18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
Abstrak
Estimasi usia merupakan bagian dari ilmu forensic dan merupakan bagian penting dalam setiap
proses identifikasi. Maturasi gigi penting dalam estimasi usia kronologis seseorang. beberapa
metode dapat digunakan untuk estimasi usia pada anak. Metode Willems merupakan modifikasi
dari metode Demirjian yang menggunakan kalsifikasi mahkota dan akar gigi untuk estimasi usia
pada anak. Tujua penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa metode Willems dapat
digunakan estimasi usia anak Tionghoa di Surabaya. Sebanyak 76 orthopantomogram yang
terdiri dari 32 sampel anak laki-laki dan 44 sampel anak perempuan etni Tionghoa usia antara 6
– 13 tahun telah dianalisa. Metode Willems mengestimasi usia dental melalui penilaiaan
terhadap tujuh gigi rahang bawah kiri. Usia kronologis diperoleh dari tanggal lahir anak
tersebut.Perbedaan antara usia kronologis dan usia dental dianalisa menggunakan Uji Paired T
Test. . Hasil penelitian ini menunjukkan pada laki – laki nilai p= 0,126 (p>0.05), pada
perempuan nilai p = 0,053 (p>0.05) dan pada keseluruhan sampel laki-laki dan perempuan nilai
p=0.843(p>0.05), hal ini berarti bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara usia dental dan
usia kronologis. Kesimpulan dari penelitian ini metode Willems dapat digunakan untuk estimasi
usia anak etnis Tionghoa di Surabaya.
Abstract
Age estimation is a sub-disiplicine of the forensic science and should be an important
part of every identification process. Dental maturity has played an important role in estimating
the chronological age of individuals. Several approaches have proven be valuable in estimating
dental age in children. The Willems is modification of the Demirjian method which based on
crown and root calcification. This study aim to aplly Willems method in a Chinnese population in
Surabaya for age estimation. A total of 76 panoramics radiographs from 32 boys and 44 girls
Chinnese aged between 6 until 13 years were analyzed. The seven left mandibular teeth were
scored and calculated in order to obtain the Willems estimated dental ages. Chronological age
was obtained from the date of birth of children children. Difference between dental age and
chronological age was analysed using paired t test. Based on comparison test, the result of this
study showed on boys discrepancy of chronological age with dental age p= 0,126 (p>0.05) and
girls p = 0,053 (p>0.05), in population boys and girls p=0.843(p>0.05), it means no significant
difference between dental age and chonological age. The conclusion of this research was Willems
methode can be applied to Chinese children population in Surabaya for age estimation.
35
JBP Vol. 18, No. 1, April 2016— Shintya Rizki Ayu Agitha
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
kalsifikasi dibagi dari A – H dan setiap tahapan tulang, karakter seksual sekunder dan maturasi gigi
memiliki skor tersendiri. Jumlah skor dari tujuh (Manisha et al, 2013). Salah satu metode yang
gigi tersebut adalah usia dental yang merupakan paling akurat untuk estimasi usia kronologis pada
estimasi usia kronologis anak (Willems, 2001). anak-anak adalah melalui parameter gigi (Nik –
Menurut Willems, mungkin metodenya tersebut Hussein et al, 2010).
belum dapat menghasilkan estimasi usia kronologis
anak yang akurat pada populasi lain, tetapi 2.1.1 Usia Dental
penelitian Ye X et al pada tahun 2014 menyatakan Usia dental merupakan usia gigi yang
bahwa metode Willem menunjukkan hasil yang ditentukan berdasarkan tahap erupsi gigi dan
akurat pada populasi anak-anak Tionghoa dengan pembentukan gigi atau maturasi gigi. Tahap erupsi
rata-rata perbedaan usia kronologis dan usia dental gigi diawali dengan penonjolan gingiva atau
pada anak laki-laki 0,36 serta pada anak perempuan migrasi benih gigi ke arah oklusal. tahapan ini
-0,02 ( Willems et al,2001 ; Ye X et al, 2014 ). dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
Orang Tionghoa sudah mengenal ankilosis, pencabutan gigi sulung yang terlambat
Nusantara sejak abad ke 5 masehi. Selama atau terlalu cepat, gigi permanen yang impaksi dan
beberapa abad orang-orang Tionghoa terus berdesakan. Pada tahap pembentukan gigi
bertambah jumlahnya tapi tidak ada catatan yang permanen tidak dipengaruhi oleh kehilangan gigi
jelas jumlahnya diseluruh Nusantara. Catatan sulung (Demirjian et al, 1973). Pada tahun 1973
tentang angka didapat dari cacah jiwa yang Demirjian membuat metode penilaian usia dental
diadakan pada masa pemerintahan Inggris di Jawa dengan menjumlahkan nilai 7 gigi kiri rahang
(tahun1811-1816). Dari buku “History of Java” bawah berdasarkan nilai 8 tahapan kalsifikasi gigi
karya Rafles tercatat bahwa orang Tionghoa sudah kemudian dikonversikan menjadi usia kronologis.
