Fetal dental age estimation : Pertumbuhan gigi embrional dimulai awal pada masa fetal dan
derajat morfologi mineralisasi enamel dapat dengan mudah dilihat secara radiografis.
Mineralisasi awal gigi sulung digambarkan dengan satuan minggu dalam kandungan (weeks in
utero), sedangkan mahkota gigi dan selesainya pembentukkan akar digambarkan dalam satuan
bulan dan waktu semenjak kelahiran. Terdapat tiga tahap initial mineralization yang penting
untuk diperhatikan. Tahap paling awal mineralisasi gigi terjadi pada gigi sulung insisif maksila dan
mandibula saat sekitar janin berusai 14 minggu, seluruh gigi sulung telah mulai mineralisasi saat
usai janin 19 minggu, dan mineralisasi gigi molar permanen pertama dimulai sekitar saat
kelahiran. Perubahan histologi pada gigi juga merupakan hal yang penting dalam fetal age
assessment.
• Atlas penilaian usia gigi ini dimulai pada 5 bulan dalam kandungan dan menyediakan
perkiraan usia dan interval usia statistik terkait sampai pada usia ke 15 tahun.
• Dr. Ubelaker menyatakan dalam Human Skeletal Remains edisi ketiganya bahwa “bagan
ini mungkin merupakan bagan estimasi terbaik yag ada untuk menyimpulkan usia dari
perkembangan gigi prehistorik dan kontemporer non-white subadults” dan bahwa “gigi
kaninus menunjukkan perbedaan jenis kelamin terbesar sehingga sebaiknya dihindari jika
memungkinkan saat memperkirakan usia.”
SCORING TECHNIQUE
Scoring technique untuk estimasi usia yang paling sering digunakan dan dianggap sebagai
gold standard adalah teknik Demirjian.
Demirjian et al. mendeskripsikan delapan tahap perkembangan gigi dari pembentukan
mahkota sampai penutupan apeks akar dari tujuh gigi permanen mandibular sebelah kiri
(tidak termasuk gigi molar tiga).
Tahapan dari setiap gigi kemudian dikonversi mejadi score, dan skor dari setiap gigi pada
individu dijumlahkan dan kemudian dihitung sehingga ditemukan estimasi usia dentalnya.
Banyak peneliti telah menguji akurasi metode ini di berbagai populasi termasuk belgian,
british, western chinese, iranian, northeastern brazilian, malaysian, korean, romanian,
southern chinese, pakistani, saudi serbian, macedonian, southern indian, australian, dan
dua populasi spesifik di Thailand.
1. Setiap gigi (gigi 31-37) dengan teliti dinilai/dicocokkan terhadap 8 tahap perkembagan
(A-H) dengan mengikuti definisi kriteria setiap tahap dan membandingkannya dengan
ilustrasi dan gambaran radiografis menurut metode Demirjian et al.
2. Tahap perkembangan setiap gigi kemudian dikonversi menjadi skor (self-weighted scores
menggunakan tabel yang tersedia terpisah antara laki-laki dan perempuan.
3. Skor yang telah dibuat untuk setiap gigi (31-37) kemudian dijumlahkan semuannya. Hasil
penjumlahannya merupakan dental maturity score
4. Dental maturity score pada setiap sampel kemudian dikonversikan menjadi dental age
dengan membandingkan mereka dengan tabel yang tersedia terpisah antara laki-laki dan
perempuan.
5. Perbedaan nilai pada setiap sampel dihitung dengan mengurangi umur kronologi dengan
umur dental (nilai positif dan negatif mengindikasikan overestamation dan
underestimation, secara berurutan). Berikut adalah contoh perhitungan estimasi usia dental
menggunakan metode Demirjian et al.
Metode scoring lainnya ditemukan oleh Nolla pada tahun 1960. Nolla mengevaluasi tahap
mineralisasi pada gigi permanen dalam 10 tahap. Metode ini dapat digunakan untuk
menilai perkembangan setiap gigi pada rahang maksila dan mandibula. Foto radiograf
pasien dicocokkan dengan gambaran komparatif yang diberikan oleh Nolla
Setelah seluruh gigi diberi skor, nilai tersebut kemudian dijumlahkan pada kedua rahang,
kemudian jumlahnya dibandingkan dengan tabel untuk estimasi usia dental:
QUANTITY PARAMETERS-BASED TECHNIQUE
Didasari pada kondisi dan pengukuran apeks gigi.
Contoh metode ini adalah metode yang dipublikasikan oleh Camerierie et al. pada tahun
2006.
Tujuh gigi permanen rahang bawah diberikan nilai. Jumlah gigi dengan pembentukan akar
yang sudah selesai dengan apeks tertutup dihitung (N0).
Untuk gigi dengan pembentukan akar yang belum selesai, yaitu yang memiliki apeks
terbuka, jarak antara sisi dalam apeks yang terbuka diukur (A).
Untuk gigi dengan dua akar, jumlah jarak sisi dalam dua apeks terbuka juga dihitung.
Untuk meniadakan pembesaran (magnification), pengukuran apeks terbuka (tunggal
maupun lebih dari satu) dibagi dengan panjang giginya (L) untuk setiap gigi dan hasil
pengukuran ini digunakan untuk estimasi usia.
Dental maturity merupakan jumlah pengukuran tiap apeks terbuka.
Berikut meruapakn regression formula untuk estimasi usia: Age = 8,971 + 0,375 g + 1,631x
5 + 0,674 N0 – 1,034 s – 0,176 s NO, dimana g adalah variabel yang sama dengan 1 untuk
lelaki dan 0 untuk perempuan
LAMENDIN ET AL (1992)
Lamendin mengumpulkan data dari populasi di Perancis dan membatasi variabel estimasi
usia menjadi root transparency (T) dan periodontal recession (P) membutuhkan tiga
pengukuran fisik dari aspek labial gigi.
Resesi periodontal ditentukan dengan mengukur, dalam mm, jarak maksimum antara CEJ
dan garis perlekatan jaringan lunak; transparansi akar meruapakan jarak dari apeks akar
ke ketinggian maksimum transparency sepanjang permukaan akar; dan tinggi akar
dihitung dari CEJ sampai apeks akar.
KYAAL ET AL (1995)
Metode ini dapat memakan biaya dan juga dilarang untuk alasan agama, etik, dan
kultural.
Metode kvaal menyediakan metode radiograf non-invasif untuk evaluasi perubahan
progresif pada ukuran pulpa akibat aposisi dentin sekunder. Idealnya, pemilihan gigi
dilakukan berdasarkan dua syarat:
(1) giginya harus berada pada fungsi normal oklusi, dan
(2) gigi harus bebas dari segala potensi manifestasi trauma seperti restorasi, karies
aktif, erosi, abrasi, dan abnormal attrition.
Gigi berakar tunggal tidak berotasi adalah gigi yang dipakai, gigi dengan akar banyak
dihindari karena kesulitan evaluasi dan kesalahan pengukuran.
Lebar pulpa dipakai sebagai indikator karena beberapa studi mengindikasikan lebar pulpa
indikator lebih baik daripada panjang pulpa.
Untuk mengantisipasi magnification dan angulation errors, rasio panjang pulpa/akar;
panjang pulpa/gigi; dan lebar pulpa/akar pada 3 level berbeda digunakan dalam evaluasi.
Ilustrasi dibawah menggambarkan pengukuran yang dibutuhkan dan lokasinya.
Formula regresi Kvaal digunakan untuk gigi mandibular lateral incisors, canines, dan first
bicuspids, dan untuk maxillary central and lateral incisors, dan second bicuspids.
REFERENSI
Senn DR, Weems RA. Manual of Forensic Odontology. 5th ed. Boca Raton: Taylor & Francis
Group; 2013.
Kaur J, Rai B. Evidence-Based Forensic Dentisty. Berlin: Springer; 2013.
Kaur M, Mago J, Kaur J, Sahota MK. Age Estimation in Forensic Odontology. World J Pharm
Med Res. 2016;2(5):260–5.
Kotecha SD. Dental Age Estimation in Children: A review. Forensic Res Criminol Int J.
2016;3(1).
Duangto P, Janhom A, Prasitwattanaseree S, Mahakkanukrauh P, Iamaroon A. Age
Estimation Methods in Forensic Odontology. J Dent Indones. 2016;23(3):74–80.
Ambarkova V, Galic I, Vodanovic M. Dental age estimation using Demirjian and Willems
methods: Cross sectional study on children from the Formen Yugoslav Republic of
Macedonia. Forensic Sci Int. 2014;(187).
Panchbhai A. Dental radiograhic indicators, a key to age estimation. J Head Neck Imaging.
2011;40(4):191–212.
Priyadarshini C, Puranik MP, Uma SR. Dental Age Estimation Methods: A Review. Int J Adv
Heal Sci. 2015;1(12).
Burns KR. Forensic Anthropology Training Manual. New Jersey: Pearson; 2013.
Adams, Catherine, dkk. Forensic odontology: An Essential Guide. 2014. UK:John Wiley &
Sons