ABSTRAK
Latar Belakang. Estimasi usia atau prakiraan usia dapat dilakukan pada individu hidup
maupun mati. Bagian tubuh yang umumnya dipakai untuk menentukan estimasi usia adalah
skeletal dan gigi. Gigi sebagai media prakiraan usia memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya adalah dapat memprakirakan usia pada individu usia pranatal sampai usia
dewasa. Estimasi usia menggunakan radiografi pada orang dewasa dapat menjadi acuan
setelah usia 17 tahun ketika periode permanen lengkap berdasarkan usia dan erupsinya
molar ketiga. Pertumbuhan molar ketiga dapat menjadi pedoman dalam menentukan
determinasi usia seseorang. Pengamatan erupsi gigi menurut metode Harris dan Nortje
merupakan metode estimasi usia yang melihat proses pertumbuhan dan perkembangan gigi
molar tiga bawah pada periode gigi permanen. Tujuan. Mengetahui dan melihat akurasi
metode Harris dan Nortje pada estimasi usia individu khususnya di Kota Makassar. Metode.
Jenis penelitian ini adalah Observasional Analitik dengan metode Cross-Sectional Study,
data yang diobservasi hanya pada satu saat. Dalam penelitian ini, jumlah sampel sebanyak
80 sampel dengan umur 15-20 tahun. Sampel dipilih sesuai populasi target yang memenuhi
kriteria sampel pada pasien yang dirujuk ke Bagian Radiologi RSGM Unhas dan
Dentamedica Care Center Makassar untuk mengambil foto panoramik. Menggunakan
metode Harris dan Nortje untuk mendapatkan tahap perkembangan, panjang gigi dan
estimasi usia. Skor selanjutnya dianalisa untuk melihat akurasi estimasi usia berdasarkan
Metode Harris dan Nortje. Hasil. Berdasarkan hasil Uji Cramers V diperoleh p-value 0.000
(p<0.05) yang berarti terdapat hubungan signifikan antara usia dengan tahap
perkembangan gigi. Namun pada hasil uji Oneway-Anova, ditemukan nilai p:0.000 (p<0.05),
yang berarti ada perbedaan signifikan panjang gigi dengan menggunakan metode Harris
dan Nortje. Simpulan. Metode Harris dan Nortje cocok untuk menentukan usia dilihat dari
tahapan perkembangan gigi molar ketiga, namun jika dilihat dari pengukuran panjang gigi
terdapat perbedaan hasil dari metode Harris dan Nortje.
Kata kunci: Estimasi usia, Metode Harris dan Nortje, Radiografi panoramik.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang gunung berapi, tsunami dan banjir. Selain
secara geografis rawan bencana alam, faktor alam, bencana juga bisa disebabkan
seperti tanah longsor, gempa bumi, letusan oleh faktor manusia.1 Bahkan beberapa
tahun terakhir ini, Indonesia sering sebagai media prakiraan usia memiliki
mengalami bencana massal yang keterbatasan karena hanya dapat
menimbulkan banyak korban jiwa. Korban memprakirakan usia pada rentang usia
tersebut seringkali sulit untuk tertentu dengan simpangan baku usia yang
diidentifikasi karena keadaan korban yang besar. Sedangkan gigi sebagai media
sulit dikenali ataupun tidak utuh lagi, prakiraan usia memiliki beberapa
seperti korban jatuhnya pesawat Airasia keunggulan, diantaranya adalah dapat
QZ8501 (2014), erupsi Gunung Sinabung memprakirakan usia pada individu usia
(2014), jatuhnya pesawat Aviastar DHC6 pranatal sampai usia dewasa.4
(2015), dan Bom Sarinah (2016).2 Estimasi usia atau prakiraan usia dapat
Korban suatu bencana atau dilakukan pada individu hidup maupun
kecelakaan bisa diidentifikasi dengan mati. Pada individu mati, prakiraan usia
cepat menggunakan gigi geligi. Karena merupakan bagian dari identifikasi korban
gigi geligi mempunyai daya tahan yang mati pada kasus pembunuhan, aborsi janin,
tinggi terhadap pengaruh temperatur, ataupun bencana massal. Dalam kasus
terutama emailnya merupakan jaringan bencana massal, prakiraan usia dapat
yang paling keras ditubuh manusia, paling menjadikan identifikasi korban lebih
tahan terhadap benturan maupun panas sederhana dengan mengelompokkan usia
dan baru bisa menjadi abu bila terbakar korban. Kasus hukum pidana atau perdata
pada suhu diatas 450o Celcius. Seperti yang memerlukan prakiraan usia pada
jaringan keras lainnya, gigi dapat individu hidup, antara lain kasus
diawetkan setelah kematian untuk pemalsuan usia ketenagakerjaan,
keperluan analisis lebih lanjut.3 pernikahan, atlet, perwalian anak,
Dalam identifikasi, usia merupakan keimigrasian, atau pemerkosaan.
