Anda di halaman 1dari 21

A.

PENDAHULUAN
Kehilangan identitas , baik disengaja (karena seseorang tidak ingin
diketahui identitasnya, atau berharap mendapat identitas yang lain) atau tidak
disengaja ( misalnya bencana atau kehilangan surat identitas) , merupakan
masalah umum bagi individu dan otoritas pada klien hidup maupun mati.
(simpson)
Identifikasi yang sesuai dari sebuah mayat adalah salah satu
pertanyaan kunci yang harus dijawab ketika menemukan mayat dan dalam
investigasi dari berbagai kematian. (simpson)
Penilaian yang mendetail dari mayat untuk membuktikan identitas
ialah tugas khusus yang memerlukan tim dari multi-profesi yang meliputi
patologi forensic, odontology forensic, antropologis , radiologist, dan ahli
lainnya, namun semua dokter harus memiliki pengetahuan yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi baik hidup maupun mati. (simpson)
Dalam ilmu forensik, merekonstruksi profil korban merupakan suatu
prosedur yang umum digunakan untuk menghasilkan data individual dalam
kasus identifikasi manusia yang kompleks. Dalam antropologi forensic , data
yang bernilai diambil dari tulang belulang, analisa gigi geligi, jenis kelamin,
usia, ras, postur tubuh, mendiferensiasi antara manusia dan bukan.(antro
forensic rhonan Ferreira)
Antropologi sendiri berasal dari kata anthropos = manusia dan logos =
pengetahuan, merupakan sebuah studi aspek biologis dan kultural dari
manusia. Ilmu ini meliputi suatu jangkauan luas dari pengetahuan khusus
mulai dari perilaku sosial, bahasa, pertalian darah, dan agama, ras dan
keturunan serta evolusi. Ada dua divisi utama dalam pengetahuan
antropologi : antropologi kultural dan fisikal. Dalam suatu identifikasi bidang
yang selalu dilibatkan adalah antropologi fisik, sebab bidang ini lebih
menekankan pada studi aspek biologis dari manusia, bidang ini mencakup dua
bagian besar yaitu evolusi manusia dan variasi manusia. Adapun pemahaman
atas morfologi dari tulang belulang dan teknik yang diimplementasikan untuk
merekonstruksi sejarah hidum manusia telah memunculkan ilmu antropologi
forensic

misalnya

medikolegal.
B. DEFINISI

identifikasi

manusia

yang

masih

dalam

domain

Identifikasi dalam kedokteran forensik merupakan upaya membantu


penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identitas personal sering
merupakan masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Penentuan identitas
personal dalam kasus-kasus pidana atau perdata dengan tepat, amat penting
dalam penyidikan karena adanya kekeliruan dapat berakibat fatal dalam proses
peradilan. Identifikasi seorang individu adalah pengenalan individu berdasarkan
cirinya atau sifat-sifat yang membedakannya dengan individu lain, mencakup
korban hidup dan korban mati.
Antropologi forensik adalah aplikasi dan cabang spesifik antropolgi biologi
yang berbasis pada studi populasi untuk mendapat data biologi variasi normal.
Antropologi forensik dapat didefinisikan sebagai identifikasi sisa hayat manusia
yang jaringan lunaknya telah hilang sebagian atau seluruhnya sehingga tinggal
kerangka, dalam konteks hukum.
Identifikasi dilakukan untuk menemukan kebenaran dan kesalahan dari
suatu tindakan, antara lain pada perkara-perkara sebagai berikut:
a. Perkara Pidana
Identifikasi pada penjahat, pembunuh, pelaku penganiayaan, perkosaan

dan lain-lain
Korban kecelakaan lalu lintas yang tidak dikenal
Identifikasi pada peristiwa panggilan jenazah, disini keadaan jenazah
sudah membusuk bahkan tinggal kerangka yang jumlahnya sudah tidak

lengkap lagi
Korban yang tidak dikenal, tenggelam, hilang dan penentuan jenis

kelamin yang meragukan


b. Perkara perdata
Asuransi
Hak waris
Dugaan ayah dari seseorang yang tidak legal
C. KLASIFIKASI IDENTIFIKASI
Identifikasi dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Identifikasi untuk orang hidup


