Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BAHAN ETSA DAN BONDING

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1
KELAS F

1. SETIA MILATIA J 201911151 6. SHOFIYYATUL M. 201911156


2. SETYA GENTRANA 201911152 7. SUCI FARAH DIFA 201911157
3. SETYA WILLIYANTO 201911153 8. SUCY UTAMI DINANTI 201911158
4. SHAFA ADELYA PUTRI 201911154 9. SYAFIRA DAFFA AZIZ 201911159
5. SHAFFANAH ANINDA 201911155 10. SYAHLA SALSABILA 201911160

FASILITATOR : drg. PINKA TAHER, M. Biomed


MATA KULIAH : BIOMATERIAL 2

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyusun makalah “ Bahan Etsa dan Bonding“ dalam
keadaan sehat dan selesai tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berpartisipasi


dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada fasilitator dokter drg.. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyusunan
maupun isinya. Kami mengharapkan saran serta kritik dari pembaca agar
kedepannya kami dapat memperbaiki kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.


Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, 19 Maret 2020

1
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................2
1. 1 Latar Belakang........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN....................................................................................................4
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................6

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Bonding yang kuat dan tahan lama antara gigi dengan bahan restorasi adalah
sebuah target yang terus berusaha dicapai dalam bidang kedokteran gigi.1 Bahan
adhesif digunakan untuk menciptakan perlekatan antara resin komposit dan
struktur gigi, dan harus bekerja dengan efektivitas yang sama baiknya di enamel
maupun dentin. Perlekatan resin di enamel tahan lama dan dapat diprediksi
keberhasilan prosedur klinisnya. Interaksi antara enamel dan bahan adhesif
menimbullkan mikromekanis, dimana infiltrasi dari monomer resin ke dalam
mikroporus yang dihasilkan oleh asam dari proses pelarutan enamel dan aplikasi
lapisan monomer terpolimerisasi pada kristal hidroksiapatit yang terekspos
dalam mikroporus enamel.3 Percobaan untuk menciptakan perlekatan dengan
cara yang sama pada dentin telah diteliti secara mendalam. Struktur penyusun
dentin berbeda dengan enamel. Dentin memiliki kandungan organik yang lebih
tinggi, jumlah cairan yang lebih banyak dalam tubuli dentin, smear layer, dan
sifat alami permukaannya yang lembab.2

Sistem ikatan pada gigi melakukan tiga fungsi penting: (1) memberikan
ketahanan terhadap pemisahan substrat adherend (yaitu enamel, dentin, logam,
komposit, keramik) dari restoratif atau bahan cement), (2) mendistribusikan
tegangan sepanjang permukaan ikatan dan (3) menutup permukaan melalui
ikatan perekat antara dentin dan / atau enamel dan bahan terikat, dengan
demikian meningkatkan ketahanan terhadap kebocoran mikro dan mengurangi
risiko untuk sensitivitas pasca operasi, pewarnaan marginal, dan karies
sekunder.4.5

Saat ini, etsa asam adalah salah satu cara yang paling efektif
mempromosikan retensi restorasi dan untuk memastikan sambungan antar
permukaan tertutup pada margin restorasi.4.5

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu bahan etsa dan bonding


2. Apa saja mekanisme system adhesi
3. Apa itu sistem bonding
4. Apa saja komponen utama bonding
5. Bagaimana perkembangan generasi system bonding

1.3 Tujuan

1. Mengetahuin bahan etsa dan bonding


2. Mengetahui mekanisme system adhesi
3. Mengetahui system bonding
4. Dapat menjelaskan komponen utama bonding
5. Dapat menjelaskan perkembangan genereasi system bonding

5
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bahan Etsa dan Bonding

Bahan bonding merupakan sarana untuk mengikat dua bahan yang


berdampingan, misalnya, pada jaringan keras gigi, logam, komposit, atau
keramik, dan memberikan ketahanan terhadap pemisahannya. Ikatan dan adhesi
terdiri dari seperangkat fisik yang kompleks, yaitu mekanisme kimia dan
mekanik yang memungkinkan terjadinya keterikatan dan pengikatan suatu zat
dengan zat lainnya. Bahan bonding dirancang untuk mendukung pelekatan
antara resin komposit dengan permukaan gigi agar dapat menahan tekanan
mekanis dan tidak shrinkage. Sistem ikatan pada gigi melakukan tiga fungsi
penting: (1) memberikan ketahanan terhadap pemisahan substrat adherend (yaitu
enamel, dentin, logam, komposit, keramik) dari restoratif atau bahan cement),
(2) mendistribusikan tegangan sepanjang permukaan ikatan dan (3) menutup
permukaan melalui ikatan perekat antara dentin dan / atau enamel dan bahan
terikat, dengan demikian meningkatkan ketahanan terhadap kebocoran mikro
dan mengurangi risiko untuk sensitivitas pasca operasi, pewarnaan marginal,
dan karies sekunder.4.5

