SEPTEMBER
2020
PEMERIKSAAN KEJAHATAN SEKSUAL
OLEH:
Latar Belakang
Bersifat
Padasubyektif
kasus& kejahatan
emosional seksual tugas dokter adalah mencari adanya
tanda-tanda kekerasan dan adanya tanda-tanda persetubuhan.
1. Wijaya, CK., Hengky., Alit, IBP.2017. Gambaran Bukti Medis Kasus Kejahatan Seksual yang diperiksa di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik RSUP Sanglah Periode Januari 2009 – Desember 2013. Jurnal Medika 6(9):1-6
2. Samatha, SA., Dharnadhono, T., Bhima, SKL.2018. Aspek Medis pada Kasus Kejahatan Seksual. Jurnal Kedokteran Diponegoro 7(2): 1012-29
3. Susanti, R.2012. Paradigma Baru Peran Dokter dalam Pelayanan Kedokteran Forensik. Majalah Kedokteran Andalas 36(2): 145-54
Tujuan
umum
Rumusan
masalah Manfaat
Tujuan
Khusus
Tinjauan Pustaka
Definisi
Kejahatan seksual adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang menimbulkan
Bersifat subyektifseksual
kepuasan & emosional
bagi dirinya dan mengganggu kehormatan orang lain
1. Samatha, SA., Dharnadhono, T., Bhima, SKL.2018. Aspek Medis pada Kasus Kejahatan Seksual. Jurnal Kedokteran Diponegoro 7(2): 1012-29
Klasifikasi
Kejahatan
Seksual
Perbuatan
Persetubuhan Perkosaan Perzinahan
Cabul
peristiwa dimana terjadi suatu usaha untuk perbuatan hubungan keinginan atau perbuatan
penetrasi penis ke melampiaskan nafsu intim yang dilakukan yang tidak senonoh
dalam vagina, penetrasi seksual yang dilakukan oleh dua menjurus kearah
tersebut dapat lengkap oleh seorang laki-laki pasangmanusia yang perbuatan seksual yang
atau tidak lengkap dan terhadap perempuan tidak memiliki di lakukan untuk meraih
dengan atau tanpa dengan cara yang dinilai hubungan perkawinan kepuasan diri dari luar
disertai ejakulasi. melanggar menurut sebelumnya. ikatan perkawinan
moral dan hukum
1. Idries, AM. 2014. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. Binarupa Aksara.
2. Apriyansa, D. 2019. Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak dibawah Umur dan Sanksi yang diterapkan. Jurnal Panorama Hukum 4(2):135-45
3. Hadziq, S.2019. Pengaturan Tindak Pidana Zina dalam KUHP dikaji dari Perspektif Living Law. Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia 4(1):25-4
4. Soge, P. 2016. Upaya Polisi Dalam Menangani Anak Korban Pencabulan di Kota Yogykarta. Jurnal Fakultas Hukum Atmajaya Yogyakarta. Hal 1-2
Aspek Medikolegal
PERSETUBUHAN
Persetubuhan
Persetubuhan
tidak disetujui
disetujui oleh si
oleh si
perempuan
perempuan
Pasal • Biologis
288 Belum
mampu di
n
KUHP 295
KUHP 296
Besarnya
penis dan
derajat
penetrasinya
Bentuk dan
Keaslian elastisitas
barang bukti selaput dara
Faktor yang (hymen)
mempengaruhi
pembuktian
persetubuhan
Ada tidaknya
ejakulasi dan
Posisi
persetubuhan keadaan
ejakulat itu
sendiri
1. Idries, AM. 2014. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta. Binarupa Aksara.
YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM PEMERIKSAAN
1. Budiyanto A, Widiatmaka W. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Anamnesis
Pada anamnesis khusus ditanyakan hal yang terkait kejadian kekerasan seksual yang
Pada anamnesis umum ditanyakan :
dilaporkan.
○ Umur atau tanggal lahir,
What dan How :
○ Status pernikahan, ○ Jenis tindakan (pemerkosaan, persetubuhan, pencabulan dan sebagainya),
○ Riwayat paritas dan/atau abortus, ○ Adanya kekerasan dan/atau ancaman kekerasan, serta jenisnya,
○ Riwayat haid (menarke, HPHT, siklus haid), ○ Adanya upaya perlawanan,
○ Riwayat koitus (sudah pernah atau belum, riwayat koitus ○ Apakah korban sadar atau tidak pada saat atau setelah kejadian,
sebelum dan/atau setelah kejadian kekerasan seksual,
○ Adanya pemberian minuman, makanan, atau obat oleh pelaku sebelum atau
dengan siapa, penggunaan kondom atau alat kontrasepsi
lainnya), setelah kejadian,
Kalangit A, Mallo J, Tomuka D. 2010. Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
ANAMNESIS (LANJUTAN)
When :
• Tanggal dan jam kejadian, bandingkan dengan tanggal dan jam
pelapor,
• Apakah tindakan tersebut baru satu kali terjadi atau sudah berulang.
