Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

Disusun Oleh :
drg. Gladdays Naurah
Pembimbing :
drg. Andi Aslindah

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER GIGI


PUSKESMAS MUSTIKA JAYA
KOTA BEKASI
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
Polip Gingiva pada Anak Usia 13 Tahun

Oleh :
drg. Gladdays Naurah

Telah dipresentasikan pada :


24 Oktober 2023

Pendamping Puskesmas

drg. Andi Aslindah


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa oleh karena
berkat rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Penyakit
Mulut dengan judul “ Polip Gingiva pada Anak Usia 13 Tahun”. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada drg. Andi Aslindah selaku pembimbing yang telah membimbing
dan membantu dalam penyusunan makalah ini hingga selesai. Apabila terdapat
kesalahan dalam penyusunan maupun isi dan penyampaian dari makalah ini, penulis
mengucapkan permohonan maaf. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bekasi, 24 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……...…….……………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………….…………………………………………………………….ii
BAB I…………………….……………………………………………………………………4
TINJAUAN PUSTAKA...…………….……………………………………………………….4
1.1 Definisi Polip...…………………….………………………………………………………4
1.2 Definisi dan Etiologi Polip Gingiva………………….……………………………………4
1.3 Perbedaan Polip Gingiva dan Polip Pulpa…………………………………………………4
1.4 Gambaran Polip Gingiva….……….………………………………………………………5
1.5 Gambaran Histopatologi Polip Gingiva…...………………....……………………………5
1.6 Patofisiologi Polip Gingiva…………………….….………………………………………6
1.7 Proliferasi Epitel pada Polip Gingiva…….……………..…………………………………6
1.8 Penyakit Periodontal dan Tatalaksananya….…………...…………………………………7
1.9 Penatalaksanaan Polip………….….………………………………………………………8
BAB II…………………….…………………………………………………………………...9
LAPORAN KASUS…………………….……………..………………………………………9
2.1 KUNJUNGAN PASIEN I (21 September 2023) ……….…….………………………….9
2.1.1 Data Administrasi Pasien (data disamarkan) …………………….……………………..9
2.1.2 Anamnesis…………………….…………………………………………………………9
2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik….……...………….………………………………………..9
2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu…………………….………………………………………9
2.1.5 Kondisi Umum….………………….……………………………………………………9
2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral….………………….……………………………………..….10
2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral….………………….…………………………………………..10
2.1.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding…...………………….……………………………...12
2.1.9 Rencana Perawatan…….……………….………………………………………………12
2.2 KUNJUNGAN PASIEN II (25 September 2023) ……….……...…..…………………...13
2.2.1 Anamnesis…………………………………. …………………….…………………....13
2.2.2 Diagnosis dan Diagnosis Banding…...………………….……………………………...13
2.2.3 Rencana Perawatan…….……………….………………………………………………13
2.3 KUNJUNGAN PASIEN III (30 September 2023).…..…..……..…..…………………...14
2.3.1 Anamnesis…………………………………. …………………….…………………....14
2.3.2 Diagnosis dan Diagnosis Banding…...………………….………………….………….14
3

2.3.3 Rencana Perawatan…….……………….………………………………………………14


BAB III…………………….…………………………………………………………………16
PEMBAHASAN…………..…………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….…………...…..17
4

