Anda di halaman 1dari 15

Efektivitas Metode Pembelajaran Berbasis Problemsolving dalam

Pendidikan

ABSTRAK
Metode pembelajaran berbasis problemsolving, atau problem solving,
merupakan pendekatan yang mencerminkan filsafat konstruktivisme dan bertujuan
untuk melatih peserta didik dalam memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-
langkahnya meliputi klarifikasi masalah, perumusan masalah, analisis hipotesis,
pengumpulan data, analisis data, pengambilan kesimpulan, aplikasi kesimpulan, dan
penilaian ulang. Metode ini memungkinkan peserta didik untuk belajar secara aktif,
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan menerapkan pengetahuan dalam
konteks nyata. Berbagai sumber menekankan bahwa penerapan metode pembelajaran
berbasis problemsolving efektif dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak,
memotivasi siswa, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian,
metode ini dianggap penting dalam konteks pendidikan modern, terutama di masa
pandemi di mana pembelajaran daring menjadi lebih dominan.
Kata kunci : metode pembelajaran, indikator, pembelajaran efektif, problemsolving
ABSTRACT
The problem solving, or problem solving, based learning method is an approach that
reflects the philosophy of constructivism and aims to train students to solve problems
systematically. The steps include problem clarification, problem formulation,
hypothesis analysis, data collection, data analysis, drawing conclusions, application of
conclusions, and reassessment. This method allows students to learn actively, develop
critical thinking skills, and apply knowledge in real contexts. Various sources
emphasize that the application of problem-solving-based learning methods is effective
in developing children's cognitive abilities, motivating students, and improving
critical thinking abilities. Thus, this method is considered important in the context of
modern education, especially during the pandemic where online learning has become
more dominant.
Keywords: learning methods, indicators, effective learning, problem solving
PENDAHULUAN
Metode pembelajaran berbasis problemsolving, atau problem solving,
merupakan pendekatan yang mencerminkan filsafat konstruktivisme dan bertujuan
untuk melatih peserta didik dalam memecahkan masalah secara sistematis. Langkah-
langkahnya meliputi klarifikasi masalah, perumusan masalah, analisis hipotesis,
pengumpulan data, analisis data, pengambilan kesimpulan, aplikasi kesimpulan, dan
penilaian ulang. Metode ini memungkinkan peserta didik untuk belajar secara aktif,
mengembangkan keterampilan berpikir kritis, dan menerapkan pengetahuan dalam
konteks nyata. Berbagai sumber menekankan bahwa penerapan metode pembelajaran
berbasis problemsolving efektif dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak,
memotivasi siswa, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Dengan demikian,
metode ini dianggap penting dalam konteks pendidikan modern, terutama di masa
pandemi di mana pembelajaran daring menjadi lebih dominan.

Pendidikan merupakan fondasi penting dalam pembentukan potensi dan


kemampuan individu, serta menjadi kunci kesuksesan dalam menghadapi tantangan
masa depan. Dalam konteks pendidikan, pembelajaran efektif memegang peran
sentral dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pembelajaran efektif
bukan hanya sekadar menghafal informasi, namun melibatkan suatu proses yang
memungkinkan peserta didik untuk memahami, mengolah, dan mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh. Dalam upaya mencapai pembelajaran yang efektif,
penggunaan metode pembelajaran menjadi krusial. Metode yang dipilih,
dikembangkan, dan disesuaikan dengan kondisi pembelajaran yang ada akan
memberikan landasan yang kokoh untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai model dan teknik-
teknik penyajian, atau biasanya disebut model pembelajaran dan metode
pembelajaran.

Dalam kenyataan, model seta cara atau metode mengajar atau teknik penyajian
yang digunakan guru untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada siswa
berbeda-beda tergantung materi pelajaran yang disampikan. Salah model yang dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis
masalah atau Problem Solving. Model pembelajaran berbasis masalah atau Problem
Solving digunakan untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab
suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar
siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi
segala persoalan.

Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) biasanya digunakan


dalam pembelajaran yang membutuhkan jawaban atas suatu masalahatau pemecahan
masalah. Sebagai salah satu model pembelajaran, model pembelajaran berbasis
masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa. Dengan
penerapan model pembelajaran berbasis masalah ini, para siswa belajar memecahkan
suatu masalah menurut prosedur kerja ilmiah.

