Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

PRAKTIKUM PEMERIKSAAN PERSEPSI PENGECAPAN


MODUL SISTEM GASTROINTESTINAL, HEPATOBILIER DAN
PANKREAS

Disusun Oleh:
Gabriela Beatrix Siampa Rumbino (230111010211)
Marcia Rosmonic Minipko (230111010212)
Naomi Gabrelia Yeimo (230111010213)
Beatrix Audrey Alicia Bawole (230111010214)
Edwin William Wangke (230111010215)
Elisa Franklin Patras (230111010216)
Erico Benedictus Sanyoto (230111010217)
Gracia Mercy Erlinda Patiro (230111010218)
Hervid Adolf Theodorus Mangindaan (230111010219)
Jeniffer Kate Lengkong (230111010220)
Sayra Natalie Karundeng (230111010221)

Instruktur:
Dr. dr.Herlina I.S.Wungouw,Ms.AppSc.MsMed.Ed.AIFM dr.
Damajanty H.C.Pangemanan,M.Kes. Sp.KKLP. AIFM.AIFO dr.
Joice Nancy A. Engka, M.Kes. Sp.KKLP. AIFM.AIFO dr.
Hedison Polii, M.Kes. Sp.KKLP. AIFM.AIFO dr. Diana
V.D.Doda, MHOS.PhD
dr. Ivonny M. Sapulete.MSc. dr. Sylvia
R.Marunduh, M.Med. AIFM
Dr.dr.Erwin A. Pangkahila, M.Repro.SpPD

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
A. TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Mahasiswa mampu menganalisis keadaan saliva yang meliputi pengukuran aliran
saliva, pH dan viskositas.
2. Setelah mahasiswa melakukan analisis maka diharapkan mahasiwa mampu
menjelaskan proses proses yang terjadi pada saliva saat melakukan fungsinya
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap hasil percobaan.

B. DASAR TEORI

Saliva, cairan eksokrin, dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui kelenjar saliva.
Secara umum, saliva berfungsi untuk berbagai hal, termasuk membantu pencernaan makanan,
menjaga keseimbangan air, menjaga integritas gigi, berfungsi sebagai buffer, dan memastikan
kesehatan rongga mulut.

Saliva tidak selalu diproduksi dalam jumlah besar; itu hanya meningkat pada waktu
tertentu saja. Kecepatan aliran sekresi saliva berubah sesuai dengan fungsi waktu dan
individu; sekresi saliva minimal pada saat tidak distimulasi dan maksimal pada saat
distimulasi.Pada saat istirahat, aliran saliva rata-rata 20 ml/jam, saat makan 150 ml/jam, dan
saat tidur 20 hingga 50 ml/jam.

Susunan ion dalam saliva dapat dipengaruhi oleh peningkatan sekresi saliva karena
lebih banyak ion dikeluarkan menuju muara kelenjar saliva. Saliva terdiri dari 94,0% hingga
99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen anorganik saliva termasuk Na+, K+, Ca
2+, Mg 2+, Cl, SO4, H2PO4, dan HPO4. Komponen organik utama saliva adalah protein.
Saliva juga mengandung lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak, dan vitamin.

Apabila terjadi perubahan susunan ionion dalam saliva dapat mempengaruhi fungsi
dan peranannya didalam rongga mulut, sehingga dapat menimbulkan efek yang merugikan
bagi kesehatan rongga mulut.

Reflek tidak bersarat yang distimulasi dari dalam rongga mulut adalah salah satu cara
sekresi saliva terjadi. Stimulus ini terdiri dari stimulus mekanik dan kimiawi. Stimulus
mekanik menunjukkan dirinya dalam bentuk pengunyahan, sedangkan stimulus kimiawi
menunjukkan efek kesan pengecapan.Kedua stimulus tersebut memicu refleks salivasi.
Banyak penelitian telah dilakukan tentang efek saliva terhadap berbagai rangsang. Dalam
beberapa penelitian yang dilakukan tentang bagaimana berbagai makanan yang dikonsumsi
berdampak pada sekresi saliva, para peneliti menemukan bahwa stimulasi pengunyahan dan
pengecapan secara bersamaan meningkatkan kecepatan aliran dan pH saliva.

