S I T I S Y I FA AWA LYA H
1 8 11 0 5 0 1 0 3 7 4
PA I 5 - B
Tolong Menolong/At-Ta’âwun
Hi believers. Do not violate Allah's statements such as Hajj rituals during ihram
before tahallul ('idolatry' by shaving your hair) and other sharia laws.
Do not violate the honor of the haram months by burning the fires of war, and do not
prevent an animal that is devoted to being brought to Bayt Allâh (Baitullah, Ka'bah)
by seizing it or blocking it from reaching its place.
Do not remove the necklaces on the neck of the animal as a sign that the animal will
be taken to Bayt Allâh to be slaughtered during the Hajj season, nor do you prevent
people from going to Bayt Allâh with the intention of seeking His grace and pleasure.
If you finish doing ihram then do tahallul, then you can hunt. Do not your hatred
towards the people who prevent you from going to al-Masjid al-Haram, encourage
you to be hostile to them.
The believers, should help each other in doing good and in carrying out all forms of
obedience and do not help each other in disobedience and violating Allah's
provisions. Fear Allah's punishment and punishment, because His torment is very
cruel to those who oppose Him.
This verse shows that the Qur'an has several hundred years earlier advocated the
concept of cooperation in goodness, compared to all existing positive laws.
Kisah Umar bin Khattab
Kisah ini terdapat dalam khitab Al-Kharaz, kaya Abu Yusuf, seorang ulama besar pengikut
madzhab Hanafi. Suatu ketika, Umat bin Khattab lewat di depan rumah salah satu rakyatnya.
Tampak di dekat pintu rumah tersebut, ada seorang kakek tunanetra sedang mengemis.
Umar segera menghampiri dan menepuk lengan kakek itu sambil bertanya:
“Engkau dari agama apa?” Kakek itu menjawab, “Yahudi”. “Lalu apa yang mendorongmu ke
sini?” tanya Umar lagi. “Aku meminta bagian pajak, usiaku sudah tua, dan perlu uang untuk
memenuhi kebutuhan hidupku,” jawab kakek tadi.
Mendengar jawabannya, Umar segera membawa kakek tersebut ke rumahnya dan diberikan
bantuan untuk kebutuhan hidupnya. Umar juga memanggil penjaga baitul mal untuk
memberikan santunan pada kakek itu. Umar berkata:
“Lihatlah kakek ini, berilah ia bagian dari baitul mal. Demi Allah, kita tidak memenuhi haknya.
Kita telah memakan uang pajak yang ia berikan saat usianya masih muda. Kini, ketika ia
sudah tua, kita justru menelantarkannya.”
Kesimpulan:
Dari cerita tersebut, bisa terlihat bahwa Umar menyadari sebagai penguasa, beliau harus
membantu rakyatnya, apapun agamanya. Perbedaan agama bukan menjadi penghalang
untuk saling membantu (ta’awun).
Khalifah Umar juga merasa berbuat zalim bila tidak memenuhi hak kakek tersebut sebagai
warga negara dan pernah membayar pajak, serta sebagai orang tua yang harusnya
diperhatikan oleh negara.
Pesan Moral yang Terkandung dalam Q.S Al-Maidah
[5] : 2