Identifikasi orang hidup pada dasarnya meliputi anatomi, odontologi dan
golongan darah. Pada identifikasi dilakukan pemeriksaan dan pengamatan
menyeluruh yang terdiri dari:
a. Pemeriksaan Fisik yang meliputi:
Umur, jenis kelamin dan tinggi badan
Deformitas
Perut, tattoo
Gigi, warna mata, kulit, rambut
Ukuran sepatu dan topi
Disabilitas (tuli, buta)
b. Pemeriksaan sidik jari
c. Penetuan golongan darah
d. Ciri tubuh tertentu (perawakan, cara berjalan)
e. Fotografi
f. Benda-benda milik pribadi (KTP, SIM, Ijazah, Cincin kawin)
2. Identifikasi untuk orang meninggal
Identifikasi pada korban mati dapat dilakukan terhadap:
a. Jenazah masih utuh dan baru
b. Jenazah yang sudah membusuk, ataupun tidak utuh
c. Bagian-bagian dari tubuh jenazah atau kerangka
Apabila identifikasi orang hidup sebagian besar adalah tugas polisi, maka
identifikasi jenazah atau sisa-sisa manusia atau potongan atau kerangka
adalah tugas kedokteran forensik.
Pemeriksaan pada identifikasi jenazah meliputi:
a. Umum:
1. Penetuan kerangka manusia atau bukan
2. Penetuan jumlah korban
3. Penetuan jenis kelamin
4. Perkiraan tinggi badan
5. Perkiraan umur
6. Penentuan ras
b. Khusus:
1. Pemeriksaan sidik jari
2. Pemeriksaan golongan darah
3. Tanda-tanda pekerjaan atau kebiasaan
4. Gigi-geligi
5. Warna kulit, mata, dan rambut

6. Cacat kelainan bawaan


7. Tattoo
8. Kelainan patologis atau parut
D. IDENTIFIKASI KERANGKA
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan membuktikan bahwa kerangka
tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi
badan, ciri-ciri khusus, deformitas dan bila memungkinkan dapat dilakukan
rekonstruksi wajah. Dicari pula tanda kekerasan pada tulang. Perkiraan saat
kematian dilakukan dengan memperhatikan keadaan kekeringan tulang.
Pada saat petugas kepolisian membawa tulang untuk dilakukan pemeriksaan
medis, hal-hal yang biasanya dipertanyakan pihak kepolisian kepada petugas
medis antara lain:
1. Apakah tulang tersebut adalah tulang manusia atau bukan.
2. Jika ternyata tulang manusia, tulang dari laki-laki atau wanita.
3. Apakah tulang-tulang tersebut merupakan tulamg dari satu individu atau beberapa
4.
5.
6.
7.

individu.
Umur dari pemilik tulang tersebut.
Waktu kematian.
Apakah tulang-tulang tersebut dipotong, dibakar, atau digigit oleh binatang.
Kemungkinan penyebab kematian.
a. Menentukan Kerangka Manusia Atau Bukan
Hal ini merupakan tugas dokter karena pihak kepolisian dan rakyat
biasanya sering acuh, sehingga pernah terjadi kekeliruan dengan tulang
binatang, terutama dengan tulang-tulang anjung, babi, dan kambing.
Pengetahuan mengenai anatomi manusia, berperan penting untuk
membedakannya. Jika tulang yang dikirim utuh atau terdapat tulang
skeletal akan sangat mudah untuk membedakannya, tetapi akan menjadi
sangat sulit bila hanya fragmen kecil yang dikirim tanpa adanya
penampakan yang khas. Kesalahan penafsiran dapat timbul bila hanya
sepotong tulan saja, dalamhal ini perlu dilakukan pemeriksaan serologik
(reaksi presipitin) dan histologik (jumlah dan diameter kanal-kanal
Havers).
o Tes presipitin
Tes presipitin yang dikonduksi dengan serum anti human dan
ekstrak dari fragmen juga dapat dapat digunakan untuk mnegetahui
apakah tulang tersebut tulang manusia. Tulang manusia dan binatang
juga dapat dibedakan melalui analisa kimia debu tulang.

Tes presipitin merupakan uji spesifik untuk menentukan spesies


dengan cara terlebih dahulu harus dibuat serum anti manusia. Prinsip
pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan
antibodi (antiserum) yang dapat merupakan reaksi presipitasi atau
reaksi aglutinasi.
Cara pemeriksaan:
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil
ekstrak bercak darah ditempatkan secara hati-hati pada bagian tepi
antiserum. Biarkan pada temperatur ruangan kurang lebih 1,5 jam.
Pemisahan antara antigen dan antibodi akan mulai berdifusi ke lapisan
lain pada perbatasan kedua cairan.
Hasil pemeriksaan:
Akan terdapat lapisan tipis endapan atau presipitat pada bagian
antara dua larutan. Pada kasus bercak darah yang bukan dari manusia
maka tidak akan muncul reaksi apapun.
b. Menentukan Jenis Kelamin Dari Kerangka
Bila korban masih utuh mudah membedakannya dengan melihat tandatanda seks primer (alat kelamin) dan tanda-tanda seks sekunder. Selain itu
terdapat pula perbedaan secara global antara pria dan wanita yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Tubuh pria keseluruhan lebih besar daripada wanita.