Kesan pengecapan dan sekresi saliva terkait dengan stimulus kimiawi dalam rongga
mulut. Substansi kimia seperti asam sitrun dapat menimbulkan pengecapan dan rasa asam
yang tajam ketika diterapkan di pangkal lidah. Stimulus kimiawi yang bersifat asam adalah
yang paling efektif untuk meningkatkan sekresi saliva.Kecepatan aliran saliva tergantung
pada kondisi kelenjar saliva, baik tanpa stimulasi maupun terstimulasi. Kecepatan aliran
saliva tanpa stimulasi adalah 0,26 mililiter per menit dengan pH antara 6,10 hingga 6,47, dan
dapat meningkat sampai 7,8 saat kecepatan aliran saliva maksimum. Sekresi saliva
terstimulasi adalah 3,0 mililiter per menit dengan pH 7,62,4.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Saliva
2. Tissue
3. Timer
4. Sarung tangan

D. CARA PEMERIKSAAN

• Non Stimulasi
Melihat jumlah aliran saliva yang masuk ke rongga mulut tanpa adanya stimulus
eksogen (dari luar). Pemeriksaan ini disebut juga resting flow rate.
Cara pemeriksaan :
- Sediakan tissue (apa saja), dilapis 2
- Tarik bibir orang coba dan letakkan tissue pada setengah permukaan bibir
orang coba
- Lihat droplet (pembasahan biasanya berbentuk bulat) yang terbentuk pada
tissue.

E. HASIL
Ketentuan:
• Droplet terbentuk <30 detik, hasilnya tinggi
• Droplet terbentuk 30 – 60 detik hasilnya sedang
• Droplet terbentuk 60 – 70 detik hasilnya rendah
Hasil
• Menghitung laju aliran saliva tanpa mengunyah permen karet :
Terbentuk droplet pada 30-60 detik, hasil dikategorikan sedang
• Menghitung laju aliran saliva setelah mengunyah permen karet:
Terbentuk droplet pada <30 detik, hasilnya dikategorikan bagus.

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan menghitung laju aliran saliva tanpa mengunyah permen karet, sekresi
saliva tidak sebanyak saat setelah mengunyah permen karet dikarenakan dengan kita
mengunyah permen karet kelenjar liur memproduksi lebih banyak saliva agar dapat
melancarkan proses menelan makanan.

G. KESIMPULAN
Dari hasil yang kita dapatkan dapat disimpulkan bahwa ketika kita mengunyah
sesuatu, air liur akan diproduksi lebih banyak dibandingkan saat tidak terjadi proses
mastikasi. jadi, dapat disimpulakan bahwa proses mastikasi dapat menstimulasi
diproduksinya saliva.

H. DAFTAR PUSTAKA
1. Edgar WM, 1992, Saliva its Secretion, Composition, and Function. British Dent J;
172. hal. 305-12 2.
2. Amerongen AV, 1992, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi, edisi
kelima. Gajah Mada University Press ;Yogyakarta
3. Harris ON & Christen AG,1995. Primary Preventive Dentistry. Norwalk,
Connecticut : Appleton & Lange. Hal.235-56

I. DOKUMENTASI
• Mengukur laju saliva tanpa mengunyah permen karet
• Mengukur laju saliva setelah mengunyah permen karet
A. TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Mahasiswa mampu menganalisis keadaan saliva yang meliputi pengukuran aliran
saliva, pH dan viskositas.
2. Setelah mahasiswa melakukan analisis maka diharapkan mahasiwa mampu
menjelaskan proses proses yang terjadi pada saliva saat melakukan fungsinya
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap hasil percobaan.