Saat ini, etsa asam adalah salah satu cara yang paling efektif
mempromosikan retensi restorasi dan untuk memastikan sambungan antar
permukaan tertutup pada margin restorasi. Bahan Etsa adalah asam yang relatif

6
kuat (pH = 1–2) yang digunakan untuk menghilangkan smear layers dan untuk
melarutkan fase mineral yang memungkinkan pembentukan mikromekanis yang
saling terikat di enamel dan di dalam dentin. Sejumlah agen asam telah
digunakan untuk memproduksi mikroporositas yang dibutuhkan. Namun, asam
fosfat konsentrasi antara 30% dan 50%, biasanya 37%, adalah agen etsa untuk
menghasilkan pola etsa yang konsisten tanpa merusak pulpa. Konsentrasi lebih
besar dari 50% menghasilkan pengendapan lapisan yang melekat monocalcium
phosphate monohydrate pada permukaan gigi yang dietsa. Berdasarkan
viskositasnya bahan etsa memiliki dua sediaan, yaitu cair dan gel. Dua sediaan
ini memiliki perbedaan viskositas yang dipengaruhi oleh kandungan koloidal
atau amorphous silika yang terkandung di dalamnya. Ketika pengaplikasian ,
bahan etsa cair sulit untuk dikontrol karena akan mudah meluber ke permukaan
gigi dan mukosa lainnya. Sehingga sering menyebabkan iritasi pada jaringan
gingiva. Pengaplikasian bahan etsa cair harus menggunakan mikro-brush.
Sedangkan pengaplikasian bahan etsa gel akan mudah dikontrol oleh dokter
gigi. Hal ini disebebakan oleh bahan etsa gel akan menetap pada permukaan gigi
yang akan diaplikasikan.4.5

2.2 Mekanisme Sistem Adhesi

Resin komposit sebagai bahan restorasi masih memiliki beberapa kelemahan


seperti : terjadi pengerutan sebanyak 2-4% saat polimerisasi, resistensi rendah,
dan rentan terhadap fraktur. Pengerutan saat polimerisasi dapat menyebabkan
tekanan polimerisasi sehingga timbul interface (marginal gap) dan terjadi
kebocoran mikro pada tepi restorasi. Penggunaan sistem bonding berperan pada
perlekatan resin komposit pada struktur gigi, sehingga perlekatan resin komposit
sebagai bahan restorasi meningkat Perkembangan bahan bonding
diklasifikasikan berdasarkan pada perbedaan teknik aplikasi dan komposisi
bahan bonding, pada dasarnya bahan bonding terdiri dari komponen etsa, primer
dan resin adhesive. Generasi awal menggunakan teknik pengaplikasian etsa,
primer dan adhesive secara terpisah.6

7
Bahan bonding email dikembangan untuk meningkatkan ke-mampuan
membasahi email yang teretsa. Bahan ini tidak mempunyai potensi per-lekatan
tetapi cenderung meningkatkan ikatan mekanis dengan membentuk resin tags.
Dentin bonding terdiri dari dentin con-ditioner yang berfungsi untuk
memodifikai smear layer yang terbentuk pada saat preparsi kavitas, primer yang
bekerja se-bagai bahan adhesif berfungsi untuk me-nyatukan antara komposit
dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang bersifat hidrofilik
dan bahan pengisi yang berfungsi meningkatkan adaptasi bonding terhadap
permukaan dentin. Secara umum bahan bonding dentin dapat di kelompokkan
menjadi dua kategori, pertama yaitu total etch merupakan bahan bonding yang
be-kerja dengan mendemineralisasi tubulus dentinalis dan melarutkan smear
layer de-ngan etsa asam. Selanjutnya yaitu self etch merupakan bahan bonding
yang tidak melarutkan smear layer tetapi me-modifikasinya sehingga lebih
permeabel ter-hadap monomer yang berpenetrasi. Total etch mempunyai
karakteristik pencucian kavitas setelah pengaplikasian asam fosfat 30-40%.
Kemampuan etsa dengan asam fosfat, selain dapat mengangkat smear layer pada
permukaan email juga menghasilkan porusitas yang banyak, sehingga
menghasilkan interaksi kimia dan interlocking yang cukup besar. Sistem adhesif
self-etch semakin berkembang, dimulai dengan sistem self-etch primer yang
terdiri dari dua tahap.6

aplikasi hingga sistem adhesive self-etch dengan satu tahap aplikasi. Karena
bonding ini menggabungkan tiga langkah sekaligus yaitu etsa, primer dan
bonding sehingga dikenal dengan sistem one –step self-etch adhesif atau yang
dikenal juga dengan bonding generasi VII.6

