Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KONSERVASI GIGI

1. Jelaskan Prosedur Penumpatan Teknik GIC


 Definisi

GIC merupakan bahan tumpatan golongan keramik yang ditemukan pada


tahun 1972 dan masih dikembangkan hingga sekarang. GIC sering dipakai untuk gigi
anterior terutama untuk penambalan kavitas kelas III dan V (klasifikasi G.V. Black).

 Indikasi dan Kontraindikasi


Indikasi
1) Lesi erosi servikal
2) Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)
3) Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah
tambalan komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan
MOD
4) Untuk meletakkan orthodontic brackets
5) Sebagai fissure sealant untuk fissure dan pit yang dalam
6) Restorasi gigi susu
7) Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur

Kontraindikasi
1) Semen glass ionomer tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam
tanpa menggunakan pelapis kalsium hidroksida.
2) Lesi erosi yang dangkal
3) Kontrol kekeringan daerah kerja susah didapatkan
4) Restorasi kelas IV

 Kelebihan dan Kekurangan Teknik GIC


Kelebihan
1) Retensi secara kimia dan melekat pada dentin dan berikatan adhesive.
2) Pelepas flour secara alami / flour release
3) Cukup estetik
4) Reaksi pengerasan asam-basa. Kelebihan ini adalah salah satu ciri dari GIC
dan GIC Modified. Sehingga jika suatu saat ada bahan tumpatan turunan GIC
yang reaksi pengerasannya bukan asam basa (ex.: light cure) maka bahan
tersebut tidak dapat digolongkan sebagai golongan GIC.
Kekurangan
1) Sensitivitas terhadap kelembaban tinggi
Kelembaban disini yang dimaksud adalah keadaan roga mulut yang
lembab dan pH yang mendekati netral yaitu 6,8. Calsium dalam kandungan
GIC mempunyai sensitivitas cukup tinggi namun akhir-akhir ini Calsium
digantikan oleh Strontium (Sr).
2) Kontaminasi kelembaban
Karena sensitivitas yang tinggi maka GIC mudah terkontaminasi oleh
saliva dalam rongga mulut. Solusi untuk mencegahnya adalah dengan
pengisolasian yang tepat menggunakan saliva ejector dan cotton roll yang
diletakkan di sekitar daerah kerja. Namun jika kurang tepat maka GIC yang
baru saja setting akan terkontaminasi, menyebabkan kandungan Ca yang baru
saja bereaksi dengan ion H menjai terurai kembali dan mengakibatkan
tumpatan kehilangan translusensinya. Warna tumpatan kemudian menjadi
opak seperti kapur.
3) Larut dalam saliva
Seperti yang telah dijelaskan di atas, saliva yang mengontaminasi GIC
akan membuat Ca terurai dan larut dalam saliva. Solusi untuk kelemahan ini
adalah pemberian varnish sebagai pelindung agar GIC tidak terkontaminasi
dan GIC tidak dehidrasi (kehilangan kandungan air).
4) Low Fracture & Brittle
Karena GIC merupakan golongan keramik maka dia masih membawa
sifat brittle/rapuh. Perumpamaan ini seperti keramik yang sangat kuat namun
akan pecah jika jatuh. Maka dari itu, GIC mempunyai kontraindikasi pada gigi
dengan tekanan oklusal yang besar, contohnya pada gigi posterior.

 Desain Preparasi
1) Klas I
- Sebelum memasang isolator karet, perhatikan semua lokasi kontak oklusal
dengan menggunakan kertas artikulasi dan tempatkan varnish di atasnya
sehingga nanti setelah isolator karet dibuka masih terlihat.
- Outline dibuat hanya sebatas karies untuk mengurangi tekanan oklusal ke
tambalan tersebut.

