Anda di halaman 1dari 23

Macam Identifikasi Odontologi

Forensik
Identifikasi forensik dibagi menjadi 2,
yaitu:
• Identifikasi Komparatif yaitu apabila bersedia
data post-mortem (pemeriksaan jenazah) dan
ante-mortem (data sebelum meninggal
mengenai cirri-ciri fisik, pakaian, identitas
khusus berupa tahi lalat, bekas luka/operasi,
dll), dalam komunitas yang terbatas.
• Post-Mortem atau otopsi adalah prosedur
bedah yang sangat khusus yang terdiri dari
pemeriksaan menyeluruh terhadap mayat
untuk menentukan penyebab dan cara
kematian dan untuk mengevaluasi setiap
penyakit atau cedera yang mungkin ada.
• Ante-Mortem adalah data-data pribadi dari
korban seperti cirri-ciri fisik, pakaian, identitas
khusus (tanda lahir), bekas luka/operasi, dan
sebagainya sebelum korban meninggal.
• Identifikasi rekonstruktif, yaitu identifikasi
yang dilakukan apabila tidak tersedia data
ante-mortem pada korban (contoh:
penemuan jasad tanpa identitas) dan dalam
komunitas yang tidak terbatas. (Amir, 2003)
Identifikasi Usia
Identifikasi Usia

• Dalam mengidentifikasi usia ada beberapa


metode yang sering digunakan untuk
seseorang berdasar pemeriksaan gigi antara
lain :
• Metode Schour dan Massler
Pertumbuhan gigi gelilgi dimulai dari lahir
sampai dengan umur 21 tahun, yang banyak
digunakan dalam ilmu kedokteran gigi klinis
untuk merencanakan atau mengevaluasi
perawatan gigi. (Stimson, 1997).
• Tabel Gustaffson dan Koch
Pada prinsipnya sama dengan sChour dan
Massler, hanya pada table Gustaffson untuk
setiap gigi ini diberikan perkiraan jadwal yang
lebih lengkap, mulai dari pembentukan,
mineralisasi, pertumbuhan ke dalam mulut
sapai pada penutupan foramen apicalis, sejak
dalam kandungan hingga umur 16 tahun
(Stimson, 1997).
Metode Gustaffson
Untuk memperkirakan umur seseorang
• digunakan 6 metode dari Gustaffson adalah sebagai
berikut:
• Atrisi
• Penggunaan gigi setiap hari membuat gigi mengalami
keausan yang sesuai dengan bertambahnya usia.
• Sekunder dentin
• Sejalan dengan adanya atrisi, maka di dalam ruang
pulpa akan dibentuk sekunder dentin untuk melindungi
gigi, sehingga semakin bertambah usia maka sekunder
dentin akan semakin tebal.
• Ginggiva attachment
• Pertambahan usia juga ditandai dengan besarnya jarak
antara perlekatan gusi dan gigi.
• Pembentukan foramen apikalis
Semakin lanjut usia, semakin kecil juga foramen
apikalis.
• Transparansi akar gigi
Semakin tua usia seseorang maka akar giginya
semakin bening, hal ini dipengaruhi oleh
mineralisasi yang terjadi selama kehidupan.
• Sekunder sement
Ketebalan semen sangat berhubungan dengan usia.
Dengan bertambahnya usia ketebalan sement
pada ujung akar gigi juga semakin bertambah
(Stimson, 1997).

Metode Asam Aspartat
• Hapusan asam aspartat telah digunakan untuk
menentukan usia berdasarkan pada terdapatnya
bahan tersebut pada dentin manusia. Komponen
protein terbanyak pada tubuh manusia.
• L-amino Acid, D-amino acid yang ditemukan pada
tulang, gigi, otak dan lensa mata. D-amino acid
dipercaya mempunyai proses metabolisme yang
lambat dan tiap bagiannya mempunyai laju
pemecahan yang lebih lambat dan mempunyai
ratio dekomposisi yang lebih lambat juga.
(Stimson, 1997).
Identifikasi Jenis Kelamin
Identifikasi Jenis Kelamin

• Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk


penentuan jenis kelamin. Gigi geligi
menunjukkan jenis kelamin berdasarkan
kaninus mandibulanya. Anderson mencatat
bahwa pada 75% kasus, mesio distal pada
wanita berdiameter kurang dari 6,7 mm,
sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini
sering dilakukan pemeriksaan DNA dari gigi
untuk membedakan jenis kelamin (Julianti
dkk, 2008).
Identifikasi Ras
Ras Mongoloid
• Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila
menunjukkan nyata berbentuk sekop pada 85-99% ras
mongoloid. 2 sampai 9 % ras kaukasoid dan 12 % ras
negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop
walaupun tidak terlalu jelas.
• Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada
permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras
mongoloid.
• Akar distal tambahan pada molar 1 mandibula ditemukan
pada 20% mongoloid.
• Lengkungan palatum berbentuk elips.
• Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus (Julianti
dkk, 2008).
Ras Kaukasoid
• Cusp carabelli, yakni berupa tonjolan pada
molar 1.
• Pendataran daerah sisi bucco-lingual pada gigi
premolar kedua dari mandibula.
• Maloklusi pada gigi anterior.
• Palatum sempit, mengalami elongasi,
berbentuk lengkungan parabola.
• Dagu menonjol (Julianti dkk, 2008).
Ras Negroid
• Pada gigi premolar 1 dari mandibula terdapat
dua sampai tiga tonjolan.
• Sering terdapat open bite.
• Palatum berbentuk lebar.
• Protrusi bimaksila (Julianti dkk, 2008).
Identifikasi Golongan Darah
• Menurut James dan Standison pada tahun
1982, identifikasi golongan darah dapat dibuat
dari sediaan yang diambil dari bagian tubuh
diantaranya akar rambut, jaringan tulang,
jaringan kuku, jaringan ikat, air mata, saliva,
dan cairan darah sendiri (Lukman, 1994).
• Akan tetapi dalam ilmu kedokteran gigi forensik,
identifikasi golongan darah dapat diketahui dari
analisa jaringan pulpa gigi (Lukman, 1994).
• Menurut Alfonsius dan penelitian Ladokpol pada
tahun 1992, dan Forum Ilmiah Inetrnasional FKG
Usakti 1993, bahwa analisa golongan darah dari
pulpa gigi merupakan identifikasi golongan darah
untuk pelaku maupun korban
Identifikasi DNA
Proses analisa DNA:
• Isolasi, ialah mengeluarkan dan memurnikan DNA
dari dalam inti sel. Inti sel terlindungi oleh
bagian-bagian jaringan dan sel. Pemisahan
jaringan, pemisahan sel, pemecahan inti sel,
pembersihan DNA dari sisa-sisa sel yang tidak
diperlukan.
• Restriksi, ialah memotong DNA yang telah
dimurnikan. DNA yang dihasilkan dari pemurnian
sangat panjang karenanya harus dipotong-potong
terlebih dahulu dengan enzim.
• Elektroforesa, ialah mengelompokkan hasil
potongan DNA menurut panjang potongan
tersebut.
• Pelacakan atau probing, ialah menandai area
khas yang dicari. Pelacak adalah potongan
DNA pada lokasi indent yang khas di tengah
untai DNA (Lukman, 1994).
DaPus
• Stimson, P. G, Mertz, C. A, 1997. Forensic
Dentistry, CNC Press Boca Raton, New York.
• Lukman D. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi
Forensik. Jilid 1. CV Sagung Seto. Jakarta: 2006
• Lukman, Djohansyah . 1994. Ilmu Kedokteran Gigi
Forensik. Ed ke-2. Jakarta: Sagung Seto
• Julianti,dkk. PERANAN FORENSIK ODONTOLOGI
DALAM BENCANA MASAL. 2008. Diunduh dari
http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_jo
urnal_review&id=5133&task=view pada tanggal
22 maret 2011.

Anda mungkin juga menyukai