Anda di halaman 1dari 3

https://dosenpsikologi.

com/hukum-perkembangan-dalam-psikologi-pendidikan
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194412051967101-
KOKO_DARKUSNO_A/HUKUM-HUKUM_PERKEMBANGAN.pdf
http://aniendriani.blogspot.com/2011/02/hukum-hukum-perkembangan.html
Pengertian hokum-hukum perkembangan
Adalah suatu aturan yang sifatnya mengikat dan umumnya terjadi saat tumbuh kembang.
Tumbuh kembang terjadi dan dimulai dari masa konsepsi ke masa dewasa dan sampai
meninggal. Hokum perkembangan bisa juga disebut sebagai ketentuan dasar tentang
realitas kehidupan peserta didik berdasarkan pemikiran dan penelitian yang seksama.
Hokum perkembangan menerapkan bagaimana sebuah proses fisik dan mental yang terus
menerus berlangsung dari masa ke masa.

Jenis-jenis hokum perkembangan 

Hukum  Masa Peka


              Masa peka adalah  masa pada saat suatu fungsi yang perkembangannya harus dilayani
dan diberi kesempatan dengan baik, dan ketika masa saat perkembangan sesuatu fungsi
maksimal besarnya. Contoh ; Masa peka untuk berjalan pada anak adalah pada tahun ke 2,
masa peka untuk menggambar adalah pada tahun ke 5, dan masa peka untuk ingatan logis
adalah tahun ke 12.
               Masa peka pada anak berbeda-beda waktunya. Ada anak yang telah peka untuk
membaca pada usia 4 tahun, sedangkan anak lain baru peka membaca pada saat usia 5 tahun.
Bahkan tidak menutup kemungkinan, anak baru mengalami peka membaca pada umur 6 atau 7
tahun, hal itu disebabkan masa peka yang tidak sama timbulnya, dan hanya sekali saja dialami
anak dalam kehidupannya.

Hukum   Rekapitulasi
    Hokum rekapitulasi merupakan sebuah pengulangan ringkasan dari kehidupan suatu bangsa yang
berlangsung secara lambat selama berabd-abad. Dengan adanya hukum ini berarti perkembangan jiwa
anak itu adalah suatu ulangan dan adanya persamaan dengan kehidupan sebelumnya seperti yang
dilakukan oleh nenek moyang kita. Anak-anak kecil memiliki kesamaan dengan bangsa primitif,
contohnya seperti suka dengan warna yang tajam, memiliki pikiran yang animistis, takut hantu
atau kekuatan gaib.
Hokum rekapitulasi dapat dibagi menjadi beberapa masa, seperti :
a. Masa berburu dan menyamun, masa ini terjadi sampai usia 8 tahun, ciri-ciri yang
terlihat pada anakketika ia senang menangkap sesuatu dalam permainannya seperti
kupu-kupu, capung dan sebagainya, memanah dan menembaki binatang, senang
berlarian bermain kejar-kejaran, serta bermain perang-perangan.
b. Masa mengembala, masa ini dialami anak pada sekitar usia 10 tahun, ciri-ciri yang bisa
kita lihat pada anak ketika ia senang memelihara hewan seperti ayam, merpati, kelinci,
kambing, kucing dan lain sebagainya.
c. Masa bercocok tanam, masa ini dimulai pada saat anak berusia sekitar 12 tahun, ciri-
cirinya seperti anak senang berkebun dan menyiram bunga.
d. Masa berdagang, masa ini dialami anak ketika anak berusia sekitar 14 tahun, ciri-cirinya
seperti anak yang senang bertukar kertas binder dengan teman, bermain pasaran atau
jual-jualan seperti mbok pecel, dan sebagainya.

4.   Hukum Konvergensi


              Perkembangan manusia pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
pembawaan (nativisme) sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan (empirisme) termasuk juga
pendidikan serta pengalaman. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan)
dengan lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.  Tokoh
utama  paham konvergensi adalah Louis William Stern, seorang filsuf, sekaligus sebagai
psikolog Jerman. Stern dan para Konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara paham
pembawaan (nativisme) yang mempengaruhi perkembangan manusia dan aliran lingkungan
(empirisme) yang mempengaruhi perkembangan manusia. Hukum  ini menganggap hereditas
(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan manusia.
                William Stern dan pengikutnya, dalam menetapkan faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia, tidak hanya berpegang pada lingkungan/pengalaman, juga tidak
berpegang pada pembawaan saja, tetapi berpegang pada kedua faktor yang sama pentingnya
itu. Faktor pembawaan tidak berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman. Demikian pula
sebaliknya, faktor pengalaman tanpa faktor bawaan tidak akan mampu mengembangkan
manusia yang sesuai dengan harapan.  Perkembangan yang sehat akan berkembang jika
kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensialitas kodrati anak bisa
mendoorng berfungsinya segenap kemampuan anak. Dan kondisi sosial menjadi sangat tidak
sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan potensi individu
tersebut.

5.  Hukum bertahan dan mengembangkan diri


                 Dalam kehidupan pasti ada rasa untuk mempertahankan diri. Dorongan yang pertama
adalah dorongan mempertahankan diri, kemudian setelah itu dorongan mengembangkan diri.
Dorongan mempertahankan diri terwujud diri sendiri. Anak menyatakan perasaan lapar, luas,
dan sakit dalam bentuk menangis. Ia mempertahankan dirinya dengan cara menangis.  Jika ibu
mendengar anak-anaknya menangis, tangisannya itu dianggap sebagai dorongan
mempertahankan diri.
       Dalam perkembangan jasmani dan rohani terlihat hasrat dasar untuk mengembangkan
pembawaan. Untuk anak-anak dorongan mengembangkan diri ini berbentuk hasrat mengenal
lingkungan, usaha belajar berjalan, kegiatan bermain, dan sebagainya. Di kalangan remaja
timbul rasa persaingan dan perasaan belum puas terhadap apa yang telah tercapai. Hal ini
dianggap sebagai dorongan mengembangkan diri.

6.   Hukum Irama (ritme) perkembangan


          Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk
perkembangan setiap orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak
selalu dialami perlahan-lahan dengan urut-urutan yang teratur, melainkan merupakan
gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti.
             Tempo dan irama perkembangan menekankan bahwa masing-masing individu
memiliki irama sendiri dalam perkembangannya ; ada yang cepat dan ada yang lambat.
Implikasinya : proses pembelajaran harus menghargai keunikan masing-masing peserta didik.
Tiap-tiap individu mengikuti pola perkembangan yang umum. Meskipun individu memiliki
irama dan tempo yang berbeda, disertai bakat yang berbeda, namun individu tersebut masih
mengikuti garis perkembangan umum. Jadi perbedaan itu bisa disebabkan karena pembawaan
dan lingkungan.
Misal,  A  : Berjelan 1 tahun
             B  :  Berjalan 1,5 tahun.
Baik A dan B masih mengikuti pola perkembangan umum, walaupun A lebih cepat berjalan
dari B.
 Perkembangan berlangsung sesuai dengan iramanya. Hukum irama berlaku untuk
perkembangan setiap orang. Baik perkembangan jasmani maupun perkembangan rohani tidak
selalu dialami perlahan-lahan dengan urut-urutan yang teratur, melainkan merupakan
gelombang-gelombang besar dan kecil yang silih berganti.
Tempo dan irama perkembangan menekankan bahwa masing-masing individu memiliki irama
sendiri dalam perkembangannya ; ada yang cepat dan ada yang lambat.
Implikasinya : proses pembelajaran harus menghargai keunikan masing-masing peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai