Anda di halaman 1dari 26

BIOLOGI FORENSIK

S. Hery Poerwanto
Laboratorium Parasitologi Fakultas Biologi UGM
• Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) mempunyai fungsi sebagai
cetak biru, pemberi kode untuk tiap manusia seperti untuk
warna rambut, bentuk mata, bentuk wajah, warna kulit, dan
lainnya.
• Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam
darah, sperma, kulit, air liur atau rambut yang tersisa di tempat
kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi kemungkinan
tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting genetika
atau pemrofilan DNA (DNA profiling).
• Metode ini adalah salah satu teknik paling tepercaya untuk
mengidentifikasi seorang pelaku kejahatan, tetapi tidak selalu
sempurna misalnya bila tidak ada DNA yang dapat diperoleh
atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak
oran
Penggunaan praktis dari pencetakan sidik jari
DNA meliputi
1.    Penentuan  Ke-bapak-an dan Ke-ibu-an  ( Paternity and
Maternity )
• Parentage Disputed dapat dibedakan menjadi 2 hal : pertama semua hal atau kasus
yang menyangkut relasi ayah-anak (paternity disputed), kedua adalah semua hal atau
kasus yang terkait dengan relasi ibu-anak (maternity disputed). Kedua perselisihan
tersebut pada hakekatnya sama, yang membedakan adalah metode pemeriksaannya.
• Karena seseorang mewarisi STR (Short Tandem Repeat) dari orang tuanya, maka
pola STR dapat digunakan untuk menentukan ke-bapak-an dan ke-ibu-an. 
• STR adalah lokus DNA yang tersusun atas pengulsangan 2 – 6 basa. Dalam genom
manusia dapat ditemukan pengulangan basa yang bervariasi jumlah dan jenisnya.
• Begitu khas-nya pola STR tersebut, sehingga pola STR yang diwarisi dari orang tua
hanya dapat direkontruksi jika pola STR dari si anak diketahui (lebih banyak anak
yang diuji, maka rekonstruksi akan lebih benar).
• Analisis pola STR dari orang tua-anak telah digunakan sebagai standar penyelesaian
kasus identifikasi-ayah, demikian pula untuk kasus-kasus yang lebih kompleks seperti
penegasan kewarganegaraan, dalam hal adopsi, kedudukan sebagai orang tua
kandung.
• Bila kasus yang sedang dihadapi adalah kasus yang berhubungan
dengan sebuah upaya pembuktian klaim ke-ayahan oleh seorang
ibu atas anaknya pada seorang pria, kasus tertukarnya bayi, dan
dalam jumlah sedikit pada kasus imigrasi, pembunuhan, ataupun
perkosaan dengan kehamilan, maka pemeriksaan DNA yang
dilakukan adalah melalui tes paternitas.
• Material atau bahan pemeriksaan yang dilakukan bersumber pada
DNA inti dengan metode pemeriksaan Short Tandem Repeat (STR).
• Adapun bila kasus yang dihadapi adalah berkaitan dengan upaya
pembuktian relasi keibuan seperti pada kasus tertukarnya bayi,
abortus, atau pada kasus dengan jumlah yang sedikit adalah untuk
identifikasi personal, material DNA yang digunakan pada
pemeriksaan maternitas ini adalah DNA mitokondria (mtDNA)
dimana sifat-sifat yang diwarisi oleh DNA ini bersifat maternal.
2.  Identifikasi  Kasus  Forensik
• Deoxyribose Nucleic Acid (DNA) yang diisolasi dari darah, air
mani (semen), rambut, sel-sel kulit, atau barang bukti genetik
lainnya yang ditemukan di tempat kejadian perkara dapat
dibandingkan dengan DNA dari tersangka pelaku kejahatan
untuk menentukan bersalah atau tidaknya si tersangka tersebut.
• Pola STR juga berguna dalam menetapkan identitas dari
korban pembunuhan, juga dari DNA yang ditemukan sebagai
barang bukti atau dari mayat itu sendiri.
• Banyaknya penerapan dari pencetakan sidik jari DNA dalam
bidang ini telah menjadikan metode pembuktian ini sebagai
metode yang tak terhingga nilainya di dalam lapangan forensik. 
3.  Identifikasi Perorangan
• Gagasan untuk menggunakan sidik jari DNA sebagai
suatu jenis “ bar-code” genetik untuk mengidentifikasi
individu telah dibahas, tetapi hal ini kurang disukai.
• Teknologi yang dibutuhkan untuk mengisolasi,
menyimpan di dalam file, kemudian menganalisis jutaan
pola STR yang sangat khas merupakan hal yang mahal.
4.  Bidang Kesehatan
• Sidik jari DNA telah digunakan pada beberapa bidang penelitian perawatan
kesehatan dan sistem peradilan.
• Sidik jari DNA digunakan untuk mendiagnosa penyakit keturunan baik pada bayi-
bayi yang belum lahir, maupun yang sudah lahir.
• Penyakit keturunan dimaksud meliputi cystic fibrosis, hemophilia, Hutington’s
disease, familial Alzheimer’s, sickle cell anemia, dan banyak lagi yang lain.
• Deteksi awal dari dari penyakit-penyakit semacam ini memungkinkan dokter dan
orang tua si anak untuk mempersiapkan diri terhadap pengobatan yang cocok
untuk sang bayi.
• Pada beberapa program, penasehat genetik menggunakan informasi sidik jari
DNA untuk membantu calon orang tua untuk memahami resiko mempunyai anak
yang cacat.
• Sidik jari DNA juga penting dalam pengembangan metode pengobatan terhadap
penyakit keturunan.
• Program penelitian untuk menemukan gen-gen penyebab penyakit keturunan
sangat tergantung pada informasi yang tergantung pada informasi yang
terkandung di dalam  kenampakan (profile ) DNA.
5.  Pengembangan penelitian mengenai kelainan
genetik
• Program penelitian difokuskan pada gangguan kelainan
yang diturunkan pada kromosom, hal ini perlu
diinformasikan apa yang terdapat pada DNA profiling.
• Dengan mempelajari DNA profiling pada orang yang
menderita kelainan tertentu atau membandingkan dengan
kelompok orang normal atau penderita kelainan, akan
dapat diidentifikasi bentuk DNA yang berhubungan
dengan kelainan tersebut.
• umber : Kusumadewi A., 2011. Analisis DNA Jaringan
Lunak Manusia yang Terpapar Formalin Interval Waktu 1
Bulan selama 6 Bulan pada Lokus FGA, D13S317,
D18S51 dan D21S11 dengan Metode STR PCR,
Surabaya
Entomologi forensik

