Anda di halaman 1dari 11

Estimasi Usia Berdasarkan Gambaran Radiografi Panoramik Gigi

pada Metode Harris dan Nortje


(Age Estimation Based on Dental Panoramic Radiography
Using Harris and Nortje Method)

Nurul Iffah Auliyah1 dan Irene Edith Rieuwpassa2


1
Mahasiswa Program pendidikan dokter gigi
2
Depertemen Oral Biologi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
Makassar Indonesia

ABSTRAK
Latar Belakang. Estimasi usia atau prakiraan usia dapat dilakukan pada individu hidup
maupun mati. Bagian tubuh yang umumnya dipakai untuk menentukan estimasi usia adalah
skeletal dan gigi. Gigi sebagai media prakiraan usia memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya adalah dapat memprakirakan usia pada individu usia pranatal sampai usia
dewasa. Estimasi usia menggunakan radiografi pada orang dewasa dapat menjadi acuan
setelah usia 17 tahun ketika periode permanen lengkap berdasarkan usia dan erupsinya
molar ketiga. Pertumbuhan molar ketiga dapat menjadi pedoman dalam menentukan
determinasi usia seseorang. Pengamatan erupsi gigi menurut metode Harris dan Nortje
merupakan metode estimasi usia yang melihat proses pertumbuhan dan perkembangan gigi
molar tiga bawah pada periode gigi permanen. Tujuan. Mengetahui dan melihat akurasi
metode Harris dan Nortje pada estimasi usia individu khususnya di Kota Makassar. Metode.
Jenis penelitian ini adalah Observasional Analitik dengan metode Cross-Sectional Study,
data yang diobservasi hanya pada satu saat. Dalam penelitian ini, jumlah sampel sebanyak
80 sampel dengan umur 15-20 tahun. Sampel dipilih sesuai populasi target yang memenuhi
kriteria sampel pada pasien yang dirujuk ke Bagian Radiologi RSGM Unhas dan
Dentamedica Care Center Makassar untuk mengambil foto panoramik. Menggunakan
metode Harris dan Nortje untuk mendapatkan tahap perkembangan, panjang gigi dan
estimasi usia. Skor selanjutnya dianalisa untuk melihat akurasi estimasi usia berdasarkan
Metode Harris dan Nortje. Hasil. Berdasarkan hasil Uji Cramers V diperoleh p-value 0.000
(p<0.05) yang berarti terdapat hubungan signifikan antara usia dengan tahap
perkembangan gigi. Namun pada hasil uji Oneway-Anova, ditemukan nilai p:0.000 (p<0.05),
yang berarti ada perbedaan signifikan panjang gigi dengan menggunakan metode Harris
dan Nortje. Simpulan. Metode Harris dan Nortje cocok untuk menentukan usia dilihat dari
tahapan perkembangan gigi molar ketiga, namun jika dilihat dari pengukuran panjang gigi
terdapat perbedaan hasil dari metode Harris dan Nortje.