karakteristik utama yang penting dan Pembuktian hukum akan usia penting
estimasi usia atau prakiraan usia seseorang untuk menentukan apakah individu
mempunyai kepentingan dalam forensik. tersebut masih dalam kategori anak atau
Tulang dan gigi merupakan sumber utama sudah dewasa, berkaitan dengan adanya
yang dapat memberikan informasi perbedaan proses hukum atau peradilan
mengenai usia seseorang. pada anak dengan orang dewasa. Prakiraan
usia juga merupakan pembuktikan yang
Bagian tubuh yang umumnya dipakai
berharga ketika akta kelahiran tidak ada
untuk menentukan estimasi usia adalah
atau diragukan keasliannya.5
skeletal dan gigi. Kematangan skeletal
Telah banyak metode estimasi usia periode gigi permanen. Dan juga metode
berdasarkan analisis radiografi dari gigi ini adalah metode estimasi usia yang
yang dilakukan. Estimasi usia memiliki tingkat pengamatan serta
menggunakan radiografi dapat menjadi kategorisasi yang paling mudah
acuan setelah usia 17 tahun ketika periode digunakan.6 Di sisi lain, penelitian telah
permanen lengkap berdasarkan usia dan menemukan analisis pertumbuhan molar
erupsinya molar ketiga. Selanjutnya, ketiga menjadi cukup akurat dan sangat
pertumbuhan molar ketiga dapat menjadi berguna. Salah satunya menurut Nortje,
pedoman dalam menentukan determinasi diperoleh akurasi 2,4 tahun pada tingkat
usia seseorang. Pengamatan erupsi gigi validasi 95% dan bahkan 3,6 tahun di
menurut metode Harris dan Nortje tingkat 99%. Namun, tingkat akurasi
merupakan metode estimasi usia yang belum dapat direproduksi oleh peneliti
melihat proses pertumbuhan dan lain.7
perkembangan gigi molar tiga bawah pada
HASIL
Berdasarkan tabel 2 diperoleh data bahwa dari 80 sampel menurut metode harris dan
nortje, jumlah sampel yang tertinggi pada tahap 3 yakni 28 sampel (35.0%). Sedangkan
jumlah sampel terendah terdapat pada tahap 2 dengan jumlah hanya 2 sampel (2.5%).
Tabel 3. Hubungan Jenis Kelamin dan Usia terhadap Tahap Perkembangan Gigi
dengan menggunakan uji Cramers V
Tahap Perkembangan Gigi
total p-
Karakteristik Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
value
n % N % N % n % n % N %
Usia
15 tahun 0 0.0 1 33.3 2 66.7 0 0.0 0 0.0 3 100
16-17 tahun 3 13.6 1 4.5 13 59.1 3 13.6 2 9.1 22 100 0.000
18-19 tahun 0 0.0 0 0.0 11 31.4 16 45.7 8 22.9 35 100
20 tahun 0 0.0 0 0.0 2 10.0 8 40.0 10 50.0 20 100
Sumber : RSGM Unhas dan Dentamedica Care Center,2016
Berdasarkan tabel 3 diperoleh informasi untuk jenis kelamin dengan p-value (p<0.05)
dengan hasil 0.004 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin terhadap
tahap perkembangan gigi. Hubungan jenis kelamin terhadap usia perkembangan gigi dengan
menggunakan uji Cramers V memperlihatkan hasil sampel tertinggi terdapat pada tahap 3
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 17 sampel (48.6%) sedangkan terendah adalah
pada tahap 2 dengan jenis kelamin laki-laki yang tidak memiliki sampel (0.0%) dan untuk
usia diperoleh p-value (p<0.05) dengan hasil 0.000 yang berarti ada hubungan signifikan
antara usia dengan tahap perkembangan gigi. Pada hubungan usia dengan tahap
perkembangan gigi memperlihatkan jumlah sampel tertinggi terdapat pada tahap 3 dengan
usia 15 tahun dan 16-17 tahun yakni masing-masing 2 sampel (66.7%) dan 13 sampel
(59.1%).