Pria : bahu lebih lebar daripada pinggul
Pria : pinggang tidak nyata seperti pada wanita,
Pria : gluteus lebih datar, pada wanita lebih berisi.
Wanita : tungkai lebih bulat, pergelangan tangan , pergelangan kaki dan

kuku lebih halus/kecil.


6. Wanita : rambut hanya di mons pubis, sedangkan pada pria sampai ke
pubis, bahkan kadang kadang sampai ke abdomen dan dada.
7. Wanita larynx kurang menonjol.
8. Wanita pinggul lebih lebar dari bahu.
Jika korban sudah membusuk kadang kadang masih dapat dilihat dari
alat kelamin dalam yaitu rahim pada wanita dan kelenjar prostat pada laki
laki karena kedua organ tersebut mempunyai tendensi paling tahan

terhadap pembusukan. Kalau korban sudah sangat membusuk sekali


sehingga semua organ tidak dapat dikenali lagiatau yang diperiksa
sepenggal bagian tubuh/ tulang tulang maka barulah timbul kesulitan
dalam menentukan jenis kelaminnya. Dalam hal ini penentuan jenis
kelamin dapat dilakukan dengan dasar pemeriksaan perbedaan seks dari
tulang tengkorak, tulang pelvis dan tulang panjang.
Cara menentukan jenis kelamin adalah sebagai berikut :
1. Cara Histologi
Prinsip penentuan secara histology ini berdasarkan pada
kromosom. Bahan pemeriksaan dapat diambil dari : kulit, leukosit, sel sel
selaput lender bagian dalam, sel sel tulang rawan dan cortex kelenjar
suprarenalis.
2. Kerangka
a. Non metric
Penentuan jenis kelamin didasarkan pada ciri yang mudah dikenali
pada tulang tulang seperti tulang panggul, tengkorak tulang panjang.
Yang mempunyai nilai tinggi adalah tulang pangul dan baru kemudian
tulang tengkorak.
Identifikasi jenis kelamin dari tulang panggul
Ada beberapa tulang yang dapat dianalisis untuk menentukan jenis
kelamin, salah satunya adalah kerangka pelvis. Wanita umumnya
mempunyai tulang pubis

yang lebih lebar dari laki-laki untuk

memungkinkan kepala bayi untuk lewat pada saat proses kelahiran.


Ukuran sudut subpubis lebih dari 90 derajat, sedangkan pada laki-laki
<90. Panggul pada wanita lebih lebar, khususnya tulang kemaluan (os
pubis) dan tulang usus (os oschii), sudut pada insisura ischiadika
mayor lebih terbuka, foramen oburatorium mendekati bentuk segitiga.
Sangat diagnostik adalah Arc compose. Di samping itu pada wanita
terdapat lengkung pada bagian ventral tulang kemaluan, yang tidak

kentara pada pria. Bagian subpubica dari ramus ischio-pubicus cekung


pada wanita, sedangkan pada pria tulang ini cembung. Dilihat dari sisi
ventral, pada wanita bagian yang sama agak tajam, pada pria lebih
membulat.
Gambar 1. Perbedaan tulang panggul pada wanita dan laki-laki

Pada panggul, indeks isio-pubis (panjang pubis dikali seratus dibagi


panjang isium) merupakan ukuran yang paling sering digunakan.
-

Nilai laki-laki sekitar 83,6


Nilai wanita sekitar 99,5
Ukuran anatomik lain seperti indeks asetabulo-isiadikum, indeks

cotulo-isiadikum, ukuran pintu atas, tengah dan bawah panggul serta


morfologi deskriptif seperti:
-

Insisura isiadikum mayor yang sempit dan dalam pada laki-laki.