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi Polip
Polip merupakan pembengkakan jaringan lunak pada daerah tertentu dalam hal ini pada
daerah gusi dan pulpa gigi sebagai reaksi tubuh melawan infeksi dengan membentuk jaringan
granulasi yang berguna untuk melokalisir infeksi tersebut. Keadaan ini bukan merupakan hal
berbahaya, tetapi sebagai tanda adanya infeksi pada gigi.1 Gigi yang mengalami radang kronis,
di daerah yang terbuka terjadi pertumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan kronis, artinya
rangsangan terus-menerus dan lama pada jaringan pulpa yang lunak, menyebabkan pembuluh
darah terangsang dan membesar. Darah memperbanyak diri di daerah yang terkena rangsangan
lama kelamaan darah ini membangun jaringan baru dan makin lama makin besar terjadilan
polip. 1,2
Terdapat dua macam polip, yaitu polip gingiva yang tumbuh dari gusi dan polip pulpa
yang tumbuh dari dalam pulpa gigi. Karakteristik polip pulpa yaitu sedikit kemerahan tapi
sukar berdarah, tenderness dan dengan kondisi gigi yang masih vital atau nekrosis pulpa
parsial. Polip gingiva sendiri memiliki karakteristik warna kemerahan dan mudah berdarah
namun tidak sakit jika ditekan.2

1.2 Definisi dan Etiologi Polip Gingiva


Polip gingiva merupakan polip yang berasal dari jaringan gingiva, yang terjadi karena
adanya iritasi ringan yang bersifat kronis akibat gesekan antara gingiva dan tepi permukaan
gigi yang tajam (misalnya pada gigi yang mengalami fraktur) dengan ketinggian hampir sama
atau dibawah crest gingiva. Polip gingiva juga dapat disebabkan oleh karena adanya karies
besar di proksimal (kavitas kelas II) yang dibiarkan berlanjut tanpa dilakukannya perawatan,
sehingga menyebabkan iritasi pada area gingiva di sekitar karies, yang secara perlahan
menyebabkan gingiva tersebut terinflamasi secara kronis. Jaringan gingiva yang terinflamasi
dapat membesar sehingga mengisi kavitas gigi yang terbentuk akibat proses karies yang
bersangkutan.1,2,3

1.3 Perbedaan Polip Gingiva dan Polip Pulpa


Polip pulpa merupakan radang jaringan pulpa gigi yang pada umumnya merupakan
kelanjutan dari proses karies yang dibiarkan begitu saja dan tidak segera ditangani. Adanya
keterlibatan bakteri dalam proses karies yang telah mencapai pulpa juga memberikan
kontribusi dalam menstimulasi respon pulpa yang berupa peradangan pulpa.2 Polip pulpa juga
5

dapat diawali dengan adanya trauma yang terus- menerus terhadap permukaan gigi, seperti
kasus restorasi yang overhanging sehingga timbul beban oklusi yang lebih besar dari normal,
yang selanjutnya mengakibatkan respon pulpa terhadap stimulasi tersebut dalam bentuk
peradangan secara kontinu, sehingga terbentuk jaringan granulasi. Kasus polip pulpa umumnya
ditemukan pada gigi sulung dan dewasa muda yang masih vital. Gigi yang paling sering terkena
kasus polip pulpa adalah molar gigi sulung dan molar pertama gigi tetap.2,3
Polip pulpa terlihat sebagai suatu massa jaringan granulasi yang berwarna kemerah-
merahan, yang mengisi sebagian besar kamar pulpa atau kavitas gigi akibat karies Jika
pertumbuhan jaringan polip pulpa meluas hingga melebihi permukaan oklusal gigi, maka
seolah-olah akan terlihat sebagai gusi yang tumbuh di dalam kavitas gigi. Polip pulpa biasanya
bersifat asimtomatik, namun sensitif bila terkena stimulus tekanan. Dalam proses mastikasi,
kadang tekanan pengunyahan menyebabkan rasa nyeri pada gigi yang terdapat polip pulpa.
Kasus polip pulpa lebih banyak terjadi pada gigi sulung dan dewasa muda, maka jaringan pulpa
tersebut lebih kaya akan pembuluh darah, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan.3

1.4 Gambaran Polip Gingiva


Polip gingiva lebih banyak dijumpai pada pasien muda atau pasien dengan sistem
kekebalan tubuh yang baik. Gigi yang disertai polip gingiva pada umumnya non vital. Polip
gingiva mempunyai gambaran klinis, seperti: mudah berdarah, tidak sakit saat ditekan
(asimtomatik), dan berupa tonjolan jaringan yang memiliki warna yang pucat sewarna dengan
gingiva, dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti kol yang mengisi kavitas karies.
Polip gingiva biasanya hanya menimbulkan keluhan seperti rasa tidak nyaman saat
mengunyah.2,3

