Pendidikan
ABSTRAK
Metode pembelajaran berbasis problemsolving, atau problem solving,
merupakan pendekatan yang mencerminkan filsafat konstruktivisme dan bertujuan
untuk melatih peserta didik dalam memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-
langkahnya meliputi klarifikasi masalah, perumusan masalah, analisis hipotesis,
pengumpulan data, analisis data, pengambilan kesimpulan, aplikasi kesimpulan, dan
penilaian ulang. Metode ini memungkinkan peserta didik untuk belajar secara aktif,
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan menerapkan pengetahuan dalam
konteks nyata. Berbagai sumber menekankan bahwa penerapan metode pembelajaran
berbasis problemsolving efektif dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak,
memotivasi siswa, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian,
metode ini dianggap penting dalam konteks pendidikan modern, terutama di masa
pandemi di mana pembelajaran daring menjadi lebih dominan.
Kata kunci : metode pembelajaran, indikator, pembelajaran efektif, problemsolving
ABSTRACT
The problem solving, or problem solving, based learning method is an approach that
reflects the philosophy of constructivism and aims to train students to solve problems
systematically. The steps include problem clarification, problem formulation,
hypothesis analysis, data collection, data analysis, drawing conclusions, application of
conclusions, and reassessment. This method allows students to learn actively, develop
critical thinking skills, and apply knowledge in real contexts. Various sources
emphasize that the application of problem-solving-based learning methods is effective
in developing children's cognitive abilities, motivating students, and improving
critical thinking abilities. Thus, this method is considered important in the context of
modern education, especially during the pandemic where online learning has become
more dominant.
Keywords: learning methods, indicators, effective learning, problem solving
PENDAHULUAN
Metode pembelajaran berbasis problemsolving, atau problem solving,
merupakan pendekatan yang mencerminkan filsafat konstruktivisme dan bertujuan
untuk melatih peserta didik dalam memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-
langkahnya meliputi klarifikasi masalah, perumusan masalah, analisis hipotesis,
pengumpulan data, analisis data, pengambilan kesimpulan, aplikasi kesimpulan, dan
penilaian ulang. Metode ini memungkinkan peserta didik untuk belajar secara aktif,
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan menerapkan pengetahuan dalam
konteks nyata. Berbagai sumber menekankan bahwa penerapan metode pembelajaran
berbasis problemsolving efektif dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak,
memotivasi siswa, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian,
metode ini dianggap penting dalam konteks pendidikan modern, terutama di masa
pandemi di mana pembelajaran daring menjadi lebih dominan.
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai model dan teknik-
teknik penyajian, atau biasanya disebut model pembelajaran dan metode
pembelajaran.
Dalam kenyataan, model seta cara atau metode mengajar atau teknik penyajian
yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada siswa
berbeda-beda tergantung materi pelajaran yang disampikan. Salah model yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis
masalah atau Problem Solving. Model pembelajaran berbasis masalah atau Problem
Solving digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab
suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar
siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi
segala persoalan.
KAJIAN TEORITIS
1. Pengertian Model / Metode Pemecahan Berbasis Masalah
Pada era new normal, kebiasaan baru seperti penerapan protokol kesehatan
3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) harus diindahkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan (Bahri & Arafah, 2020).
Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan kombinasi tatap muka dan
pembelajaran daring.
PEMBAHASAN
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih anak menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah perorangan maupun kelompok untuk dipecahkan sendiri
atau secara bersamasama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan
penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Metode problem solving
atau metode pemecahan masalah bukan sekedar metode mengajar tetapi merupakan
metode berfikir. Sebab dengan metode problem solving anak mencoba berusaha
belajar berfikir dengan menggunakan metode-metode lainnya dimulai dari metode
mencari masalah, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan. Hal ini sebenarnya
bukan suatu pekerjaan yang mudah, tetapi anak harus dilatih supaya dapat berfikir
kreatif. Metode problem solving dapat diberikan secara individu maupun kelompok
yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas berfikir anak. Pembelajaran
pemecahan masalah (problem solving) adalah interaksi antara stimulus dan respon
yang merupakan hubungan dua arah, belajar dan lingkungannya. Hubungan dua arah
itu terjadi antara siswa dan guru, antara pelajar dan pengajar. Lingkungan
memberikan pengaruh dan masukan kepada anak berupa bantuan dan masalah dan
system saraf otak memberikan bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari jalan pemecahannya. Pengetahuan dasar dan
pegalaman anak yang telah dimiliki dan telah diperoleh dari lingkungannya akan
menjadikan dirinya sebagaibahandanmateriuntuk memperoleh pengertian serta
dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran pemecahan
masalah (problem solving) adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal.
Efektivitas Model Pembelajaran berbasis Problem Solving Efektivitas model
pembelajaran problem solving setelah diterapkan terlihat dari peningkatan
kemampuan berpikir kritis oleh peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian tentang
hubungan antara model pembelajaran problem solving dengan kompetensi abad 21
menjelaskan bahwa keduanya berada dalam kategori baik, yang artinya ketika siswa
telah menemukan solusi dari permasalahan maka dengan adanya kemampuan
berkomunikasi yang baik dapat mempermudah siswa dalam penyampaiannya
(Makiyah et al., 2021). Dengan adanya komunikasi yang baik dapat membantu
peserta didik agar lebih mudah dalam mencari solusi untuk sebuah permaslahan
tersebut. Desain pembelajaran abad 21 berbasis produk dan problem solving. Oleh
karena itu, sangat diperlukan kolaborasi antar siswa dalam menciptakan
kreatifitaskreatifitas dalam berinovasi dalam pemecahan masalah yang sistematis dan
mudah (Prayogi, 2020).
Problem solving adalah suatu kegiatan pembelajaran yang melatih peserta
didik tidak ketergantungan terhadap guru sehingga dapat lebih mandiri dalam proses
pembelajaran yang meliputi pemecahan masalah, mengidentifikasi, menganalsis serta
mengevaluasi (Bahar Elvinawati et al., 2020). Dalam melatih kemampuan berpikir
kritis peserta didik dapat disuguhkan dengan memberikan sebuah persoalan dalam
sebuah kelompok sehingga peserta didik dapat berdiskusi serta dapat bertanya kepada
guru (Muplihah, 2016). Sesuai dengan penelitian yang menjelaskan bahwa pengaruh
model pembelajaran problem solving terhadap keterampilan berpikir krtisis yang
signifikan sebesar 77% dengan kategori tinggi (Sugianto, 2021).
Selanjutnya menurut hasil kesimpulan dari penelitian yang menjelaskan
tentang perbandingan antara model pembelajaran problem solving dengan model
pembelajaran pada umumnya yang mengatakan bahwa (1) menggunakan model
pembelajaran problem solving memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan
komunikasi matematis peserta didik. (2) kemampuan komunikasi matematis semua
peserta didik sama rata. (3) berkurangnya interaksi antara model pembelajaran serta
gender terhadap kemampuan komunikasi matematisnya (Hodiyanto, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran problem solving
menjelaskan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini kelas IX SMP
Negeri 1 Luahagundre Maniamolo adalah 82,06 tergolong baik (Harefa, 2020).
Penerapan model pembelajaran problem solving pada kelas uji coba, peserta didik
dapat memulai untuk mengakses berbagai informasi, menganalisis situasi dan
mengidentifikasi masalah agar menghasilkan jalan keluar yang digunakan untuk
mencapai target.
Sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki
kemampuan terampil dalam berpikir sehingga mampu menciptakan sebuah kreativitas
yang dapat dijadikan solusi tarhadap sebuah permasalahan. Peserta didik tersebut
dilatih agar dapat menentukan solusi terhadap suatu permasalahan agar dapat
terpecahkan dengan baik dan dapat memberi keputusan serta kesimpulan yang
nantinya dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Kemampuan berpikir kritis
peserta didik dapat dinilai dengan bagaimana mereka dalam memecagkan sebuah
permasalahan. 1) menentukan masalah; 2) menelusuri masalah dan hal-hal yang
terkait; 3) merencanakan solusi; 4) melaksanakan rencana; 5) memeriksa solusi; 6)
mengevaluasi serta mengkomunikasikan solusi. Inovasi pembelajaran yang dapat
dilakukan pada Era Merdeka Belajar diantaranya adalah 1) Penerapan
pembelajaranberorientasi HOTS dan Problem Solving; 2) Empat pilar pendidikan; 3)
Self Regulated Learning (SLR); 4) Pembelajaran daring; 5) Penerapan penilaian
autentik. Dosen atau guru sebagai pendidik memiliki peran dalam proses
pembelajaran sebagai berikut. 1) Fasilitator dan transfer pengetahuan (transfer of
knowledge); 2) Transfer nilai-nilai (transfer of value); 3) Motivator; 4) Inspirator; 5)
Menjadi teladan (Bedduside, 2020).
Pembahasan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dikaji dapat
dijelaskan bahwa pendidikan bermutu merupakan sebuah pendidikan yang dapat
melakukan proses peningkatan kualitas siswa dengan cara memberikan kebebasan
siswa untuk mengembangkan pola kreativitas berpikir (Baro’ah, 2020). Proses
pembelajaran yang baik ialah dalam setiap proses pembelajarannya menggunakan
metode yang sesuai dengan keadaan yang tengah dialami. Penggunaan metode yang
tepat dapat mendukung sebuah keberhasilan dalam pembelajaran. Hal tersebut
ditandai dengan kemampuan dan pemahaman peserta didik terhadap suatu materi
meningkat sehingga dapat menghasilan output yang berkualitas.
KESIMPULAN
Dalam konteks dunia pendidikan, terutama di Indonesia, penyesuaian terhadap
perkembangan globalisasi dianggap penting. Pendidik perlu menerima kemajuan
tersebut agar peran mereka tetap relevan dan tidak tertinggal zaman. Meskipun saat
ini kehadiran pendidik masih sangat dibutuhkan, teknologi yang tersedia belum
mampu sepenuhnya menggantikan peran mereka. Pendidik memiliki tanggung jawab
berat sebagai pengajar, fasilitator, dan motivator yang dapat menanamkan nilai moral
kepada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, M. (2018). Terminologi dan Aspekaspek Collaborative Problem Solving
Skill’s. Dirasah: Jurnal Studi Ilmu Dan Manajemen Pendidikan Islam, 1(2),
23– 32.
Ariyanto, M., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan model pembelajaran
problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa. Jgk (Jurnal Guru Kita), 2(3), 106–115
Frydenberg, M., & Andone, D. (2011). Learning for 21st century skills. International
Conference on Information Society (i-Society 2011), 314–318.
Bistari B.Y; Konsep dan indikator pembelajaran efektif. 2017. Jurnal kajian
pembelajaran dan keilmuan. Vol 1 No.2
Ramadhiyah, S., & Lengkanawati, N. S. (2019). Exploring EFL learner autonomy in
the 2013 Curriculum implementation. Indonesian Journal of Applied
Linguistics, 9(1), 231–240. https://doi.org/10.17509/ijal.v9i1.15626
Diplan, D., & Ratih Alkindi, Z. (2020). Analisis Penerapan Media Pembelajaran
Berbasis E-Learning (Google Classroom). Neraca: Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 5(2). https://doi.org/10.33084/neraca.v5i2.1422
Eka D, Moch R. Jurnal JRPP Analisis metode pembelajaran efektif di era new normal.
2020. Vol 3 (2)
Edmonds, R. R. 1979. “Effective School for the Urban Poor”. Educational Leadership
Journal Vol. 1. No. 1, 1979.
Ericha Windhiyana Pratiwi. (2020). Dampak Covid-19 terhadap Kegiatan
Pembelajaran Online di Sebuah Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia.
Perspektif Ilmu Pendidikan, Volume 34.
Mitchell, S. & Albanese. 1993. “Problem-based Learning: a Review of Literature on
its Outcomes and Implementation Issues”. Academic Medicine, 68(1), pp. 52-
81
Muhammad I.P.N; strategi pembelajaran efektif berbasis mobile learning pada
sekolah dasar. Jurnal Iqra. No 1 (10) 2016
Handayani, L. (2020). Keuntungan , Kendala dan Solusi Pembelajaran Online Selama
Pandemi Covid-19 : Studi Ekploratif di SMPN 3 Bae Kudus. Journal
Industrial Engineering & Management Research, 1(2), 16.
Howell, J. M. and Avolio, B.J. 1993. ”Transformational Leadership, Transactional
Leadership, Locus of Control, and Support for Innovation: Key Predictors of
Consolidated-Business-Unit Performance”. Journal of Applied Psychology, 78
(6): 680-694
Indahningrum, R. putri. (2020). Adaptasi Metode Pembelajaran Melalui E-Learning
Untuk Menghadapi Era New Normal. 2507(1), 1–9.
Sugiono, S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.