2) Klas III
- Dinding aksial terletak 0,5 mm dari email ke dalam dentin dan variasi
dari ini akan ditentukan oleh kedalaman dan perluasan karies.
- Selagi masih mungkin, dinding aksial diletakkan pada kedalaman
ideal, dan setiap penetrasi karies di bawah daerah ini disingkirkan
tanpa melibatkan seluruh dinding aksial.
- Biasanya tidak ada kontak pada gingival dengan gigi tetangga, yang
mempermudah prosedur restorasi ini.
3) Klas V
- Bentuk ragangan restorasi klas V tidaklah seragam, tetapi bervariasi
tergantung karies atau tingkat dekalsifikasi yang terjadi.
- Bila jaringan yang rusak telah disingkirkan dan tepinya berada pada
email yang baik, ragangan biasanya persegi panjang dengan sudut
membulat, ovoid atau berbentuk ginjal.
- Retensi dibuat pada oklusal, dan dinding gingival di pertautan dengan
dinding aksial. Tidak boleh ada undercut pada dinding mesial dan
distal.
- Kedalaman retensi dibentuk menggunakan diameter bur, dan tidak
melebihi diameter bur bahkan dalam beberapa hal malah bisa kurang.

 Preparasi Kavitas
Restorasi estetik:
1) Bentuk preparasi kavitas umumnya sama.
2) Tanpa membuat preparasi kavitas yang formal
Teknik (secara umum):
1) Semua jaringan karies harus dibuang.
2) Preparasi untuk membuang jaringan email yang rapuh akibat dekalsifikasi.
3) Preparasi harus memudahkan penempatan bahan dan penyelesaiannya.
4) Area kerja harus kering karena bahan restorasi amat rentan terhadap keadaan
lembab.
5) Pemasangan isolator karet sebagai bagian dari prosedur perawatan.
6) Tidak dilakukan pembuatan BEVEL

 Manipulasi dan Aplikasi


1) Isolasi daerah kerja (pemasangan isolator karet).
2) Pengadonan dg kertas disposibel atau glass slab. Spatula agate (plastik) lebih
disukai dibanding logam untuk mengurangi kontaminasi campuran semen
dengan logam yang terkikis.
3) Permukaan gigi dibersihkan dari plak, debris dengan pasta - profilaksis non
fluor.
4) Kavitas diulasi “DENTIN CONDITIONER” asam poliakrilat 25 % selama 10
detik. Kemudian disemprot air selama 30 detik & dikeringkan dengan baik.
Tujuan: membantu aksi pembersihan dan membuang “smear layer” yang
dapat menyebabkan tubuli dentin tertutup.

 Pencampuran Semen

1) Perbandingan bubuk : cairan = 3: 1 (sesuai aturan pabrik) dicampur dengan


cepat dengan cara melipat. Pengadukan harus selesai dalam waktu 40 detik.
2) Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan
dilaksanakan (terjadi penguapan air penaikan viskositas).
Konsistensi adonan: terlihat kental dan berkilat di permukaan asam
poliakrilat masih basah & dapat melekat ke struktur gigi

 Restorasi
1) Semen yang diaduk dimasukkan ke dalam kavitas gigi yang telah dipreparasi
dengan bantuan semen karier.
2) Matrix harus selalu digunakan untuk mendapatkan hasil restorasi yang optimal
dan untuk mengurangi jumlah kekosongan yang terjadi.
3) Selepas penumpatan semen, semen yang berlebihan dibersihkan serta merta
dan kontur akhirnya dilakukan.
4) Sekiranya ionomer kaca yang digunakan disinari secara khemis, matrix tidak
dilepaskan sehingga tahapan awal pengerasan semen.
5) Sekiranya ionomer kaca yang digunakan memerlukan sinar cahaya, aktivasi
foto dapat dilakukan untuk pengaturan yang lebih cepat.

 Finishing and Polishing


1) Permukaan ionomer kaca sensitif kepada kontaminasi kelembaban dan
pengeringan.
2) Pada fase awal pengaturan lebih bagus untuk melambatkan finishing dan polishing
semen ionomer kaca (sekurangnya 24 jam setelah penumpatan).
3) Namun bagi ionomer kaca yang dimodifikasi resin, finishing dapat dimulai
selepas penempatan bahan.
4) Setelah finishing dan polishing dilakukan permukaan restorasi dilindung dengan
mengunakan gel petroleum, varnish atau agen bonding.