1.5 Gambaran Histopatologi Polip Gingiva


Polip gingiva diasosiasikan dengan kayanya jaringan gingiva akan pembuluh darah
yang bervasodilatasi akibat iritasi ringan terus-menerus, yang menimbulkan respon peradangan
kronis, serta adanya proliferasi sel-sel epitel dan jaringan granulasi di bawahnya. Pada
pemeriksaan histologi terlihat adanya epitel permukaan dan jaringan ikat di bawahnya yang
terinflamasi. Sel-sel epitel oral tertanam dan bertumbuh menutupi permukaan dan membentuk
tutup epitel.2,3
6

1.6 Patofisiologi Polip Gingiva


Peradangan merupakan suatu respon biologis yang kompleks pada jaringan terhadap
stimulasi patogen, kerusakan sel, iritasi akibat trauma, maupun infeksi bakteri. Respon radang
berhubungan erat dengan proses penyembuhan jaringan. Proses terjadinya peradangan pada
jaringan ditandai oleh adanya reaksi peradangan atau reaksi vaskular. Infeksi yang sedang
berlanjut dalam tubuh dapat diketahui dengan melakukan penghitungan jumlah leukosit / sel
darah putih, seperti neutrofil, basofil, eosinofil, monosit, dan limfosit. Jumlah leukosit yang
tinggi atau meningkat dari jumlah normal, menandakan sedang terjadinya respon imun dalam
tubuh melawan infeksi.1,3
Pada tahap awal iritasi mukosa gingiva akibat gesekan gingiva dengan permukaan gigi
yang tajam, maupun iritasi gingiva akibat karies proksimal yang besar, sel radang neutrofil
PMN akan berinfiltrasi ke jaringan yang teriritasi dan membentuk respon peradangan akut. Jika
iritasi dibiarkan terus berlanjut tanpa dilakukan perawatan, maka sel- sel radang kronis MN
akan meningkat dan berinfiltrasi ke jaringan gingivan yang teriritasi. Sel-sel radang akut
maupun kronis dalam jumlah besar pada suatu jaringan akan mengakibatkan terbentuknya
jaringan granulasi, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, dan statis vaskular. Akibatnya,
terjadi perpindahan sel dan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitarnya.2,3
Jaringan granulasi adalah jaringan penghubung vaskular yang baru terbentuk akibat
peradangan. Secara histologis, jaringan granulasi terdiri dari sel radang neutrofil PMN, limfosit
dan makrofag MN, pembuluh darah yang mengalami vasodilatasi, serta pembuluh kapiler baru
yang berasal dari permukaan luka dalam proses penyembuhan, dan fibrosis jaringan ikat.3

1.7 Proliferasi Epitel pada Polip Gingiva


Membran mukosa rongga mulut tersusun oleh 3 lapisan, dari yang terdalam yaitu:
lapisan submukosa, lamina propria, dan lapisan epitel. Lapisan submukosa tersusun oleh
jaringan ikat, pembuluh darah, dan saraf. Lapisan submukosa berfungsi untuk memisahkan
mukosa mulut dari tulang di bawahnya.3 Lamina propria tersusun oleh jaringan ikat yang
terbagi menjadi 2 lapisan, yaitu lapisan superfisial dan lapisan retikular. Selain itu, pada lamina
propria juga terdapat pembuluh darah dan saraf. Lapisan epitel gingiva yang merupakan bagian
dari mastikatori mukosa, tersusun atas epitel berlapis gepeng yang berkeratin. Lapisan epitel
gingiva terdiri dari 4 lapisan, berturut-turut dari yang paling dalam, yaitu: stratum basalis /
germinativum, stratum spinosum, stratum granulosum, dan stratum korneum. Berdasarkan
aspek morfologis dan fungsionalnya, lapisan epitel dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu epitel
oral/luar (oral/outer epithelium), epitel sulkular/krevikular (sulcular/crevicular epithelium),
7