• medikolegal adalah ilmu yang mempelajari serangga yang


berhubungan dengan jasad tubuh.
• Pada lingkungan yang sesuai serangga akan
membentuk koloni pada jasad tubuh beberapa
saat setelah kematian.
• Perkembangan serangga seiring dengan waktu dapat
digunakan untuk menentukan waktu kematian dengan
tepat
Karakteristik serangga
• Serangga dewasa akan menetaskan telur dan serangga yang imatur akan keluar dari telur
dan beberapa kelompok terlihat sangat mirip dengan induknya, kecuali bila berukuran
lebih kecil dan tidak punya sayap.
• Serangga yang imatur ini disebut nimfa, secara periodik melepaskan kulitnya dan
bertambah besar. Nimfa melewati fase pergantian kulit dan menunjukkan semua
karakteristik dewasa.
• Jangkrik, kecoa dan turunan dari beberapa serangga yang dikenal, tumbuh perlahan-
lahan seperti siklus di atas. Tetapi, beberapa serangga melewati 3 stadium yang berbeda
dalam perkembangannya yaitu telur. larva, dan pupa.
• Tidak satupun dari stadium ini yang menyerupai bentuk induknya. Larva yang menetas
dari telurnya, umumnya memiliki tubuh yang lunak dan menyerupai ulat bulu, belatung.
• Dalam pertumbuhannya, larva melepaskan kulitnya dan bertambah besar. Pada dasarnya,
larva akan menyelubungi permukaan luar kulitnya menjadi kepompong, yang akan
menjalani stadium perkembangan sebelum dewasa. Stadium ini disebut pupa.
• Serangga bentuk dewasa nantinya akan keluar dari pupa tersebut. Kupu-kupu, rayap,
lalat, kumbang, dan beberapa serangga lain berkembang dengan cara ini. Banyak dari
spesies serangga yang penting dalam forensik melewati tahap perkembangan yang
terakhir ini
Memperkirakan waktu post mortem dengan teknik entomologi

