelajaran, JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) Volume 6,
Nomor 12,
Masgumelar, Ndaru K. & Pinton Setya M., 2021. Teori Belajar Konstruktivisme dan
Implikasinya dalam Pendidikan dan Pembelajaran, GHAITSA : Islamic Education
Journal Vol (2) Issue (1).
Masgumelar, N.K. & Dwiyogo, W.D. 2020. Development of Game Modification Using
Blended Learning in Physical Education, Sports, and Health For Senior High
School Students. The 3rd International Conference on Sports Sciences and Health 2019
(ICSSH 2019). Atlantis Press, hal.95–100.
Mokalu, Valentino. Johanes K., Noh Ibrahim, 2022. Hubungan Teori Belajar dengan Teknologi
Pendidikan, Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Volume 4 Nomor 1.
Mustafa, P.S. & Winarno, M.E. 2020. Pengembangan Buku Ajar Pengajaran Remedial
dalam Pendidikan Jasmani untuk Mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Universitas Negeri Malang. Multilateral Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga,
19(1), 1–12.
Nurfatimah Sugrah, Nurfatimah,2019. Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme dalam
Pembelajaran Sains. Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, Volume. 19. Nomor
2. Hal :121-138.
Palyanti, Mega, 2023. Media Pembelajaran Asik dan Menyenangkan untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Mahasiswa dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia, Attractive :
Innovative Education JournalVol. 5 No. 2.
Pasongli, H. dkk, 2022. Aktivitas Belajar Peserta Didik dengan Pembelajaran Literasi, Orientasi,
Colaborasi danRefleksi (Loc-R) di SMPNegeri 7 Kota Ternat,
Purwati, Ratna dkk. ”Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik dalam Menyelesaikan
Masalah Persamaan Kuadrat Pada Pembelajaran model Creative Problem Solving”,
Kadikma, Vol.7, No.1 April, 2016.
Romadhona, Ananda Regita , Arnis Ela Dwi Prameita, Mahda Alvianita, Eka Ayu Wulan Adha, Jauhara
Dian Nurul Iffah. 2023. Analisis Teori Belajar Konstruktivisme Dalam Pembelajaran Matematika
Di Sma Budi Utomo Perak. LAPLACE : Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 6, Nomor 1.

Saputro, M. N. A., & Pakpahan, P. L. 2021. Mengukur Keefektifan Teori Konstruktivisme dalam
Pembelajaran. JOEAI: Journal of Education and Instruction. 4: 24-39.
Sarah, Nurfatimah. 2019. Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Sains, Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum, Volume. 19. Nomor 2.
Sari, Iska K. & Ria Wulandari, 2020, Analisis Kemampuan Kognitif dalam Pembelajaran IPA
SMP, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI) Volume 3, Nomor 2.
Septantningtiyas, Niker et al. 2021. Pembelajaran Ilmiah. Jawa Tengah: Perusahaan Penerbitan
Lakaisha.
Shahbana, Elviana B. Fiqh Kautsar F. &Rachmat Satria, 2020. Implementasi Teori Belajar
Behaavioristik dalam Pembelajaran, Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan Vol 9, No. 1
Sholokhah, Fitria S. & Umi Farihah, 2020, Pengaruh Model Pembelajaran Children Learning In
Science (Clis) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap Ilmiah Peserta Didik
Pada Sub Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas Xi Mipa Di Sman 3 Jember Pada
Tahun Pelajaran 2021/2022, ALVEOLI: Jurnal Pendidikan Biologi Vol. 1, No. 1.
Suparlan, 2019. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran, Islamika : Jurnal Keislaman dan
Ilmu Pendidikan Volume 1, Nomor 2.
Ula, Nur Haibatul, 2019, Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivis Dalam Melatih
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp
Negeri 3 Dan 6 Surabaya, Tesis: Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya.
Wijayanti, Mayang T., & Achmad Lutfi. 2021. Pengembangan Permainan Element Go Sebagai
Media Pembelajaran Pada Materi Konfigurasi Elektron Yang MempengaruhiRetensi
Peserta Didik. PENDIPA Journal of Science Education : 5(3).
Wildan, Hakim A., Siahaan, J., dan Anwar, Y.A.S. “A Stepwise Investigative Approach to
Improving Communication Skills and Scientific Attitudes in Biochemistry
Courses”.Journal of International Education, Volume 12. Nomor 4. 2019. 407-422.
EDUKASIA: Jurnal Pendidikan dan PembelajaranVol.3, 3.
Wisman, Yossita. 2020. Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, Vol.11 No.1.
Yuniastuti et al. (2021). Media Pembelajaran untuk Generasi Milenial. In Laboratorium
Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS Fakultas Farmasi Universitas
Mualawarman, Samarinda, Kalimantan Timur (Vol. 0) .

Anda mungkin juga menyukai