Where :
• Tempat kejadiannya,
• Jenis tempat kejadian (untuk mencari kemungkinan trace evidence
dari tempat kejadian yang melekat pada tubuh dan/atau pakaian
korban).
Who :
• Apakah pelaku dikenal korban atau tidak,
• Jumlah pelaku,
• Usia pelaku,
• Hubungan antara pelaku dengan korban
Kalangit A, Mallo J, Tomuka D. 2010. Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik khusus diperiksa :
Pada pemeriksaan fisik umum diperiksa : ○ Genitalia: pemeriksaan akibat-akibat langsung dari kekerasan seksual yang dialami
○ Rambut, wajah, emosi secara keseluruhan. korban, meliputi:
○ Apakah korban pernah pingsan sebelumnya, ○ Kulit genital apakah terdapat eritema, iritasi, robekan atau tanda-tanda kekerasan
mabuk atau tanda-tanda pemakaian narkotik. lainnya.
○ Tanda-tanda kekerasan diperiksa di seluruh ○ Eritema vestibulum atau jaringan sekitar.
tubuh korban (memar atau luka lecet pada daerah ○ Perdarahan dari vagina.
mulut, leher, pergelangan tangan, lengan, paha
○ Kelainan lain dari vagina yang mungkin disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain.
bagian dalam dan pinggang).
○ Alat bukti yang menempel ditubuh korban yang ○ Pemeriksaan hymen meliputi bentuk hymen, elastisitas hymen, diameter penis. Robekan
diduga milik pelaku. penis bisa jadi tidak terjadi pada kekerasan seksual penetrasi karena bentuk, elastisitas
dan diameter penis.
○ Memeriksa perkembangan seks sekunder untuk
○ Untuk yang pernah bersetubuh, dicari robekan baru pada wanita yang belum melahirkan.
menentukan umur korban.
○ Pemeriksaan antropometri; tinggi badan dan ○ Pemeriksaan ada tidaknya ejakulasio dalam vagina dengan mencari spermatozoa dalam
berat badan. sediaan hapus cairan dalam vagina.
○ Pemeriksaan rutin lain. ○ Pemeriksaan anal Kemungkinan bila terjadi hubungan seksual secara anal akan
menyebabkan luka pada anal berupa robekan, ireugaritas, keadaan fissura.
Kalangit A, Mallo J, Tomuka D. 2010. Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Pemerkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual
Gambar . Cara pemeriksaan Genitalia
Wantania J. 2016. Sexual Assault Medical Examination In Women . Manado. Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsrat.
Pada persetubuhan oral, periksa lecet, bintik perdarahan /memar pada palatum, lakukan swab pada laring dan tonsil
Jenis Hymen berdasarkan bentuk
Pada kasus perkosaan bukti persetubuhan ada tiga macam antara lain jenis
robekan lokasi/ arah dan kedalaman.
Lokasi robekan dinyatakan sesuai dengan angka pada arah jarum jam.
Arah jam ini hanya membuktikan posisi saat melakukan hubungan seksual
Lain hal dengan kedalaman, hal ini hanya membuktikan hubungan yang
terjadi pada korban bersifat persetubuhan atau hanya pelecehan seksual
saja.
Lokasi robekan selaput dara berdasarkan arah jarum jam pada pemerkosaan
diklasifikasikan menjadi:
Bagian atas jika robek terdapat pada jam 9, 10, 11, 12, 1, 2, 3
Bagian bawah jika robek terjadi pada jam 4, 5, 6, 7, 8
Tidak beraturan
Dalam waktu 4-5 jam Postkoital sperma di dalam liang vagina masih dapat
bergerak; sperma masih dapat ditemukan namun tidak bergerak sampai
sekitar 24-36 jam Postkoital, dan masih dapat ditemukan 7-8 hari bila
wanita yang menjadi korban meninggal. Perkiraan saat terjadinya
persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan selaput dara
yang robek. Umumnya penyembuhan tersebut dicapai dalam waktu 7-10
hari postkoital
Pemeriksaan Laboratorium
Pewarnaan Baecchi
Interpretasi : kepala spermatozoa
berwarna merah, ekor merah muda,
menempel pada serabut benang.