Pada awal tahun 2010 diperkenalkan suatu bahan restorasi baru yang
menggabungkan etsa, primer dan adhesif dalam satu kemasan flowable. Bahan
ini dikembangakan dari sistem adhesif generasi VII (self etch).Sediaan bahan
self adhesive flowable adalah Dyad Flow (Kerr) yang mempunyai kandungan
phospat functional GDPM (Glycero-phosphate dim ethacrylate) adhesive
monomer dengan PH 1,9. Monomer HEMA digunakan sebagai pembawa resin

8
untuk berpenetrasi ke dentin. Crosslinking monomer digunakan Bis-GMA.
Ikatan flowable dengan struktur gigi sangat rapat tanpa celah.2 Ikatan resin
komposit self adhesive flowable dengan struktur gigi melalui dua cara yaitu
melalui ikatan kimiawi antara kelompok phospat functional GDPM (Glycero –
phosphate dimethacrylate) sive monomer dan ion kalsium gigi, melalui
mikromekanikal yang dihasilkan dari interpenetrasi gabungan dari serabut
kolagen dentin dan polimerisasi monomer dari bahan tersebut. Kelemahan self
adhesif flowable (Dyad flow) belum banyak diteliti, tetapi prosedur scrubbing
yang keliru dapat menyebabkan permukaan gigi tidak teretsa maksimal sehingga
ikatan terhadap permukaan gigi tidak terbentuk yang dapat menyebabkan
kebocoran mikro.7

2.3 Menjelaskan Sistem Bonding

Saat ini, pengetsaan asam adalah salah satu cara yang paling efektif untuk
meningkatkan retensi restorasi dan untuk memastikan sambungan antar muka
yang tertutup rapat pada margin restorasi. Prosedur ini telah memperluas
penggunaan bahan restorasi berbahan resin karena memberikan ikatan yang kuat
dan tahan lama antara resin dan struktur gigi dan telah menjadi dasar dari
banyak prosedur gigi inovatif yang beragam seperti ikatan braket ortodontik dan
ikatan veneer laminasi porselen. Aplikasi tambahan termasuk pit and fissure
sealant; ikatan amalgam; baik ikatan enamel dan dentin; semen adhesif,
termasuk bahan restoratif glass-ionomer; dan sealer endodontik.8

Setiap material restorasi membutuhkan retensi dengan berbagai sistem


koneksi atau perlekatan (attachement). Adhesi atau bonding adalah fenomena
yang terjadi bila dua substansi yang berbeda bergabung menjdi satu, berkontak
dengan karena adanya gaya tarikmenartik diantara keduanya. Adhesif : material
yang digunakan untuk menghasilkan adhesi Istilah bonding digunaskan untuk
adhesi atau attachement. Bonding dapat terjadi bila cairan masuk ke dalam
porus atau celah permukaan material. Karena adanya mechanical interlocking
yang terjadi ketika cairan tersebut mengeras, akan berbentuk ikatan (bond) yang
kuat Adhesi = bonding.8

9
Agen pengikat gigi dirancang untuk memberikan antarmuka yang cukup
kuat antara komposit restoratif dan struktur gigi untuk menahan gaya mekanis
dan tegangan susut. Keberhasilan perekat bergantung pada dua jenis ikatan:

1. Saling penguncian mikromekanis, ikatan kimia dengan enamel dan dentin,


atau keduanya
2. Kopolimerisasi dengan matriks resin dari material komposit

Sebelum teknik total-etch diadopsi, agen pengikat email hanya digunakan


untuk meningkatkan pembasahan dan adaptasi resin pada permukaan email yang
terkondisi. Umumnya, agen pengikat enamel dibuat dengan menggabungkan
dimethacrylates berbeda dari resin bahan komposit (misalnya, bisGMA) dengan
monomer pengencer ( misalnya: triethylene glycol dimethacrylate ) [TEGDMA]
(Gambar 12.4) untuk mengontrol viskositas dan untuk meningkatkan
pembasahan. Agen ini tidak memiliki potensi untuk adhesi, tetapi mereka
meningkatkan ikatan mikromekanis dengan pembentukan tag resin yang optimal
di dalam email. Karena enamel dapat dijaga agar tetap kering, resin yang agak
hidrofobik ini bekerja dengan baik selama dibatasi pada enamel.5

Selama beberapa tahun terakhir, agen pengikat ini telah diganti dengan
sistem yang sama yang digunakan pada dentin. Transisi ini terjadi karena
manfaat resin pengikat simultan ke enamel dan dentin, bukan karena
peningkatan substansial dalam kekuatan ikatan.8

Berbagai macam bahan kimia telah dieksplorasi dan dipasarkan untuk


mencari spesies yang dapat menghasilkan ikatan permanen yang kuat dengan
dentin. Seperti dibahas di bagian sebelumnya tentang mekanisme adhesi, sistem
ikatan dentin yang berhasil harus memenuhi beberapa persyaratan:

