Buk ti D N A
M ul ut U n tu k
R on g g a
saa n Fo re n si k
Pe m er ik
E L O M PO K 3
K
Anggota Kelompok
1 2 3
Keuntungan mengetahui pola sekuens, tidak hanya membantu proses identifikasi forensik tetapi
juga dalam bidang antropologi dan arkeologi oleh karena perbedaan posisi heteroplasmy pada
tiap suku bangsa disebabkan oleh perbedaan karakteristik haplotypes mtDNA yang terjadi sejak
adanya migrasi manusia dari Afrika sehingga perbedaan posisi mutasi dan heteroplasmy
antara darah dan gigi dengan rCRS disebabkan karena pada rCRS menggunakan haplogroup
ras Caucasian (Eropa) yaitu H2a2a sedangkan pada orang Indonesia (Asia Tenggara).
2. Identifikasi Penyebab Kematian
Pendahuluan
Odontologi forensik didefinisikan sebagai cabang kedokteran
gigi yang membahas penanganan dan pemeriksaan bukti gigi
yang tepat serta evaluasi dan penyajian temuan gigi untuk
kepentingan keadilan. Gigi tahan terhadap pengeringan dan
dekomposisi dan merupakan salah satu jaringan terakhir
yang hancur setelah kematian, mencapai signifikansi
substansial dalam penyelidikan forensik
Restorasi
Dalam kasus tubuh terbakar yang tidak dapat dikenali,
identifikasi dimungkinkan dengan pengetahuan
mendalam tentang gigi hangus dari almarhum dan residu
bahan restorasi jika ada. 20 Prosedur pemotongan
horizontal, pemisahan vertikal, dan akses endodontik
normal adalah strategi yang diperkenalkan untuk
memisahkan DNA dan pemulihannya dari gigi manusia.
Pelecehan Fisik
Pada regio orofasial, dapat terlihat pada palatum,
gingiva, atau gigi geligi. Fraktur gigi, avulsi, dislokasi
dapat terlihat sekunder akibat trauma. Fraktur tulang
rahang atas dan rahang bawah juga dapat terlihat
dalam bentuk kekerasan fisik yang parah.
Pelecehan Seksual
Dalam kasus seks oral yang dipaksakan, petechiae
dapat ditemukan di persimpangan langit-langit keras
dan lunak atau di dasar mulut.
Kesimpulan
Identifikasi kelamin yaitu untuk mengetahui usia,ras ,dan kelamin. Berbagai
macam metode yang dapat dilakukan seperti metode karakteristik morfologi,
Metode Morfometrik ( Pengukuran ), Pemeriksaan Histologis, Serta
pemeriksaan analisis DNA baik dari tulang maupun Gigi.
4) Bibir
5) Restorasi
6) Pelecehan Fisik
7) Pelecehan Seksual
Sitasi
Darwin, D., Sakthivel, S., Castelino, R. L., Babu, G. S., Asan, M.
F., & Sarkar, A. S. (2022). Oral Cavity: A Forensic
Kaleidoscope. Journal of Health and Allied Sciences NU,
12(01), 2-6.
Pertiwi, K. R. (2014). Penerapan Teknologi DNA dalam
Identifikasi Forensik. Jurnal Ilmiah WUNY, 16(4).
Thank you