epitel penyatu/jungsional (junctional ephitelium). Epitel penyatu / junctional epithelium


mempunyai rete peg yang menonjol ke arah lamina propria.4
Epitel oral mengalami pembaharuan secara terus menerus. Ketebalan epitel terpelihara
oleh adanya keseimbangan antara pembentukan sel baru pada lapisan basal dan lapisan
spinosum dengan pengelupasan sel-sel tua pada permukaan. Fungsi utama epitel gingiva adalah
melindungi struktur yang berada di bawahnya, serta memungkinkan terjadinya perubahan
selektif dengan lingkungan oral. Perubahan tersebut dimungkinkan oleh adanya proses
proliferasi dan differensiasi.3,4
Sel epitel bereaksi terhadap bakteri, salah satunya dengan meningkatkan proliferasi.
Guna mempertahankan integritas fungsional jaringan gingiva dari infeksi bakteri, epitel
gingiva dapat menebal dengan cara menambah kecepatan pembelahan selnya atau disebut
keratinisasi. Pada tahap awal peradangan gingiva, terjadi infiltrasi sel-sel radang akut / PMN
pada epitel sulkuler dan epitel junctional.2,3 Pada respon peradangan yang berjalan terus-
menerus, terdapat infiltrasi sel MN / sel radang kronis pada epitel junctional dan juga jaringan
ikat dibawahnya, yang terdiri dari limfosit primer (75% limfosit T), makrofag, sel plasma, dan
sel mast. Terbentuklah ruangan interselular yang terisi dengan debris granular sel seperti
lisosom, yang terdiri dari neutrofil, limfosit, dan monosit yang telah lisis karena proses
fagositosis dari sel- sel radang. Lisosom mengandung asam hidrolase yang dapat
menghancurkan komponen jaringan. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan pada epitel
dengan adanya epitel junctional yang mulai menunjukkan rete peg / rete ridge yang menonjol
dan memanjang pada jaringan ikat, dan lamina basalis mengalami proses degenerasi pada
beberapa area. Hal ini dapat pula menyebabkan terjadinya irregularitas epitel (rete peg menjadi
tidak beraturan).4

1.8 Penyakit Periodontal dan Tatalaksananya

Penyakit periodontal timbul sebagai akibat adanya interaksi antara bakteri dan host,
oleh karena itu etiologinya diyakini bersifat multifaktor yang dapat digolongkan menjadi faktor
lokal dan sistemik. Meskipun penyebabnya multifaktor, namun sampai saat ini penyebab
terbanyak timbulnya penyakit periodontal adalah akibat adanya faktor lokal, yaitu plak bakteri
dan kalkulus (karang gigi) yang terakumulasi pada permukaan gigi. Invasi plak bakteri ke
jaringan periodontal akan menyebabkan keradangan pada jaringan periodontal yang diawali
dengan adanya keradangan pada gingiva. Tanda awal adanya keradangan gingiva dapat dilihat
dari perubahan pada gingiva yang menyangkut: warna, ukuran, kontur, konsistensi, tekstur
8

permukaan dan kecenderungan perdarahan. Perubahan tersebut dapat dilihat secara klinis.
Apabila kondisi keradangan sudah melanjut maka jaringan periodontal yang lebih dalam, yaitu
ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar ikut terlibat, tanda-tandanya dapat dilihat
secara klinis maupun rontgenologis.5
Scaling merupakan tindakan perawatan untuk menghilangkan plak, kalkulus dan stain
pada permukaan mahkota dan akar gigi. Sedangkan root planing merupakan suatu tindakan
untuk membersihkan dan menghaluskan permukaan akar dari jaringan nekrotik maupun sisa
bakteri dan produknya yang melekat pada permukaan akar (sementum). Pada kasus
periodontitis, scaling dan root planing tidak dapat dipisahkan. Tindakan scaling perlu diikuti
dengan root planing dengan harapan permukaan akar menjadi halus sehingga menghambat
akumulasi plak dan perlekatan kalkulus. Scaling dan root planing merupakan terapi mendasar
untuk perawatan penyakit periodontal.5