Sulkus preaurikularis yang menonjol pada wanita
Arkus sub-pubis dan krista iliaka

Gambar 2. Perbedaan bentuk pintu atas panggul pada wanita dan laki-laki

Perbedaan pelvis pada laki-laki dan wanita dapat dilihat pada


tabel 1. Penggunaan kerangka pelvis untuk menentukan jenis kelamin
memiliki akurasi 95%. Namun, analisis pada tulang panggul ini tidak
dapat menjadi indikator yang berguna pada anak pra pubertas.
Dimorfism antara kedua jenis kelamin susah dibedakan pada anak pra
pubertas.
Tabel 1. Identifikasi jenis kelamin dari tulang panggul
Bob Hyperfemi
ot
nin
Ciri
W

-2

Feminin

Netral

Maskulin

-1

+1

Hipermaskul
in
+2

Sulcus

3 Mendalam,

Praeauricular
is

Batasnya
jelas

Lebih
dangkal,

Hanya
bekas

Hampir tak
kentara

Tidak ada

tapi jelas
Bentuk U

3
Incisura
ischiadica
mayor

Sangat
terbuka
bentuk V

Terbuka
bentuk V

Sempit,jelas
bentuk U

Bentuk
peralihan
45-60

90-100

2
Angulus
suppubicus
Os Coxae

Arc
Compose

<45

60-100

>100
Ciri
Tinggi,semp
Ciri feminin Bentuk
maskulin it,relief otot
2
Rendah,leb kurang jelas peralihan kurang jelas
sangat
ar, sayap
kentara
luas, relief
otot kurang
jelas

2
Foramen
obturatorium

Dua
lengkung

Dua
lengkung

Dua
lengkung

Satu
lengkung

Segi tiga
sudut
runcing

Segi tiga

Bentuk
tidak jelas

Oval

Sangat
sempit,tub
er
ischiadicus
kurang
jelas

Sempit

Satu
lengkung

Oval dengan
sudut
Bulat

Sedang
Corpus ossis

Ischii

Crista illiaca

Bentuk Snya sangat Bentuk Sdangkal nya dangkal

Lebar

Sedang

Sangat lebar
dengan tuber
ischidikus
Jelas
berbentuk S sangat kuat
Sangat jelas

berbentuk S

Fossa illiaca

Sangat Rendah dan Tinggi dan Tinggi dan


rendah dan
lebar
lebarnya
sempit
lebar
sedang
1
Sedang
Lebar

Sangat
tinggi dan
sempit

Sempit

Sangat
lebar
Pelvis major

1
Lebarnya
Lebar, oval sedang,
bulat

Pelvis minor

Sangat
lebar oval

Sempit
berbentuk
harten

Sangat
sempit
berbentuk
harten

Tabel 2. Perbedaan pelvis pria dan wanita


Ciri-ciri
Pelvis Keseluruhan

Pria
Berat, kasar, bekas otot

Wanita
Tidak berat, bekas otot

Bentuk tepi
True pelvis
Ilium

jelas
Jantung
Relatif kecil
Tinggi tegak

tidak prominent, halus


Circular
Luas, dangkal
Rendah, divergen ke

Sendi Sacroiliaca
Sulcus preauricular
Greater
sciatic

Besar
Tidak sering
Kecil, dalam

lateral
Kecil,oblique
Sering
Besar, lebar

notch
Acetabulum
Ichiopubic rami
Foramen obturator
Os. Pubis corpus
Symphisis
Sudut sub pubic
Sacrum

Besar
Bagian atas convex
Besar, oval
Trianguler
Tinggi
Sempit, Vshape
Panjang, sempit, dapat

Kecil
Bagian atas concave
Kecil, triangular
Quadrangular
Rendah
Lebar, u shape
Pendek,lebar, S1,S2,S3

terdiri 5 segmean

dan S5 melengkung, 5
segmen

Promontorium
Pelvic outlet

Lebih menonjol
Tidak dapat dilewati

Kurang menonjol
Dapat dilewati kepalan

kepalan tangan
tangan
Identifikasi Jenis Kelamin dari Tulang Tengkorak
Dimorfism pada tulang tengkorak dapat digunakan untuk
membedakan jenis kelamin. Terdapat beberapa perbedaan tulang
tengkorak pria dan winta terlihat pada tabel berikut.
Tengkorak pria lebih besar, lebih berat dan tulangnya lebih
tebal. Seluruh relief tengkorak (benjolan,tonjolan dsb.) lebih jelas pada
pria.
Tulang dahi dipandang dari norma lateralis kelihatan lebih
miring pada pria, pada wanita hampir tegak lurus; benjolan dahi
(tubera frontalla) lebih kentara pada wanita, pada pria agak
menghilang. Arci supercilliaris lebih kuat pada laki-laki; sering hampir
tidak kentara pada wanita. Pinggir lekuk mata (orbita) agak tajam/tipis
pada wanita dan tumpul/tebal pada pria. Bentuk orbita pada pria lebih
bersegi empat (menyerupai layar TV dengan sudut tumpul), pada
wanita lebih oval membulat.
Prossesus mastoideus besar dan takiknya (incisura mastoidea)
lebih mendalam pada pria. Perbedaan tengkorak laki-laki dan wanita
dapat dilihat pada tabel 2.
Gambar 3. Perbedaan tengkorak wanita dan laki-laki

