Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

SEPTEMBER

2020
PEMERIKSAAN KEJAHATAN SEKSUAL

OLEH:

Muhammad Hilmy, S.Ked (K1A1 14 028)


Dewi Iriani, S.Ked (K1A1 14 114)
 
PEMBIMBING:
Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, SH., M.Kes., Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KEDOKTERAN


FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kejahatan seksual adalah setiap


Dorongan seksual yang besar perbuatan yang dilakukan oleh
dapat mendorong seseorang seseorang terhadap orang lain
untuk melakukan kejahatan yang menimbulkan kepuasan
seksual untuk memenuhi seksual bagi dirinya dan
keinginannya mengganggu kehormatan orang
lain

Bersifat subyektif & emosional

Bersifat
Padasubyektif
kasus& kejahatan
emosional seksual tugas dokter adalah mencari adanya
tanda-tanda kekerasan dan adanya tanda-tanda persetubuhan.

1. Wijaya, CK., Hengky., Alit, IBP.2017. Gambaran Bukti Medis Kasus Kejahatan Seksual yang diperiksa di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik RSUP Sanglah Periode Januari 2009 – Desember 2013. Jurnal Medika 6(9):1-6
2. Samatha, SA., Dharnadhono, T., Bhima, SKL.2018. Aspek Medis pada Kasus Kejahatan Seksual. Jurnal Kedokteran Diponegoro 7(2): 1012-29
3. Susanti, R.2012. Paradigma Baru Peran Dokter dalam Pelayanan Kedokteran Forensik. Majalah Kedokteran Andalas 36(2): 145-54
Tujuan
umum

Rumusan
masalah Manfaat
Tujuan
Khusus
Tinjauan Pustaka

Definisi

Bersifat subyektif & emosional

Kejahatan seksual adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan
Bersifat subyektifseksual
kepuasan & emosional
bagi dirinya dan mengganggu kehormatan orang lain

1. Samatha, SA., Dharnadhono, T., Bhima, SKL.2018. Aspek Medis pada Kasus Kejahatan Seksual. Jurnal Kedokteran Diponegoro 7(2): 1012-29
Klasifikasi
Kejahatan
Seksual

Perbuatan
Persetubuhan Perkosaan Perzinahan
Cabul

peristiwa dimana terjadi suatu usaha untuk perbuatan hubungan keinginan atau perbuatan
penetrasi penis ke melampiaskan nafsu intim yang dilakukan yang tidak senonoh
dalam vagina, penetrasi seksual yang dilakukan oleh dua menjurus kearah
tersebut dapat lengkap oleh seorang laki-laki pasangmanusia yang perbuatan seksual yang
atau tidak lengkap dan terhadap perempuan tidak memiliki di lakukan untuk meraih
dengan atau tanpa dengan cara yang dinilai hubungan perkawinan kepuasan diri dari luar
disertai ejakulasi. melanggar menurut sebelumnya. ikatan perkawinan
moral dan hukum
1. Idries, AM. 2014. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. Binarupa Aksara.
2. Apriyansa, D. 2019. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak dibawah Umur dan Sanksi yang diterapkan. Jurnal Panorama Hukum 4(2):135-45
3. Hadziq, S.2019. Pengaturan Tindak Pidana Zina dalam KUHP dikaji dari Perspektif Living Law. Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia 4(1):25-4
4. Soge, P. 2016. Upaya Polisi Dalam Menangani Anak Korban Pencabulan di Kota Yogykarta. Jurnal Fakultas Hukum Atmajaya Yogyakarta. Hal 1-2
Aspek Medikolegal

PERSETUBUHAN
Persetubuhan
Persetubuhan
tidak disetujui
disetujui oleh si
oleh si
perempuan
perempuan

Pasal 284 KUHP Pasal 285 KUHP


PERKOSAAN
(9 bulan) (12 tahun)