• Ahli patologi forensik menggunakan beberapa metode yang lazim


digunakan dalam membuat perkiraan saat kematian adalah pengukuran
penurunan suhu tubuh (algor mortis), interpretasi lebam (livor mortis) dan
kaku mayat (rigor mortis), interpretasi proses dekomposisi, pengukuran
perubahan kimia pada vitreous, interpretasi isi dan pengosongan lambung.
Akan tetapi, parameter medis tersebut sering dipengaruhi oleh banyak
variabel lain, yang sampai sekarang masih tidak diketahui dengan pasti
dan parameter medis tersebut dinilai sedikit atau bahkan tidak dapat
dipergunakan sama sekali bila lama kematian sudah lebih dari 72 jam.
• Setelah melewati waktu lebih dari 72 jam, bukti entomologis merupakan bukti
yang paling akurat dan merupakan satu – satunya metode yang tersedia
untuk menentukan lama waktu kematian. Walaupun parameter medis
sering digunakan untuk memperkirakan lama kematian yang baru
terjadi dalam beberapa jam, dalam keadaan normal serangga selalu
tertarik dengan jasad tubuh segera setelah kematian, sehingga
serangga juga dapat digunakan dalam memperkirakan waktu awal setelah
kematian.3
• Aplikasi yang paling sering dilakukan pada
entomologi adalah menentukan waktu kematian,
petunjuk adanya manipulasi pergerakan terhadap tubuh
korban, letak luka, tanda-tanda penyiksaan, ciri-ciri
kriminalitas dan apakah korban menggunakan obat
–obatan atau diracun.
• Serangga juga dapat digunakan untuk analisis
toksikologi dan sumber materi DNA untuk analisa
beberapa kasus dari ektoparasit seperti nyamuk atau
kutu.3
Dasar penggunaan serangga sebagai indikator memperkirakan waktu
kematian