1. Pengangkatan atau pembubaran smear layer dari enamel dan dentin secara
memadai
2. Pemeliharaan atau rekonstitusi matriks kolagen dentin
3. Pembasahan yang baik
4. Difusi dan penetrasi monomer yang efisien

10
5. Polimerisasi dalam struktur gigi
6. Kopolimerisasi dengan matriks komposit resin

Tabel 12-1 Klasifikasi Sistem Ikatan Gigi dan Contoh Representatif Produk
Komersial yang Saat Ini Tersedia untuk Penggunaan Klinis.8

2.4 Komponen Utama Bonding

 Etchants
Etchant adalah asam yang relatif kuat (pH = 1–2) yang digunakan untuk
menghilangkan lapisan noda dan untuk melarutkan fasa mineral untuk
memungkinkan pembentukan interlocking mikromekanis dalam enamel dan
dentin. Sejumlah agen asam telah digunakan untuk menghasilkan
mikroporositas yang dibutuhkan. Namun, asam fosfat pada konsentrasi antara
30% dan 50%, biasanya 37%, adalah bahan pengetsa yang lebih disukai untuk
menghasilkan pola etsa yang konsisten tanpa merusak pulpa. Konsentrasi yang
lebih besar dari 50% menghasilkan pengendapan lapisan melekat monokalsium
fosfat monohidrat pada permukaan terukir, yang menghambat pelarutan lebih

11
lanjut. Umumnya, etsa disuplai sebagai gel berair untuk memungkinkan
penempatan yang tepat di area tertentu. Gel ini sering dibuat dengan
menambahkan silika koloid (partikel halus yang sama yang digunakan dalam
komposit mikrofill) atau manik-manik polimer ke dalam asam. Sikat digunakan
untuk menempatkan gel asam, atau asam dapat disuplai dalam semprit sekali
pakai yang dapat diekspresikan ke enamel dan dentin. Selama penempatan,
penting untuk menyadari risiko gelembung udara yang mungkin masuk ke
antarmuka. Wilayah dengan kantong udara tidak akan terukir.9

 Primer

Seperti dibahas sebelumnya, etsa dentin sangat sensitif terhadap teknik


karena jaringan kolagen yang terdemineralisasi akan segera runtuh saat
dikeringkan. Oleh karena itu, pelapis dasar diperlukan untuk mempertahankan
jaringan kolagen yang diperluas sambil menghilangkan sisa air untuk
memungkinkan infiltrasi monomer perekat hidrofobik. Primer adalah larutan
yang mengandung monomer hidrofilik yang dilarutkan dalam pelarut seperti
aseton, etanol, atau air. Monomer tersebut menunjukkan sifat hidrofilik melalui
gugus fungsi fosfat, asam karboksilat, alkohol, atau ester. HEMA (2-
hydroxylethyl methacrylate, ditunjukkan pada Gambar 12-4) adalah monomer
primer yang banyak digunakan karena hidrofilisitasnya yang tinggi dan sifatnya
yang mirip pelarut.9

Campuran primer memiliki kisaran pH yang lebar karena variasi gugus fungsi
monomer yang sesuai. Urutan gugus fungsi dalam keasamannya adalah sebagai
berikut: asam sulfonat> fosfonat> fosfat> karboksilat> alkohol. Jika konsentrasi
monomer asam ditingkatkan dalam basa HEMA, formulasi primer dapat
mencapai pH yang cukup rendah (misalnya, 1–2) untuk menghilangkan lapisan
noda dan mengetsa dentin di bawahnya. Jika primer memiliki kemampuan etsa
dan prima, itu dikategorikan sebagai primer etsa sendiri.9