banyak yang menyebar ke pedalaman Jawa. Pada tahun 2001, Willems menyederhanakan
Jumlahnya pada tahun 1815 di Jawa ada 94.441 metode Demirjian dengan membuat tabel penilaian
orang sedangkan penduduk Jawa secara kalsifikasi gigi yang dapat langsung
keseluruhan waktu itu berjumlah 4.615.270, mengekspresikan usia kronologis (Willems, 2001).
berarti 2,04% dari jumlah penduduk secara
keseluruhan. Sebagian besar penduduk Tionghoa 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi
hidup secara berkelompok di kota-kota pesisir Perkembangan gigi dapat dibagi menjadi dua
Jawa. Tahun 2005 orang Tionghoa di Indonesia fase, antara lain fase pembentukan gigi dan fase
berjumlah kurang lebih 6 juta orang berarti berkisar pertumbuhan gigi (erupsi gigi). Fase pembentukan
3% dari seluruh jumlah orang Indonesia yang gigi adalah fase mineralisasi gigi atau fase
waktu itu berjumlah lebih dari 200 juta orang pembentukan enamel, dentin dan sementum yang
(Handinoto, 2009). Dari uraian tersebut dapat terjadi di dalam tulang alveolar, sedangkan fase
diketahui bahwa di Indonesia juga terdapat erupsi adalah fase pergerakan gigi pada arah aksial
kelompok etnis Tionghoa. Oleh karena itu, penulis dari bagian dalam sampai ke puncak tulang
ingin mengetahui akurasi metode willems dalam alveolar dan selanjutnya mencapai level oklusi.
estimasi usia anak etnis Tionghoa di Indonesia. Penonjolan gingiva merupakan bagian dari
pertumbuhan gigi adalah cusp gigi secara klinis
2. Estimasi Usia terlihat muncul menembus gingiva (Adams et al,
2.1 Usia 2014).
2.1.1 Usia Kronologis Kalsifikasi gigi desidui dimulai pada usia 4
bulan intra uterin. Selama proses perkembangan
Usia kronologis merupakan usia yang email dan dentin gigi dapat dijadikan sebagai
dihitung berdasarkan tanggal kelahiran sampai perekam biologis kesehatan dan penyakit. Setelah
dengan sekarang. Usia kronologis biasa proses pembentukan mahkota gigi dan
didokumentasikan dalam bentuk akta kelahiran, pembentukan sebagian akar gigi, selanjutnya gigi
rekam medis, kartu identitas, dan sebagainya akan menembus membran mukosa kemudian gigi
(Adams et al, 2014). Penentuan usia berguna di erupsi kedalam rongga mulut. Selanjutnya akar gigi
bidang odontologi forensik dan kedokteran akan menjadi lebih aktif mengalami perkembangan
forensik untuk mengidentifikasi usia saat kematian dan mendorong mahkota gigi ke arah rongga
seseorang yang belum diketahui identitasnya (Nik mulut. Selanjutnya mahkota bergerak lebih jauh
– Hussein et al, 2010). Prosedur penentuan usia kearah oklusal dan memposisikan gigi dengan gigi
merupakan proses yang rumit dan melibatkan antagonisnya didalam rongga mulut. Proses
banyak pertimbangan meliputi pertumbuhan
37
JBP Vol. 18, No. 1, April 2016— Shintya Rizki Ayu Agitha
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
selanjutnya dilanjutkan dengan pembentukan akar semakin panjang dan silindris, disebut
gigi, dentin dan sementum (Nelson et al, 2010). sebagai ameloblas yang akan
Pembentukan akar dimulai ketika gigi belum berdiferensiasi menjadi email dan sel-
erupsi secara sempurna didalam rongga mulut, sel bagian tepi dari papila gigi
setelah akar terbentuk lengkap kemudian menjadi odontoblas yang akan
cementum gigi menutupi seluruh akar gigi. berdiferensiasi menjadi dentin.
Selanjutnya terbentuk jaringan pulpa gigi yang 4. Morfodiferensiasi
berfungsi memberikan pasokan darah dan saraf Sel pembentuk gigi tersusun
pada gigi. Pulpa gigi merupakan organ yang sedemikian rupa dan dipersiapkan
berasal dari jaringan ikat yang mengandung untuk menghasilkan bentuk dan
pembuluh darah arteri, vena, sistem limpatik dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini
saraf, fungsi utamanya untuk membentuk dentin terjadi sebelum deposisi matriks
gigi (Nelson et al, 2010). dimulai. Morfologi gigi dapat
Pembentukan gigi dikatakan lengkap saat ditentukan bila epitel email bagian
ujung apikal gigi selesai terbentuk. Proses ini akan dalam tersusun sedemikian rupa
terus berlangsung secara berlahan sepanjang sehingga batas antara epitel email dan
kehidupan. Ketika gigi baru erupsi, pulpa gigi odontoblas merupakan gambaran
terlihat lebar, kemudian akan mengecil seiring dentinoenamel junction yang akan
proses pembentukan gigi selesai. Rongga pulpa terbentuk. Dentinoenamel junction
akan menjadi lebih kecil dan menyempit karena mempunyai sifat khusus yaitu
adanya pembentukan dentin sekunder. Perubahan bertindak sebagai pola pembentuk
ruang pulpa ini dapat dihubungkan dengan setiap macam gigi. Terdapat deposit
pertambahan usia individu (Nelson et al, 2010). email dan matriks dentin pada daerah
tempat sel-sel ameloblas dan
odontoblas yang akan
2.2.1 Tahap Perkembangan Gigi menyempurnakan gigi sesuai dengan
Tahap perkembangan adalah sebagai berikut bentuk dan ukurannya.