Kata kunci: Estimasi usia, Metode Harris dan Nortje, Radiografi panoramik.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang gunung berapi, tsunami dan banjir. Selain
secara geografis rawan bencana alam, faktor alam, bencana juga bisa disebabkan
seperti tanah longsor, gempa bumi, letusan oleh faktor manusia.1 Bahkan beberapa
tahun terakhir ini, Indonesia sering sebagai media prakiraan usia memiliki
mengalami bencana massal yang keterbatasan karena hanya dapat
menimbulkan banyak korban jiwa. Korban memprakirakan usia pada rentang usia
tersebut seringkali sulit untuk tertentu dengan simpangan baku usia yang
diidentifikasi karena keadaan korban yang besar. Sedangkan gigi sebagai media
sulit dikenali ataupun tidak utuh lagi, prakiraan usia memiliki beberapa
seperti korban jatuhnya pesawat Airasia keunggulan, diantaranya adalah dapat
QZ8501 (2014), erupsi Gunung Sinabung memprakirakan usia pada individu usia
(2014), jatuhnya pesawat Aviastar DHC6 pranatal sampai usia dewasa.4
(2015), dan Bom Sarinah (2016).2 Estimasi usia atau prakiraan usia dapat
Korban suatu bencana atau dilakukan pada individu hidup maupun
kecelakaan bisa diidentifikasi dengan mati. Pada individu mati, prakiraan usia
cepat menggunakan gigi geligi. Karena merupakan bagian dari identifikasi korban
gigi geligi mempunyai daya tahan yang mati pada kasus pembunuhan, aborsi janin,
tinggi terhadap pengaruh temperatur, ataupun bencana massal. Dalam kasus
terutama emailnya merupakan jaringan bencana massal, prakiraan usia dapat
yang paling keras ditubuh manusia, paling menjadikan identifikasi korban lebih
tahan terhadap benturan maupun panas sederhana dengan mengelompokkan usia
dan baru bisa menjadi abu bila terbakar korban. Kasus hukum pidana atau perdata
pada suhu diatas 450o Celcius. Seperti yang memerlukan prakiraan usia pada
jaringan keras lainnya, gigi dapat individu hidup, antara lain kasus
diawetkan setelah kematian untuk pemalsuan usia ketenagakerjaan,
keperluan analisis lebih lanjut.3 pernikahan, atlet, perwalian anak,
Dalam identifikasi, usia merupakan keimigrasian, atau pemerkosaan.
karakteristik utama yang penting dan Pembuktian hukum akan usia penting
estimasi usia atau prakiraan usia seseorang untuk menentukan apakah individu
mempunyai kepentingan dalam forensik. tersebut masih dalam kategori anak atau
Tulang dan gigi merupakan sumber utama sudah dewasa, berkaitan dengan adanya
yang dapat memberikan informasi perbedaan proses hukum atau peradilan
mengenai usia seseorang. pada anak dengan orang dewasa. Prakiraan
usia juga merupakan pembuktikan yang
Bagian tubuh yang umumnya dipakai
berharga ketika akta kelahiran tidak ada
untuk menentukan estimasi usia adalah
atau diragukan keasliannya.5
skeletal dan gigi. Kematangan skeletal
Telah banyak metode estimasi usia periode gigi permanen. Dan juga metode
berdasarkan analisis radiografi dari gigi ini adalah metode estimasi usia yang
yang dilakukan. Estimasi usia memiliki tingkat pengamatan serta
menggunakan radiografi dapat menjadi kategorisasi yang paling mudah
acuan setelah usia 17 tahun ketika periode digunakan.6 Di sisi lain, penelitian telah
permanen lengkap berdasarkan usia dan menemukan analisis pertumbuhan molar
erupsinya molar ketiga. Selanjutnya, ketiga menjadi cukup akurat dan sangat
pertumbuhan molar ketiga dapat menjadi berguna. Salah satunya menurut Nortje,
pedoman dalam menentukan determinasi diperoleh akurasi 2,4 tahun pada tingkat
usia seseorang. Pengamatan erupsi gigi validasi 95% dan bahkan 3,6 tahun di
menurut metode Harris dan Nortje tingkat 99%. Namun, tingkat akurasi
merupakan metode estimasi usia yang belum dapat direproduksi oleh peneliti
melihat proses pertumbuhan dan lain.7
perkembangan gigi molar tiga bawah pada

Estimasi usia dengan analisis radiografi 1. Penilaian Volume gigi


pada usia dewasa a. Metode rasio Pulp-to-tooth
Secara klinis, perkembangan gigi oleh Kvaal
permanen lengkap saat erupsi molar ketiga di b. Indeks rongga koronal pulpa
usia 17 hingga 21 tahun, setelah itu estimasi 2. Pertumbuhan molar ketiga
usia dengan teknik radiografi menjadi sulit. a. Metode Harris dan Nortje
Dua metode umumnya diikuti adalah penilaian b. Sistem van Heerden
dari volume gigi dan pertumbuhan molar
ketiga. 10