Untuk tujuan ini, monomer asam sering digunakan untuk merumuskan


primer pengetsaan sendiri. Perwakilan dari ini adalah HEMA-fosfat, fenil-P (2-

12
[metakriloksietil] fenil hidrogen fosfat), 10-MDP (10-methacryloyloxydecyl
dihydrogen phosphate), 4-MET (4-methacryloyloxyethyl trimellitic acid), 4-
META (4- methacryloyloxyethyl trimellitic anhydride), dan MAC-10 (11-
methacryloyloxy-1,1′-undecanedicarboxylic acid). Struktur kimia dari
komponen primer ini dan monomer sistem ikatan perwakilan lainnya
diilustrasikan pada Gambar 12-4. Agen bonding dentin awal didasarkan pada
model sukses dari agen kopling silan seperti yang digunakan untuk mengikat
filler anorganik ke resin matriks dalam komposit (lihat Bab 13, Gambar 13-3),
untuk mengikat veneer laminasi porselen melalui semen resin ke acid-etched.
email, dan untuk memperbaiki porselen yang retak dengan komposit (lihat Bab
14). Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12-5 (kiri), secara umum, zat
penghubung silan dapat direpresentasikan sebagai M – R – X. M mewakili
gugus atau gugus metakrilat tak jenuh yang mampu berkopolimerisasi dengan
monomer lain dari resin semen atau komposit. X mewakili kelompok yang
mampu bereaksi secara kimiawi dengan bahan mengandung silika seperti kaca
dan partikel pengisi silikat dalam komposit, dan mahkota dan veneer porselen,
dan / atau ion kalsium (Ca ++) dalam jaringan keras gigi. R adalah kelompok
pengatur jarak yang memberikan fleksibilitas dan mobilitas, dan dengan
demikian meningkatkan reaktivitas, untuk kelompok M setelah kelompok X
diimobilisasi oleh reaksi di permukaan. Demikian pula, monomer fosfat adhesif
pada Gambar 12-5 (kanan) juga memiliki struktur M – R – X. secara umum, zat
penghubung silan dapat direpresentasikan sebagai M – R – X. M mewakili
gugus atau gugus metakrilat tak jenuh yang mampu berkopolimerisasi dengan
monomer lain dari resin semen atau komposit. X mewakili kelompok yang
mampu bereaksi secara kimiawi dengan bahan bersilika seperti kaca dan partikel
pengisi silikat dalam komposit, mahkota dan veneer porselen, dan / atau ion
kalsium (Ca ++) dalam jaringan keras gigi. R adalah kelompok pengatur jarak
yang memberikan fleksibilitas dan mobilitas, dan dengan demikian
meningkatkan reaktivitas, untuk kelompok M setelah kelompok X diimobilisasi
oleh reaksi di permukaan. Demikian pula, monomer fosfat adhesif pada Gambar
12-5 (kanan) juga memiliki struktur M – R – X. secara umum, zat penghubung

13
silan dapat direpresentasikan sebagai M – R – X. M mewakili gugus atau gugus
metakrilat tak jenuh yang mampu berkopolimerisasi dengan monomer lain dari
resin semen atau komposit. X mewakili kelompok yang mampu bereaksi secara
kimiawi dengan bahan mengandung silika seperti kaca dan partikel pengisi
silikat dalam komposit, dan mahkota dan veneer porselen, dan / atau ion
kalsium (Ca ++) dalam jaringan keras gigi. R adalah kelompok pengatur jarak
yang memberikan fleksibilitas dan mobilitas, dan dengan demikian
meningkatkan reaktivitas, untuk kelompok M setelah kelompok X diimobilisasi
oleh reaksi di permukaan. Demikian pula, monomer fosfat adhesif pada Gambar
12-5 (kanan) juga memiliki struktur M – R – X. M mewakili gugus atau gugus
metakrilat tak jenuh yang mampu berkopolimerisasi dengan monomer lain dari
resin semen atau komposit. X mewakili kelompok yang mampu bereaksi secara
kimiawi dengan bahan bersilika seperti kaca dan partikel pengisi silikat dalam
komposit, mahkota dan veneer porselen, dan / atau ion kalsium (Ca ++) dalam
jaringan keras gigi. R adalah kelompok pengatur jarak yang memberikan
fleksibilitas dan mobilitas, dan dengan demikian meningkatkan reaktivitas,
untuk kelompok M setelah kelompok X diimobilisasi oleh reaksi di permukaan.
Demikian pula, monomer fosfat adhesif pada Gambar 12-5 (kanan) juga
memiliki struktur M – R – X. M mewakili gugus atau gugus metakrilat tak jenuh
yang mampu berkopolimerisasi dengan monomer lain dari resin semen atau
komposit. X mewakili kelompok yang mampu bereaksi secara kimiawi dengan
bahan mengandung silika seperti kaca dan partikel pengisi silikat dalam
komposit, mahkota dan veneer porselen, dan / atau ion kalsium (Ca ++) dalam
jaringan keras gigi. R adalah kelompok pengatur jarak yang memberikan
fleksibilitas dan mobilitas, dan dengan demikian meningkatkan reaktivitas,
untuk kelompok M setelah kelompok X diimobilisasi oleh reaksi di permukaan.
Demikian pula, monomer fosfat adhesif pada Gambar 12-5 (kanan) juga
memiliki struktur M – R – X. dan / atau ion kalsium (Ca ++) di jaringan keras
gigi. R adalah kelompok pengatur jarak yang memberikan fleksibilitas dan
mobilitas, dan dengan demikian meningkatkan reaktivitas, untuk kelompok M
setelah kelompok X diimobilisasi oleh reaksi di permukaan. Demikian pula,