(McDonald dan Avery, 2000; Finn, 2003) : 5. Aposisi
1. Inisiasi (bud stage) Terjadi pembentukan matriks
Merupakan permulaan keras gigi baik pada email, dentin,
terbentuknya benih gigi dari epitel dan sementum. Matriks email
mulut. Sel-sel tertentu pada lapisan terbentuk dari sel-sel ameloblas yang
basal dari epitel mulut berproliferasi bergerak ke arah tepi dan telah terjadi
lebih cepat daripada sel sekitarnya. proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.
Hasilnya adalah lapisan epitel yang
menebal di regio bukal lengkung gigi 2.2.2 Tahap Kalsifikasi Gigi
dan meluas sampai seluruh bagian Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap
rahang atas dan bawah. pengendapan matriks dan garam-garam
2. Proliferasi (cap stage) kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam
Lapisan sel-sel mesenkim yang matriks yang sebelumnya telah mengalami
berada pada lapisan dalam mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu
proliferasi, memadat, dan bagian ke bagian lainnya dengan penambahan
bervaskularisasi membentuk papil lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini
gigi yang kemudian membentuk dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan
dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel- gigi seperti hipokalsifikasi. Tahap ini tidak
sel mesenkim yang berada di sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh
sekeliling organ gigi dan papila gigi faktor genetik atau keturunan. Faktor ini
memadat dan fibrous, disebut kantong mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk
gigi yang akan menjadi sementum, mahkota dan komposisi mineralisasi.
membran periodontal, dan tulang Kalsifikasi gigi permanen dimulai saat lahir,
alveolar. yaitu saat molar pertama permanen mulai
3. Histodiferensiasi (bell stage) terkalsifikasi (McDonald dan Avery, 2000).
Terjadi diferensiasi seluler pada
tahap ini. Sel-sel epitel email dalam 2.2.3 Tahap Erupsi Gigi
(inner email epithelium) menjadi
38
JBP Vol. 18, No. 1, April 2016— Shintya Rizki Ayu Agitha
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
Erupsi gigi merupakan suatu proses yang saat dan urutan erupsi gigi permanen juga
berkesinambungan dimulai dari awal bervariasi sampai dengan 6 bulan lebih awal
pembentukan di dalam tulang alveolar sampai atau lebih lambat.
gigi muncul ke arah oklusal di rongga mulut Bila sebuah gigi telah menembus gingiva,
Erupsi gigi merupakan proses yang kompleks gigi tersebut bererupsi dengan cepat sampai
dan terbagi dalam 5 tahap, yaitu gerakan pre- hampir mencapai bidang oklusal. Kemudian
eruptif; tahap intraosseus; penetrasi mucosal; gigi tersebut akan terkena pengaruh kekuatan
pre-oklusal; tahap post oklusal (Almonaitiene kunyah dan kecepatan erupsi sangat berkurang
et al, 2010). Ada dua fase yang penting dalam dan berhenti sama sekali (Rahardjo P, 2009) .
proses erupsi gigi (Proffit dan Fields, 1993),
yaitu erupsi aktif dan pasif. Erupsi aktif adalah Tabel 1: Masa erupsi gigi permanen (dalam
pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan tahun) (Rahardjo P, 2009)
ke arah vertikal, sejak mahkota gigi bergerak Gigi Kaukasoid Surabaya
dari tempat pembentukannya di dalam rahang Permanen Rahang Rahang Rahang Rahang
sampai mencapai oklusi fungsional dalam Atas Bawah Atas Bawah
Insisiv 7 6 7-8 6-7
rongga mulut,sedangkan erupsi pasif adalah Sentral
pergerakan gusi ke arah apeks yang
Insisiv 8 7 8-9 7-8
menyebabkan mahkota klinis bertambah Lateral
panjang dan akar klinis bertambah pendek
Kaninus 11 10 11-12 9-11
sebagai akibat adanya perubahan pada
Premolar 10 10 10-11 10-12
perlekatan epitel di daerah apikal. Pertama
Premolar 11 11 10-12 11-12
2.2.3.1 Waktu Erupsi Gigi Permanen Kedua
Gigi permanen yang menggantikan gigi Molar 6 6 6-7 6
sulung disebut gigi pengganti (succestional Pertama
teeth, succedaneus teeth), yaitu insisiv sentral Molar 12 12 12-13 11-13
permanen, insisiv lateral permanen, kaninus Kedua
permanen masing-masing menggantikan
insisiv sentral sulung, insisiv lateral sulung,
kaninus sulung, sedangkan premolar pertama 2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
dan premolar kedua permanen menggantikan dan Perkembangan Gigi
molar pertama sulung dan molar kedua sulung. 2.3.1 Faktor Ras
Gigi permanen yang tumbuh di sebelah distal Perbedaan ras dapat menyebabkan
lengkung geligi sulung disebut gigi tambahan perbedaan waktu dan urutan erupsi gigi
(accessional teeth, additional teeth), yaitu permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan
molar pertama permanen, molar kedua campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat
permanen dan molar ketiga. daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit
Molar pertama permanen biasanya hitam dan Amerika Indian (ras mongoloid)
merupakan gigi permanen pertama yang erupsi (Moyers, 2001).
