Korespondensi (correspondence): Gina Hidayah Mahasiswa Prodi Biologi Murni Fakultas Sains dan Teknologi E-mail : ginahidayah0505@gmail.com
ABSTRACT
Background: Identification in forensic science is an effort to help investigators to determine the person’s identity. Human
identification is an individual character recognition based on the unique physical characteristics. Sex determination is one of a
biological identity in forensic science conducted as an initial step of identification because it can determine the following other
identification method. Sex determination can be done in various ways. Common methods of sex identification in odontology
forensic such as morphological and measurement characteristics of teeth, histological examination, and DNA analysis from teeth.
Purpose: This article discusses about sex determination methods through histological examination and DNA analysis. Review:
Histological examination for sex determination can be done through presence of Barr body and Y-body. DNA analysis for sex
determination using Amelogenin, SRY and Y-STRs. Conclusion: Each of these methods have its own accuracy and weakness.
Selection of the method depends on the conditions found at the scenes or type of disaster that occurs. Combination of existing
methods will increase the accuracy in establishing the identification of individuals.
Key words: Sex determination, forensic odontology, Barr body, DNA analysis
PENDAHULUAN
Identifikasi atau pengenalan identitas seseorang dikenali jenazah. Proses identifikasi menjadi penting
pada awalnya berkembang untuk kebutuhan dalam bukan hanya untuk menganalisis penyebab suatu
proses penyidikan suatu tindak pidana khususnya kematian, namun juga upaya untuk memberikan
penyelesaian permasalahan kriminal. Adanya ketenangan psikologis pada keluarga dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan masalah kepastian identitas korban.1
sosial, identifikasi dimanfaatkan juga untuk Identifikasi individu dapat dilakukan melalui
keperluan yang berhubungan dengan pelbagai kasus beberapa parameter, yaitu identifikasi usia, ras dan
sipil, seperti kecelakaan baik di darat, laut, maupun jenis kelamin. Identifikasi jenis kelamin merupakan
udara, kasus terorisme, bencana alam, dan lain langkah pertama yang penting dilakukan dalam
sebagainya. Pada kasus-kasus seperti ini, tidak jarang proses identifikasi forensik karena dapat
terjadi kesulitan dalam melakukan identifikasi menentukan 50% probabilitas kecocokan dalam
korban karena kerusakan yang membuat sulit untuk identifikasi individu serta dapat mempengaruhi
2
beberapa metode pemeriksaan lainnya, seperti Metode identifikasi jenis kelamin melalui gigi
estimasi usia dan tinggi tubuh individu.2 ada beberapa metode dan identifikasi jenis kelamin
Identifikasi jenis kelamin dalam ruang lingkup melalui gigi (Tabel 1).
antropologi dan kedokteran gigi forensik dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Metode yang Metode identifikasi jenis kelamin histologis
dapat dilakukan antara lain melalui metode
Secara mikroskopis atau histologis jenis kelamin
karakteristik morfologi, metode morfometrik
dapat dideteksi dengan melihat keberadaan kromatin
(pengukuran), pemeriksaan histologis, serta
seks yaitu; kromatin-X dan kromatin-Y. Pada tahun
pemeriksaan analisis DNA baik dari tulang maupun
1949, Barr dan Bertam menemukan perbedaan
gigi.3,4 Pada kasus-kasus tertentu, tulang tidak dapat
diantara keduanya. Mereka menemukan adanya
memberikan hasil identifikasi yang optimal, lain
kondensasi kromatin yang berukuran kecil pada inti
halnya dengan gigi. Gigi digunakan sebagai media
sel dari sel saraf kucing betina tetapi tidak dimiliki
identifikasi karena gigi merupakan bagian tubuh yang
oleh sel-sel kucing jantan.11 Penemuan tersebut
paling keras dan secara kimiawi merupakan jaringan
dinamakan sesuai dengan nama penemunya yaitu
paling stabil dan paling tahan terhadap degradasi dan
Barr body. Pada manusia, kondensasi kromatin ini juga
dekomposisi, sehingga membuat gigi dapat bertahan
dapat ditemukan di tulang, sel retina, sel mukosa
untuk periode yang lama dibandingkan dengan
rongga mulut, biopsi sel kulit, darah, tulang rawan,
jaringan tubuh lainnya. Gigi juga memiliki ketahanan
akar batang rambut dan pulpa gigi.3, 12
terhadap temperatur yang tinggi sehingga sangat
bermanfaat dalam identifikasi pada korban terbakar. Barr body dapat ditemukan pada sekitar 40% sel
Hal ini disebabkan sedikitnya jaringan organik yang wanita sedangkan pada sel pria tidak memiliki Barr
dikandungnya, terutama lapisan enamel, yang body sehingga disebut kromatin negatif. Kromatin Y
merupakan jaringan paling keras pada tubuh dapat diteliti di dalam sel selama masa interfase
manusia.5-9 dengan memberikan pewarnaan Quinacrine mustard,
dimana dengan pewarnaan tersebut keberadaan
Metode karakteristik morfologi maupun
kromatin Y akan berfluoresensi lebih terang dan
morfometrik merupakan metode penentuan jenis
dengan kehadirannya dapat secara konklusif
kelamin yang paling sederhana, namun umumnya
mengindikasikan kromosom Y dan jenis kelamin
lebih bersifat subjektif dan membutuhkan data
positif sebagai pria.3, 13
berbasis populasi untuk dapat diterapkan dalam
identifikasi individual.10 Oleh sebab itu, perlu
dilakukan pemeriksaan dengan metode analisis lain
yang dapat memberikan hasil yang lebih objektif dan
akurat dalam penentuan jenis kelamin seseorang.