1.9 Penatalaksanaan Polip


Penatalaksanaan polip pulpa dan polip gingival pada tiap pasien berbeda tergantung
dari kondisi giginya apakah masih bisa dilakukan perawatan konservatif atau harus diekstraksi.
Sebagai calon dokter gigi kami harus bisa menentukan kapan kasus polip pulpa dan polip
gingiva masih harus dipertahankan untuk dilakukan perawatan kapan harus diekstraksi. Syarat-
syarat gigi dengan polip pulpa/ polip gingiva masih dapat dilakukan perawatan saluran akar
adalah : jaringan penyangga masih bagus, sisa mahkota masih dapat direstorasi, pertimbangan
apakah gigi tersebut masih diperlukan, letaknya pada lengkung rahang, serta tidak ada
kegoyangan lebih dari derajat 2. Sedangkan gigi yang tidak memenuhi syarat di atas harus
diekstraksi.3,4
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 KUNJUNGAN PASIEN I (21 September 2023)

2.1.1 Data Administrasi Pasien (data disamarkan)

Nama : Nn. MRAH


Usia : 13 Tahun
Status Pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jl.Bawang RT001/RW008, Mustika Jaya
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Bahasa Ibu : Indonesia
Kewarganegaraan : WNI
Jenis Kelamin : Perempuan

2.1.2 Anamnesis

Pasien perempuan usia 13 tahun datang ke poli gigi puskesmas Mustika Jaya
mengeluhkan terdapat gigi berlubang besar disertai adanya daging yang tumbuh diatas gigi
berlubang tersebut. Pasien merasa terganggu dengan kondisi tersebut terutama saat makan,
sehingga pasien mengunyah satu sisi.

2.1.3 Riwayat Penyakit Sistemik

• Disangkal

2.1.4 Riwayat Penyakit Terdahulu

• Disangkal

2.1.5 Kondisi Umum

- Suhu : 36 derajat celcius


- Tensi : 90/70 mmhg
- Kesadaran : Compos mentis
- Tinggi badan : 156 Cm
- Berat badan : 44 Kg
10

- Detak nadi : 80/ menit


- Nafas : 20/ menit
- Lingkar perut : 67 cm
- Hasil IMT : 28.08 (Gizi Baik)

2.1.6 Pemeriksaan Ekstra Oral

Sirkum Oral T.A.K

Kelenjar Limfe Submandibula kanan : tidak teraba dan tidak sakit


Submandibula kiri : tidak teraba, dan tidak sakit
Submental : tidak teraba dan tidak sakit
Servikal kanan : tidak teraba dan tidak sakit
Servikal kiri : tidak teraba dan tidak sakit

Lain-lain Konjungtiva : Konjungtiva non anemis, pupil isokhor


Sklera : Sklera non ikterik
TMJ : Clicking (T.A.K) dan Deviasi (T.A.K)
Bukaan Mulut : Bukaan mulut normal
Bibir : T.A.K

2.1.7 Pemeriksaan Intra Oral

Kebersihan Buruk Stain Ada


Mulut

Debris Ada Plak Ada Kalkulus Ada

Mukosa Bukal Fordyce granule (-)

Kanan
T.A.K

Kiri
11

T.A.K

Mukosa Labial Atas: T.A.K

Bawah: T.A.K

Palatum T.A.K
Durum

Palatum Molle T.A.K

Dasar Mulut T. A. K

Gingiva Kemerahan diseluruh margin dan attached gingiva → Gingivitis

Saliva Kuantitas kurang, kental dan Halitosis Tidak dilakukan


sedikit berbusa pemeriksaan halitosis.