B. DASAR TEORI

Saliva, cairan eksokrin, dikeluarkan ke dalam rongga mulut melalui kelenjar saliva.
Secara umum, saliva berfungsi untuk berbagai hal, termasuk membantu pencernaan
makanan, menjaga keseimbangan air, menjaga integritas gigi, berfungsi sebagai buffer,
dan memastikan kesehatan rongga mulut.

Saliva tidak selalu diproduksi dalam jumlah besar; itu hanya meningkat pada waktu
tertentu saja. Kecepatan aliran sekresi saliva berubah sesuai dengan fungsi waktu dan
individu; sekresi saliva minimal pada saat tidak distimulasi dan maksimal pada saat
distimulasi.Pada saat istirahat, aliran saliva rata-rata 20 ml/jam, saat makan 150 ml/jam,
dan saat tidur 20 hingga 50 ml/jam.

Susunan ion dalam saliva dapat dipengaruhi oleh peningkatan sekresi saliva karena
lebih banyak ion dikeluarkan menuju muara kelenjar saliva. Saliva terdiri dari 94,0%
hingga 99,5% air, bahan organik, dan anorganik. Komponen anorganik saliva termasuk
Na+, K+, Ca 2+, Mg 2+, Cl, SO4, H2PO4, dan HPO4. Komponen organik utama saliva
adalah protein. Saliva juga mengandung lipida, glukosa, asam amino, ureum, amoniak,
dan vitamin.

Apabila terjadi perubahan susunan ionion dalam saliva dapat mempengaruhi fungsi
dan peranannya didalam rongga mulut, sehingga dapat menimbulkan efek yang
merugikan bagi kesehatan rongga mulut.

Reflek tidak bersarat yang distimulasi dari dalam rongga mulut adalah salah satu cara
sekresi saliva terjadi. Stimulus ini terdiri dari stimulus mekanik dan kimiawi. Stimulus
mekanik menunjukkan dirinya dalam bentuk pengunyahan, sedangkan stimulus kimiawi
menunjukkan efek kesan pengecapan.Kedua stimulus tersebut memicu refleks salivasi.
Banyak penelitian telah dilakukan tentang efek saliva terhadap berbagai rangsang. Dalam
beberapa penelitian yang dilakukan tentang bagaimana berbagai makanan yang
dikonsumsi berdampak pada sekresi saliva, para peneliti menemukan bahwa stimulasi
pengunyahan dan pengecapan secara bersamaan meningkatkan kecepatan aliran dan pH
saliva.

Kesan pengecapan dan sekresi saliva terkait dengan stimulus kimiawi dalam rongga
mulut. Substansi kimia seperti asam sitrun dapat menimbulkan pengecapan dan rasa asam
yang tajam ketika diterapkan di pangkal lidah. Stimulus kimiawi yang bersifat asam
adalah yang paling efektif untuk meningkatkan sekresi saliva.Kecepatan aliran saliva
tergantung pada kondisi kelenjar saliva, baik tanpa stimulasi maupun terstimulasi.
Kecepatan aliran saliva tanpa stimulasi adalah 0,26 mililiter per menit dengan pH antara
6,10 hingga 6,47, dan dapat meningkat sampai 7,8 saat kecepatan aliran saliva
maksimum. Sekresi saliva terstimulasi adalah 3,0 mililiter per menit dengan pH 7,62,4.

C. ALAT DAN BAHAN

1. Saliva
2. Tissue
3. Timer
4. Sarung tangan

D. CARA PEMERIKSAAN

• Non Stimulasi
Melihat jumlah aliran saliva yang masuk ke rongga mulut tanpa adanya stimulus
eksogen (dari luar). Pemeriksaan ini disebut juga resting flow rate.
Cara pemeriksaan :
- Sediakan tissue (apa saja), dilapis 2
- Tarik bibir orang coba dan letakkan tissue pada setengah permukaan bibir
orang coba
- Lihat droplet (pembasahan biasanya berbentuk bulat) yang terbentuk pada
tissue.