2. Jelaskan Prosedur Penumpatan Teknik ART


 Definisi

Atraumatic restorative Treatment (ART) adalah prosedur yang berdasarkan


pada pembuangan jaringan karies gigi dengan hanya menggunakan instrument tangan
dan disertai dengan penumpatan kavitas dengan bahan tumpatan adhesive glass
ionomer.

 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi:

1) Kavitas dapat dicapai dengan instrument tangan


2) Kavitas meliputi sampai dengan dentin yang meliputi:
a. Kavitas satu permukaan
- Pada pit dan fitsure dipermukaan oklusal premolar dan molar
- Pada pit dipermukaan lingual insisivus atas
- Pada grove bukal dan lingual dari premolar dan molar
- Pada permukaan bukal dan lingual tepat diatas gingiva semua gigi
b. Kavitas lebih dar satu permukaan
- Pada permukaan proksimal dan oklusal dari premolar dan molar
- Pada permukaan bukal, lingual, dan oklusal dari premolar dan molar
- Pada incisal edge dan permukaan proksimal

Kontraindikasi

1) Jika terjadi pembengkakan (abses) atau fistel di dekat gigi yang tersangkut
2) Pulpa gigi terbuka
3) Gigi mengalami nyeri dalam waktu yang lama dan kemungkinan terdapat inflasi
kronis dari pulpa
4) Kavitas tidak dapat dicapai dengan instrument tangan
5) Terdapat tanda-tanda kavitas yang jelas, misalnya pada permukaan proksimal, tapi
kavitas tersebut diatas dapat dijangkau dari arah proksimal maupun arah oklusal
6) Gigi dengan karies yang dalam
7) Gigi yang gangren

 Kelebihan Teknik ART:


1) Dapat dilakukan di daerah yang belum ada listrik ataupun di daerah yang sudah ada
listrik tetapi belum mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan gigi.
2) Biaya relatif murah.
3) Perlengkapan mudah dibawa-bawa.
4) Tidak menimbulkan rasa takut, karena tidak ada suara mesin bur (terutama pada
anak-anak).
5) Tidak menimbulkan rasa sakit.

 Alat yang digunakan


Harus digunakan instrumen-instrumen yang tepat untuk setiap tindakan
perawatan. Keberhasilan perawatan tergantung oleh tingkat penguasaan operator
mengenai fungsi dari perbagai instrumen tersebut serta cara penggunaan yang benar.

Untuk melakukan penumpatan ART di lapangan maka diperlukan hand


instrumen berikut:

1) Oral Diagnostik (kaca mulut, Pinset, Sonde, dan Excavator)


2) Dental Hatchet
Instrumen ini digunakan untuk memperlebar jalan masuk kavitas, untuk
mengikis email tipis yang tidak terdukung dan email yang terkena karies yang
masih tertinggal setelah pembuangan dentin berkaries.
3) Applier (Carver)
Instrumen berujung dua ini mempunyai dua fungsi. Ujung yang tumpul
digunakan untuk memasukkan adukan glass ionomer kedalam kavitas serta pit
dan fitsure. Sedangkan ujung tang tajam digunakan untuk membuang
kelebihan bahan tambal dan membentuk glass ionomer.
4) Mixing pad atau Glass slab dan Spatula
Kedua instrumen ini diperlukan pada pengadukan glass ionomer. Ada dua
jenis mixing pad: Glass slab dan paper pad yang disposable.
5) Wedge
6) Plastik strip (T bard)

Alat lainnya yang digunakan disamping instrumen hand instrumen adalah:

- Sarung tangan
- Masker
- Stone pengasah

 Bahan yang digunakan


Bahan restorasi yang digunakan untuk prosedur ART adalah glass ionomer
cement.
Komposisi glas ionomer:
Bubuk:
- Si O2 29% - Na Al F6 5%
- Al O3 16,6% - Al F3 5,3%
- Ca F2 34,3% - Al PO4 9,9%

Liquid:
- Polyacrylic acid-ita conic 47,5%
- Air 47,5%
- Tartonic acid 5,0%
Bahan ini terdiri dari bubuk dan cairan yang harus diaduk. Bubuknya adalah
kaca yang mengandung silicon-oxida, aluminium oxida dan calcium flourida. Bila
cairannya adalah air yang telah didemineralisir, maka bubuknya sudah mengandung
polyacrilic acid dalam bentuk kering (air yang telah disemineralisir adalah yang
digunakan untuk mengisi baterai/aki).