Pasal 287 KUHP Pasal 286 KUHP


(9 tahun) (9 tahun)
PERSETUBUHAN YG MELANGGAR
HUKUM, DI DALAM PERKAWINAN

Pasal • Biologis

288 Belum
mampu di

KUHP kawin • Undang-


undang

perbuatan mengakibatkan luka-luka


diancam dengan pidana penjara paling
lama empat tahun.
Semua perbuatan yang
dilakukan untuk mendapatkan
kenikmatan seksual sekaligus
KUHP 289 menganggu kehormatan
kesusilaan
(9 Tahun)
Sering digunakan sebagai
KUHP Pasal tuntutan subsider pada
perkosaan yang
290,291,292,293
Pencabula persetubuhan tidak
terbukti

n
KUHP 295

KUHP 296
Besarnya
penis dan
derajat
penetrasinya

Bentuk dan
Keaslian elastisitas
barang bukti selaput dara
Faktor yang (hymen)
mempengaruhi
pembuktian
persetubuhan

Ada tidaknya
ejakulasi dan
Posisi
persetubuhan keadaan
ejakulat itu
sendiri

1. Idries, AM. 2014. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. Binarupa Aksara.
YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM PEMERIKSAAN

Adanya SPV dari penyidik

Korban jangan menunggu terlalu lama

Ijin tertulis untuk pemeriksaan

Polisi dan dokter dalam waktu yang bersamaan

Dokter didampingi perawat perempuan/ bidan

Dokter menjelaskan apa yg akan dilakukan dan


manfaat pemeriksaan tersebut

Pencatatan lengkap, VeR segera di buat

1. Budiyanto A, Widiatmaka W. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Anamnesis

Pada anamnesis khusus ditanyakan hal yang terkait kejadian kekerasan seksual yang
Pada anamnesis umum ditanyakan :
dilaporkan.
○ Umur atau tanggal lahir,
What dan How :
○ Status pernikahan, ○ Jenis tindakan (pemerkosaan, persetubuhan, pencabulan dan sebagainya),
○ Riwayat paritas dan/atau abortus, ○ Adanya kekerasan dan/atau ancaman kekerasan, serta jenisnya,
○ Riwayat haid (menarke, HPHT, siklus haid), ○ Adanya upaya perlawanan,
○ Riwayat koitus (sudah pernah atau belum, riwayat koitus ○ Apakah korban sadar atau tidak pada saat atau setelah kejadian,
sebelum dan/atau setelah kejadian kekerasan seksual,
○ Adanya pemberian minuman, makanan, atau obat oleh pelaku sebelum atau
dengan siapa, penggunaan kondom atau alat kontrasepsi
lainnya), setelah kejadian,

○ ○ Adanya penetrasi dan sampai mana (parsial atau komplit),


Penggunaan obat-obatan (termasuk NAPZA),
○ ○ Apakah ada nyeri di daerah kemaluan,
Riwayat penyakit (sekarang dan dahulu), serta
○ ○ Adanya ejakulasi dan apakah terjadi di luar atau di dalam vagina, penggunaan
Keluhan atau gejala yang dirasakan pada saat
pemeriksaan. kondom, dan tindakan yang dilakukan korban setelah kejadian, misalnya
apakah korban sudah buang air, tindakan membasuh/douching, mandi, ganti
baju, dan sebagainya.

Kalangit A, Mallo J, Tomuka D. 2010. Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
ANAMNESIS (LANJUTAN)

When :
• Tanggal dan jam kejadian, bandingkan dengan tanggal dan jam
pelapor,
• Apakah tindakan tersebut baru satu kali terjadi atau sudah berulang.
Where :
• Tempat kejadiannya,
• Jenis tempat kejadian (untuk mencari kemungkinan trace evidence
dari tempat kejadian yang melekat pada tubuh dan/atau pakaian
korban).
Who :
• Apakah pelaku dikenal korban atau tidak,
• Jumlah pelaku,
• Usia pelaku,
• Hubungan antara pelaku dengan korban