E. HASIL
Ketentuan:
• Droplet terbentuk <30 detik, hasilnya tinggi
• Droplet terbentuk 30 – 60 detik hasilnya sedang
• Droplet terbentuk 60 – 70 detik hasilnya rendah
Hasil
• Menghitung laju aliran saliva tanpa mengunyah permen karet :
Terbentuk droplet pada 30-60 detik, hasil dikategorikan sedang
• Menghitung laju aliran saliva setelah mengunyah permen karet:
Terbentuk droplet pada <30 detik, hasilnya dikategorikan bagus.

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan menghitung laju aliran saliva tanpa mengunyah permen karet, sekresi
saliva tidak sebanyak saat setelah mengunyah permen karet dikarenakan dengan kita
mengunyah permen karet kelenjar liur memproduksi lebih banyak saliva agar dapat
melancarkan proses menelan makanan.

G. KESIMPULAN
Dari hasil yang kita dapatkan dapat disimpulkan bahwa ketika kita mengunyah
sesuatu, air liur akan diproduksi lebih banyak dibandingkan saat tidak terjadi proses
mastikasi. jadi, dapat disimpulakan bahwa proses mastikasi dapat menstimulasi
diproduksinya saliva.

H. DAFTAR PUSTAKA
1. Edgar WM, 1992, Saliva its Secretion, Composition, and Function. British Dent J;
172. hal. 305-12 2.
2. Amerongen AV, 1992, Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi, edisi
kelima. Gajah Mada University Press ;Yogyakarta
3. Harris ON & Christen AG,1995. Primary Preventive Dentistry. Norwalk,
Connecticut : Appleton & Lange. Hal.235-56

I. DOKUMENTASI
• Mengukur laju saliva tanpa mengunyah permen karet
• Mengukur laju saliva setelah mengunyah permen karet
TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Mahasiswa mampu menganalisis keadaan saliva yang meliputi pengukuran
aliran saliva, pH dan viskositas.
2. Setelah mahasiswa melakukan analisis maka diharapkan mahasiwa mampu
menjelaskan proses proses yang terjadi pada saliva saat melakukan fungsinya
berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap hasil percobaan.

A. DASAR TEORI

Saliva, sebagai campuran berbagai cairan dan komponen yang diekskresikan


ke dalam rongga mulut, merupakan substansi penting dalam menjaga kesehatan dan
menjalankan fungsi-fungsi krusial bagi sistem pencernaan dan kebersihan oral.
Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor, yaitu parotid,
submandibular, dan sublingual, bersama dengan sejumlah kelenjar saliva minor,
serta cairan dari eksudat ginggiva. Fungsi utama saliva melibatkan peranannya
dalam inisiasi pencernaan karbohidrat, memfasilitasi proses menelan, memberikan
efek antibakteri, bertindak sebagai pelarut untuk zat-zat yang merangsang pengecap,
serta berperan dalam pemeliharaan kesehatan mukosa mulut.

Saliva menunjukkan keberagaman fungsi yang luas, termasuk kemampuannya


untuk memulai proses pencernaan karbohidrat melalui amilase saliva,
mempermudah proses menelan dengan mukus pelumas, serta memberikan
perlindungan antibakteri melalui lisozim. Keberlanjutan aliran saliva juga
berkontribusi dalam menjaga kebersihan oral dengan membilas residu makanan, sel
epitel, dan benda asing. Selain itu, saliva berperan sebagai penyangga bikarbonat
yang dapat menetralkan asam di makanan dan yang dihasilkan oleh bakteri di mulut,
sehingga berkontribusi dalam pencegahan karies gigi. Dengan adanya growth factor,
saliva juga mendukung proses penyembuhan luka pada mukosa mulut. Keseluruhan,
peran saliva tidak hanya terbatas pada proses pencernaan, tetapi juga memainkan
peran penting dalam menjaga kesehatan dan fungsionalitas sistem mulut secara
keseluruhan.