 Preparasi
1) Preparasi lubang gigi jaringan karies dibersihkan dengan excavator sampai tak
ada lagi dentin lunak, untuk memudahkan pembersihan lubang sekali-kali
dibasahi, keringkan lubang.
2) Setelah preparasi selesai pasien dianjurkan oklusi untuk melihat kontak
lubang.
3) Pemberian dentin conditioner yaitu 1 tetes liquid + tetes air dibasahi pada
kapas kecil dan diolesi pada cavitas yang sudah disiapkan selama 10 – 15
detik. Maksud pemberian ini adalah agar keadaan lembab sesuai kondisi
tambalan yang akan digunakan. Sesudah pengolesan dengan dentin
conditioner maka cavitas haus diolesi kapas sebanyak 3 kali untuk mengurangi
contioner yang berlebihan, selanjutnya dikeringkan dengan kapas dan cavitas
siap ditambal.

 Pengadukan
1) Satu sendok bubuk diletakkan pada papper pad, lalu dibagi menjadi dua
bagian yang sama, kemudian letakkan satu tetes liquid disebelah bubuk itu.
2) Botol cairan dipegang sebentar dalam keadaan horizontal untuk mengeluarkan
udara dari bagian ujungnya dan kemudian dalam posisi vertikal dikeluarkan
satu tetes cairan pada papper pad. Bila perlu botol ditekan sedikit, tapi cairan
jangan tertekan keluar.
3) Mula-mula cairan disebarkan dengan spatula pada suatu permukaan sebesar
1,5 cm2. Pengadukan dimulai dengan mencampur setengah dari bubuk dengan
cairan yang menggunakan spatula.
4) Bubuk dicampur dengan gerakan menggulung sehingga partikel-partikel
bubuk secara perlahan-lahan terbasahi tanpa tersebar.
5) Jika seluruh bubuk telah basah, bagian kedua dicampur dalam adukan tersebut
setelah itu diaduk kuat sambil menjaga agar adukannya tetap berupa satu
kesatuan massa.
6) Pengadukan harus selesai 20 – 30 detik, hasil adukan yang baik harus licin
seperti permen karet.
7) Penumpatan dapat langsung dilakukan pada cavitas tanpa preparasi terlebih
dahulu, digunakan Vaseline agar tambalan tidak mudah melengket dan untuk
menghaluskan.
 Penumpatan
1) Masukan bahan pengisi ke dalam lubang, pit dan fissure dengan carver dengan
tekanan ringan.
2) Tekan dengan jari yang sudah memakai sarung tangan.
3) Buang bahan yang berlebih.
4) Oles dengan Vaseline
5) Periksa gigitan.
6) Dianjurkan pasien agar tidak makan selama kurang lebih satu jam.

Varnish diberikan setelah penambalan dan pengurangan sisa-sisa tumpatan yang


berlebih.

3. Jelaskan Prosedur Penumpatan Teknik Komposit


 Definisi
Teknik preparasi dan restorasi dengan bahan tumpatan komposit yang
dikerjakan satu kali kunjungan tidak memakai fasilitas laboratorium. Bahan dapat
dibentuk di dalam kavitas dapat setting di dalam kavitasnya. Biasanya untuk gigi
anterior karena translusensinya hampir sama dengan gigi asli
 Indikasi Kontraindikasi
Indikasi
1) Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI
2) Fondasi atau corebuildups
3) Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)
4) Prosedur estetis tambahan
a. Partial veneers
b. Full veneers
c. Modifikasi kontur gigi
d. Penutupan/perapatan diastema
5) Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6) Restorasi sementara
7) Periodontal splinting
Kontraindikasi
1) Restorasi posterior dengan beban kunyah besar
2) Insidensi karies tinggi
3) OH buruk
4) Pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism

 Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit


Kelebihan restorasi komposit:

1) Estetik baik
2) Kekuatan cukup
3) Tidak menimbulkan arus galvanis
4) Biokompatibel
5) Dapat bertahan minimal 3 tahun, sekitar 3-10 tahun
6) Tidak membuang banyak jaringan

Kekurangan restorasi komposit:

1) Pasca restorasi biasanya sensitivitas tinggi


2) Memerlukan kemampuan sensitivitas yang tinggi
3) Mahal
4) Microleakage
5) Waktu lebih banyak
6) Menyerap air sehingga harus isolasi dengan baik. Jika terkontaminasi restorasi
mudah lepas
 Tahapan Preparasi Resin Komposit
1) Tahapan Isolasi
Isolasi daerah kerja merupakan suatu keharusan. Gigi yang dibasahi saliva
dan lidah akan menggangu penglihatan. Gingiva yang berdarah adalah
masalah yang harus diatasi sebelum melakukan preparasi. Beberapa metode
tepat digunakan untuk mengisolasi daerah kerja yaitu saliva ejector, gulungan
kapas atau cotton roll, dan isolator karet atau rubber dam.
a. Saliva Ejector
b. Gulungan Kapas atau Cotton Roll
c. Isolator karet atau Rubber Dam
2) Pembersihan Gigi
Gigi dibersihkan dengan rubber cups dan pumice yang dicampur dengan
air. Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.

3) Tahap preparasi
Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar
2-3 mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 450 Gigi
dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator,
kemudin dibuat bevel seperti di atas.

Tahap pertama adalah memperoleh akses ke dentin yang terkena karies.


Untuk kasus kelas III akses diperoleh dari pembuangan ridge palatal karena
ridge ini tidak