Metode Harris dan Nortje


Untuk sebagian besar metode estimasi usia, perkembangan gigi dinilai secara
subjektif pada radiografi. Setelah usia 14 tahun, gigi molar ketiga merupakan gigi yang tersisa
dan masih berkembang akibatnya metode estimasi usia harus bergantung pada perkembangan
dan pertumbuhan gigi molar ketiga sampai usia 23 tahun. 15
Pertumbuhan molar ketiga oleh Metode Harris dan Nortje merupakan metode yang
digunakan untuk mengetahui proses erupsi pertumbuhan dan perkembangan molar ketiga
rahang bawah yang dibagi kedalam lima tahapan perkembangan akar gigi sesuai dengan usia
dan panjang gigi : 9, 11

a. Tahap 1, pada tahap pertama menunjukkan panjang gigi telah


perkembangan molar ketiga mencapai 12,9 1,2 mm ditandai
ditandai dengan membesarnya dengan terbentuknya duapertiga
mahkota gigi dan sepertiga akar akar gigi molar ketiga pada
terbentuk. Rentang usia yang rentang usia 17,8 1,2 tahun.
tergolong pada tahap pertama Rentang usia tahap ketiga dan
metode Harris dan Nortje yaitu tahap kedua sangat tipis.
usia 15,8 1,4 tahun. Selain itu, d. Tahap 4, pada tahap ini
panjang gigi pada tahap ini 5,3 perkembangan molar ketiga
2,1 mm. membentuk dinding saluran
b. Tahap 2, setengah akar gigi akar yang divergen (tercecar)
molar ketiga telah terbentuk dengan panjang gigi 15,4 1,9
dengan panjang gigi pada tahap mm pada rentang usia 18,5
kedua metode Harris dan Nortje 1,1 tahun.
yaitu 8,6 1,5 mm. Tahap kedua e. Tahap 5, tahap ini merupakan
ini terjadi pada rentang usia 17,2 tahap terakhir pada metode
1,2 tahun. Harris dan Nortje. Pada tahap
c. Tahap 3, pada tahap ketiga kelima, pertumbuhan dan
metode Harris dan Nortje perkembangan molar ketiga
telah selesai ditandai dengan pada subjek usia 15 hingga 22 tahun
dinding saluran akar konvergen disebabkan karena pencabutan ataupun
pada rentang usia 19,2 1,2 karena tidak memiliki benih gigi.
tahun dengan panjang gigi Selain itu metode ini terbatas hanya
mencapai 16,1 2,1 mm. sampai setelah gigi molar ketiga erupsi
Tahap pertumbuhan dan dengan sempurna kedalam rongga
perkembangan gigi sebagai indikator mulut. Setelah proses erupsi selesai,
prakiraan usia lebih dikendalikan oleh prakiraan usia menggunakan gigi
faktor genetik dibandingkan dengan molar ketiga tidak bisa digunakan lagi.
faktor lingkungan seperti nutrisi dan Pada metode pembentukan mahkota
8
sosioekonomi. dan akar gigi molar ketiga, posisi gigi
molar ketiga tidak terlalu berpengaruh
Keterbatasan yang sering
terhadap hasil pengukuran, karena
ditemui menggunakan gigi molar
proses pengukuran pada metode ini
ketiga sebagai indikator prakiraan usia
hanya dengan melakukan observasi
umumnya kemungkinan tingginya
tahap-tahap pertumbuhan mahkota dan
frekuensi gigi molar ketiga missing
akar gigi molar ketiga. 8,11
Center yang telah memenuhi kriteria
BAHAN DAN METODE seleksi sampel. Adapun kriteria
Penelitian estimasi usia sampel penelitian yaitu berusia 15-21
berdasarkan gambaran radiografi tahun, pasien dalam tahap
panoramik gigi pada Metode Harris pertumbuhan dan pekembangan gigi
dan Nortje di Kota Makassar. molar ketiga bawah, gigi molar ketiga
Penelitian observasi-analitik ini bawah impaksi, foto radiologi
dilakukan pada 80 sampel foto panoramik dengan minimal
radiografi panoramik yang dipilih pembiasan, serta bersedia menjadi
sesuai usia 15-20 tahun. Sampel pada subjek penelitian. Analaisis data yang
penelitian ini didapatkan dari pasien digunakan adalah uji korelasi dan uji
yang melakukan pemeriksaan Anova.
radiografi di Bagian Radiologi RSGM Prosedur pada penelitian ini,
Unhas dan Klinik Dentamedica Care yaitu dari populasi pasien yang datang
ke Bagian Radiologi Rumah Sakit terhadap foto panoramik dengan
Gigi dan Mulut Universitas menjiplak gigi molar ketiga rahang
Hasanuddin serta Dentamedica Care bawah menggunakan kertas acetat
Center Makassar, diambil sampel tracing dan panjang gigi molar ketiga
sebanyak 80 orang secara Purposive rahang bawah diukur menggunakan
sampling, kemudian umur kronologis jangka sorong digital. Dari hasil
pasien diidentifikasi dari rekam medis. penapakan dan pengukuran panjang
Rekam foto panoramik pasien yang gigi, estimasi usia masing-masing gigi
datang ke Bagian Radiologi RSGM ditentukan sesuai dengan lima tahapan
Unhas dan Dentamedica Care Center pertumbuhan dan perkembangan gigi
diambil, kemudian dianalisis molar ketiga. Estimasi usia yang
berdasarkan kriteria inklusi dan didapat dari metode Harris dan Nortje,
eksklusi. Foto panoramik sampel lalu lalu dibandingkan dengan usia pasien
dikelompokkan berdasarkan usia dari rekam medis untuk melihat
dalam kriteria inklusi. Selanjutnya, akurasi metode Harris dan Nortje.
penapakan dilakukan oleh peneliti

