Anda di halaman 1dari 8

1b. Apa makna Ny.

Winda, 40 tahun, seorang ibu rumah tangga, diantar


suaminya ke Rumah Sakit dengan keluhan susah tidur, berdebar-debar, dan
sering berkeringat dingin tanpa sebab yang jelas.?
Maknanya Ny. Winda mengalami keluhan berdebar-debar dan
sering berkeringat dingin yang merupakan gejala fisik dari
kecemasan, sedangkan sulit atau susah berkonsentrasi merupakan
gejala kognitif dari kecemasan. Dimana gejala fisik dari
kecemasan yaitu kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak
berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa
lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung. Dan gejala
kognitif dari kecemasan yaitu khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa
depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera
terjadi, ketakutan akan ketidak mampuan untuk mengatasi
masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi (Maslim R. 2012).
Makna Ny. Winda mengalami gangguan anxietas ( gangguan
cemas menyeluruh) yang terkait dengan keluhan fisik. Dimana
berdasarakan PPDGJ III gejala dari gangguan cemas menyeluruh
yakni sebagai berikut :
1. Kecemasan (kekhawatiran akan nasib nuruk, merasa seperti
diujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik ( gelisah sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai)
Overaktivitas otonomik ( kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar,
sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb) (Maslim, 2012).
Maslim, R. 2012. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari
PPDGH-III dan DSM-V.
Jakarta: Universitas Atma Jaya

1d. Apa makna Satu tahun yang lalu Ny. Winda mengeluh kepalanya terasa
pusing, tegang yang berkepanjangan, berkeringat, gelisah, mudah tersinggung,
merasa mudah lelah, gemetaran dan nyeri ulu hati?

Keluhan yang dirasakan Ny. Della sudah berlangsung kronik.


Keluhan diatas memiliki makna bahwa peningkatan kerja sistem
saraf otonom simpatik Ny. Winda sudah berlangsung lama dan
merupakan salah satu manifestasi klinis dari gangguan kecemasan.
Selain itu dapat dilihat dari segi waktu 1 tahun yang menunjukan
GAD. Penderita harus menunjukkan ansietas sebagai gejala primer
yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu
sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol
pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating”
atau “mengambang”)

KEMENKES. 2015. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran


Jiwa. Jakarta

1j. Apa saja faktor penyebab dari khawatir dan gelisah?


1L. Apa saja macam macam gangguan kecemasan dan apa pada kasus?
Berdasarkan kriteria DSM-IV-TR, gangguan anxietas dibagi menjadi beberapa tipe
(Baldwin et al., 2014), yaitu:
1. Gangguan ansietas menyeluruh atau Generalized Anxiety
Disorders (GAD)
GAD merupakan perasaan cemas yang berat, menetap, disertai
dengan gejala somatik yang menyebabkan gangguan fungsi
sosial dan fungsi pekerjaan (Locke, et al., 2015). Kriteria
diagnostik untuk GAD membutuhkan setidaknya gejala
persisten hampir setiap hari selama minimal 6 bulan.
Kecemasan atau kekhawatiran disertai dengan setidaknya 3
gejala psikologis atau fisiologis. Gejala psikologi seperti
kecemasan yang berlebihan. kekhawatiran yang sulit dikontrol,
gelisah, konsentrasi rendah atau pikiran kosong. Gejala fisik
meliputi kegelisahan, kelelahan, ketegangan otot, gangguan
tidur, dan iritabilitas (Sadock dan Benjamin, 2014)
2. Gangguan panik atau Panic Disorders (PD)
Gejala untuk panic disorders biasanya dimulai dengan
serangkaian serangan panik yang tak terduga (Locke, et al.,
2015). Kriteria diagnostiknya diikuti oleh setidaknya
kekhawatiran yang berlangsung selama 1 bulan terus-menerus.
Selama terjadi serangan, harus ada setidaknya 4 gejala fisik,
ditambah dengan gejala psikologi. Gejala psikologi seperti depersonalisasi, takut
kehilangan kontrol, takut menjadi gila, serta takut mati. Sedangkan gejala fisik seperti
distress abdominal, nyeri dada, menggigil, pusing, hot flushes, palpitasi, mual, sesak
napas, berkeringat, takikardia, dan gemetar (Sadock dan Benjamin, 2014)
3. Gangguan obsesif komplusif
Gangguan obsesif komplusif di wakili oleh beragam kelompok gejala yaitu pikiran yang
iritusif, ritual, preokupasi, dan tindakan yang berulang. Tindakan kompulsif merupakan
usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesif nakun tidak selalu
berhasil meredakan ketegangan. Kecemasan juga bisa meningkat pada saat menahan
untuk tidak melakukan tindakan kompulsifnya (Sadock dan Benjamin, 2014)
4. Post-traumatic Stress Disorders (PTSD)
Dalam PTSD, kejadian trauma dapat menyebabkan rasa takut yang intens, tidak berdaya,
atau horor. Penderita disebut PTSD apabila memiliki setidaknya satu gejala
reexperiencing, tiga gejala avoidance yang persisten, dan dua gejala hiper-arousal. Gejala
dari setiap kategori harus lebih dari 1 bulan dan menyebabkan distress atau gangguan
yang signifikan. Gejala reexperiencing seperti kenangan berulang yang menyebabkan
trauma, mimpi yang berulang, merasa bahwa peristiwa trauma kembali terulang, reaksi
fisiologis terhadap pengingat trauma. Gejala avoidance seperti menghindari percakapan
tentang trauma, menghindari pemikiran tentang trauma, menghindari aktivitas yang dapat
mengingatkan terhadap suatu kejadian, menghindari orang atau tempat yang
membangkitkan ingatan trauma, ketidakmampuan untuk mengingat aspek penting dari
trauma, anhedonia. Gejala hyperarousal yaitu konsentrasi menurun, mudah kaget,
insomnia, dan iritabilitas (Sadock dan Benjamin, 2014)