14
monomer fosfat adhesif pada Gambar 12-5 (kanan) juga memiliki struktur M –
R – X. dan / atau ion kalsium (Ca ++) di jaringan keras gigi. R adalah kelompok
pengatur jarak yang memberikan fleksibilitas dan mobilitas, dan dengan
demikian meningkatkan reaktivitas, untuk kelompok M setelah kelompok X
diimobilisasi oleh reaksi di permukaan. Demikian pula, monomer fosfat adhesif
pada Gambar 12-5 (kanan) juga memiliki struktur M – R – X.9

Senyawa fosfat adhesif ini merupakan monomer etsa sendiri yang


digunakan dalam sistem ikatan dentin pertama, Sevriton (divisi DeTrey dari
Amalgamated Dental, sekarang Dentsply DeTrey, Konstanz, Jerman), yang
diperkenalkan pada tahun 1950-an. Monomer silan yang ditunjukkan, γ-
methacryloxypropyl trimethoxysilane, saat ini digunakan di semua aplikasi gigi
dari agen kopling. Contoh proses penahan permukaan diilustrasikan untuk
monomer fosfat pada Gambar 12-6. Untuk zat penghubung silan, lihat Gambar
13-13 di Bab 13. Analog dengan zat penghubung silan, diyakini bahwa ikatan
dentin dapat dicapai dengan membentuk ikatan kimia antara sistem resin dan
komponen anorganik atau organik dari dentin, di khususnya, Ca ++ dalam fase
mineral hidroksiapatit dentin.9

Gugus fosfat dan karboksilat membentuk ikatan khelasi dengan Ca ++


dan, oleh karena itu, diharapkan untuk membentuk ikatan tersebut selama
pelapisan gigi dentin, seperti yang telah ditemukan dengan semen
polikarboksilat (lihat Bab 14) dan diilustrasikan pada Gambar 12-6. Kemudian,
selama polimerisasi, gugus metakrilat dari molekul M – R – X dapat bereaksi
dengan matriks resin dari material komposit dan dengan demikian membentuk
ikatan kimia antara komposit dan dentin. Beberapa senyawa yang diyakini
memiliki sifat-sifat ini ditunjukkan pada Gambar 12-4: NPG-GMA (produk
kondensasi N-fenil glisin dan glikidil metakrilat, dan agen pengikat dentin
pertama), fosfat yang dapat dipolimerisasi (misalnya, fenil-P dan 10-MDP), dan
senyawa karboksilat (misalnya, 4-MET, MAC-10, dan 4-META). Juga dalam
kategori ini adalah asam poli (alkenoat) seperti yang digunakan dalam semen
ionomer karboksilat dan kaca (GIC), yang dibahas lebih rinci di bawah dan di

15
Bab 14. Namun, terlepas dari bukti teoritis bahwa ikatan kimiawi dengan
struktur gigi dimungkinkan, belum ada bukti eksperimental yang meyakinkan
yang telah divalidasi untuk membuktikan bahwa ikatan kimia yang signifikan
terjadi antara perekat dentin dan struktur gigi di bawah kondisi intraoral. Alih-
alih, gugus fungsi perekat memfasilitasi pembersihan dan pengetsaan
permukaan, dan pengembangan interlocking mikromekanis dan penetrasi
monomer dentin untuk membentuk lapisan hibrid keterikatan molekuler antara
kolagen dan polimer. tidak ada bukti eksperimental yang meyakinkan yang telah
divalidasi untuk membuktikan bahwa ikatan kimia yang signifikan terjadi antara
perekat dentin dan struktur gigi dalam kondisi intraoral. Alih-alih, gugus fungsi
perekat memfasilitasi pembersihan dan pengetsaan permukaan, dan
pengembangan interlocking mikromekanis dan penetrasi monomer dentin untuk
membentuk lapisan hibrid keterikatan molekuler antara kolagen dan polimer.
tidak ada bukti eksperimental yang meyakinkan yang telah divalidasi untuk
membuktikan bahwa ikatan kimia yang signifikan terjadi antara perekat dentin
dan struktur gigi dalam kondisi intraoral. Alih-alih, gugus fungsi perekat
memfasilitasi pembersihan dan pengetsaan permukaan, dan pengembangan
interlocking mikromekanis dan penetrasi monomer dentin untuk membentuk
lapisan hibrid keterikatan molekuler antara kolagen dan polimer.9

 Pelarut

Pelarut juga memainkan peran penting dalam sistem priming. Pelarut yang
paling umum digunakan adalah air, etanol, dan aseton. Selain meningkatkan
pembasahan dentin hidrofilik, setiap pelarut memiliki kontribusi khusus untuk
meningkatkan adhesi ikatan. Air dapat mengionisasi monomer asam serta
memperluas kembali jaringan kolagen yang runtuh. Etanol dan aseton memiliki
daya larut yang lebih baik dengan monomer yang relatif hidrofobik, dan
kemampuannya "mengejar air" memfasilitasi pembuangan air.9