HASIL

Tabel 1. Distribusi Sampel berdasarkan Tahap Perkembangan Gigi


Tahap
Frekuensi (n) Persen (%)
perkembangan gigi
Tahap 1 6 7.5
Tahap 2 15 18.8
Tahap 3 19 23.7
Tahap 4 20 25.0
Tahap 5 20 25.0
Total 80 100.0
Sumber : RSGM Unhas dan Dentamedica Care Center,2016
Tabel 1 menunjukkan distribusi dari 80 sampel berdasarkan tahap perkembangan gigi
yang dihitung dan diperoleh data bahwa, tahap perkembangan gigi dengan jumlah sampel
tertinggi terjadi pada tahap 4 dan tahap 5 yakni 20 sampel (25.0%). Sedangkan jumlah
sampel terendah terdapat pada tahap 1 yang hanya terdapat 6 sampel (7.5%).

Tabel 2. Distribusi Sampel berdasarkan Metode Harris dan Nortje


Metode Harris dan
Frekuensi (n) Persen (%)
Nortje
Tahap 1 3 3.8
Tahap 2 2 2.5
Tahap 3 28 35.0
Tahap 4 27 33.7
Tahap 5 20 25.0
Total 80 100.0
Sumber : RSGM Unhas dan Dentamedica Care Center,2016

Berdasarkan tabel 2 diperoleh data bahwa dari 80 sampel menurut metode harris dan
nortje, jumlah sampel yang tertinggi pada tahap 3 yakni 28 sampel (35.0%). Sedangkan
jumlah sampel terendah terdapat pada tahap 2 dengan jumlah hanya 2 sampel (2.5%).