• Tubuh yang membusuk merupakan mikrohabitat yang baik


sebagai sumber makanan bagi beberapa organisme seperti
bakteri, jamur, hewan pemakan bangkai.
• Dalam hal ini serangga merupakan yang paling dominan.
Serangga yang terdapat pada mayat biasanya menunjukkan
spesies tertentu yang hidup pada daerah tertentu.
• Sebagai contoh, di Hawaii, terdapat satu spesies yang hanya
ada di daerah tersebut, begitu juga di daerah tropis. Namun
dengan perkembangan zaman, perpindahan spesies dapat
terjadi dengan mudah.
• Sehingga spesies yang awalnya ditemukan di satu daerah,
dapat ditemukan juga di daerah lain. Serangga yang tertarik
pada mayat, secara umum dapat dikategorikan menjadi empat
kelompok :
1. Spesies Necrofagus
• Ini merupakan spesies yang biasanya memakan jaringan tubuh
mayat. Yang termasuk dalam spesies ini Diptera (Caliiphoridae dan
Sarcophagidae) dan Coleoptera (Silphidae dan Dermestidae). Spesies
dalam kelompok ini adalah yang paling signifikan untuk
memperkirakan waktu kematian selama stadium awal
pembusukan.2
2. Parasit dan predator yang memakan spesies necrofagus
• Menurut Smith, kelompok ini adalah kelompok kedua terbanyak yang
ditemukan pada mayat.Yang termasuk kelompok ini adalah
Coleoptera (Silphidae, Staphylinidae dan Histeridae), Diptera
(Calliphoridae dan Stratiomyidae) dan parasit Hymenoptera.
• Larva Diptera, yang merupakan necrofagus pada awal
perkembangannya akan menjadi predator pada akhir
perkembangannya.2
3. Spesies Omnifora
• Yang termasuk kategori ini adalah semut, tawon dan beberapa
kumbang yang memakan jaringan tubuh mayat serta serangga tertentu.
Dalam jumlah besar mereka dapat menurunkan waktu pembusukan
dengan memakan spesies necrofag. 2
4. Spesies lainnya
• Kategori ini termasuk spesies yang menggunakan mayat sebagai
habitat mereka, seperti pada kasus Collembola, laba-laba dan
kelabang.
• Kategori ini meliputi Acari pada famili Acaridae,
Lardoglyphidae,Winterschmidtiida, yang memakan jamur yang tumbuh
pada mayat.
• Dan juga berhubungan dengan Gamasida dan Actinedida, termasuk
Macrochelidae, Parasitidae, Parholaspidae, Cheyletidae dan
Raphignathidae yang memakan kelompok AcarinedanNematoda. 2
• Kepentingan Menentukan Lama Kematian
• Menentukan lama kematian adalah hal yang sangat penting, baik
kriminal ataupun tidak. Pada semua kasus kematian, merupakan
hal yang penting bagi keluarga korban untuk mengetahui kapan
korban meninggal.
• Menentukan waktu kematian juga diperlukan untuk mengetahui lama
dari suatu penipuan dilakukan. Sebagai contoh seseorang
mengaku adalah satu–satunya orang yang menjaga kedua
kakaknya yang sudah berumur dan orang tersebut menerima
tunjangan pensiun untuk dirinya dan kedua kakaknya.
• Ketika orang tersebut akhirnya meninggal, ditemukan bahwa
sebenarnya kedua kakaknya sudah lebih dahulu meninggal dan
dimumifikasi. Dengan menentukan lama kematian maka dapat
dihitung besar dan lama penipuan yang dilakukan oleh
orang tersebut.3
Menentukan Lama Kematian
• Dalam ilmu kedokteran, memperkiraan saat kematian tidak dapat
dilakukan dengan 1 metode saja, gabungan dari 2 atau lebih metode
akan memberikan hasil perkiraan yang lebih akurat dengan rentang bias
yang lebih kecil. Metode yang pertama dengan memperkirakan
pertumbuhan dari larva diptera yang merupakan awal dari lalat (blow
flies).
• Tehnik ini dimulai sejak dari ditaruhnya telur lalat hingga lalat yang
pertama muncul dari pupa dan meninggalkan jasad, sehingga
sangat berguna dalam hitungan jam hingga berminggu – minggu
setelah kematian.
• Metode yang kedua adalah dengan berdasarkan prediksi, yaitu
banyaknya kolonisasi pada tubuh oleh serangga.Hal ini dapat digunakan
sejak beberapa minggu setelah kematian hingga yang tersisa hanya
tulang – tulang. Metode ini tergantung pada umur dari sisa jasad dan
jenis serangga yang ada.3
• Perkembangan dari serangga dapat diperkirakan, analisis dari
serangga paling tua yang terdapat pada jasad, disertai
dengan pengetahuan mengenai kondisi meteorologis dapat
digunakan untuk menentukan berapa lama serangga berkoloni di
jasad, sehingga dapat menentukan lama kematian.2
• Pada penelitian tentang penguraian, aktivitas lalat biasanya dimulai
10 menit segera setelah kematian, tapi hal ini tidak selalu sama