Pada orang normal, laju aliran saliva dalam keadaan tidak terstimulasi sekitar
0,3-0,4 ml/menit. Jumlah sekresi saliva per hari tanpa distimulasi adalah 300 ml.
Sedangkan ketika tidur selama 8 jam, laju aliran saliva hanya sekitar 15 ml. Dalam
kurun waktu 24 jam, saliva rata-rata akan terstimulasi pada saat makan selama 2
jam. Lalu saliva berada dalam kondisi istirahat selama 14 jam, dengan total produksi
saliva 700-1500 ml. Sisanya merupakan saliva dalam kondisi istirahat.17 Ketika
saliva distimulasi, laju aliran saliva meningkat hingga mencapai 1,5-2,5 ml/menit.
Pasien disebut xerostomia jika saat terstimulasi laju aliran saliva kurang dari 0,7
ml/menit.
Saliva diproduksi oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor yaitu parotid,
submandibular, dan sublingual beserta kelenjar minor yang tersebar di bawah
epitelium oral. Tiap kelenjar terhadap total volume saliva berkontribusi sebanyak
30% dari kelenjar parotid, 60% dari kelenjar submandibular, 5% dari sublingual dan
5% dari kelenjar minor. Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, dengan
berat antara 15 sampai 30 gram dan berukuran 6x3 cm. Kelenjar parotid memiliki
lobus superfisial yang luas dan lobus profundal dengan N. Faciolus yang terletak di
antara kedua lobus. Sebanyak 20 % kelenjar parotid memiliki 6 nodus limfa yang
ditemukan di segitiga submandibular. Refleks saraf shepherd stimulus mekanik
karena pergerakan lidah dan bibir berperan dalam sel sekretori terutama pada
kelenjar submandibula . Kelenjar saliva yang berukuran paling kecil adalah kelenjar
sublingual dengan berat antara 2 gram sampai 4 gram. Kelenjar sublingual terletak di
dalam dasar mulut antara mandibula dan M. Genioglossus

B. ALAT DAN BAHAN


1. Saliva
2. Tissu
3. Timer
4. Sarung tangan
5. Permen karet

C. CARA KERJA
Stimulasi
Melihat jumlah laju aliran saliva dengan adanya pemberian stimulus.
Metode pengambilan saliva dengan cara :
1. Metode draining, yaitu membiarkan saliva terus mengalir ke dalam
tabung gelas
2. Metode spitting, yaitu saliva dikumpulkan terlebih dahulu dalam mulut
tertutup setelah itu diludahkan ke dalam tabung gelas
3. Metode suction, yaitu saliva disedot menggunakan pipa suction yang
diletakkan dibawah lidah
4. Metode swab, yaitu dengan menggunakan 3 buah cotton roll. 1 buah
cotton roll diletakkan dibawah lidah, 2 buah sisanya diletakkan pada
vestibulum molar 2 di atas. Setelah itu lakukan penimbangan berat
saliva.

Cara pemeriksaan :
Metode pengukuran yang digunakan adalah spitting, karena lebih mudah dilakukan
oleh orang coba. Pemeriksaan dilakukan dengan cara :
• Menyuruh orang coba untuk mengunyak permen karet selama 3 menit,
kemudian saliva diludahkan ke dalam tabung gelas
• Sediakan tissue (apa saja), dilapis 2
• Tarik bibir orang coba dan letakkan tissue pada setengah permukaan bibir
orang coba
• Lihat droplet (pembasahan biasanya berbentuk bulat) yang terbentuk pada
tissue

D. HASIL
Ketentuan:
Droplet terbentuk <30 detik, hasilnya tinggi
Droplet terbentuk 30 – 60 detik hasilnya sedang
Droplet terbentuk 60 – 70 detik hasilnya rendah

Hasil :
• Dari hasil praktikum laju aliran saliva setelah mengunyah permen karet:
Droplet terbentuk <30 detik
• Dari hasil praktikum laju aliran saliva sebelum mengunyah permen karet
Droplet terbentuk 60 – 70 detik