 Perekat

16
Untuk ikatan dentin, tujuan utama perekat adalah untuk mengisi ruang
antarmuka jaringan kolagen, membuat lapisan hibrid dan tag resin untuk
memberikan retensi mikromekanis setelah polimerisasi. Selain itu, lapisan
perekat juga harus mencegah kebocoran cairan di sepanjang tepi bahan restorasi,
karena merupakan bagian utama dari lapisan perantara antara dentin dan / atau
enamel dan komposit restoratif. Jelas bahwa perekat harus bersifat hidrofobik
sehingga fluida tidak akan dibiarkan merembes melalui lapisan perantara.9

Pada saat yang sama, perekat membutuhkan hidrofilisitas tertentu untuk


berdifusi ke dalam dentin yang dibasahi primer dan hidrofilik. Umumnya, resin
adhesif terutama terdiri dari dimethacrylates hidrofobik seperti bis-GMA,
TEGDMA, dan urethane dimethacrylates (UDMA), dan sejumlah kecil
monomer hidrofilik seperti HEMA. Meskipun perekat dimethacrylate
menghasilkan kekuatan ikatan yang kuat, ikatan polar ester pasti menyerap air
dan secara bertahap terhidrolisis. Karena karbamida lebih stabil secara hidrolitik
daripada gugus ester, metakrilamida baru-baru ini diadopsi untuk menggantikan
metakrilat dalam beberapa produk komersial (misalnya, AdheSE One F, Ivoclar
Vivadent, Amherst, NY). Monomer ini juga ditunjukkan pada Gambar 12-4.9

 Inisiator

Sistem inisiator serupa digunakan di kedua perekat dan komposit


restoratif. Polimerisasi dapat dimulai baik melalui sistem fotoinisiator yang
terdiri dari fotosensitizer (misalnya, kamperinon) dan inisiator (misalnya, amina
tersier), melalui sistem penyembuhan sendiri yang mencakup inisiator kimia
(misalnya benzoil peroksida [BPO]), atau melalui sistem inisiator perawatan
ganda.9

 Partikel Pengisi

Partikel silika berukuran nanometer telah ditambahkan ke beberapa


perekat untuk memperkuat perekat dan dengan demikian menghasilkan
kekuatan ikatan yang lebih tinggi. Namun, efek penguatan pengisi dalam
perekat tidak pasti karena tidak jelas apakah pengisi ini benar-benar dapat

17
menembus ke dalam jaringan kolagen terdemineralisasi, karena ruang
antarmuka jaringan kolagen berada dalam kisaran 20 nanometer (nm) sedangkan
pengisi partikel memiliki ukuran sekitar 40 nm. Alasan lain untuk penambahan
pengisi adalah untuk secara efektif mengubah viskositas perekat menjadi
konsistensi yang lebih tebal dan pastier. Ketika perekat semacam itu
diaplikasikan pada permukaan gigi yang terukir, itu menghasilkan lapisan ikatan
yang lebih tebal yang dapat meningkatkan kekuatan ikatan dengan mencegah
penghambatan oksigen. Bahkan, lapisan perekat yang tebal dapat mengurangi
tegangan susut karena lebih patuh dibandingkan dengan komposit restoratif.9

 Bahan - bahan lainnya

Sejumlah bahan tambahan digunakan dengan agen pengikat dentin untuk


berbagai tujuan tertentu. Beberapa contoh termasuk yang berikut:
glutaraldehyde (Probond, Dentsply, York, PA) ditambahkan sebagai
desensitizer. Monomer 12-methacryloyloxydodecylpyridinium bromide, MDPB
(Clearfil Protect Bond, Kuraray America, New York, NY) dan parabene (Adper
Prompt-L-Pop, 3M ESPE, St. Paul, MN) digunakan sebagai antimikroba.
Fluoride (Prime & Bond NT, Dentsply, York, PA) ditambahkan untuk
mencegah karies sekunder. Benzalkonium klorida (mis., Etch 37, Bisco,
Schamburg, IL) dan klorheksidin (mis., Resin Ikatan LC Puncak, Produk
Ultradent, South Jordon, UT) digunakan untuk mencegah degradasi kolagen.
Produk terakhir baru-baru ini telah ditunjukkan dalam penelitian laboratorium
untuk mencegah enzim protease (enzim matriks metaloprotease atau protein
[MMPs]) dari pengaktifan dan kemudian mendenaturasi kolagen lapisan hibrid.
Sayangnya, hanya tahap awal dari hasil uji klinis jangka panjang yang tersedia
saat ini untuk menunjukkan apakah aditif tersebut pada akhirnya efektif.9