Tabel 3. Hubungan Jenis Kelamin dan Usia terhadap Tahap Perkembangan Gigi
dengan menggunakan uji Cramers V
Tahap Perkembangan Gigi
total p-
Karakteristik Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5
value
n % N % N % n % n % N %
Usia
15 tahun 0 0.0 1 33.3 2 66.7 0 0.0 0 0.0 3 100
16-17 tahun 3 13.6 1 4.5 13 59.1 3 13.6 2 9.1 22 100 0.000
18-19 tahun 0 0.0 0 0.0 11 31.4 16 45.7 8 22.9 35 100
20 tahun 0 0.0 0 0.0 2 10.0 8 40.0 10 50.0 20 100
Sumber : RSGM Unhas dan Dentamedica Care Center,2016
Berdasarkan tabel 3 diperoleh informasi untuk jenis kelamin dengan p-value (p<0.05)
dengan hasil 0.004 yang berarti terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin terhadap
tahap perkembangan gigi. Hubungan jenis kelamin terhadap usia perkembangan gigi dengan
menggunakan uji Cramers V memperlihatkan hasil sampel tertinggi terdapat pada tahap 3
dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 17 sampel (48.6%) sedangkan terendah adalah
pada tahap 2 dengan jenis kelamin laki-laki yang tidak memiliki sampel (0.0%) dan untuk
usia diperoleh p-value (p<0.05) dengan hasil 0.000 yang berarti ada hubungan signifikan
antara usia dengan tahap perkembangan gigi. Pada hubungan usia dengan tahap
perkembangan gigi memperlihatkan jumlah sampel tertinggi terdapat pada tahap 3 dengan
usia 15 tahun dan 16-17 tahun yakni masing-masing 2 sampel (66.7%) dan 13 sampel
(59.1%).

Tabel 4. Perbedaan Panjang Gigi berdasarkan Metode Harris dan Nortje dengan
menggunakan uji Oneway-Anova
PG-NH N Mean SD Minimum Maksimum p-value
Tahap 1 3 6.890 0.398 6.66 7.35
Tahap 2 2 8.910 0.396 8.63 9.19
Tahap 3 28 12.082 1.540 8.45 14.05
0.000
Tahap 4 27 15.997 0.906 14.38 17.28
Tahap 5 20 17.781 0.283 17.34 18.20
Total 80 14.554 3.11 6.66 18.20
Sumber : RSGM Unhas dan Dentamedica Care Center,2016
Berdasarkan hasil analisis uji Oneway-Anova di peroleh bahwa panjang gigi tertinggi
terdapat pada tahap 3 dengan panjang gigi rata-rata adalah 12.082 mm, dengan standar
deviasi 1.540 nilai minimum dan maksimum sebesar 8.45 mm dan 14.05 mm dan ter terdapat
pada tahap 2 dengan panjang gigi rata-rata adalah 8.910 mm dengan standar deviasi 0.396,
nilai minimum dan maksimum sebesar 8.63 mm dan 9.19 mm. Hasil analisis juga
menunjukkan nilai p-value 0.000 berarti ada perbedaan signifikan panjang gigi dengan
menggunakan metode Harris dan Nortje.

PEMBAHASAN gigi molar ketiga dan panjang gigi molar


ketiga.
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui apakah analisis radiografi Secara umum gambaran radiografis