pada beberapa kasus seperti pada kasus tenggelam dan
mayat dibungkus, aktivitas lalat bisa lebih lambat. Faktor iklim
seperti cuaca yang berawan, turun hujan, dapat menghambat atau
menghentikan aktivitas lalat dewasa. Lalat jantan dan betina
memerlukan makanan protein sebelum ovari dan testis
berkembang dan oogenesis dan spermatogenesis terjadi. Blow flies
berkembang dimulai dari telur melalui instar stages 1, instar
stages 2, instar stages 3, pupa dan dewasa.
• Lalat yang terbang akan hinggap pada mayat dan menetaskan sampai
300 telur dan sampai 3000 untuk sepanjang hidupnya. Stadium pertama
larva akan ditetaskan dari telur. Pada stadium ini larva sangat rentan dan
mudah mengalami kekeringan. Larva tidak dapat keluar dari kulit yang
membungkusnya, sehingga mereka bergantung pada cairan protein
sebagai asupan makanan, karena itu lalat betina akan menaruh telur
pada tempat yang memudahkan akses makanan bagi telur. Luka
merupakan sumber protein yang sangat baik, terutama darah, sehingga
luka – luka merupakan tempat bertelur yang paling pertama. Apabila pada
jasad tidak ada luka, lalat betina akan menaruh telur di dekat orificium
atau pada lapisan mukosa dikarenakan jaringan tersebut lembab dan
lebih mudah dipenetrasi bila dibandingkan dengan epidermis normal.
Daerah wajah umumnya dikolonisasi lebih dahulu, kemudian daerah
genital, hal ini disebabkan karena daerah genital hampir selalu ditutupi
oleh pakaian. Pada kasus – kasus pemerkosaan benda – benda seperti
darah dan semen akan menarik perhatian lalat dengan cepat. 3
• Setelah melewati waktu – waktu tertentu, dipengaruhi oleh suhu dan
jenis spesies, larva stadium 1 akan melepas kutikula dan
mulutnya, dan memasuki instar stage 2 atau larva stadium 2. Larva
stadium 2 berukuran lebih besar, lebih bisa bertahan hidup dan dapat
mempenetrasi kulit dengan mengeluarkan enzim proteolitik dan
menggunakan mulutnya yang lebih kuat. Stadium ini adalah waktu bagi
larva untuk makan kemudian berkembang memasuki instar
stages 3, meninggalkan kutikula dan mulut yang dipakai selama
stadium 2. Larva stadium tiga memiliki siklus hidup yang lebih panjang
dari larva stadium satu dan dua dan akan bertumbuh menjadi 7-8 kali
ukuran awal. Pada instar stage 3 larva menjadi banyak makan dan
berkumpul sebagai satu masa yang besar sehingga dapat menghasilkan
panas yang signifikan. Kumpulan larva ini dapat menghabiskan banyak
jaringan dalam waktu yang singkat. Pada stadium ini bagian
penyimpanan makanan yang terletak di foregut dapat terlihat dengan
warna hitam dan bentuk oval pada jaringan translusent dari belatung. 1
• Setelah periode makan yang intensif, instar stage 3 akan memasuki
• stadium nonfeeding stage atau wandering stage. Pada stadium ini tidak ditemukan
perubahan fisik, walaupun terjadi perubahan fisiologis pada organ internal, tetapi dapat
ditemukan perubahan sikap yang signifikan. Ketika larva memasuki nonfeeding
stage, larva akan menjauh dari sumber makanan dan mencari tempat yang sesuai untuk
menjadi pupa. Tempat itu antara lain adalah tanah disekitar, karpet, rambut atau baju dari
jasad. Larva mungkin akan mengubur diri beberapa sentimeter didalam tanah atau
merangkak bermeter – meter untuk mendapatkan tempat yang cocok untuk menjadi
pupa. Pada stadium ini disebut dengan “prepupa”.Pada akhir stadium ini larva
akan memendek dan menjadi translusen. Pupasi akan dimulai sejak belatung prepupa
mulai berkontraksi. Belatung tidak akan mengelupaskan kutikula yang tumbuh pada
instar stage 3, akan tetapi kutikula tersebut akan menghilang sedikit demi
sedikit dan serangga akan mensekresikan sejumlah substansi kedalam kutikula yang
akan membuat warna pupa menjadi keras dan berwarna hitam untuk membentuk
puparium. Bagian yang disebut dengan pupa adalah serangga yang hidup, dengan bagian
kantung pupa yang mengalami pengerasan atau puparium yang berguna sebagai struktur
nonvital yang membungkus serangga. Akan tetapi pada umumnya yang dianggap
sebagai pupa adalah bagian puparium dan serangga yang hidup dalamnya, sedangkan
kantung pupa yang ditinggalkan setelah lalat terbang disebut sebagai kantung pupa. 3
• Ketika menggunakan perkembangan lalat untuk menentukan waktu kematian perlu
mengetahui beberapa hal antara lain:

• a. Stadium tertua dari blow flies yang berhubungan dengan jasad


• Sangatlah penting untuk mengetahui sampai sejauh mana siklus hidup dari lalat
yang sudah terjadi. Seperti halnya temperatur yang mempengaruhi perkembangan
serangga, serangga yang mengalami perkembangan paling depan adalah
serangga yang pertama kali mencapai jasad. Tidak ada gunanya
menentukan larva yang berada pada instar stage 2 bila dapat ditemukan pupa
kosong. Pupa yang kosong mengindikasikan bahwa ada serangga yang sudah
menyelesaikan siklus hidupnya. Apabila pada pemeriksaan didapatkan larva
pada stadium instar stage 3 pemeriksa harus memeriksa daerah baju, rambut dan
sekitarnya untuk menentukan apakah sudah ada larva yang memasuki
nonfeeding stage. Apabila ditemukan larva pada nonfeeding stage pemeriksa
harus mencari apakah ada pupa atau tidak. Bila tidak ditemukan pupa maka
pemeriksa dapat mengambil kesimpulan bahwa stadium terdepan yang dialami
lalat adalah nonfeeding stage atau prepupal third instar stage.2
• b. Spesies serangga
• Entomologis harus dapat mengidentifikasi spesies dari
blow flies. Setiap spesies memiliki perkembangan siklus
yang berbeda – beda, akibatnya setiap spesies harus
dapat dikenali. Lalat dewasa memiliki kriteria
diagnostik yang lebih banyak untuk dibedakan dengan
antara yang satu dengan yang lain, sedangkan larva harus
dibedakan dari bagian mulut dan bentuk morfologis
lainnya. Pemeriksaan DNA juga dapat digunakan untuk
menentukan spesies serangga terutama pada keadaan
seperti larva pada instar stage 1 yang sulit untuk
dibedakan dan bila spesimen mengalami kerusakan.2
• c. Data temperatur
• Serangga sangat bergantung pada temperatur, karena itu
sangat penting untuk mengetahui temperatur dilokasi.
Biasanya temperatur ditentukan dengan mengambil
data dari Badan Meteorologi Geofisika. Sering terjadi
kesalahan dalam menentukan temperatur di tempat
kejadian karena data temperatur yang digunakan
terkadang diambil bukan dari lokasi jasad, sehingga
data temperatur yang diperkirakan tidak
mencerminkan temperatur yang dialami serangga.
Untuk mengatasi hal ini biasanya digunakan alat
perekam temperatur di lokasi yang akan mencatat
temperatur selama 2 hingga 3 minggu.2
• Data perkembangan
• Untuk dapat menentukan umur serangga yang paling
tua, entomologi harus mengetahui kecepatan perkembangan
siklus dari spesies serangga yang berkoloni. Informasi ini
dapat diambil dari literatur yang menerangkan
perkembangan siklus setiap spesies disertai dengan
pengaruh temperatur pada perkembangan serangga.
• Setelah mendapatkan ke 4 informasi diatas kita dapat
menjawab pertanyaan ”Dalam kondisi seperti ini, berapa
lama waktu yang dibutuhkan spesies ini untuk mencapai
stadium ini.” Waktu kematian merupakan salah satu hal yang
menjadi pertanyaan yang biasanya diajukan pada kasus
pembunuhan, tetapi sangat sulit untuk dipecahkan. Entomologi
dapat memberikan titik terang untuk permasalahan ini.2

Anda mungkin juga menyukai