didukung oleh dentin yang sehat. Dinding labial sedapat mungkin


dipertahankan mengingat samapai saat ini tak satupun warna bahan restorasi
yang sama persis dengan warna gigi. Akses dari palatal memang lebih
menyusahkan operator namun akses dari labial jarang sekali dilakukan karena
akan menghasilkan estetika yang tidak begitu baik. Akses langsung bisa
dilakukan jika gigi tetangganya tidak ada.
Setelah akses tahap selanjutnya adalah pembuatan ragangan kavitas atau
outline form. Ragangan pada kasus ini hanaya dibuat berdasarkan perluasan
kariesnya yang mengenai email dan dentin. Semua email dan dentin yang
sebenarnya tidak terserang kaires tetapi kelihatannya sudah lemah harus
dihilangkan. Perluasan kavitas ini sebagai langkah dari pencegahan atau
extension for prevention.
Untuk kelas III pada tahap resisten yaitu pembuatan bevel tidak perlu
dilakukan karena menghindari jaringan yang terbuang dan menghindari kontak
dengan gigi tetan pada tetangga. Bentuk kavitas biasanya telah menyediakan
retensi yang cukup tanpa membuat alur retensi khusus. Bentuk retensi pada
setiap kasus berbeda tergantung pada besar kavitasnya apakah kecil atau besar
Retensi pada kelas III adalah undercut. Undercut dibuat di dnding gingival
aproksimal dan undercut pendek berupa pit di dinding insisal. Pada restorasi
plastis kommposit proses pengetsaan juga merupakan suatu retensi mekanis.
Setelah preparasi selesai dilakukan tahap selanjutnya perlu dilakukan
pengecekan tepi kavitas agar tidak ada email dan dentin karies yang tersisa
sehingga tidak menyebabkan karies sekunder. Selanjutnya adalah pembersihan
kavitas, semua debris dan sisa preparasi diirigasi dengan aquadest steril dan
kemudian dikeringkan. Terakhir kavitas perlu diperiksa lagi dari berbagai
aspek sebelum dilakukan penumpatan.
4) Pemberian Liner/ Basis
Basis adalah lapisan tipis yang diletakkan antara dentin dan atau pulpa
dengan restorasi. Perbedaan antara basis dan liner adalah ketebalan dan hal yang
mampu ditahannya. Jika basis dengan ketebalan yang lebih daripada liner mampu
menahan tekanan mekanik dari bahan restorasi selain juga sebagai penahan
termal, listrik dan kimiawi.
Pada restorasi resin komposit, perlu diplikasikan basis atau liner karena
sifat dari resin itu sendiri yang iritan terhadap pulpa sehingga perlu adanya
perlindungan sehingga bahan restorasi resin komposit ini tidak secara langsung
mengenai struktur gigi. Bahan basis atau liner yang biasanya digunakan adalah
kalsium hidroksida, terutama karies yang hampir mencapai pulpa, karena sifatnya
yang mampu merangsang pembentukan dentin sekunder. Kalsium hidroksida
(Ca(OH)2) sebagai liner berbentuk suspensi dalam liquid organik seperti methyl
ethyl ketone atau ether alcohol atau dapat juga dalam larutan encer seperti methyl
cellusose yang berfungsi sebagai bahan pengental.
Liner ini diaplikasikan dalam konsistensi encer yang mengalir sehingga
mudah diaplikasikan ke permukaan dentin. Larutan tersebut menguap
meninggalkan sebuah lapisa tipis yang berfungsi memberikan proteksi pada pulpa
di bawahnya. Selain liner, perlindungan lain dapat berupa basis. Basis yang dapat
digunakan adalah basis dari kalsium hidroksida, semen ionomer kaca, dan seng
fosfat. Sebagai basis, kalsium hidroksida berbentuk pasta yang terdiri dari basis
dan katalis. Basisnya terdiri dari calcium tungstate, tribasic calcium phosphate,
dan zinc oxide dalam glycol salycilate. Katalisnya terdiri dari calcium hydroxide,
zinc oxide, dan zinc stearate dalam ethylene toluene sulfonamide. Basis kalsium
hidroksida yang diaktivasi dengan sinar biasanya mengandung calcium hydroxide
dan barium sulfate yang terdispersi dalam resin urethane dimethacrylate. Kalsium
hidroksida sebagai basis mempunyai kekuatan tensile dan kompresi yang rendah.
dibandingkan dengan basis dengan kekuatan dan rigiditas yang tinggi. Karena
itulah, kalsium hidroksida tidak diperuntukkan untuk menahan kekuatan mekanik
yang besar, biasanya jika digunakan untuk memberikan tahanan terhadap tekanan
mekanik, harus didukung oleh dentin yang kuat. Untuk memberikan perlindungan
terhadap termis, ketebalan lapisan yang dianjurka tidak lebih dari 0,5 mm.
keuntungan dari penggunaan kalsium hidroksida adalah sifat terapeutiknya yang
mampu merangsang pembentukan dentin sekunder.
5) Tahap etsa asam
a. Ulaskan bahan etsa (asam phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan
dengan pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan
enamel sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).
b. Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai gusi.
c. Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.
d. Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.
e. Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga
permukaan tampak putih buram.
6) Tahap bonding
Ulaskan bahan bonding menggunakan spon kecil atau kuas / brush kecil
pada permukaan yang telah di etsa. Ditunggu ± 10 detik sambil di semprot
udara ringan di sekitar kavitas (tidak langsung mengenai kavitas). Kemudian
dilakukan penyinaran selama 20 detik.
7) Tumpatan Resin Komposit
Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan
kavias oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan
kunyah oklusal, tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur retensi
terisi dengan baik, sehingga tumpatan dapat bertahan lama. Pengukiran pada
tahap yang dini dapat dilakukan dengan sonde, kalau sudah terlambat dengan
alat Ward atau Hollenbach.
8) Tahap finishing dan polishing komposit
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi.
Sedangkan polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi
mengkilat. Finishing dapat dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar
telahmengalami polimerisaasi atau sekitar 3 menit setelah pengerasan awal.
Alat-alat yang biasa digunakan antara lain:
a. Alat untuk shaping: sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12
atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide,
anodized aluminium, atau nikel titanium.
b. Alat untuk finishing dan polishing: diamond dan carbide burs, berbagai
tipe dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal
dan plastic finishing strips, dan pasta polishing.
- Diamond dan carbide burs
- Discs
- Impregnated rubber points dan cups
- Finishing stips

Anda mungkin juga menyukai