Model Pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu model


pembelajaran yang menerapkan Pendekatan Saintifik. Sebagaimana dijelaskan dalam
materi diklat kurikulum 2013, sesuai Permendikbud No. 103 Tahun 2014 dinyatakan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan
belajar yakni mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan
informasi/mencoba (experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating),
mengomunikasikan (communicating) yang dapat dilanjutkan dengan mencipta.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik tersebut mengikuti
langkah-langkah pada metode ilmiah.

Pentingnya pembelajaran efektif juga terkait erat dengan kemampuan guru


dalam mengarahkan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru tidak hanya
menjadi penyampai informasi, melainkan juga fasilitator yang membimbing siswa
untuk mengembangkan keterampilan, pemahaman, dan sikap positif. Dengan
demikian, pembelajaran tidak hanya berfokus pada pemberian materi, tetapi juga
menciptakan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kritis, kreativitas, dan kolaborasi.
Dalam konteks ini, peningkatan cara belajar yang efektif memerlukan
penerapan strategi yang tepat. Strategi ini dapat mencakup penggunaan teknologi,
penyesuaian terhadap gaya belajar siswa, serta pemanfaatan sumber daya
pembelajaran yang relevan. Dengan demikian, pembelajaran efektif tidak hanya
menciptakan pemahaman mendalam terhadap materi, tetapi juga membekali peserta
didik dengan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Melalui pendekatan yang holistik dan berorientasi pada hasil, pembelajaran


efektif bukan hanya menjadi sarana untuk mencapai tujuan pendidikan formal, tetapi
juga sebagai upaya untuk membentuk individu yang mampu berkembang dan
beradaptasi di tengah perubahan dinamis dalam masyarakat dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pemahaman mendalam mengenai konsep pembelajaran efektif dan
penerapannya menjadi krusial dalam meningkatkan mutu pendidikan dan menyiapkan
generasi yang siap menghadapi berbagai kompleksitas kehidupan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
dinyatakan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran yang merupakan implementasi
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi kegiatan pendahulun,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah,
pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana mengelola proses
pembelajaran itu secara efektif. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan, dinyatakan bahwa “Proses pembelajaran pada
satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Media pembelajaran yang lama tidak mungkin dipakai kembali karena sudah
tidak sesuai dengan keadaan zaman digitalisasi, tentunya harus adanya pembelajaran
yang efektif dan inovatid guna membangun kemajuan bangsa dalam ranah pendidikan
di Indonesia (Handayani, 2020). Pembelajaran efektif adalah pembelajara yang
berdampak sehingga murid tidak hanya duduk diam didepan laptop namun dapat
memahami walaupun lewat tatap maya serta pembelajaran inovatif, pembelajaran ini
harus dimodifikasi dengan keadaan zaman ini, sehingga dapat terlihat inovatif sesuatu
yang baru berkreatif, hal ini sangat dibutuhkan pada masa ini bagi para mahasiswa.
Dengan munculnya pandemi COVID-19, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) perlu menyesuaikan kurikulum untuk mengakomodasi
pembelajaran online. Dalam konteks ini, peraturan dikeluarkan untuk mengatur
pembelajaran darurat selama pandemi, seperti yang diinformasikan melalui surat yang
menyatakan bahwa layanan pembelajaran masih mengikuti Surat Edaran (SE)
Mendikbud nomor 4 tahun 2020, yang diperkuat oleh SE Sesjen nomor 15 tahun 2020
mengenai Pedoman Pelaksanaan Belajar Dari Rumah (BDR) selama masa darurat
COVID-19. Pernyataan ini disampaikan oleh Chatarina Muliana Girsang, seorang staf
Kemendikbud di bidang regulasi.
Upaya ini diambil untuk mengurangi penyebaran COVID-19 yang menjadi
fenomena signifikan. Meskipun demikian, penting bagi setiap mahasiswa untuk tetap
mendapatkan layanan pendidikan selama masa pandemi ini. Pembelajaran online,
sebagai respons terhadap situasi ini, tidak hanya dianggap merugikan, tetapi juga
dianggap sebagai peluang untuk membentuk paradigma baru dalam dunia pendidikan.
Fenomena ini memunculkan pemahaman lebih mendalam terkait pembelajaran online.
Proses pembelajaran online memiliki kelemahan dan tantangan tersendiri.
Namun, di sisi lain, terdapat keunggulan, seperti tingkat interaksi yang lebih baik
antara mahasiswa dan dosen, fleksibilitas waktu dan tempat dalam melakukan
pembelajaran, kemampuan mencapai audiens global, serta kemudahan dalam
penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran. Sebagaimana disampaikan
oleh Ericha Windhiyana Pratiwi (2020), kelebihan tersebut mencakup kemampuan
untuk memperbarui konten dengan mudah dan kemampuan untuk menyimpan materi
pembelajaran secara arsip.