panoramik berdasarkan metode Harris dan gigi rahang bawah biasanya lebih jelas

Nortje dapat menentukan estimasi usia dibandingkan dengan gigi rahang atas. Hal

dalam rentang usia 15-20 tahun. ini didukung oleh penelitian Drusini pada

Pengelompokan usia pada penelitian ini gigi molar rahang atas dibandingkan molar

berdasarkan metode Harris dan Nortje bawah. Gambaran radiografis rahang atas

sesuai pembagian tahapan perkembangan selalu menunjukkan gambaran yang


tumpang tindih antara gigi rahang atas dan selesainya perkembangan dan
struktur anatomis disekitarnya.12 pertumbuhan mahkota molar ketiga adalah
Selanjutnya, pada penelitian ini dikisaran 12-16 tahun dan untuk
menggunakan teknik radiografi panoramik, perkembangan dan pertumbuhan pada akar
karena ketersediaan sampel yang gigi molar ketiga selesai dengan
mencukupi. tertutupnya saluran akar terjadi pada usia
17-21 tahun. Hasil penelitian ini terletak
Terdapat perbedaan hasil frekuensi
pada rentang usia tersebut.13 Ini
dari penghitungan tahap perkembangan
menandakan pada usia diatas 17 tahun,
dan pertumbuhan molar ketiga pada
gigi molar ketiga rata-rata pada individu
sampel penelitian (tabel 1) dan metode
telah berkembang sempurna namun
Harris dan Nortje (tabel 2). Tetapi pada
terdapat perbedaan waktu erupsi pada tiap
tahap 5, pada data sampel penelitian dan
individu.
data yang metode Harris dan Nortje
memiliki frekuensi yang sama. Tahap 5 Pada penelitian ini, didapatkan hasil uji
merupakan tahap terakhir pada metode korelasi yang signifikan menggunakan uji
Harris dan Nortje. Pada tahap kelima, Cramers V dengan hasil p:0.000
pertumbuhan dan perkembangan molar (p<0.005). Sedangkan pada uji Oneway-
ketiga telah selesai ditandai dengan Anova yang dilakukan untuk melihat
dinding saluran akar konvergen pada perbedaan ukuran panjang gigi dari sampel
rentang usia 18 20,4 tahun dengan penelitian (tabel 4), didapatkan perbedaan
panjang gigi mencapai 14 18,2 mm. yang signifikan. Hasil yang diperoleh
Menurut Wheelers (2003), usia untuk dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan hasil pengukuran panjang gigi molar ketiga bawah dari
pengukuran sampel penelitian dan panjang gigi meurut metode Harris dan
Nortje
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5

Metode harris
3,2 7,4 8,6 10,1 7,1 14,1 13,5 17,3 14,0 18,2
dan nortje

Sampel data 6,6 7,3 8,6 9,1 8,4 14,0 14,3 17.3 17,3 18,2

Dari hasil pengukuran panjang gigi sampel minimum panjang gigi metode Harris dan
penelitian orang Makassar pada tiap tahap Nortje. Namun jika dilihat dari hasil
diperoleh hasil yang lebih besar pada nilai maksimum pada tiap tahap, nilai panjang
gigi pada sampel penelitian hampir terjadi karena adanya perbedaan etnis, ras
mendekati nilai maksimum pada metode dan biologi tiap negara.14
Harris dan Nortje. Menurut Firdaus (2013) Hasil analisis radiografis estimasi usia
dalam penelitiannya, menggunakan molar berdasarkan metode Harris dan Nortje
ketiga sebagai indikator estimasi usia yaitu pada penelitian ini, terdapat hubungan
berdasarkan perkembangan dan tahap signifikan antara usia dengan tahap
erupsi gigi molar ketiga menembus tulang perkembangan gigi berdasarkan hasil Uji
alveolar. Metode ini lebih sederhana Cramers V diperoleh p-value 0.000
dibandingkan tahap perkembangan (p<0.05). Namun dari hasil uji Oneway-
mahkota dan akar gigi molar tiga, tetapi Anova, ditemukan nilai p:0.000 (p<0.05),
pada metode ini variasi gigi molar ketiga yang berarti terdapat perbedaan signifikan
dalam hal bentuk mahkota, ukuran panjang pada panjang gigi dengan menggunakan
akar, waktu erupsi serta impaksi gigi molar metode Harris dan Nortje pada penelitian
ketiga berpengaruh bila digunakan pada ini. Hal ini disebabkan karena berbagai
metode stadium erupsi gigi molar ketiga faktor seperti genetik, variasi bentuk molar
menembus tulang alveolar serta tahap ketiga, besar tulang rahang bawah dan
penambahan panjang akar gigi. Karena ukuran ramus mandibular yang dapat
pada metode berdasarkan stadium erupsi mengakibatkan adanya perbedaan panjang
gigi ini berbagai bentuk variasi sangat gigi.
mempengaruhi hasil pengukuran prakiraan
usia.8
Penelitian Thevisen (2010), KESIMPULAN
menemukan bahwa derajat pertumbuhan
Metode penentuan usia melalui
molar ketiga dalam menentukan estimasi
gigi, masing-masing memiliki keunggulan
usia terdapat perbedaan yang signifikan
dan keterbatasan. Akurasi hasil penentuan
antara sembilan negara yaitu Belgia,
usia bergantung dari beberapa faktor yang
China, Jepang, Korea, Polandia, Thailand,
membutuhkan beberapa penyesuaian.
Turki, Arab Saudi dan India. Tingkat
Berdasarkan penelitian ini, dapat
perbedaan pada pertumbuhan molar ketiga
diambil kesimpulan bahwa metode Harris
tersebut sangat kecil. Hal tersebut karena
dan Nortje memiliki akurasi dan dapat
tidak adanya perbedaan penting dan
diterapkan dalam menentukan estimasi
mencolok dalam pertumbuhan molar
usia jika dilakukan berdasarkan tahapan
ketiga tiap negara. Perbedaan ini dapat
perkembangan molar ketiga pada populasi
orang Makassar atau individu Indonesia. 6. Panchbhai AS. Review dental
radiographic indicators, a key to age
Namun, jika dihitung berdasarkan estimation. Dentomaxillofacial Radiology.
pengukuran panjang gigi molar ketiga 2011; 40:199212
7. Blenkin MRB. Forensic dentistry and its
pada sampel penelitian, terdapat perbedaan application in age estimation from the
teeth using a modified demirjian system.
dari hasil metode Harris dan Nortje.
Australia: University of Sidney; 2005
8. Linden VD. Perkembangan gigi geligi.
Jakarta: Bina Cipta. 1985. 157-161.
REFRENSI 9. Bosmans, N., Ann, P., Medhat, A. and
Willems, G. The Aplication of Kvaals
1. Apriyono DK. Metode penentuan usia Dental Age Calculation Technique On
melalui gigi dalam proses identifikasi Panoramic Dental Radiographs. Forensic
korban. CDK-236. 2016; 43:(1): 71-4 Science International,2005.
2. BPBN. Data dan informasi bencana 10. Whaites, Eric. Essential of Dental
Indonesia. 2016 Jan-Mei: [internet]. Radiography and Radiology. Third
Available from: edition. Churgical Livingstone. Einburg
http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana. London Newyork Oxford.2002.
Accessed Mei 30, 2016. 11. Priyadarshini C, Puranik MP, Uma SR.
3. Dawlidowicz-Basir I, Frankowski W, Dental age estimation methods: a review.
Hauser R. A review of investigational International Journal of Advanced Health
methods used in dentition based age Sciences. April 2015; 1:(12): 19-25
determination. Probl Forensic Sci. 12. Nehemia B. Prakiraan usia berdasarkan
2004;57:139-57 metode TCI dan studi analisis histologis
4. Putri AS, Nehemia B, Soedarsono N. ruang pulpa pada usia 9 21 tahun.
Prakiraan usia individu melalui Jakarta: Universitas Indonesia. Tesis; 2012
pemeriksaan gigi untuk kepentingan 13. Ash MM, Nelson SJ. Chronology of
forensik kedokteran gigi. Jurnal PDGI. permanent teeth. Wheelers Dental
2013;62:(3):55-63 Anatomy, Physiology and Occlusion, 8th
5. Sugihartana D. Perbandingan usia ed. Missouri: Suanders. 2003.15-8, 29-64.
kronologis berdasarkan gambaran 14. Thevissen PW, Fieuws S, Willems G.
radiografis dari tahapan erupsi gigi molar Human third molars development:
ketiga rahang bawah dengan metode olze Comparison of 9 country specic
antara pasien laki-laki dan perempuan di populations. Elsevier. Forensic Science
RSGM Prof. Soedomo tahun 2008-2013. International 2010; 201: 1025.
Yogyakarta: Universitas gadjah Mada. 15. Pasler, Friedrich A. Color Atlas of Dental
Electronic Theses & Dissertations (ETD); Medicine. Radiology. Thieme. 2006.
2013

Anda mungkin juga menyukai