Tabel 4. Perbedaan Panjang Gigi berdasarkan Metode Harris dan Nortje dengan
menggunakan uji Oneway-Anova
PG-NH N Mean SD Minimum Maksimum p-value
Tahap 1 3 6.890 0.398 6.66 7.35
Tahap 2 2 8.910 0.396 8.63 9.19
Tahap 3 28 12.082 1.540 8.45 14.05
0.000
Tahap 4 27 15.997 0.906 14.38 17.28
Tahap 5 20 17.781 0.283 17.34 18.20
Total 80 14.554 3.11 6.66 18.20
Sumber : RSGM Unhas dan Dentamedica Care Center,2016
Berdasarkan hasil analisis uji Oneway-Anova di peroleh bahwa panjang gigi tertinggi
terdapat pada tahap 3 dengan panjang gigi rata-rata adalah 12.082 mm, dengan standar
deviasi 1.540 nilai minimum dan maksimum sebesar 8.45 mm dan 14.05 mm dan ter terdapat
pada tahap 2 dengan panjang gigi rata-rata adalah 8.910 mm dengan standar deviasi 0.396,
nilai minimum dan maksimum sebesar 8.63 mm dan 9.19 mm. Hasil analisis juga
menunjukkan nilai p-value 0.000 berarti ada perbedaan signifikan panjang gigi dengan
menggunakan metode Harris dan Nortje.
panoramik berdasarkan metode Harris dan gigi rahang bawah biasanya lebih jelas
Nortje dapat menentukan estimasi usia dibandingkan dengan gigi rahang atas. Hal
dalam rentang usia 15-20 tahun. ini didukung oleh penelitian Drusini pada
Pengelompokan usia pada penelitian ini gigi molar rahang atas dibandingkan molar
berdasarkan metode Harris dan Nortje bawah. Gambaran radiografis rahang atas
Metode harris
3,2 7,4 8,6 10,1 7,1 14,1 13,5 17,3 14,0 18,2
dan nortje
Sampel data 6,6 7,3 8,6 9,1 8,4 14,0 14,3 17.3 17,3 18,2
Dari hasil pengukuran panjang gigi sampel minimum panjang gigi metode Harris dan
penelitian orang Makassar pada tiap tahap Nortje. Namun jika dilihat dari hasil
diperoleh hasil yang lebih besar pada nilai maksimum pada tiap tahap, nilai panjang
gigi pada sampel penelitian hampir terjadi karena adanya perbedaan etnis, ras
mendekati nilai maksimum pada metode dan biologi tiap negara.14
Harris dan Nortje. Menurut Firdaus (2013) Hasil analisis radiografis estimasi usia
dalam penelitiannya, menggunakan molar berdasarkan metode Harris dan Nortje
ketiga sebagai indikator estimasi usia yaitu pada penelitian ini, terdapat hubungan
berdasarkan perkembangan dan tahap signifikan antara usia dengan tahap
erupsi gigi molar ketiga menembus tulang perkembangan gigi berdasarkan hasil Uji
alveolar. Metode ini lebih sederhana Cramers V diperoleh p-value 0.000
dibandingkan tahap perkembangan (p<0.05). Namun dari hasil uji Oneway-
mahkota dan akar gigi molar tiga, tetapi Anova, ditemukan nilai p:0.000 (p<0.05),
pada metode ini variasi gigi molar ketiga yang berarti terdapat perbedaan signifikan
dalam hal bentuk mahkota, ukuran panjang pada panjang gigi dengan menggunakan
akar, waktu erupsi serta impaksi gigi molar metode Harris dan Nortje pada penelitian
ketiga berpengaruh bila digunakan pada ini. Hal ini disebabkan karena berbagai
metode stadium erupsi gigi molar ketiga faktor seperti genetik, variasi bentuk molar
menembus tulang alveolar serta tahap ketiga, besar tulang rahang bawah dan
penambahan panjang akar gigi. Karena ukuran ramus mandibular yang dapat
pada metode berdasarkan stadium erupsi mengakibatkan adanya perbedaan panjang
gigi ini berbagai bentuk variasi sangat gigi.