KAJIAN TEORITIS
1. Pengertian Model / Metode Pemecahan Berbasis Masalah

Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau lebih spesifik


Metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) menurut Sudirman, dkk.
(1991 : 146) adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari
pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Metode pembelajaran problem solving berasal dari John Dewey, maksud
metode ini adalah memberikan latihan kepada anak untuk berfikir. Metode ini dapat
menghindarkan anak dari membuat kesimpulan yang tergesa-gesa,
menimbangnimbang kemungkinan berbagai pemecahan, dan menangguhkan
pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup (Abdul Kadir
Musyik, 1981).
Metode pembelajaran problem solving merupakan salah satu metode
pembelajaran yang mencerminkan atau dilandasi oleh filsafat konstrukstivisme.
Konstuktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri
(Matthews, 1994). Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan, pengetahuan
selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif dari kenyataan yang terjadi
melalui serangkaian aktivitas seseorang (siswa).

2. Ciri-ciri Model Problem Solving


Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran problem solving adalah:
a. Mengajukan pertanyaan atau masalah Pengajaran berdasarkan masalah
bukan hanya mengorganisasikan prinsipprinsip atau keterampilan akademik tertentu,
pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara penting dan secara pribadi
bermakna bagi anak.
b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pengajaran berdasarkan masalahmungkin berpusat pada mata
pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih yang benar-benar nyata
agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

Metode pembelajaran berbasis masalah atau metode pembelajaran berbasis


masalah (Problem Solving) ini sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen
method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 :
146).

Berdasarkan modul pelatihan Kurikulum 2013. Pembelajaran berbasis


masalah dikelompok dalam 4 jenis Model Pembelajaran yang wajib dikuasai guru.
Pengertian model Pembelajaran Berbasis Masalah disini diartikan
sebagai pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
(otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik
untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah,
keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau
memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran
konvensional yang jarang menggunakan masalah nyata atau menggunakan masalah
nyata hanya di tahap akhir pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang
telah dipelajari. Pemilihan masalah nyata tersebut dilakukan atas pertimbangan
kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.

Dengan demikian, Model atau Metode pembelajaran berbasis masalah atau


metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah sebuah metode pembelajaran
yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya.
Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi
pembinaan sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa belajar
memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja metode ilmiah.

3. Kelebihan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah / Problem Solving

Kelebihan Menggunakan Metode pembelajaran Berbasis Masalah atau Metode


Problem Solving :

1. Dengan Metode / Model Pembelajaran berbasis masalah atau Metode Problem


Solving akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik
yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang
diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2. Dalam situasi Metode / Model Pembelajaran Masalah atau Metode Problem


Solving, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3. Metode / Model Pembelajaran Masalah atau Metode Problem Solving dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik
didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Pandemi COVID-19 yang merajalela di seluruh dunia, termasuk Indonesia,


tidak hanya berdampak signifikan pada sektor ekonomi, transportasi, dan pariwisata,
melainkan juga mengubah secara besar-besaran sektor pendidikan. Sejak
diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan
penyebaran virus corona, semua kegiatan harus dihentikan. Dampak utama dari
kebijakan ini adalah perubahan pelaksanaan pembelajaran dari tatap muka di ruang
kelas menjadi pembelajaran daring melalui pemanfaatan internet (Dewi, 2020).
Pembelajaran daring memungkinkan siswa belajar secara fleksibel, kapan saja, dan di
mana saja tanpa perlu hadir di sekolah.

Pembelajaran daring menuntut guru dan siswa untuk memahami teknologi


agar proses pembelajaran tetap efektif. Efektivitas pembelajaran tidak hanya berfokus
pada hasil, tetapi juga pada prosesnya, sehingga menghasilkan pembelajaran yang
bermakna dengan prosedur yang sesuai (Yusuf, 2017; HM, 2019). Oleh karena itu,
lembaga pendidikan perlu berinovasi untuk menciptakan proses pembelajaran yang
efektif, namun tidak semua lembaga pendidikan mampu menyesuaikan diri karena
terkendala sarana dan prasarana.