Tabel 3. Identifikasi jenis kelamin dari tengkorak kepala


No
Tanda
Pria
1 Ukuran, volume
Besar
endokranial
2 Arsitektur
Kasar
3 Tonjolan supraorbital Sedang-besar
4 Prosesus mastoideus Sedang-besar

Wanita
Kecil
Halus
Kecil-sedang
Kecil-sedang

5 Daerah oksipital,
linea muskulares dan
protuberensia
6 Eminensia frontalis
7 Eminensia partetalis
8 Orbita
9
10
11

12
13
14

Tidak jelas

Jelas/menonjol

Kecil
Kecil
Persegi, rendah relatif kecil
tepi tumpul
Curam kurang membundar

Besar
Besar
Bundar, tinggi relatif besar
tepi tajam
Dahi
Membundar, penuh,
infantil
Tulang pipi
Berat, arkus lebih ke lateral Ringan, lebih memusat
Mandibula
Besar, simfisisnya tinggi,
Kecil, dengan ukuran
ramus asendingnya lebar
korpus dan ramus lebih
kecil
Palatum
Besar dan lebar, cenderung Kecil, cenderung seperti
seperti huruf U
parabola
Kondilus oksipitalis Besar
Kecil
Gigi geligi
Besar, M1 bawah sering 5 Kecil, molar biasanya 4
kuspid
kuspid

Sudut yang terbentuk oleh rasmus dan corpus mandibulae


lebih kecil pada pria (mendekati 90). Benjol dagu (protuberia
mentalis) lebih jelas/besar pada pria. Processus coronoideus lebih
besar/panjang pada pria.

Tabel 4. Identifikasi jenis kelamin dari mandibula


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Yang membedakan
Laki laki
Ukuran
Lebih besar
Sudut anatomis
Everted
Dagu
Berbentuk persegi empat
Bentuk tulang
Berbentuk seperti huruf
Mental tubercle
V Besar dan menonjol
Myelohyoid line
Menonjol dan dalam
Tinggi pada
Lebih
simphisis mentii
Ramus ascending
Lebih lebar
Condylar facet
Lebih besar
Berat dan
Lebih berat,permukaannya
permukaan
kasar dengan tempat
perlengketan otot yang
menonjol
Gigi
Lebih besar

Perempuan
Lebih kecil
Inverted
Agak bulat
Berbentuk seperti huruf
U
Tidak signifikan
Kurang menonjol dan
dangkal
Kurang
Lebih sempit
Lebih kecil
Lebih ringan dengan
permukaan yang halus
Lebih kecil

Tbael 5. Perbedaan Tengkorak Pria dan Wanita


Ciri cirri
Ukuran,

Pria
volume Besar

endokranial
Arsitektur
Tonjolan

Wanita
Kecil

Kasar
supra Besar

Halus
Kecil/tipis

orbital
Prossesus mastoid
Besar, kasar, tumpul
Daerah
oksipital, Tidak jelas
linea

Kecil, halus, runcing


Jelas/menonjol

muskulares

dan protuberensia
Eminensia frontalis
Eminensia parietalis
Orbita

Kecil
Kecil
Persegi

empat,

Besar
Besar
tepi Bundar,

tepi

tajam,

tumpul, rendah relative tinggi relative besar


Dahi

kecil
Curam,

Tulang pipi

membundar
Berat, arkus lebih ke Ringan, lebih memusat

Mandibula

lateral
Besar,
tinggi,

kurang Bulat, penuh

sympisisnya Kecil,

dengan

ukuran

ramus korpus dan ramus lebih

Palatum

ascendingnya lebar
kecil
Besar dan lebar , bentuk Kecil, bentuk V

Foramen magnum

U
Besar

Kecil

Identifikasi jenis kelamin dari tulang femur


Tulang panjang laki-laki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan
dengan tulang wanita dengan perbandingan 100:90.
Pada tulang-tulang femur, humerus dan ulna terdapat beberapa ciri
khas yang menunjukkan jenis kelamin seperti ukuran kaput dan
kondilus, sudut antara kaput femoris terdapat batangnya yang lebih
kecil pada laki-laki, perforasi fosa olekrani menunjukkan jenis wanita,
serta adanya belahan pada sigmoid notch pada laki-laki.
Tabel 6. Identifikasi jenis kelamin dari tulang femur