Lain-lain • Gangren radix gigi 46


• Gangren pulpa gigi 47
• Karies Dentin gigi 16

Status Gigi :
KD

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
GP GR

Keterangan:
• KD : Karies Dentin
• GP : Gangren pulpa
• GR : Gangren radix
12

Gambar Kasus :

2.1.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis Utama: D/ Polip Gingiva et causa Pulp degeneration (K04.2)


• D/ Gingivitis Kronis
• D/ Kalkulus kelas 3

2.1.9 Rencana Perawatan


 Non Farmakologis :
KIE & OHI
13

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan, keadaan mulutnya


dan penyakit yang dideritanya
2. Menginformasikan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dengan rutin
menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi berfluoride dan bulu sikat halus
(pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur), dan diet nonkariogenik juga
harus ditekankan selama pengobatan
3. Menginstruksikan pasien untuk istirahat yang cukup 8 jam/hari dan diet lunak
serta tidak memakan pedas dan panas.
4. Pro/ Scalling RA dan RB
5. Pro/ Ekstraksi gigi 46 dan 36
6. Pro/ Restorasi gigi 16
7. Pro/PSA gigi 47

 Farmakologis :
1. R/ Amoxycln 500 mg No.XV
S3dd1 (sesudah makan)
2. R/ Paracetamol 500 mg No.X
S3dd1 (sesudah makan)
3. R/ Dexamethasone 0,5 mg No.X
S3dd1 (sesudah makan)

2.2 KUNJUNGAN PASIEN I (25 September 2023)

2.2.1 Anamnesis

Pasien perempuan usia 13 tahun datang kembali ke poli gigi puskesmas Mustika Jaya
untuk melanjutkan perawatan pada giginya yang berlubang besar disertai adanya daging
tumbuh diatas gigi berlubang tersebut dan menyebabkan bau mulut, Pada kunjungan ini pasien
datang untuk dilakukan scaling (membersihkan karang gigi)

2.2.2 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis Utama: D/ Polip Gingiva et causa Pulp degeneration (K04.2)


• D/ Gingivitis Kronis
• D/ Kalkulus kelas 3
14

2.2.3 Rencana Perawatan


 Non Farmakologis :
Scaling pada regio gigi 36
KIE & OHI
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan, keadaan mulutnya
dan penyakit yang dideritanya
2. Menginformasikan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dengan rutin
menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi berfluoride dan bulu sikat halus
(pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur), dan diet nonkariogenik juga
harus ditekankan selama pengobatan
3. Menginstruksikan pasien untuk istirahat yang cukup 8 jam/hari dan diet lunak
serta tidak memakan pedas dan panas.
4. Pro/ Ekstraksi gigi 46 dan 36
5. Pro/ Restorasi gigi 16
6. Pro/PSA gigi 47

 Farmakologis : -

2.3 KUNJUNGAN PASIEN IIi (30 September 2023)

2.3.1 Anamnesis

Pasien perempuan usia 13 tahun datang kembali ke poli gigi puskesmas Mustika Jaya
untuk melanjutkan perawatan pada giginya yang berlubang besar disertai adanya daging
tumbuh diatas gigi berlubang tersebut dan menyebabkan bau mulut, Pada kunjungan ini pasien
datang untuk dilakukan pengobatan gusi (periodontal)

2.3.2 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis Utama: D/ Polip Gingiva et causa Pulp degeneration (K04.2)


• D/ Gingivitis Kronis
• D/ Kalkulus kelas 3

2.3.3 Rencana Perawatan


 Non Farmakologis :
Pengobatan gusi (periodontal)KIE & OHI
15

1. Menjelaskan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan, keadaan mulutnya


dan penyakit yang dideritanya
2. Menginformasikan pasien untuk menjaga kebersihan mulut dengan rutin
menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi berfluoride dan bulu sikat halus
(pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur), dan diet nonkariogenik juga
harus ditekankan selama pengobatan
3. Menginstruksikan pasien untuk istirahat yang cukup 8 jam/hari dan diet lunak
serta tidak memakan pedas dan panas.
4. Pro/ Ekstraksi gigi 46 dan 36
5. Pro/ Restorasi gigi 16
6. Pro/PSA gigi 47