Pada era new normal, kebiasaan baru seperti penerapan protokol kesehatan
3M (mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak) harus diindahkan dalam
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan (Bahri & Arafah, 2020).
Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan kombinasi tatap muka dan
pembelajaran daring.

Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa banyak guru masih


menggunakan metode pembelajaran yang kurang terstruktur selama pandemi dan new
normal. Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini antara lain minimnya pengetahuan
teknologi informasi, kesulitan berpindah dari metode pembelajaran tradisional, kurang
motivasi untuk mengembangkan diri, minimnya sarana dan prasarana, dan kurangnya
persiapan menghadapi era baru.

Pada penelitian sebelumnya di Sekolah Tinggi Teologi Bethel Indonesia,


dimana dalam penelitian ini, metode kualitatif deskriptif diterapkan sebagai
pendekatan utama. Penelitian ini memilih metode tersebut karena peneliti bermaksud
untuk memberikan gambaran yang komprehensif terkait fakta-fakta yang terjadi di
lapangan terkait model pembelajaran Sersan. Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan 32 mahasiswa yang aktif mengikuti model pembelajaran Sersan
pada mata kuliah Pendidikan Agama Kristen yang diampu oleh peneliti.

Proses pengumpulan data diawali dengan pencarian dan identifikasi literatur,


seperti buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan sumber informasi lainnya yang
relevan dengan judul penelitian. Penelitian kualitatif memberikan keunggulan dalam
menginterpretasikan makna-makna yang lebih dalam dari fenomena atau data empiris
di lapangan (Hermawan, 2018). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
menyediakan bukti yang mendukung secara substansial dalam konteks penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan metode systematic literatur
review model PRISMA telah mendapatkan 25 artikel yang terdiri dari 5 artikel
internasional dan 10 artikel nasional. Artikel tersebut relevan dengan penerapan
model pembelajaran problem solving dalam perspektif merdeka belajar di masa
pandemicovid-19. Proses Pelaksanaan Model Pembelajaran berbasis Problem Solving
Model pembelajaran problem solving merupakan cara memberikan pengertian dengan
memberikan stimulus kepada peserta didik untuk memperhatikan, menelaah dan
berpikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisis masalah tersebut
sebagai upaya untuk memcahkan masalah.
Hasil dari penelitian tentang proses belajar mengatakan bahwa pucak
pencapaian dikatakan berhasil apabila guru yang berperan sebagai penggerak dalam
proses pembelajaran mampu mengarahkan peserta didik dengan baik. Sebab
keberhasilan ini akan berdampak positif bagi peserta didik terutama prestasi yang
akan menghasilkan lulusan dengan kualitas terbaik. Keberhasilan sebuah
pembelajaran menjadi bukti bahwa tujuan dari Lembaga Pendidikan telah tercapai
sehingga dapat mmeberikan pengaruh yang baik terhadap kualitas peserta didik
(Yahdiyani et al., 2020).
Hal ini berkaitan dengan hasil kesimpulan penelitian yang mengatakan bahwa
berdasarkan penggunaan metode pembelajaran yang memberikan pengaruh baik
terhadap prestasi belajar di sekolah menandakan bahwa terdapat upaya peningkatan
proses kualitas pembelajaran di sekolah. Sebuah lembaga pendidikan yang memiliki
tenaga pendidik professional akan lebih baik apabila mengelola proses pembelajaran
serta dapat menyeuaikan penerapan model pembelajaran yang meningkatkan kualitas
prestasi belajar peserta didik (Nasution, 2018). Kemudian menurut hasil penelitian
yang menjelaskan bahwa dalam menciptakan sebuah pembelajaran yang ditujukan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan menggunakan metode
problem solving IDEAL menurut Brandford and Stein.
Tahapan pembelajaran disesuaikan pada tata cara untuk menjadikan peserta
didik terlibat secara aktif pada saat proses pembelajaran berlangsung untuk
mendorong mereka dalam mengeluarkan kemampuan berpikirnya (Hestiningsih &
Sugiharsono, 2015). Peserta didik diberikan arahan agar mampu memahami
langkahlangkah dalam proses problem solving yang terdapat aspek-aspek sebagai
upaya berpikir kritis. Keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran dapat
dinyatakan sebagai salah satu faktor keberhasilan yang harus diupayakan secara
maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian tentang sistem pendidikan Indonesia menjelaskan
bahwa otonomi peserta didik telah dituntut untuk digalakkan dalam proses belajar
mengajar implementasi kurikulum saat ini. Sayangnya, tidak dapat dipungkiri bahwa
otonomi peserta didik masih menjadi tantangan tersendiri untuk diterapkan di
Indonesia, mengingat masih dominannya proses belajar mengajar yang berpacu pada
guru. Oleh sebab itu, penting untuk mengeksplorasi persepsi guru dan siswa tentang
otonomi pembelajaran dalam suatu studi dalam upaya peningkatan kualitas peserta
didik (Ramadhiyah & Lengkanawati, 2019).
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang mengatakan bahwa pendidikan
diterima secara luas sebagai proses seumur hidup. Sekolah adalah Lembaga yang
didirikan dalam rangka menyelenggarakan pendidikan bermutu yang memuat
pengetahuan dan gagasan yang lebih kompleks dan lebih abstrak serta kemampuan
literasi dan numerik sederhana kepada siswa. Setiap negara pada dasarnya telah
membentuk sistem pendidikan dan lembaga pendidikan untuk memastikan kualitas,
integrase sosial, kontinuitas dan stabilitas untuk mempertahankan warisan sosial dan
budaya masyarakat (Çıkrıkçı, 2020).