5. Agoraphobia
Yaitu ketakutan akan tempat-tempat yang bisa membuatnya
merasa malu yang akan memicu serangan panik. Gangguan ini
penderitanya akan menghindari berbagai situasi yang mungkin
menyebabkan panik seperti ketika bertemu orang banyak,
angkutan umum, atau ruang tertutup misalnya lift. Penderita
agoraphobiabiasanya hanya akan mengurung diri di rumah karena
takut berada di tempat umum dan ruang terbuka (Bandelow, et al.,
2017)
6. Spesifik fobia
Merupakan gangguan fobia yang terbatas pada situasi tertentu,
biasanya meliputi ketakutan terhadap hewan (misalnya kucing,
laba-laba atau serangga), atau fenomena alam (misalnya darah,
ketinggian dan kedalaman air). Penderita yang mengalami
gangguan ini akan menghindari objek-objek yang ditakuti
(Bandelow, et al., 2017)

Bandelow, B., Michaelis, S. and Wedekind, D., 2017. Treatment of anxiety


disorders. Dialogues in clinical neuroscience, 19(2), p.93.

1n. Apa etiologi dari gangguan tidur secara umum dan pada kasus?
Sebab-sebab utama yang bisa menyebabkan gangguan tidur termasuk:
 Gaya hidup yang kerap dan tidak teratur.
 Masalah-masalah fisik seperti mengalami kesakitan, masalah
pernafasan, kerap kencing waktu malam.
 Gangguan psikologikal atau penyakit mental contohnya
skizofrenia , kemurungan, kebimbangan , stres dan lain-lain.
 Penyalahgunaan obat dan alcohol.
 Faktor lingkungan seperti terlalu bising, panas atau terang
(Sudoyo, Aru. W,dkk. 2014).
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.

2c. Apa saja dampak rasa khwatir yg berlebihan?