 Farmakologis : -
16

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, pasien perempuan berusia 13 tahun mengeluhkan gigi tidak nyaman
karena berlubang besar dan terdapat daging tumbuh diatas gigi berlubang tersebut, sehingga
pasien hanya bisa mengunyah satu sisi dan berdampak pada banyaknya karang gigi disisi yang
tidak digunakan untuk mengunyah. Kasus ini didagnosa sebagai polip gingiva dimana kasus
ini banyak terjadi pada pasien muda atau pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang baik,
disebabkan oleh karena adanya karies besar di proksimal (kavitas kelas II) yang dibiarkan
berlanjut tanpa dilakukannya perawatan, sehingga menyebabkan iritasi pada area gingiva di
sekitar karies, yang secara perlahan menyebabkan gingiva tersebut terinflamasi secara
kronis.1,2
Jaringan gingiva yang terinflamasi dapat membesar sehingga mengisi kavitas gigi yang
terbentuk akibat proses karies yang bersangkutan. Gigi tersebut non vital dan mempunyai
gambaran klinis mudah berdarah, tidak sakit saat ditekan (asimtomatik), dan terdapat berupa
tonjolan jaringan yang memiliki warna pucat sewarna dengan gingiva serta menimbulkan
keluhan rasa tidak nyaman saat mengunyah.2
Iritasi akibat gesekan pada mukosa gingiva dengan permukaan gigi yang tajam
mengindikasikan terjadinya hipertrofi pada jaringan gingiva sehingga menyebabkan terjadinya
polip gingiva. Polip gingiva biasanya diasosiasikan dengan kayanya jaringan gingiva akan
pembuluh darah yang bervasodilatasi akibat iritasi ringan terus-menerus, yang menimbulkan
respon peradangan kronis, serta adanya proliferasi sel-sel epitel dan jaringan granulasi di
bawahnya.3,4
Pada kasus ini. gigi tersebut tidak dapat dipertahankan (karena karies sangat besar) dan
tidak memungkinan direstorasi sehingga mengurangi fungsinya dalam rongga mulut, maka
pencabutan perlu dilakukan.3 Pertimbangan dilakukannya ekstraksi pada kasus ini adalah
kondisi klinis dari mahkota yang sudah tipis dan rapuh sehingga jika dilakukan perawatan
konservatif prognosisnya kurang memuaskan. Selain itu pasien juga sudah tidak nyaman
dengan kondisi gigi tersebut. Premedikasinya diberi antibiotik, analgesik dan anti inflamasi
kepada pasien yakni amoxicylin, asam menefamat dan dexamerhasone. Sebelum dilakukan
pencabutan pasien mendapatkan perawatan scaling (pembersihan karang gigi) terlebih
dahulu.4,5
DAFTAR PUSTAKA

1. Burt, B.A. & Eklund, S. A. Dentistry, Dental Practice and The Community. 6th
ed. Philadelphia : Saunders Company. P (2005)194-195.
2. Grossman, dkk. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek edisi kesebelas.
Jakarta:EGC.
3. Suci, E. S. T. Pulpa Polip Dan Gingival Polip. Psikobuana Vol.1 (2009).
4. Walton and Torabinajed. 1996. Prinsip dan Praktik Endodonsi. Edisi ke-2.
Jakarta:EKG
5. McGee JM, Tucci MA, Edmundson TP, Serio CL, Johnson RB. The
relationship between concentrations of proinflammatory cytokines within
gingiva and the adjacent sulcular depth. J Periodontol 1998;69 (8):865-71.

17

Anda mungkin juga menyukai