PEMBAHASAN
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode
dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih anak menghadapi berbagai
masalah baik itu masalah perorangan maupun kelompok untuk dipecahkan sendiri
atau secara bersamasama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan
penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Metode problem solving
atau metode pemecahan masalah bukan sekedar metode mengajar tetapi merupakan
metode berfikir. Sebab dengan metode problem solving anak mencoba berusaha
belajar berfikir dengan menggunakan metode-metode lainnya dimulai dari metode
mencari masalah, memecahkan masalah dan menarik kesimpulan. Hal ini sebenarnya
bukan suatu pekerjaan yang mudah, tetapi anak harus dilatih supaya dapat berfikir
kreatif. Metode problem solving dapat diberikan secara individu maupun kelompok
yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas berfikir anak. Pembelajaran
pemecahan masalah (problem solving) adalah interaksi antara stimulus dan respon
yang merupakan hubungan dua arah, belajar dan lingkungannya. Hubungan dua arah
itu terjadi antara siswa dan guru, antara pelajar dan pengajar. Lingkungan
memberikan pengaruh dan masukan kepada anak berupa bantuan dan masalah dan
system saraf otak memberikan bantuan secara efektif sehingga masalah yang dihadapi
diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari jalan pemecahannya. Pengetahuan dasar dan
pegalaman anak yang telah dimiliki dan telah diperoleh dari lingkungannya akan
menjadikan dirinya sebagaibahandanmateriuntuk memperoleh pengertian serta
dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran pemecahan
masalah (problem solving) adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal.
Efektivitas Model Pembelajaran berbasis Problem Solving Efektivitas model
pembelajaran problem solving setelah diterapkan terlihat dari peningkatan
kemampuan berpikir kritis oleh peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian tentang
hubungan antara model pembelajaran problem solving dengan kompetensi abad 21
menjelaskan bahwa keduanya berada dalam kategori baik, yang artinya ketika siswa
telah menemukan solusi dari permasalahan maka dengan adanya kemampuan
berkomunikasi yang baik dapat mempermudah siswa dalam penyampaiannya
(Makiyah et al., 2021). Dengan adanya komunikasi yang baik dapat membantu
peserta didik agar lebih mudah dalam mencari solusi untuk sebuah permaslahan
tersebut. Desain pembelajaran abad 21 berbasis produk dan problem solving. Oleh
karena itu, sangat diperlukan kolaborasi antar siswa dalam menciptakan
kreatifitaskreatifitas dalam berinovasi dalam pemecahan masalah yang sistematis dan
mudah (Prayogi, 2020).
Problem solving adalah suatu kegiatan pembelajaran yang melatih peserta
didik tidak ketergantungan terhadap guru sehingga dapat lebih mandiri dalam proses
pembelajaran yang meliputi pemecahan masalah, mengidentifikasi, menganalsis serta
mengevaluasi (Bahar Elvinawati et al., 2020). Dalam melatih kemampuan berpikir
kritis peserta didik dapat disuguhkan dengan memberikan sebuah persoalan dalam
sebuah kelompok sehingga peserta didik dapat berdiskusi serta dapat bertanya kepada