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan menghitung laju aliran saliva dengan mengunyah permen
karet hasilnya sekresi cairan saliva lebih banyak hal ini dikarenakan Ketika
seseorang mengunyah makanan, gerakan rahang dan mulutnya menghasilkan
stimulasi fisik yang mengirim sinyal kepada saraf-saraf di sekitar mulut dan rahang.
Stimulasi ini kemudian mengaktifkan kelenjar ludah untuk memproduksi dan
memompa saliva ke dalam mulut. Di sisi lain, ketika seseorang tidak mengunyah,
aktivitas sekresi saliva cenderung berkurang karena tidak adanya stimulasi yang
signifikan dari gerakan mengunyah.

Mengunyah permen karet dapat merangsang produksi saliva lebih banyak


dibandingkan dengan tidak mengunyah apa pun. Beberapa alasan mengapa
mengunyah permen karet dapat meningkatkan produksi saliva melibatkan
mekanisme refleks dan stimulasi tertentu:

1. Aktivitas Pengunyahan:
Saat mengunyah permen karet, aktivitas rahang dan otot-otot sekitarnya
meningkat. Proses pengunyahan ini memberikan sinyal ke sistem saraf yang
mengatur produksi saliva, merangsang kelenjar saliva untuk meningkatkan
sekresi.

2. Rangsangan Rasa:
Rasa pada permen karet, terutama jika permen karet tersebut memiliki rasa
atau keasaman tertentu, dapat memberikan rangsangan pada papil pengecap
di lidah. Ini dapat memicu respons refleks yang meningkatkan produksi saliva
sebagai bagian dari persiapan tubuh untuk proses pencernaan.
3. Mekanisme Refleks Mulut:
Pengunyahan secara alami menyertakan gerakan rahang dan mulut. Gerakan
ini dapat merangsang reseptor-refleks di dalam mulut dan rongga mulut yang
mengirimkan sinyal ke otak untuk meningkatkan sekresi saliva sebagai
respons alami terhadap aktivitas mengunyah.

4. Amilase Saliva:
Permen karet sering kali menyertakan gula atau pemanis buatan, yang dapat
memberikan substrat bagi amilase saliva. Amilase saliva adalah enzim yang
membantu dalam pemecahan karbohidrat, dan ketika mengunyah permen
karet, amilase saliva dapat berinteraksi dengan pemanis yang ada, memulai
proses pencernaan karbohidrat dan merangsang produksi lebih banyak saliva

G. KESIMPULAN
Pengunyahan permen karet merangsang produksi saliva lebih banyak
dibandingkan dengan tidak mengunyah apa pun karena aktivitas pengunyahan
meningkatkan stimulasi fisik pada saraf-saraf di sekitar mulut dan rahang, serta
memberikan rangsangan pada papil pengecap di lidah. Ini memicu respons refleks
yang meningkatkan produksi saliva sebagai persiapan tubuh untuk pencernaan.
Selain itu, permen karet mengandung gula atau pemanis buatan yang dapat
merangsang produksi saliva lebih lanjut melalui interaksi dengan amilase saliva,
enzim yang membantu pemecahan karbohidrat. Oleh karena itu, mengunyah permen
karet dapat efektif me rangsang produksi saliva.

H. DAFTAR PUSTAKA

V. S. Nascimento, G. A. F. Reis, dan A. P. Medeiros. Salivary Proteins: Structure,


Function, and Biomarkers. 2012. Accounts of Chemical Research

D. T. Zero. Salivary Function in Health and Disease. 1990. Critical Reviews in


Oral Biology & Medicine

N. M. Dawes. Saliva: A Gateway to Health and Disease 2019. JuJournal of Oral


Biology and Craniofacial Research.

I. DOKUMENTASI

• Mengukur Laju Saliva dengan mengunyah permen karet


• Mengukur Laju Saliva tanpa mengunyah permen karet

Anda mungkin juga menyukai