Kalangit A, Mallo J, Tomuka D. 2010. Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik khusus diperiksa :
Pada pemeriksaan fisik umum diperiksa : ○ Genitalia: pemeriksaan akibat-akibat langsung dari kekerasan seksual yang dialami
○ Rambut, wajah, emosi secara keseluruhan. korban, meliputi:
○ Apakah korban pernah pingsan sebelumnya, ○ Kulit genital apakah terdapat eritema, iritasi, robekan atau tanda-tanda kekerasan
mabuk atau tanda-tanda pemakaian narkotik. lainnya.
○ Tanda-tanda kekerasan diperiksa di seluruh ○ Eritema vestibulum atau jaringan sekitar.
tubuh korban (memar atau luka lecet pada daerah ○ Perdarahan dari vagina.
mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha
○ Kelainan lain dari vagina yang mungkin disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain.
bagian dalam dan pinggang).
○ Alat bukti yang menempel ditubuh korban yang ○ Pemeriksaan hymen meliputi bentuk hymen, elastisitas hymen, diameter penis. Robekan
diduga milik pelaku. penis bisa jadi tidak terjadi pada kekerasan seksual penetrasi karena bentuk, elastisitas
dan diameter penis.
○ Memeriksa perkembangan seks sekunder untuk
○ Untuk yang pernah bersetubuh, dicari robekan baru pada wanita yang belum melahirkan.
menentukan umur korban.
○ Pemeriksaan antropometri; tinggi badan dan ○ Pemeriksaan ada tidaknya ejakulasio dalam vagina dengan mencari spermatozoa dalam
berat badan. sediaan hapus cairan dalam vagina.

○ Pemeriksaan rutin lain. ○ Pemeriksaan anal Kemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan
menyebabkan luka pada anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan fissura.

Kalangit A, Mallo J, Tomuka D. 2010. Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
Gambar . Cara pemeriksaan Genitalia

Gambar . Posisi pemeriksaan Genitalia

Pemeriksaan bagian khusus (daerah genitalia) meliputi ada


tidaknya rambut kemaluan yang saling melekat menjadi satu
karena air mani yang mengering, gunting untuk pemeriksaan
laboratorium. Cari pula bercak air mani di sekitar alat kelamin,
kerok dengan sisi tumpul scalpel atau swab dengan kapas lidi
yang dibasahi dengan larutan garam fisiologis.

Wantania J. 2016. Sexual Assault Medical Examination In Women . Manado. Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsrat.
Pada persetubuhan oral, periksa lecet, bintik perdarahan /memar pada palatum, lakukan swab pada laring dan tonsil
Jenis Hymen berdasarkan bentuk
Pada kasus perkosaan bukti persetubuhan ada tiga macam antara lain jenis
robekan lokasi/ arah dan kedalaman.
 Lokasi robekan dinyatakan sesuai dengan angka pada arah jarum jam.
 Arah jam ini hanya membuktikan posisi saat melakukan hubungan seksual
 Lain hal dengan kedalaman, hal ini hanya membuktikan hubungan yang
terjadi pada korban bersifat persetubuhan atau hanya pelecehan seksual
saja.

Lokasi robekan selaput dara berdasarkan arah jarum jam pada pemerkosaan
diklasifikasikan menjadi:
 Bagian atas jika robek terdapat pada jam 9, 10, 11, 12, 1, 2, 3
 Bagian bawah jika robek terjadi pada jam 4, 5, 6, 7, 8
 Tidak beraturan

Dalam waktu 4-5 jam Postkoital sperma di dalam liang vagina masih dapat
bergerak; sperma masih dapat ditemukan namun tidak bergerak sampai
sekitar 24-36 jam Postkoital, dan masih dapat ditemukan 7-8 hari bila
wanita yang menjadi korban meninggal. Perkiraan  saat terjadinya
persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan selaput dara
yang robek. Umumnya  penyembuhan tersebut dicapai dalam waktu 7-10
hari postkoital
Pemeriksaan Laboratorium

Reaksi Asam Timbul warna orange /jingga pada keras saring


Fosfatase

Menentukan Cairan Menambahkan larutan asam pikrat


Reaksi Berberio (+) kristal kuning seperti jarum kompas
mani

Reaksi Florence (+) kristal kholin warna coklat bentuk jarum


Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Spermatozoa

Pewarnaan Baecchi
Interpretasi : kepala spermatozoa
berwarna merah, ekor merah muda,
menempel pada serabut benang.

Pemeriksaan langsung/Tanpa Pewarnaan Malachite Green 1%


pewarnaan
Pada pengamatan di bawah mikroskop
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat akan terlihat gambaran sperma dengan
apakah terdapat spermatozoa yang kepala sperma tampak berwarna ungu
bergerak. Pemeriksaan motilitas menyala dan lehernya merah muda,
spermatozoa ini paling bermakna untuk sedangkan ekornya berwarna hijau.
memperkirakan saat terjadinya
persetubuhan.
SEKIAN DAN TERIMKASIH

Anda mungkin juga menyukai