guru (Muplihah, 2016). Sesuai dengan penelitian yang menjelaskan bahwa pengaruh
model pembelajaran problem solving terhadap keterampilan berpikir krtisis yang
signifikan sebesar 77% dengan kategori tinggi (Sugianto, 2021).
Selanjutnya menurut hasil kesimpulan dari penelitian yang menjelaskan
tentang perbandingan antara model pembelajaran problem solving dengan model
pembelajaran pada umumnya yang mengatakan bahwa (1) menggunakan model
pembelajaran problem solving memberikan pengaruh yang baik terhadap kemampuan
komunikasi matematis peserta didik. (2) kemampuan komunikasi matematis semua
peserta didik sama rata. (3) berkurangnya interaksi antara model pembelajaran serta
gender terhadap kemampuan komunikasi matematisnya (Hodiyanto, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran problem solving
menjelaskan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran ini kelas IX SMP
Negeri 1 Luahagundre Maniamolo adalah 82,06 tergolong baik (Harefa, 2020).
Penerapan model pembelajaran problem solving pada kelas uji coba, peserta didik
dapat memulai untuk mengakses berbagai informasi, menganalisis situasi dan
mengidentifikasi masalah agar menghasilkan jalan keluar yang digunakan untuk
mencapai target.
Sesuai dengan penelitian yang mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki
kemampuan terampil dalam berpikir sehingga mampu menciptakan sebuah kreativitas
yang dapat dijadikan solusi tarhadap sebuah permasalahan. Peserta didik tersebut
dilatih agar dapat menentukan solusi terhadap suatu permasalahan agar dapat
terpecahkan dengan baik dan dapat memberi keputusan serta kesimpulan yang
nantinya dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Kemampuan berpikir kritis
peserta didik dapat dinilai dengan bagaimana mereka dalam memecagkan sebuah
permasalahan. 1) menentukan masalah; 2) menelusuri masalah dan hal-hal yang
terkait; 3) merencanakan solusi; 4) melaksanakan rencana; 5) memeriksa solusi; 6)
mengevaluasi serta mengkomunikasikan solusi. Inovasi pembelajaran yang dapat
dilakukan pada Era Merdeka Belajar diantaranya adalah 1) Penerapan
pembelajaranberorientasi HOTS dan Problem Solving; 2) Empat pilar pendidikan; 3)
Self Regulated Learning (SLR); 4) Pembelajaran daring; 5) Penerapan penilaian
autentik. Dosen atau guru sebagai pendidik memiliki peran dalam proses
pembelajaran sebagai berikut. 1) Fasilitator dan transfer pengetahuan (transfer of
knowledge); 2) Transfer nilai-nilai (transfer of value); 3) Motivator; 4) Inspirator; 5)
Menjadi teladan (Bedduside, 2020).
Pembahasan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dikaji dapat
dijelaskan bahwa pendidikan bermutu merupakan sebuah pendidikan yang dapat
melakukan proses peningkatan kualitas siswa dengan cara memberikan kebebasan
siswa untuk mengembangkan pola kreativitas berpikir (Baro’ah, 2020). Proses
pembelajaran yang baik ialah dalam setiap proses pembelajarannya menggunakan
metode yang sesuai dengan keadaan yang tengah dialami. Penggunaan metode yang
tepat dapat mendukung sebuah keberhasilan dalam pembelajaran. Hal tersebut
ditandai dengan kemampuan dan pemahaman peserta didik terhadap suatu materi
meningkat sehingga dapat menghasilan output yang berkualitas.