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahas
metode pemeriksaan jenis kelamin lain melalui gigi
yaitu secara histologis dan analisis DNA.
perubahan profil (pembatasan mutasi). Kromosom- pertama sekali dikemukakan oleh seorang ahli
Y DNA hadir dalam satu salinan per sel dan hanya genetika dari Inggris, Mary F. Lyon. Lyon mengajukan
pada laki-laki.17, 26 hipotesis bahwa kromatin kelamin merupakan
kromosom X yang mengalami kondensasi atau
hiperkromatinisasi sehingga secara genetik menjadi
PEMBAHASAN tidak aktif.11
Berbagai metode yang dapat dilakukan untuk Hipotesis tersebut berkaitan dengan jumlah
membantu proses identifikasi telah banyak kromatin seks yang muncul pada inti sel.
dikembangkan khususnya dalam usaha penentuan Umumnya, jumlah maksimum Barr body per inti sel
jenis kelamin baik untuk orang hidup maupun pada pada setiap organisme atau setiap jaringan normal
korban jiwa. Gigi dan tulang adalah bagian tubuh adalah 0 atau 1, berkaitan pada kariotipe yang
yang menggambarkan karakteristik jenis kelamin terdiri dari satu atau dua kromosom X. Namun, sel
seseorang dan merupakan bagian tubuh yang keras yang memiliki Barr body lebih dari satu dapat
dan tahan lama, khususnya pada gigi yang juga tahan ditemui dan ini berarti ada dua atau lebih
terhadap suhu yang tinggi, sehingga dapat dijadikan kromosom seks yang hadir pada kariotipe. Hal ini
sebagai alat untuk menegakkan identifikasi individu. biasa ditemukan pada kelainan genetik seperti
Hal terpenting yang harus dilakukan sebelum sindrom Turner’s (45, XO), sindrom Trisomi atau
melakukan identifikasi pada gigi maupun pada XXX (47,XXX), sindrom Tetrasomi atau sindrom
tulang adalah menentukan terlebih dahulu apakah XXXX (48, XXXX) pada wanita dan sindrom
gigi dan tulang tersebut berasal dari manusia atau klinefelter (47, XXY), sindrom XYY (47, XYY) pada
hewan, karena beberapa bentuk dan ukuran gigi dan pria.11, 29
tulang hewan mirip dengan bentuk dan ukuran gigi Banyaknya Barr body yang yang muncul sama
dan tulang manusia. dengan jumlah kromosom X dikurangi satu. Pada
Penentuan jenis kelamin melalui gigi dapat wanita normal akan memiliki sebuah Barr body pada
dilakukan melalui metode visualisasi gigi, inti sel karena memiliki dua kromosom X, sedangkan
pengukuran gigi, histologis dan pemeriksaan pada pria tidak memiliki Barr body karena kromatin
DNA.27, 28 Pemilihan metode analisis bergantung X-nya hanya satu. Demikian halnya pada pria dan
pada kondisi korban atau jenazah, jenis bencana yang wanita yang memiliki kelainan genetik, jumlah Barr
terjadi, serta ketersediaan sampel dan alat yang body yang muncul bergantung pada jumlah
digunakan untuk pengujian. kromosom X yang dimilikinya. Pria dengan kelainan
Barr body merupakan suatu gambaran badan kecil kromosom seks, misalnya penderita sindrom
yang dapat menimbulkan bintik berwarna dengan Klineferter (47, XXY) akan memiliki sebuah Barrbody
pewarnaan inti sel. Barr body hadir dalam jumlah yang yang seharusnya tidak dimiliki oleh pria normal
banyak pada inti sel yang berasal dari wanita namun karena penderita sindrom tersebut memiliki dua
tidak ada pada inti sel pria. Ukurannya berdiameter kromosom X.11, 29
sekitar 1 dengan perkiraan rerata 0.7x1.2 , baik Identifikasi jenis kelamin ini sangat bermanfaat
pada inti sel mukosa bukal dan pada beberapa pada kasus pemalsuan identitas yang sering terjadi
jaringan manusia. Barr body umumnya terletak di di bidang olahraga. Beberapa kasus pernah terjadi
bagian tepi inti sel. Namun, dapat juga ditemukan pada atlet-atlet olahraga dibidang atletik, dimana
di bagian lain dalam inti sel walaupun jarang terjadi.11 atlet yang secara genetik adalah pria tapi bertanding
Penelitian terhadap kromatin inti sel mamalia sebagai wanita karena memiliki ciri fisik seperti