pada umur sekitar lima sampai enam tahun.
diduga aktivitas metabolism pada ligament 2.3.2 Faktor Jenis Kelamin
periodontal mempengaruhi mekanisme erupsi Beberapa penelitian menyatakan bahwa
gigi. diperlukan dua proses untuk erupsi gigi, gigi permanen pada anak perempuan erupsi
yaitu resorpsi tulang alveolar dan akar gigi terlebih dahulu daripada anak laki-laki. Hal ini
sulung sebagai jalan erupsi gigi serta dikaitkan dengan saat awal maturasi gigi yang
mekanisme erupsi gigi itu sendiri menuju arah terjadi terlebih dahulu pada anak perempuan
yang telah tersedia. Bila akar gigi telah dibandingkan dengan anak laki-laki
terbentuk setengah sampai dua pertiga gigi (Peedikayil, 2011).
tersebut siap untuk erupsi. Gingiva yang tebal Terdapat perbedaan growth spurt pada
atau adanya gigi kelebihan dapat mengganggu anak laki-laki dan perempuan, anak
erupsi gigi, halangan mekanik ini dapat perempuan mengalami growth spurt lebih dulu
menyebabkan distorsi akar gigi yang disebut daripada anak laki-laki. Growth spurt terjadi
dilaserasi akar. Kadang-kadang insisiv sentral pada awal sesudah lahir dan pada usia sekitar 6
bawah merupakan gigi permanen pertama – 7 tahun yang terjadi selama kurang lebih 3 –
yang erupsi. Sebagaimana pada geligi sulung, 4 bulan. Growth spurt terjadi kembali pada
39
JBP Vol. 18, No. 1, April 2016— Shintya Rizki Ayu Agitha
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
anak perempuan sekitar usia 12 tahun dan 14 karena erupsi gigi dipengaruhi oleh beberapa faktor
tahun pada anak laki-laki (Rahardjo P, 2009). lingkungan seperti ketersediaan tempat pada
lengkung gigi, tanggalnya gigi sulung sebelum
2.3.3 Faktor Penyakit waktunya, gigi yang terletak miring dan gigi
Gangguan pada erupsi gigi permanen impaksi. Sebaliknya, perkiraan usia dental dengan
dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan menggunakan penilaian terhadap tahapan
beberapa sindroma dari Cerebral Palsy, pembentukan gigi sedikit memperoleh pengaruh
Dysosteosclerosis, Hypothyroidism, dari faktor lingkungan (Willems, 2001).
Hypopituitarism, Hypoparathyroidism, Demirjian membuat 8 tahapan kalsifikasi
Pseudohypoparathyroidism (Almonaitiene et gigi dari tahap A sampai H dan tahap 0
al, 2010). mmenandakan belum ada kalsifikasi gigi yang
2.3.4 Faktor Lingkungan terlihat pada foto panoramik. Penilaian ini
Pertumbuhan dan perkembangan gigi diberikan pada gigi insisiv sentral, insisiv lateral,
dipengaruhi oleh faktor lingkungan tetapi tidak kaninus. premolar pertama, premolar kedua, molar
banyak mengubah sesuatu yang telah pertama dan molar kedua sebelah kiri rahang
ditentukan oleh faktor keturunan. Pengaruh bawah. Penilaian ini dibedakan pada masing-
faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi masing jenis benih gigi dari tahap pembentukan
adalah sekitar 20% (Moyers, 2001). Faktor- hingga kalsifikasi serta mencapai penutupan akar.
faktor yang termasuk ke dalam faktor Setiap gigi memiliki skor tersendiri dari tahapan
lingkungan antara lain: kalsifikasi yang dialami. Sistem penilaian tahapan
1. Sosial Ekonomi pembentukan gigi tersebut dibedakan antara anak
Beberapa penelitian menyatakan laki-laki dan perempuan. Jumlah skor dari 7 gigi
bahwa anak dengan tingkat permanen tersebut merupakan nilai maturitas gigi
sosioekonomi tinggi lebih cepat atau usia dental yang kemudian dikonversikan
mengalami erupsi gigi dibandingkan menjadi perkiraan usia kronologis. Penilaian
dengan anak dengan tingkat tingkat tumbuh kembang gigi ini dapat digunakan
sosioekonomi rendah. hal ini disebabkan secara universal, namun perlu diperhatikan
karena anak dengan tingkat konversi terhadap usia dental tersebut serta
sosioekonomi tinggi mamapu pertimbangan terhadap populasinya (Demirjian et
mendapatkan pelayanan kesehatan dan al, 1973).
nutrisi yang lebih baik yang berhubungan
dengan pembentukan benih gigi lebih
awal (Almonaitiene et al, 2010).
2. Nutrisi
Nutrisi sebagai faktor
pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi
dan proses kalsifikasi. Keterlambatan
waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh
faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin
D dan gangguan kelenjar endokrin.
Pengaruh faktor nutrisi terhadap
perkembangan gigi adalah sekitar 1%
(Moyers, 2001).