KESIMPULAN
Dalam konteks dunia pendidikan, terutama di Indonesia, penyesuaian terhadap
perkembangan globalisasi dianggap penting. Pendidik perlu menerima kemajuan
tersebut agar peran mereka tetap relevan dan tidak tertinggal zaman. Meskipun saat
ini kehadiran pendidik masih sangat dibutuhkan, teknologi yang tersedia belum
mampu sepenuhnya menggantikan peran mereka. Pendidik memiliki tanggung jawab
berat sebagai pengajar, fasilitator, dan motivator yang dapat menanamkan nilai moral
kepada peserta didik.

Penerapan model pembelajaran problem solving dalam perspektif merdeka


belajar di masa pandemi covid-19 merupakan metode pembelajaran yang sesuai untuk
diterapkan dalam kondisi pandemi akibat penyebaran corona virus disease 2019
(Covid19). Model pembelajaran problem solving adalah suatu model pembelajaran
yang dapat menggerakkan siswa agar dapat berpikir kritis dalam memecahkan suatu
permasalahan, mendiskusikan permasalahan dalam mencari solusi untuk
menyelesaikan dan menemukan solusi dari permasalahan yang telah diberikan oleh
guru (Hodiyanto, 2017). Hal ini sesuai dengan kompetensi abad 21 yang memiliki 4
kompetensi, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan
menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan
berkomunikasi) dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk
bekerjasama). Penerapan model pembelajaran Problem Solving berbasis merdeka
belajar di masa pandemi covid-19 menjadi sebuah metode yang dipilih untuk
diterapkan dengan berbasis merdeka belajar yang memang dasarnya peserta didik
dibiasakan untuk melakukan proses belajar secara mandiri dengan diberi kebebasan
dalam mengeksplor materi dari berbagai sumber tanpa ada batasan. Terlebih pada saat
ini kebijakan pembelajar daring ditetapkan yang mengharuskan peserta didik belajar
dari rumah. Sehingga interaksi dalam proses pembelajaran yang biasa dilakukan
menjadi terbatas. Namun, dengan adanya penerapan metode pembelajaran problem
solving peserta didik akan dilatih untuk dapat berpikir kritis dengan menyajikan
sebuah permasalahan yang harus dicarikan solusi tanpa ada batasan sumber informasi.
Sehingga dapat disimpulan bahwa penerapan metode pembelajaran problem solving
berbasis merdeka belajar ini efektif dengan keadaan pandemi covid-19.

DAFTAR PUSTAKA
Ansori, M. (2018). Terminologi dan Aspekaspek Collaborative Problem Solving
Skill’s. Dirasah: Jurnal Studi Ilmu Dan Manajemen Pendidikan Islam, 1(2),
23– 32.
Ariyanto, M., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan model pembelajaran
problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil
belajar siswa. Jgk (Jurnal Guru Kita), 2(3), 106–115
Frydenberg, M., & Andone, D. (2011). Learning for 21st century skills. International
Conference on Information Society (i-Society 2011), 314–318.
Bistari B.Y; Konsep dan indikator pembelajaran efektif. 2017. Jurnal kajian
pembelajaran dan keilmuan. Vol 1 No.2
Ramadhiyah, S., & Lengkanawati, N. S. (2019). Exploring EFL learner autonomy in
the 2013 Curriculum implementation. Indonesian Journal of Applied
Linguistics, 9(1), 231–240. https://doi.org/10.17509/ijal.v9i1.15626
Diplan, D., & Ratih Alkindi, Z. (2020). Analisis Penerapan Media Pembelajaran
Berbasis E-Learning (Google Classroom). Neraca: Jurnal Pendidikan
Ekonomi, 5(2). https://doi.org/10.33084/neraca.v5i2.1422
Eka D, Moch R. Jurnal JRPP Analisis metode pembelajaran efektif di era new normal.
2020. Vol 3 (2)
Edmonds, R. R. 1979. “Effective School for the Urban Poor”. Educational Leadership
Journal Vol. 1. No. 1, 1979.
Ericha Windhiyana Pratiwi. (2020). Dampak Covid-19 terhadap Kegiatan
Pembelajaran Online di Sebuah Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia.
Perspektif Ilmu Pendidikan, Volume 34.
Mitchell, S. & Albanese. 1993. “Problem-based Learning: a Review of Literature on
its Outcomes and Implementation Issues”. Academic Medicine, 68(1), pp. 52-
81
Muhammad I.P.N; strategi pembelajaran efektif berbasis mobile learning pada
sekolah dasar. Jurnal Iqra. No 1 (10) 2016
Handayani, L. (2020). Keuntungan , Kendala dan Solusi Pembelajaran Online Selama
Pandemi Covid-19 : Studi Ekploratif di SMPN 3 Bae Kudus. Journal
Industrial Engineering & Management Research, 1(2), 16.
Howell, J. M. and Avolio, B.J. 1993. ”Transformational Leadership, Transactional
Leadership, Locus of Control, and Support for Innovation: Key Predictors of
Consolidated-Business-Unit Performance”. Journal of Applied Psychology, 78
(6): 680-694
Indahningrum, R. putri. (2020). Adaptasi Metode Pembelajaran Melalui E-Learning
Untuk Menghadapi Era New Normal. 2507(1), 1–9.
Sugiono, S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai