Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH DAN RUANG

LINGKUP ODONTOLOGI
GLADDAYS NAURAH
1606878373
DEFINISI ODONTOLOGI FORENSIK

• Ilmu kedokteran gigi kehakiman secara internasional disebut Odontologi Forensik 


berasal dari gabungan kata odons yang berarti gigi, dan logia atau logos yang berarti
pengetahuan, pelajaran, akal. Kedua kata tersebut berasal dari Bahasa Yunani. Sedangkan
forensic berasal dari Bahasa latin forensis yang berarti dari luar dan serumpun dengan kata
forum yang berarti tempat umum dan berasal dari Bahasa Romawi.
• Odontologi forensic merupakan cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara
pananganan dan pemeriksaan benda bukti berupa gigi serta cara evaluasi dan
presentasi temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.
DEFINISI FORENSIK ODONTOLOGI

• Forensik odontologi melibatkan pengumpulan, manajemen, interpretasi, evaluasi, dan


presentasi yang benar dari bukti dental untuk kepentingan kriminal atau kepentingan
masyarakat, kombinasi beberapa aspek dental, ilmiah, dan profesi hukum. Kedokteran gigi
forensik dapat diartikan sebagai cabang ilmu kedokteran gigi yang menggunakan
pengetahuan dental untuk masalah masyarakat atau kriminal.
• Odontologi forensik adalah penggunaan ilmu kedoteran gigi terhadap hukum.
Kedokteran gigi forensik termasuk beberapa studi ilmiah, dimana sistem hukum dan ilmu
kedokteran gigi bertemu. Bidang kedokteran gigi ini melibatkan pengumpulan dan
interpretasi bukti dental dan bukti lain yang berhubungan dalam semua bidang
kriminalitas.
DEFINISI FORENSIK ODONTOLOGI

Sebagai suatu metode identifikasi pemeriksaan gigi memiliki keunggulan sebagai berikut :
• Gigi dan restorasinya merupakan jaringan keras yang resisten terhadap pembusukan
dan pengaruh lingkungan yang ekstrem
• Karakteristik individual yang untuk dalam hal susunan gigi geligi dan restorasi gigi
menyebabkan dimungkinkannya identifikasi dengan ketepatan yang tinggi (1:1050)
• Kemungkinan tersedianya data antemortem gigi dalam bentuk catatan gigi (dental
record) dan data radiologis.
SEJARAH ODONTOLOGI FORENSIK

Terbentuknya odontologi forensik dikarenakan Dr. Oscar Amoedo (dikatakan sebagai bapak odontologi
forensik), yang mengidentifikasi korban kebakaran di Paris, pada tahun 1898. Berikut ini adalah sejarah
odontologi forensik:
• 1453 : Kasus identifikasi dental yang pertama sekali dilaporkan. Pangeran Shewsburry, yang
meninggal pada pertempuran Castillon, berhasil diidentifikasi.
• 1775 : Dr. Paul Revere, forensic odontologist pertama, mengidentifikasi jenazah korban
berdasarkan informasi protesa yang telah dibuat.
• 1849 : Penghukuman berdasarkan bukti dental pertama sekali terjadi. Buktinya adalah
crown dari korban yang terbakar.
• 1850 : Di Boston, Dr. John Webster dihukum karena pembunuhan berdasarkan bukti dental.
Dia kemudian digantung.
SEJARAH ODONTOLOGI FORENSIK

• 1884 : R. Reid, seorang dokter gigi, membacakan artikel penting kepada BDA (British Dental
Association) pada rapat di Edinburgh tentang penggunaan ilmu dental pada deteksi kejahatan.
• 1887 : Godon di Paris merekomendasikan penggunaan gigi pada identifikasi orang hilang,
berdasarkan keakuratan catatan yang disimpan oleh dokter gigi.
• 1897 : Sebanyak 126 warga Paris mati terbakar di Bazar de la Charite. Dr. Oscar Amoedo (seorang
dokter gigi Cuba yang bekerja di Paris) membantu 2 dokter gigi Prancis, drg. Devenport dan Brault
memeriksa dan mengidentifikasi banyak korban. Insiden ini dipublikasikan sebagai tulisan tentang
bencana massal dalam kedokteran gigi forensik yang pertama.
• 1898 : Dr. Amoedo menulis tesis mengenai pentingnya ilmu kedokteran gigi dalam aspek
medicolegal. Dia secara universal dikenal sebagai bapak odontologi forensik.
SEJARAH ODONTOLOGI FORENSIK

• 1932 : Edmond Locard merekomendasikan penggunaan sidik bibir dalam identifikasi.


• 1937 : Percobaan pembunuhan berhenti dan tersangka dihukum berdasarkan bukti bite mark untuk
pertama kalinya.

• 1946 : Welty dan Glasgow memikirkan program komputer untuk menyortir 500 catatan dental.
• 1963 : Tangan, mata, telinga, kulit kepala, dan gigi yang ditambal diambil setelah kematian untuk
merahasiakan identitas mereka oleh J. Taylor.
• 1967 : Linda Peacock memiliki bite mark juga memiliki bukti lain yang merujuk pada penghukuman
seorang pria muda.
SEJARAH ODONTOLOGI FORENSIK

• 1969 : Para pemrakarsa di Amerika telah mendirikan AAFS, salah satunya adalah kedokteran gigi forensik.

• 1970 : Para pemrakarsa pula mendirikan Organization in Forensic Dentistry.

• 1980 : Karena kemajuan IPTEK telah dirancang suatu program kompter dalam suatu peristiwa korban
massal untuk kedokteran gigi forensik walaupun belum sempurna.

• 2000 : Di tanah air telah diselenggarakan suatu kongres Asia Pasifik tentang identifikasi korban massal
(MDVI) di Ujung Pandang. Penyelenggaranya adalah Kapolda setempat dengan Interpol.

• 2003 : Telah berdiri ikatan peminat ilmu kedokteran gigi forensik di Jakarta kemudian diresmikan oleh
kongres PDGI di Ujung Pandang.

• 2004 hingga kini telah dilaksanakan pelatihan identifikasi oleh Direktorat Pelayanan Gigi Medik DEPKES RI.
RUANG LINGKUP FORENSIK ODONTOLOGI

• Ruang lingkup odontologi forensik sangat luas meliputi semua bidang keahlian kedokteran
gigi. Secara garis besar odontologi forensik membahas beberapa topik sbb:
• 1. Identifikasi benda bukti manusia.
2. Penentuan umur dari gigi.
3. Penentuan jenis kelamin dari gigi.
4. Penentuan ras dari gigi.
5. Analisis jejas gigit (bite marks).
6. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.
RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK

A. IDENTIFIKASI FORENSIK B. PENETUAN USIA


ODONTOLOGI : • Perkembangan gigi secara regular terjadi
• Ketika tidak ada yang dapat sampai usia 15 tahun. Identifikasi melalui
diidentifikasi, gigi dapat membantu pertumbuhan gigi ini memberikan hasil
yang lebih baik daripada pemeriksaan
untuk membedakan usia seseorang,
antropologi lainnya pada masa
jenis kelamin,dan ras. Hal ini dapat
pertumbuhan.
membantu untuk membatasi korban
• Penentuan secara klinis dan radiografi
yang sedang dicari atau untuk
juga dapat digunakan untuk penentuan
membenarkan/memperkuat identitas perkembangan gigi.
korban
RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK

C. PENETUAN JENIS KELAMIN D. PENETUAN RAS


• Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk Gambaran gigi untuk Ras mongoloid adalah
penentuan jenis kelamin. Gigi geligi sebagai berikut :
menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus
• Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada
mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada 75%
maksila menunjukkan nyata berbentuk
kasus, mesio distal pada wanita berdiameter kurang
sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai
dari 6,7 mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm.
9 % ras kaukasoid dan 12 % ras negroid
• Saat ini sering dilakukan pemeriksaan DNA dari
memperlihatkan adanya bentuk seperti
gigi untuk membedakan jenis kelamin.
sekop walaupun tidak terlalu jelas.
RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK

• Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel


pada permukaan oklusal premolar bawah pada 1-
4% ras mongoloid.
• Akar distal tambahan pada molar 1 RB ditemukan
pada 20% mongoloid.
• Lengkungan palatum berbentuk elips.
• Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus
RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK

D. PENETUAN RAS
Gambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut
1. Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada molar 1.
2. Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi
premolar kedua dari mandibula.
3. Maloklusi pada gigi anterior.
4. Palatum sempit, mengalami elongasi, berbentuk
lengkungan parabola
5. Dagu menonjol
RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK

D. PENETUAN RAS
Gambaran gigi untuk Ras negroid adalah sebagai berikut:
1. Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat dua
sampai tiga tonjolan
2. Sering terdapat open bite.
3. Palatum berbentuk lebar.
4. Protrusi bimaksila
RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK

E. ANALISIS JEJAS GIGI

• Jejas gigitan  sebuah pola yang dibuat oleh gigi yang mengenai permukaan seperti pada makanan atau pada kulit manusia

• Digunakan untuk kasus kejahatan criminal yang berupa kekerasan, pemerkosaan, pembunuhan, dan kekerasan pada anak

• Apabila ada beberapa jejas gigitan maka seluruh cedera jejas gigitan yang ada pada korban harus dianalisis  lalu cedera jejas
gigitan yang dapat dijadikan bukti baru di bandingkan dengan gigi geligi tersangka  Menginterpretasikan dan membandingkan
dari 2 bukti yang ada yaitu foto dari jejas gigitan pada korban dan dental cast dari gigi geligi tersangka

• Pada analisis jejas gigitan ini terdapat 3 elemen dasar yang harus dilakukan yaitu:
• Pemeriksaan dari cedera jejas gigitan
• Pemeriksaan gigi geligi dari orang yang dicurigai mengigit
• Membandingkan bukti/komponen yang terlihat pada cedera jejas gigigtan pada korban dengan karakteristik yang terlihat
pada gigi geligi tersangka
RUANG LINGKUP ODONTOLOGI FORENSIK

F. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.


• DNA Profiling  gambaran dari potongan pola DNA dari setiap individu yang dapat digunakan untuk barang
bukti forensik yang berguna untuk melacak identitas seorang individu.
• Sumber DNA pada gigi dapat diekstrakasi dari sel neurovaskular pada pulpa, sel odontoblas pada lapisan
predentin yang terjebak selama minerlaisasi tubulus dentin.
• Sumber DNA  Saliva
• DNA pada saliva dapat diambil secara langsung ataupun dari benda seperti pakaian, makanan, rokok, alat
oral hygene, dll.
• Komponen seluler pada saliva seperti sel mukosa oral, leukosit polymorphonuclear merupakan target
untuk analisis DNA.
• Sel tersebut tidak disekresi oleh kelenjar saliva tetapi bersatu dengan saliva sebagai bagian lingkungan oral
DAFTAR PUSTAKA

• Rai B, Kaur J. Evidence-Based Forensic Dentistry. Heidelberg: Springer. 2013. p.1-2, 6.


• Senn DR, Stinson PG. Forensic Dentistry. 2nd Edition. USA: Taylor & Francis Group. 2010. p.4
• Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi Forensik. Jilid 1. Jakarta: Sagung Seto. p.1-2
• Standish SM, Stimson PG. The scope of Forensic Dentistry. The Dental Clinics of North Amerika 1997;
21(1) : 3-5.
• Luntz LL. History of Forensic Dentistry. The Dental Clinics of North America 1997; 21(1): 7-18.
• Harvey W. Dental Identification and Forensic Odontology. First ed. London: Henry Kimpton Pub 1976: 1-
6.
• Brown KA. Dental Identification of Unknown Bodies. Proceedings of the First Asian Pacific Congress on
Legal Medicine and Forensic Sciences. Singapore 1983: 136-40

Anda mungkin juga menyukai