Bugis, Banjar, Manado, Minangkabau, Dayak, d. Radiogram panoramik berasal dari anak
Toraja, Ambon, dan Aceh atau warga asing yang tidak memiliki kelainan
(Wikipedia, 2015). pertumbuhan, endokrin, gangguan nutrisi,
Sejarah berkata bahwa bangsa Tionghoa tidak pernah mengalami trauma atau cacat
adalah bangsa yang ekspansif. Mereka menyebar pada daerah kraniofasial yang dapat
ke berbagai belahan dunia. Jiwa ekspansif ini mempengaruhi pertumbuhan dan
dipicu oleh karakter budaya mereka yaitu perkembangan gigi.
berdagang. Salah satu tujuan persebaran mereka e. Radiogram panoramik harus dapat jelas
adalah Indonesia lebih tepatnya di Surabaya. Selain terbaca
jalur darat, jalur laut mereka pilih karena dirasa Prosedur penelitian meliputi:
lebih efektif dan menjangkau hingga ke pelosok a) Sampel radiogram panoramik didapat dari
nusantara. Kala itu etnis Tionghoa tertuju pada kota pasien anak antara usia 6 – 13 tahun yang
Surabaya yang memang terletak di pesisiran pantai datang ke Dr. Daniels’s Aesthetic Dental
utara Jawa. Tak heran bila kini mereka telah Cinic yang memenuhi kriteria dan
menjadi bagian hidup kita, orang pribumi. Dari bersedia menandatangani inform consent.
catatan sejarah, etnis Tionghoa singgah ke b) Pasien mengisi kuisioner yang telah
Indonesia untuk pertama kalinya melalui ekspedisi disediakan peneliti.
Laksamana Haji Muhammad Cheng Hoo (1405- c) Dilakukan pencatatan usia kronologis
1433). Laksamana Cheng Hoo sengaja berkeliling seperti yang tertera pada sampul
dunia dengan misi utama membuka jalur radiogram dan kartu status pasien.
perdagangan sutera dan keramik. Dengan adanya d) Radiogram panoramik diletakkan pada
hal tersebut, nampaknya jiwa bisnis sudah kentara viewer.
pada diri etnis Tionghoa. Prinsip hidup mereka e) Menghitung usia dental dengan metode
adalah kemakmuran. Buktinya adalah, semenjak Willems, dengan cara menilai tahap
ekspedisi Cheng Hoo tersebut, warga etnis perkembangan atau kalsifikasi tujuh gigi
Tionghoa berangsur-angsur berdatangan ke rahang bawah kiri yang dilihat melalui
Indonesia untuk melakukan perdagangan besar- gambaran radiogram panoramik. Masing-
besaran, sebut saja etnis Tionghoa dengan masing gigi tersebut diberikan skor
"pecinan". "Surabaya menjadi sasaran gerakan berdasarkan tahapan kalsifikasi yang
kebangkitan etnis Tionghoa, sebab ada kali dialami. Skor dari tujuh gigi tersebut
Brantas, dan Kalimas sebagai pusat transoprtasi dijumlahkan dan hasilnya merupakan usia
jalur air." Singgahnya etnis Cina di pesisiran Jawa dental.
menghadirkan generasi baru dari mereka yang f) Menghitung perbedaan antara usia dental
menetap dan kawin dengan rakyat pribumi dan usia kronologis. Jika usia dental
(Noordjanah A, 2004). kurang atau lebih dari sama dengan 0,5
tahun maka dianggap sama. Selain itu,
3. METODE PENELITIAN dianggap berbeda.
g) Membandingkan usia kronologis dengan
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian analitik usia dental melalui uji statistik paired t-
observasional. Penelitian ini mengggunakan populasi test untuk mengetahui ada atau tidak
sampel radiograf panoramik anak usia 6-13 tahun etnis perbedaan diantara keduanya.
Tionghoa denan besar sampel 76 yang terdri dari 32 h) Membandingkan usia kronologis dan usia
anak laki-laki dan 44 anak perempuan. dental pada sampel laki – laki dan
Sampel penelitian diambil secara simple perempuan.
random sampling pada radiogram panoramik yang Dari data yang diperoleh, yaitu usia
memenuhi kriteria sebagai berikut: kronologis pasien yang sebenarnya dan perkiraan
a. Radiogram panoramik yang akan diteliti usia pasien berdasarkan metode Willems, akan
merupakan milik anak usia 6 – 13 tahun. diuji apakah terdapat perbedaan yang signifikan.
b. Radiogram panoramik milik subyek yang Uji statistik yang digunakan adalah paired t test.