18
Monomer dengan gugus fungsi aktif permukaan dan / atau perekat

Monomer dengan fungsi pengikatan silang dan kopolimerisasi

19
GAMBAR 12-4 Struktur monomer representatif yang digunakan dalam agen
pengikat email dan dentin.9

GAMBAR 12-5 Struktur MRX dari γ-metakriloksipropil trimetoksisilan (A) dan


asam gliserofosfat dimethacrylate (B). Interaksi permukaan atau mekanisme
ikatan silan ditunjukkan pada Gambar 13-3. Adhesi kimia atau mekanisme
ikatan asam fosfat ditunjukkan pada Gambar 12-6.9

20
GAMBAR 12-6 Mekanisme ikatan kimiawi ke jaringan gigi keras melalui
pembentukan garam kalsium dengan monomer yang memiliki gugus fungsi
adhesif.

2.5 Perkembangan Generasi Sistem Bonding

Sebelum pertengahan abad kedua puluh, ikatan gigi terdiri dari berbagai
metode retensi mekanis, seperti itu sebagai pembentuk undercut pada sediaan
rongga untuk restorasi amalgam. Luting, menggunakan seng fosfat dan semen
gigi non- adhesive lainnya, ini juga termasuk dalam kategori bonding. Pada
akhir 1940-an, Oskar Hagger, di divisi De Trey dari Amalgamated Dental,

21
bonding agen pertama berkembang, Sevriton Cavity Seal. Sistem ini
berdasarkan asam gliserofosfat dimethacrylate sebagai komponen adhesive atau
pengetsaan kedua untuk ikatan enamel dan dentin. Namun, ini produk memiliki
ketahanan klinis yang sangat terbatas karena tegangan antarmuka yang besar
yang berkembang karena tingginya penyusutan polimerisasi dan ekspansi termal
yang tinggi dari resin berbasis metakrilat tak terisi yang digunakan pada waktu
itu. Segera setelah itu, Michael Buonocore menyelidiki asam yang lebih kuat
dan menemukannya bahwa asam fosfat menyediakan enamel superior etsa, dan
masih digunakan sampai sekarang.10

Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12-1, penemuan etsa asam ini
mengarah pada kemampuan kami untuk menghasilkan yang bersih, berenergi
tinggi, dan kasar permukaan enamel mampu membentuk mikromekanis yang
tahan lama antarmuka retentif dengan penyemenan berbasis resin dan bahan
restoratif meluncurkan era adhesive saat ini di kedokteran gigi. Peristiwa ini
segera menyebabkan pertumbuhan yang pesat pengembangan bahan adhesive
dan teknik bonding, ke awal abad kedua puluh satu. Ini kemajuan diringkas
dalam gambar 12-1 dan dibahas di detail di beberapa bagian selanjutnya dari
bab ini. Pada saat ini, adhesive bonding hanya dapat diandalkan untuk retensi
jangka panjang dalam situasi tertentu dengan penggunaan yang sangat baik
bahan khusus dan teknik klinis. Namun demikian, kedokteran gigi sekarang ini
baik ke era adhesive bonding dan bidang terkaitnya kedokteran gigi estetika.10

(Gambar 12-1)

22
BAB 3 PENUTUP

23
24
DAFTAR PUSTAKA

1. Mc Cabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed. Oxford:
Blackwell Scientific Publications, 2008: 110-2.
2. Lucena-Martin C, Gonzalez-Lopez S, Navajaz-Rodriguez de Mondelo JM.
The effect of various surface treatments and bonding agents on the
repaired strength of heat treated composites. J Prosthet Dent 2001;86:481-
8.
3. Burrow MF, Harada N, Kitasaka Y, Nikaido T & Tagami J (2005) Seven
years dentin bond strength of total etch and self etch systems European
Journal of Oral Sciences 113(3) 265-270
4. Anusavice, K.J., Shen C., Rawls, H.R. 2013. Phillips’ Science of Dental
Materials. 12th ed. Missouri: Elsevier, 258, 262
5. Istikharoh F. 2018. Dental Resin Komposit. Malang: UB Press, 98-99;
105-106
6. Belcher MA, Stewart GP. Two-years clinical evaluation of an amalgam
adhesive. JADA 1997;128:309–14
7. Ferrari M, Goracci G, Garcia-Godoy F. Bonding mechanism of three "one-
bottle" systems to conditioned and unconditioned enamel and dentin. Am J
Dent 1997;10:224–30
8. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. 2012. Phillip’s Science of Dental
Material. Ed 12th. St.Louis Missouri: Elsevier Sauders,262-264
9. Anusavice, K.J. 2012, Philips’ Science of Dental Material. 12th ed., St.
Louis Saunders: 2013: 262-266
10. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. 2012. Phillip’s Science of Dental
Material. Ed 12th. St.Louis Missouri: Elsevier Sauders, 258-259.

25
26

Anda mungkin juga menyukai