No Yang membedakan
1 Caput
2
3
4
5
6
7
8

Laki laki
Perempuan
Permukaan persendian Lebih Permukaan
dari 2/3 dari bulatan
persendian kurang
dari 2/3 dari bulatan
Collum dan corpus
Membentuk sudut lancip
Membentuk sudut
Kecenderungan corpus Kurang
tumpul
bagian bawah ke arah
Lebih
dalam
Sekitar 4 5 cm
Diameter vertikal caput Sekitar 45 cm
Sekitar 4.15 cm
Panjang oblik trochanter Sekitar 14 cm
Sekitar39 cm
Garis popliteal
Sekitar 7 5 cm
Sekitar 10 cm
Lebar bicondylar
Berat,permukaan kasar
Sekitar 7 cm
Ciri ciri umum
dengan tempat perlekatan otot Ringan dengan
yang nonjol
permukaan yang
halus
Gambar 3. Perbedaan tulang femur pada wanita dan laki-laki

Tabel 7. Perbedaan jenis kelamin berdasarkan tulang panjang


Ciri-ciri
Panjang
Tempat perlekatan otot
Diameter caput femur
Diameter
caput

Pria
Lebih panjang
Prominen
Lebih lebar
Lebih lebar

Wanita
Lebih pendek
Kurang prominen
Lebih kecil
Lebih kecil

humerus
Condylus humerus

Lebih lebar

Lebih kecil

Tabel 9. Penentuan jenis kelamin pada panggul menurut Aesadi dan


Nemeskeri(1970) dan Ferembach (1979) dan Martin Knussmannt (1988)

Ciri

Sulcus

Bobot
W

Hiperfemi

Dalam,
batas jelas

preauricularis

nim -2

Feminim Netral
-1
0

Maskul

Hipermask

Dangkal, Hanya

in
+1
Hampir

ulin
+2
Tidak ada

tapi jelas

bekas

tak
Sempit,
jelas

Sangat

Terbuka,

Bentuk

kentara
Bentuk

ischiadica

terbuka,

bentuk v

peralih

mayor

bentuk V

Incisura

an

berbentuk

Angulus

>100

90-100

60-90

45-60

U
< 45

subpubicus
Os coxae

Rendah

Ciri

Bentuk

Cirri

Tinggi

lebar,

feminis

peralih

maskul

sempit

an

in

relief

relief otot kurang

kurang

sangat

kurang

jelas

jelas

kentara

jelas
Dua

Dua

Satu

Satu

lengkung

lengkun

lengku

lengkung

Segitiga

g
Segitiga

ng
Oval

Oval

sayap luas, m,

Arc compose

Foramen

Tidak

otot

obturator

sudut

Corpus ossis 2

runcing
Sempit,

ischii

tuber

lebar

ischiadicu

dengan

m kurang

tuber

jelas

ischiadicu

Sempit

jelas

dengan

Sedang Lebar

sudut bulat
Sangat

m
Crista iliaca

Fossa iliaca

Bentuk

s Bentuk s Sedang Jelas,

sangat

kuat
Sangat

nya sangat nya

berbent

jelas

dangkal

dangkal

uk s

berbentuk

Sangat

Rendah,

Tinggi,

Tinggi,

S
Sangat

rendah,

lebar

lebarn

sempit

tinggi

lebar
Pelvis mayor
Pelvis minor

ya
Lebar

sedang
Sedang Sempit

Sangat

Sangat

lebar
Sangat

Lebar,

Lebarn

lebar, oval

oval

ya

sempit

sedang

berbentuk

, bulat

harten

sempit
Sempit, Sangat

Keterangan : nilai bobot dikalikan dengan nilai dimorfis (-2 s/d +2 ) ;


hasil perkalian ditambah, kemudian dibagi dengan jumlah cirri yang
dipergunakan. Jika hasilnya > 0, maka panggul dianggap maskulin,
jika < 0 maka panggul bercorak feminism.
Pada tulang sternum dapat juga dibedakan dalam penentuan jenis
kelamin, pada wanita manubrium sterni melebihi separuh corpus sterni.
b. Metrik
Perbedaan jenis kelamin berdasarkan pemeriksaan tulang pelvis.
Setelah masa pubertas tulang pubis pada perempuan lebih besar
-

daripada tulang pubis laki laki.


Os Pubis
Perbandingan panjang tulang pubis terhadap tulang panjang, tulang
ischium dengan mengukur titik titik pertemuan tulang tulang tersebut
di asetabulum. Perbandingan ini disebut Ischia Pubic Index(IP) dengan
rumus :
IP = panjang tulang ischium (mm) x 100
Panjang tulang pubis (mm)
Keterangan: Index IP Pria 72-94 dan wanita 91- 115
Apabila ditarik garis sejajar dengan ramus superior dan inferior, maka
sudut yang dibentuk dari perpotongan dua garis tersebut pada pria

lebih besar.
Os Sacrum
Pasa pria relatif lebih sempit yang bila dibandingkan antara lebar dan
panjang didapatkan nilai indeks pada pria kurang dari 112 pada wanita
lebih dari 116.
IP = lebar dasar sacrum

x 100

Panjang longitudinal sacrum


- Os Ileum
Bentuk arcus compose pada pria, lengkung dari pinggir cranial ventralfacies auricularis dapat dilanjutkan pada pinggir cranial dari ventral
ischiadica mayor, sedangkan pada wanita terdapat dua lengkungan
yang terpisah.
Selain jenis kelamin usia juga dapat ditentukan melalui temuan
kerangka. Akan dibahas sekilas dalam chapter berikutnya.
c. MENENTUKAN USIA BERDASARKAN KERANGKA
d.
PERAN DNA DALAM IDENTIFIKASI
DNA (deoxyribonucleic acid) digunakan oleh ahli forensic untuk
mengidentifikasi suatu temuan, misalnya kriminalitas dan mayat
dan sekarang DNA juga digunakan dalam ilmu antropologi karena
relevansinya, penggunaannya antara lain dalam evolusi manusia,
perpindahan populasi, dan paleodiseases. Aplikasi dari analisa
DNA antara lain penentuan dari sisa-sisa tubuh yang ditemukan,
analisa hubungan darah, studi paleodisease, dan melacak migrasi
populasi dan distribusi genetiknya. Data DNA juga digunakan
untuk menguji hipotesis dari manusia yang modern secara
anatomis; dalam konteks ini, perbandingan telah dilakukan dengan
sekuensi DNA Neanderthal.
Identifikasi jenis kelamin
Identifikasi jenis kelamin dari kriteria morfologis bergantung pada
ketahanan baik tengkorak maupun pangul dan diasumsikan bahwa
morfologinya belum dipengaruhi oleh kejadian patologis apapun.
Namnun, sisa kerangka seringnya tidak lengkap atau ambigu antara
juvenile atau janin. Analisa DNA memberikan suatu metode yang
akurat dan dapat dipercaya untuk penentuan jenis kelamin dari sisa
kerangka

manusia.

Investigasi

molekuler

ini

berdasarkan

penggandaan PCR dari sekuensi DNA repetitive dari kromosom X


dan Y. Untuk tujuan ini , gen amelogenin (ada dalam kromosom
kedua jenis kelamin) dipilih sebab sekuensinya pada kromosom X
dan Y tidak identik. Jumlah penggandaan dari kedua kromosom itu
berbeda sehingga produk PCR menunjukkan perbedaan ukuran
yang spesifik pada jenis kelamin tertentu: hasil penggandaan
memiliki 112bp untuk kromosom Y dan 106bp untuk kromosom x.
Kegagalan penggandaan parsial baik template X maupun Y dapat
terjadi, namun kegagalan ini lebih sering terjadi jika sekuensi yang
lebih besar ingin digandakan. Misalnya, penggandaan dari tiga
sistem PCR yang berbeda, berdasarkan gen amelogenin dapat
dilakukan dalam satu reaksi dengan menggunakan tiga primer.
Primer 1 dan 2 direkombinasi dalam bentuk double stranded
dengan kromosom X, sementara primer 1 dan 3 direkombinasi
dalam bentuk double-stranded dengan kromosom Y, yang memiliki
64bp penghapusan. Produk PCR dari kromosom X memiliki 195bp
dan lebih besar daripada yang dihasilkan oleh kromosom Y, yang
mana hanya memiliki 132bp. Sekuensi ini sangat besar dan pada
sampel

terdahulu,

penggandaan

parsial

bertugas

untuk

memvisualisasikan hanya satu pita pada sampel pria (dai 132bp) ,


sekuensi lain yang terletak pada kromosom X sangat besar dan
kemungkinan didegradasi untuk mencapai penggandaan yang
benar. Metode lain didasarkan pada hibridisasi dari produk PCR
dengan hasil yang spesifik untuk sekuensi X dan Y namun
kegagalan penggandaan parsial juga telah dilaporkan.
Analisa hubungan darah