merupakan keturunan etnis Tionghoa
hingga 3 generasi di atasnya.. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
c. Ketujuh gigi permanen bawah kanan dan
kiri lengkap baik sudah erupsi maupun Penelitian dilakukan terhadap 76 sampel
belum erupsi. yang telah memenuhi kriteria. Berdasarkan
43
JBP Vol. 18, No. 1, April 2016— Shintya Rizki Ayu Agitha
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil Berdasarkan hasil uji normalitas dengan
sebagai berikut: menggunakan uji One Kolmogorov Smirnov test
diketahui variabel usia kronologis gabungan anak
Tabel 5: Rata-rata dan Standar Deviasi Nilai Usia laki-laki dan perempuan memiliki nilai signifikan
Kronologis dan Usia Dental p=0,096, sedangkan usia dental gabungan anak
laki-laki dan perempuan memiliki nilai signifikan
Pengamatan N Rata-rata ± SD p=0,200. Variabel usia kronologis anak perempuan
Usia Usia memiliki nilai signifikan p=0,034 sedangkan nilai
Kronologis Dental signifikansi usia dental anak-anak perempuan pada
Laki-laki 32 10.86±1.45 10.84±1.47 penelitian ini adalah p=0,022. Variabel usia
Perempuan 44 11.39±1.46 11.14±1.61 kronologis pada anak laki-laki memiliki nilai
Laki-laki + 76 11.17± 1.47 11.01±1.55 signifikansi p=0,200, sedangkan pada variabel usia
Perempuan dental nilai signifikansi sebesar p=0,200. Variabel
Keterangan : SD = Standar Deviasi N= Jumlah usia kronologis laki-laki + perempuan, usia dental
sampel laki-laki + perempuan, usia kronologis laki-laki
dan usia dental laki-laki memiliki nilai signifikansi
Tabel 5 menunjukkan hasil penelitian dari p>0.05 yang menunjukkan bahwa data
76 sampel yang terdiri dari 44 sampel anak berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan
perempuan dan 32 sampel anak laki-laki. dengan uji komparasi Paired T Test. Variabel usia
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, didapatkan kronologis perempuan dan usia dental perempuan
usia kronologis dari keseluruhan sampel rata-rata mempunyai nilai signifikan p<0.05 yang
11.17 dan standar deviasi 1.47, sedangkan usia menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi
dental dari keseluruhan sampel rata-rata 11.01 dan normal sehingga dilanjutkan uji komparasi dengan
standar deviasi 1.55. Pada sampel anak perempuan menggunakan uji Wilcoxon.
didapatkan hasil usia kronologis rata-rata 11.39 dan Tabel 7. Uji Komparasi
standar deviasi 1.46, sedangkan usia dental rata-
rata 11.14 dan standar deviasi 1.61. Pada sampel N Jenis Pengamatan Uji Nilai Ket
o kelamin Kompara signifikansi
anak laki-laki didapatkan hasil usia kronologis . si (p)
rata-rata 10.86 dan standar deviasi 1.45, sedangkan 1 Laki – Usia Paired T 0,126 Tidak
usia dental rata-rata 10.84 dan stadar deviasi 1.47. . laki kronologis Test ada
dengan usia perbeda
Data tersebut diuji normalitas dengan dental an
menggunakan One Kolmogorov Smirnov test untuk 2 Perempu Usia Wilcoxon 0,053 Tidak
. an kronologis ada
mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. dengan usia perbeda
Jika hasil uji tersebut menyatakan data dental an
3 Laki – Usia Paired T 0,843 Tidak
berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji . laki + kronologis Test ada
beda Paired Samples T-test. Jika hasil uji Perempu dengan usia perbeda
normalitas menyatakan data tidak berdistribusi an dental an
Usia dental berhubungan erat dengan usia sehingga dapat dilanjutkan dengan uji komparasi
kronologis dalam perkembangan anak. Kalsifikasi Paired T Test. Variabel usia kronologis perempuan
gigi lebih banyak digunakan untuk menilai dan usia dental perempuan mempunyai nilai
maturitas gigi daripada erupsi gigi. Hal ini signifikan p<0.05 yang menunjukkan bahwa data
disebabkan karena kalsifikasi gigi merupakan tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji
proses yang berkesinambungan dan progresif serta komparasi dengan menggunakan uji Wilcoxon.
panduan radiografis dapat dilakukan untuk evaluasi Dari hasil uji komparasi yang telah dilakukan,
gigi pada setiap pemeriksaan (Kurita et al, 2007). didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang
Metode yang dipilih oleh peneliti adalah metode signifikan antara usia kronologis laki-laki dengan
Willems karena menurut beberapa penelitian usia dental laki-laki, tidak ada perbedaan yang
seperti penelitian Willems (2001) pada populasi signifikan antara usia kronologis perempuan
anak Belgia, Ye X et al (2014) pada anak-anak dengan usia dental perempuan, dan tidak ada
populasi Cina, Nikk-Husein N N et al (2011) pada perbedaan yang signifikan antara usia kronologis
populasi anak Malaysia, Ambarkova V et al (2013) gabungan laki-laki+perempuan dengan usia dental
pada populasi anak Yugoslav Republik Macedonia, gabungan laki-laki+perempuan. Hal ini sesuai
metode Willems ternyata lebih akurat jika dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Ye
dibanding dengan metode Demirjian yang juga X et al (2014) bahwa tidak ada perbedaan yang
menggunakan kalsifikasi gigi untuk estimasi usia signikan antara usia kronologis dan usia dental.