menunjukkan heterokromatin yang seringkali wanita. Untuk mengantisipasi tindak kecurangan
ditemukan pada sel wanita namun tidak pada sel seperti itu, pada beberapa turnamen olahraga
pria. Gumpalan kromatin ini adalah kromatin seks dilakukan verifikasi jenis kelamin melalui
dan merupakan satu dari pasangan kromosom X pemeriksaan histologis dari apusan jaringan pipi
yang terlihat pada sel wanita selama interfase. bagian dalam. Pemeriksaan ini cepat, murah dan
Kromosom X tetap bergelung rapat dan tampak dapat dilakukan dalam jumlah yang banyak.24, 30
selama interfase, sementara kromosom X lainnya Metode terbaru dalam usaha identifikasi
terurai dan tidak tampak. Pada pria memiliki satu individu adalah dengan menggunakan analisis
kromosom X dan satu kromosom Y sebagai penentu DNA. Beberapa penanda tipe jenis kelamin pada
kelamin, kromosom X tidak bergelung oleh karena analisis DNA adalah gen amelogenin, SRY, dan Y-
itu tidak tampak adanya kromosom seks.29 Hal ini STRs. Beberapa peneliti menyatakan bahwa SRY dan
3
Y-STRs merupakan rujukan standar baku emas (gold Penerapan metode yang akan dilakukan
standard) dalam penentuan jenis kelamin individu. harussesuai dengan kondisi yang ditemukan pada
Kelebihan metode ini dibandingkan metode lainnya tempat kejadian ataupun jenis musibah yang
adalah lebih akurat, sensitif, dan lebih stabil jika terjadi, karena akan mempengaruhi keakuratan
dibandingkan dengan metode lainnya, namun pemeriksaan. Pemilihan metode identifikasi yang
memerlukan teknik yang lebih rumit, biaya dan tepat tentu dapat memudahkan proses identifikasi
peralatan yang mahal, serta kontaminasi pada sampel individu. Kombinasi metode pemeriksaan dapat
dapat mempengaruhi akurasi hasil pemeriksaan. meningkatkan akurasi dalam menegakkan
Metode analisis Y-STRs sangat berguna dalam identifikasi individu, tidak hanyadalam penentuan
pemeriksaan bukti pada korban kekerasan seksual, jenis kelamin tapi juga untuk penentuan variabel
dapat diambil dari apusan vagina, yang mengandung pemeriksaan lainnya.
baik DNA pria maupun wanita. Penanda genetik
STRs pada kromosom Y dapat digunakan untuk
mendapatkan profil genetik donor laki-laki (tunggal
dan ataupun lebih dari satu) dalam campuran cairan
tubuh dari laki-laki dan wanita. Dalam kasus
campuran, ketika konsentrasi dari donor perempuan
sangat tinggi dibandingkan dengan kontributor laki-
laki, standar analisis autosomal STR mungkin gagal
untuk mendeteksi profil DNA donor laki-laki. Jika
hal ini terjadi, analisis Y-STR dapat digunakan untuk
menargetkan kromosom Y, dan DNA dari kontributor
perempuan diabaikan. Analisis Y-STRs juga sangat
berguna dalam khususnya ketika lebih dari satu
pelaku pria. Pola campuran pria pada barang bukti
dapat mengidentifikasi pria-pria pelaku yang
bertanggung-jawab terhadap kasus pelecehan
tersebut.17
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa identifikasi jenis kelamin dapat
dilakukan melalui pemeriksaan histologis dan
analisis DNA. Pemeriksaan histologis dapat
dilakukan dengan melihat keberadaan kromatin
seks. Kromatin X (Barr body) adalah kromatin seks
yang terdapat pada sel wanita, sedangkan kromatin X
(Y body) adalah kromatin seks yang hanya dimiliki
oleh pria. Metode ini sederhana dan tidak
membutuhkan biaya yang besar namun aplikasinya
terbatas terutama pada kasus dengan kerusakan
jaringan yang parah. Identifikasi jenis kelamin
melalui analisis DNA umumnya dilakukan dengan
pemeriksaan gen amelogenin pada kromosom seks.
Walaupun tekniknya sulit dan memerlukan biaya
yang tinggi, teknik analsis DNA merupakan teknik
yang stabil, sensitif serta memiliki tingkat akurasi
yang tinggi. Variasi lain penanda jenis kelamin yang
menggunakan identifikasi berbasis DNA
diantaranya adalah gen SRY dan metode analisis Y-
STRs.