2e. Apa dampak menarik diri dari pergaulan?
Menarik diri adalah suatu pola tingkah laku menghindari kontak
dengan orang, situasi atau lingkungan yang penuh dengan stress yang
dapat menyebabkan kecemasan fisik dan psikologis. Individu yang
menarik diri cenderung untuk menghindari hubungan interpersonal
dan dalam menghadapi realitas. Dampak dari perilaku menarik diri
adalah gangguan perawatan diri, gangguan penampilan diri dan
potensial terjadinya halusinasi bahkan keinginan untuk bunuh diri. Mengingat dampak
tersebut maka diperlukan asuhan keperawatan yang komprehensif dan intensif khususnya
untuk menarik diri (Novy, 2017).
3b. Apa makna Tidak ada gejala-gejala psikopatologi, cukup realistik?
Tidak ada kelianna psikotik pada pasien. Menyingkirkan DD
gangguan psikotik/ skizofrenia.
4c. Apa saja klasifikasi gangguan kepribadian?
1. Gangguan Kepribadian Kelompok A
a. Gangguan Kepribadian Paranoid
Individu yang memiliki kepribadian paranoid dalam DSM-
IV ditandai dengan ketidakpercayaan terhadap orang lain dan
menganggap orang lain memiliki motif tersembunyi dan
ditafsirkan sebagai orang yang jahat (Ekselius, 2018).
b. Gangguan Kepribadian Skizoid
Individu yang mengalami skizoid dalam DSM-IV memiliki
kecenderung tidak menginginkan adanya interaksi sosial dan
hubungan intim serta memiliki sifat acuh terhadap suatu
hubungan, mereka lebih nyaman menghabiskan waktu sendiri.
Seorang individu dengan gangguan skizoid lebih suka
menghabiskan waktu sendiri dibandingkan dengan orang lain,
mereka sering tampak terisolasi secara sosial dan lebih memilih
untuk menjadi penyendiri (Ekselius, 2018).
c. Gangguan Kepribadian Skizotipal
Skizotipal adalah gangguan kepribadian dimana individu dengan
kecenderungan memiliki pola fikir yang khas sehingga dapat
merusak komunikasi dan interaksi yang tengah berlangsung.
Skizotipal dalam DSM-IV dapat digolongkan menjadi 4 kriteria
yaitu: kategori pertama, memiliki sifat paranoid dan cenderung
mencurigai orang lain, kategori ke dua adalah referensi ide,
dimana mereka menganggap kejadian yang ada disekitar
berkaitan langsung dengannya, kategori ketiga adalah magical
think and odd beliefs, dimana individu mempercayai suatu
keyakinan terhadap sihir dan hal yang aneh, kategori ke empat
yaitu orang yang memiliki halusinasi (Ekselius, 2018).
2. Gangguan Kepribadian Kelompok B
a. Gangguan Kepribadian Antisosial
Individu dengan kecenderungan antisosial dan psikopati
merupakan individu yang tidak memperhatikan hak orang lain.
Dalam DSM-IV dijelaskan ada beberapa karakteristik gangguan
kepribadian antisosial seperti terus menerus melanggar hukum,
agresi, sering berbohong, tidak peduli pada keselamatan orang
lain dan diri sendiri, kurang memiliki rasa penyesalan atas
tindakannya, dan masih banyak (Ekselius, 2018).
b. Gangguan Kepribadian Ambang
Individu dengan gangguan kepribadian ambang (Borderline
Personality Disorder) memiliki kecenderungan tidak stabil
dalam berhubungan dan juga mood. Dalam DSM- IV
kepribadian ambang memiliki beberapa tanda seperti: memiliki
hubungan yang tidak stabil, gangguan identitas, mood yang
mudah berubah-ubah, karena itu individu dengan kepribadian
ambang memiliki kecenderungan mudah depresi (Ekselius,
2018).
c. Gangguan Kepribadian Histronik
Gangguan kepribadian historik merupakan kepribadian dimana
seorang individu menjadi terlalu dramatis dan mencari perhatian,
dalam DSM-IV juga dipaparkan individu dengan kecenderungan
historik akan memiliki sifat yang emosional. Gangguan
kepribadian histronik memiliki beberapa karakteristik seperti tidak
nyaman ketika dia tidak menjadi pusat perhatian, memiliki sifat
provokatif dalam berhubungan seksual, emosi yang mudah
berubah, menggunakan fisik untuk menarik perhatian, dan
lainnya (Ekselius, 2018).
3. Gangguan Kepribadian Kelompok C
a. Gangguan Kepribadian Menghindar
Gangguan kepribadian menghindar dalam DSM-IV
diartikan sebagai individu yang memiliki kecenderungan dimana
individu takut akan suatu kritikan, penolakan dari orang lain
sehingga lebih memilih untuk tidak memiliki hubungan, pilihan.
kecuali ketika merasa benar-benar yakin. Individu dengan
kecenderungan menghindar akan menghindari pekerjaan yang
mengharuskan kontak interpersonal (Ekselius, 2018).
b. Gangguan Kepribadian Obsesif
Orang dengan gangguan kepribadian obsesif cenderung
perfeksionis, dan cenderung fokus pada detil, sehingga dapat
menghambat proses kerja dan terhambatnya suatu proyek.
Dalam DSM-IV orang yang memiliki gangguan kepribadian
obsesif memiliki ciri seperti sibuk dengan detil, menunjukan
perfeksionisme, berlebihan ketika mengerjakan suatu pelerjaan,
tidak ada mengabaikan obyek yang mengganggu, dan lainnya.
Dalam menilai seseorang tidak boleh mencakup perilaku yang
mencerminkan kebiasaan, yang secara budaya tidak menjadi
masalah ditempat budaya tersebut, dan masyarakat tersebut
tidak diidentifikasi sebagai orang yang mengalami kepribadian
obsesif tersebut (Ekselius, 2018).
c. Gangguan Kepribadian Dependen
Gangguan kepribadian dependen dalam DSM - IV adalah
kepribadian dimana orang yang mengalami gangguan tersebut
akan sulit menentukan suatu pilihan dan cenderung
mengandalkan orang lain secara berlebihan untuk menentukan
suatu pilihan (Ekselius, 2018).
Ekselius, L. 2018. Personality disorder: a disease in disguise. Upsala Journal of
Medical Sciences, 123 (4), pp. 194–204.
4e. Apa hubungan riwayat gangguan cemas dan premorbid dengan keluhan yg
dialami ny winda?
6a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan psikiatri pada kasus?
11. Tata laksana
13. Prognosis: Quo ad vitam: Bonam
Quo ad fungtionam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
15a. Al-baqarah 155 : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.

Anda mungkin juga menyukai