mempengaruhi hasil pengukuran prakiraan
usia.8
Penelitian Thevisen (2010), KESIMPULAN
menemukan bahwa derajat pertumbuhan
Metode penentuan usia melalui
molar ketiga dalam menentukan estimasi
gigi, masing-masing memiliki keunggulan
usia terdapat perbedaan yang signifikan
dan keterbatasan. Akurasi hasil penentuan
antara sembilan negara yaitu Belgia,
usia bergantung dari beberapa faktor yang
China, Jepang, Korea, Polandia, Thailand,
membutuhkan beberapa penyesuaian.
Turki, Arab Saudi dan India. Tingkat
Berdasarkan penelitian ini, dapat
perbedaan pada pertumbuhan molar ketiga
diambil kesimpulan bahwa metode Harris
tersebut sangat kecil. Hal tersebut karena
dan Nortje memiliki akurasi dan dapat
tidak adanya perbedaan penting dan
diterapkan dalam menentukan estimasi
mencolok dalam pertumbuhan molar
usia jika dilakukan berdasarkan tahapan
ketiga tiap negara. Perbedaan ini dapat
perkembangan molar ketiga pada populasi
orang Makassar atau individu Indonesia. 6. Panchbhai AS. Review dental
radiographic indicators, a key to age
Namun, jika dihitung berdasarkan estimation. Dentomaxillofacial Radiology.
pengukuran panjang gigi molar ketiga 2011; 40:199212
7. Blenkin MRB. Forensic dentistry and its
pada sampel penelitian, terdapat perbedaan application in age estimation from the
teeth using a modified demirjian system.
dari hasil metode Harris dan Nortje.
Australia: University of Sidney; 2005
8. Linden VD. Perkembangan gigi geligi.
Jakarta: Bina Cipta. 1985. 157-161.
REFRENSI 9. Bosmans, N., Ann, P., Medhat, A. and
Willems, G. The Aplication of Kvaals
1. Apriyono DK. Metode penentuan usia Dental Age Calculation Technique On
melalui gigi dalam proses identifikasi Panoramic Dental Radiographs. Forensic
korban. CDK-236. 2016; 43:(1): 71-4 Science International,2005.
2. BPBN. Data dan informasi bencana 10. Whaites, Eric. Essential of Dental
Indonesia. 2016 Jan-Mei: [internet]. Radiography and Radiology. Third
Available from: edition. Churgical Livingstone. Einburg
http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana. London Newyork Oxford.2002.
Accessed Mei 30, 2016. 11. Priyadarshini C, Puranik MP, Uma SR.
3. Dawlidowicz-Basir I, Frankowski W, Dental age estimation methods: a review.
Hauser R. A review of investigational International Journal of Advanced Health
methods used in dentition based age Sciences. April 2015; 1:(12): 19-25
determination. Probl Forensic Sci. 12. Nehemia B. Prakiraan usia berdasarkan
2004;57:139-57 metode TCI dan studi analisis histologis
4. Putri AS, Nehemia B, Soedarsono N. ruang pulpa pada usia 9 21 tahun.
Prakiraan usia individu melalui Jakarta: Universitas Indonesia. Tesis; 2012
pemeriksaan gigi untuk kepentingan 13. Ash MM, Nelson SJ. Chronology of
forensik kedokteran gigi. Jurnal PDGI. permanent teeth. Wheelers Dental
2013;62:(3):55-63 Anatomy, Physiology and Occlusion, 8th
5. Sugihartana D. Perbandingan usia ed. Missouri: Suanders. 2003.15-8, 29-64.
kronologis berdasarkan gambaran 14. Thevissen PW, Fieuws S, Willems G.
radiografis dari tahapan erupsi gigi molar Human third molars development:
ketiga rahang bawah dengan metode olze Comparison of 9 country specic
antara pasien laki-laki dan perempuan di populations. Elsevier. Forensic Science
RSGM Prof. Soedomo tahun 2008-2013. International 2010; 201: 1025.
Yogyakarta: Universitas gadjah Mada. 15. Pasler, Friedrich A. Color Atlas of Dental
Electronic Theses & Dissertations (ETD); Medicine. Radiology. Thieme. 2006.
2013