anak. Metode Willems merupakan modifikasi dari Penelitian ini menunjukkan rata-rata
metode Demirjian. Pada tahun 2001, Willems selisih usia dental dengan usia kronologis anak
merevisi sistem penilaian metode Demirjian karena perempuan sebesar -0,25 yang berarti bahwa
berdasarkan dari beberapa penelitian yang estimasi usia dental pada anak perempuan lebih
ditemukan dari metode Demirjian hasilnya muda 0,25 tahun dibandingkan dengan usia
mengalami perbedaan usia dental yang tinggi dari kronologis. Sedangkan pada anak laki-laki, rata-
usia kronologis anak (Willems et al, 2001). rata selisih usia dental dengan usia kronologis
Willems memperkirakan usia kronologis sebesar -0,03 yang berarti bahwa estimasi usia
dengan menghitung usia dental yang dilihat dari dental pada anak laki-laki lebih muda 0,03 tahun
tahapan kalsifikasi mahkota dan akar yang dibandingkan dengan usia kronologis. Beberapa
berkaitan dengan penutupan apeks pada tujuh gigi peneliti telah melakukan penelitian yang serupa
permanen rahang bawah kiri., yaitu gigi 31, 32, 33, seperti penelitian yang dilakukan Ye X et al
34, 35, 36, 37. Tahap kalsifikasi dibagi dari A – H (2014) pada populasi anak Cina dengan hasil rata-
dan masing-masing tahapan dari ketujuh gigi rata selisih usia kronologis dengan dental pada
tersebut memiliki skor sendiri. Jumlah skor ketujuh anak laki-laki sebesar 0,36 dan pada anak
gigi tersebut merupakan estimasi usia dental perempuan -0,02, pada penelitian Nik-Husein et al
(Willems et al, 2001). (2011) pada populasi anak Malaysia dengan rata-
Peneliti memilih populasi sampel anak- rata selisih usia dental dengan usia kronologis pada
anak Tionghoa yang berumur 6 – 13 tahun terdiri anak perempuan sebesar 0,1 dan pada anak laki-
dari 44 sampel anak perempuan dan 32 sampel laki sebesar 0,2, pada penelitian Ambarkova V et al
anak laki-laki Pada usia 6 – 13 tahun anak-anak (2014) dengan rata-rata selisih usia dental dengan
mengalami masa gigi pergantian sehingga sesuai kronologis anak laki-laki sebesar 0,52 dan pada
dengan kriteria yang ditentukan Willems. Willems anak perempuan 0,33. Perbedaan hasil penelitian
juga menentukan kriteria sampel lainnya antara ini kemungkinan dapat disebabkan oleh perbedaan
lain: sampel tidak mempunyai riwayat penyakit kultur dan budaya pada masing-masing populasi.
sistemik,kelahiran premature, kelainan kongenital, Selain itu juga dapat disebabkan oleh perbedaan
tidak ada anomali pada pertumbuhan gigi geligi faktor lingkungan, kebiasaan makan yang
rahang bawah sebab dapat mempengaruhi maturasi bervariasi antar populasi, malnutrisi dan sosial-
gigi (Willems,2001). ekonomi yang berdampak pada maturasi gigi dan
Data yang diperoleh diuji normalitas skeletal (Nik-Husein et al, 2011).
dengan menggunakan uji One Kolmogorov Penelitian Willems (2001)
Smirnov sehingga didapatkan hasil bahwa mengemukakan adanya perbedaan hasil penelitian
kelompok variabel usia kronologis laki-laki + pada populasi yang berbeda dikarenakan adanya
perempuan, usia dental laki-laki + perempuan, usia cara pengukuran secara subjektif, hal ini bisa
kronologis laki-laki dan usi dental laki-laki menimbulkan perbedaan hasil observasi apabila
memiliki nilai signifikansi p>0.05 yang pengukuran dilakukan oleh dua orang yang
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal berbeda. Hal lain yang mempengaruhi hasil
46
JBP Vol. 18, No. 1, April 2016— Shintya Rizki Ayu Agitha
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
observasi metode ini yaitu adanya pengaruh asupan terjadi 6 – 12 bulan sebelum menstruasi pertama
gizi. Seperti yang diketahui asupan gizi merupakan pada anak perempuan. Terdapat variasi percepatan
faktor penting dalam proses pertumbuhan dan pertumbuhan yang besar dengan standar deviasi 1
perkembangan gigi geligi. Faktor gizi erat tahun bahkan kadang-kadang dapat terjadi pada
kaitannya dengan tingkat sosial ekonomi usia 16 tahun pada laki-laki. (Rahardjo P, 2009).
seseorang. Individu dengan tingkat sosial ekonomi Pada penelitian Ye X et al (2014)
yang baik menunjukkan waktu erupsi yang lebih didapatkan hasil selisih usia dental dengan usia
cepat dibandingkan dengan individu dengan tingkat kronologis sampel anak laki-laki pada kelompok
sosial ekonomi yang rendah. usia 14 tahun yaitu sebesar 0,84, sedangkan sampel
Maber et al (2006) dan Liversidge (2012) anak perempuan pada kelompok usia 8 tahun
menyatakan bahwa adanya perbedaan hasil sebesar -0.55. Pada penelitian Ambarkova V et al
penelitian dapat disebabkan karena adanya (2014) didapatkan hasil selisih usia dental dengan
perbedaan diantara populasi sampel dan standar usia kronologis sampel anak laki-laki pada
populasi yang berhubungan dengan perbedaan kelompok usia 6 tahun yaitu sebesar 0,76,
variabel meliputi usia, besar sampel, bias sampel, sedangkan sampel anak perempuan pada kelompok
variasi biologis dari populasi sampel, lingkungan, usia 11 tahun sebesar 0,78.
kebiasaan makan dan ketepatan dalam mengevalusi
metode yang digunakan.