Teknik sidik jari genetik yang telah digunakan secara luas dalam
identifikasi korban pembunuhan dan kriminalitas asusila dan dalam
penentuan paternitas juga telah digunakan secara luas untuk
menentukan hubungan darah dengan sekelompok penguburan.
Sekuens DNA yang digunakan dalam penentuan hubungan dara
disebut mikrosatelit, yang terletak dalam region intergen dan belum
diketahui fungsinya.
Kegunaan DNA yang lain adalah untuk mengidentifikasi :
Paleopatologi
Evolusi
Migrasi manusa
e.

TEKNIK

TERBARU

DALAM

MENENTUKAN

JENIS

KELAMIN
o Cara baru menentukan jenis kelamin berdasarkan eteksi
region Y yang menentukan jenis kelamin, steroid sulfatase dan
region gen amelogenin dengan penggandaan simultan dari
sekuensi homolog dengan reaksi rantai polymerase multipleks.
Dalam studi ini metode baru untuk menentukan jenis kelamin
dengan menggunakan PCR lebih sering digunakan. Menentukan
jenis kelamin dari specimen yang dikumpulkan dari tempat
kejadian perkara memerankan suatu peranan penting dalam
investigasi. Metode biologi molekuler untuk menentukan jenis
kelamin berdasarkan PCR dan telah diaplikasikan pada kasus-kasus
forensic dimana suatu plex tunggal PCR untuk suatu sekuens gen
dalam regio penentu jenis kelamin dalam kromosom Y /sex
determining region Y (SRY) dalam kromosom Y (Yp) digunakan.
Metode ini dapat mengindikasikan genotip pria dengan adanya

produk penggandaan dari gen SRY; namun demikian, tidak dapat


secara akurat mengindikasikan genotip wanita.
Keuntungan utama dari studi ini ialah kemampuannya untuk
mendeteksi baik sekuens upstream dan downstream dari gen SRY
secara simultan , yang mana memastikan suatu konsistensi antara
hasil tes dan genotip jenis kelamin.
Keuntungan lain ialah adanya X dan fragmen spesifik
kromosom ke tujuh yang berperan sebagai control positif internal
yang mana oleh dirinya sendiri dapat menjanjikan suatu
keberhasilan

penggandaaan

atau

amplifikasi.

Sepanjang

pemeriksaan 246 sampel darah dengan metode ini , tidak ada


kontradiksi antara hasil dengan donor yang telah diketahui jenis
kelaminnya. Apabila amelogenin Y (AMELY)-terhapus pada
sampel pria terdeteksi , hanya suatu fragmen spesifik kromosom X
yang diamplifikasi dari lokus amelogenin, dan hanya berdasarkan
lokus ini, sampel tersebut dapat disimpulkan sebagai seorang
wanita. Bagaimanapun , mengingan hasilnya diperoleh dari marker
atau penanda tambahan misalnya SRY-a, SRY-b, STS-1 maka
sampel disimpulkan sebagai seorang pria. Oleh karenanya metode
ini tetap dapat diaplikasikan bahkan untuk specimen pada pria
dengan AMELY-terhapus. Dalam kasus forensic , penentuan jenis
kelamin dari DNA degradasi sangat dibutuhkan.
Dalam studi ini , menggunakan jejak darah yang dipanaskan
sebagai suatu model dari degradasi DNA, jenis kelamin dengan
tepat ditentukan dari sampel yang dipanaskan dalam 150 derajat
selsius selama 10 jam. Temuan ini juga mengindikasikan bahwa
metode ini dapat memuaskan dalam aplikasi prakteknya. Dalam 35

kasus forensic , jenis kelamin berhasil ditentukan dari keseluruhan


specimen darah, otot, organ, kartilago, gigi, dan tulang yang mana
degradasi DNA telah terjadi karena gangguan dari lingkungan.
Penelitian ini telah terbukti akurat, dapat dipercaya dan kokoh
dalam menentukan jenis kelamin dari berbagai sampel biologis.

Anda mungkin juga menyukai