Walaupun ada perbedaan hasil penelitian, 5. KESIMPULAN DAN SARAN
selisih usia kronologis dengan usia dental masing-
masing penelitian masih dalam batasan yang Berdasarkan penelitian estimasi usia anak
ditentukan oleh anthropologi forensik yaitu antara pada etnis Tionghoa yang berusia 6 – 13 tahun
±0,5 tahun sampai ±1 tahun baik pada populasi dengan menggunakan metode Willems dapat
anak-anak maupun dewasa (Ambarkova V, 2014). diambil kesimpulan sebagai berikut :
Perbandingan selisih usia kronologis 1. Estimasi usia anak menggunakan metode
dengan usia dental pada kelompok usia sampel Willems dapat diaplikasikan pada populasi
menunjukkan adanya perbedaan selisih usia antara etnis Tionghoa.
sampel laki-laki dan perempuan di masing-masing 2. Terdapat perbedaan selisih usia kronologis
kelompok. Pada sampel anak perempuan rata-rata dengan usia dental antara laki – laki dan
selisih usia kronologis dengan dental terbesar perempuan
terjadi pada kelompok usia 9 tahun yaitu sebesar
0,95 tahun, sedangkan rata-rata selisih usia Penelitian ini memiliki keterbatasan sehingga
kronologis dengan usia dental terbesar pada sampel diperlukan saran untuk perbaikan selanjutnya,
anak laki-laki sebesar -0,56 tahun pada kelompok yaitu:
usia 13 tahun. Adanya perbedaan selisih usia antara 1. Diperlukan penelitian lanjutan untuk
sampel laki-laki dan perempuan ini menunjukkan populasi yang berbeda dengan jumlah
bahwa pada anak perempuan mengalami maturasi sampel yang lebih banyak.
gigi terlebih dahulu daripada anak laki-laki. Hal 2. Diperlukan penelitian mengenai estimasi
ini disesuaikan juga dengan parameter maturasi usia anak dengan menggunakan metode
lainnya pada tahap perkembangan anak perempuan Willems pada etnis lainnnya di Indonesia
seperti tinggi, maturasi seksual, dan perkembangan
skeletal (Nik-Husein, 2011). UCAPAN TERIMA KASIH
Percepatan maturasi gigi yang terjadi
sering dikaitkan dengan proses growth spurt yang 1. Prof.Dr.Mieke Sylvia,
menyebabkan adanya lonjakan usia gigi yang MAR,drg.,MS.,Sp.Ort, selaku
tinggi dalam satu periode usia. Terdapat perbedaan pembimbing utama yang telah
growth spurt pada anak laki-laki dan perempuan, menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
anak perempuan mengalami growth spurt lebih untuk mengarahkan saya dalam
dulu daripada anak laki-laki. Growth spurt terjadi penyusunan Tesis ini. Terima kasih untuk
pada awal sesudah lahir dan pada usia sekitar 6 – 7 semangatnya.
tahun yang terjadi selama kurang lebih 3 – 4 bulan. 2. Dr.Haryono Utomo,drg.,Sp.Ort, selaku
Percepatan pertumbuhan terjadi kembali pada anak pembimbing serta yang telah
perempuan usia kurang lebih 12 tahun dan 14 tahun menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
pada anak laki-laki. Beberapa pustaka untuk mengarahkan saya dalam
menyebutkan bahwa percepatan pertumbuhan penyusunan Tesis ini serta mengijinkan
47
JBP Vol. 18, No. 1, April 2016— Shintya Rizki Ayu Agitha
Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 (2016) pp
© (2016) Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, Indonesia
Noordjanah A. 2004. Komunitas Tionghoa di Willems G. 2001. A Review of The Most Commonly
Surabaya. Surabaya:Mesiass Used Dental Age Estimation Techniques. J.
Forensic Odontostomatol. 19:9–17.
Prawestiningtyas E, Algozi AM. 2009. Identifikasi
Forensik Berdasarkan Pemeriksaan Primer Willems G, Vanolmen A, Spiessens B, Carles C.
dan Sekunder Sebagai Penentu Identitas 2001. Dental Age Estimation in Belgian
Korban pada Dua Kasus Bencana Massal. Children: Demirjian’s Technique Revisited.
Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol XXV. J. Forensic Sci. 46:125–127.
No.2. Agustus 2009.
Ye X, Jianng F, Sheng X, Huang H, Shen X. 2014.
Peedikayil, Faizal C. 2011. Delayed Tooth Dental Age Assesment in 7 – 14 years old
Eruption. e-Journal of Dentistry. Vol 1 Issue Chinnese Children: Comparison of
4: 81-86. Demirjian and Willems Methods. Forensic
Science International 244(2014) 36-41.
Proffit, W. R. and H. W. Fields Jr. 1993.
Contemporary Ortodontics 2nd Ed. St.
Louis:Mosby, Inc
49
JBP Vol. 18, No. 1, April 2016— Shintya Rizki Ayu Agitha