Anda di halaman 1dari 13

Jurnal

MUCOCELE

Oleh:
Nelly Agustina, S.Ked
712019023

Pembimbing :
drg. Nanda Kamila Salim, MH

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT


RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul:
Mucocele

Oleh:
Nelly Agustina, S.Ked
NIM : 712019023

Telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2020 sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di SMF/ Departemen Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Palembang, September 2020


Dokter Pendidik Klinik

drg. Nanda Kamila Salim, MH


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan jurnal yang berjudul ”Epulis
Fissuratum” sebagai syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Departemen Gigi dan Mulut Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Salawat
beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. drg. Nanda Kamila Salim, MH selaku pembimbing Kepaniteraan Klinik
Senior di SMF/ Departemen Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang yang telah memberikan masukan,
arahan, serta bimbingan dalam penyelesaian jurnal ini
2. Rekan-rekan co-assistant atas bantuan dan kerjasamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan telaah jurnal ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Palembang, September 2020

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II TELAAH JURNAL ......................................................................... 2
BAB III SIMPULAN..................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

BAB I
PENDAHULUAN

Informasi Jurnal
1. Judul jurnal
Epulis Fissuratum
2. Penulis
Rubiya Parveen,Veena A Patil,,Survei Pranitha
3. Tahun
2019
Gambaran Umum

Abstrak:
Epulis fissuratum, hiperplasia fibrosa reaktif, atau hiperplasia fibrosa akibat gigi tiruan adalah
berbagai nama yang dikaitkan dengan respons jaringan reaktif terhadap iritasi kronis dan trauma yang
disebabkan oleh pemasangan prostesis yang buruk. Trauma yang menetap pada mukosa mulut
dapat mempengaruhi pasien menjadi karsinoma. Kami menyajikan kasus gigi tiruan yang rusak
dan epulis fissuratum yang dihasilkan pada wanita berusia 60 tahun.
Deskripsi kasus: Seorang wanita berusia 60 tahun dibawa ke Departemen Periodontik
dengan keluhan utama adanya pertumbuhan abnormal di sepanjang batas anterior gigi
tiruan sebagian maksilaris yang tidak pas. Pemeriksaan intraoral menunjukkan massa fibrosa,
yang merupakan polipoid dan memiliki konsistensi lembut dan tekstur halus. Lesi ini
didiagnosis sebagai epulis fissuratum atau hiperplasia akibat gigitiruan dan lesi ditangani
dengan pisau bedah dan elektrokauter. Instruksi pasca operasi diberikan dan evaluasi tindak
lanjut dilakukan selama 3 bulan.
Kesimpulan: Untuk mencegah timbulnya fissuratumlesion epulis adalah dengan melakukan
perawatan prostetik standar pada pasien dan melakukan prosedur perawatan gigi tiruan yang
diperlukan sesegera mungkin. Instruksi terkait perawatan dan kebersihan harus diberikan.
: Epulis fissuratum, hiperplasia fibrosa reaktif, atau hiperplasia fibrosa akibat gigitiruan adalah
berbagai nama yang dikaitkan dengan respons jaringan reaktif terhadap iritasi kronis dan trauma
yang disebabkan oleh pemasangan prostesis yang buruk. Trauma yang menetap pada mukosa
mulut dapat mempengaruhi pasien menjadi karsinoma. Kami menyajikan kasus gigi tiruan
yang rusak dan epulis fissuratum yang dihasilkan pada wanita berusia 60 tahun.
Kata kunci: Hiperplasia akibat gigi tiruan, Epulis fissuratum, Gigi tiruan sebagian
lepasan.
BAB II
TELAAH JURNAL

Pendahuluan:
Epulis Fissuratum adalah kondisi hiperplastik reaktif dari jaringan ikat
fibrosa yang terjadi berdekatan dengan flensa gigi palsu lengkap atau persial.
Gigi palsu ini biasanyan memiliki flens yang lebih panjang dari biasanya dan
menimbulkan iritasi ringan dan kronis pada mukosa yang berdekatan. 1 bagian
anterior rahang paling sering terkena dari pada daerah posterior. Ukuran lesi ini
bisa kuran dari 1 cm sampai lesi massif. Ketika gigi tiruan yang menyinggung
dilepas, karakteristik fisura dibatasi oleh jaringan lunak hiperplastik di kedua sisi
terlihat.Sifat kronis dari proses ini berarti terjadi ketidaknyamanan sering kali
bukan ciri yang menonjol dan oleh karena pasien dapat terus memakai gigi tiruan
sampai lesi hiperplastik dengan ukuran yang cukup besar dan berkembang.
Namu, lesi mungkin berhubungan dengan rasa sakit dan ketidak nyamanan
saat terjadi uleserasi. Ini tidak hanya menghasilkan rasa sakit dan ketidak
nyamanan, tetapi secara mempengaruhi pengentasan, estetika, dan kesejahteraan
pasiem secara keseluruhan.5 Trauma kronis pada mukosa mulut dnegan ujung
gigi yang tajam atau batas gigi palsu yang tidak pas memiliki potensi untuk
menyebabkan karsinoma mulut.2
Oleh karena itu, gigi palsu yang tidak pas dan gejala sisa tidak boleh
diabaikan.2

Laporan Kasus
Seorang wanita berusia 60 tahun menghadiri di Departemen Priodontik
dengan keluhan utama pertumbuhan abnormal di sepanjang batas anterior gigi
tiruan sebagian rahang atas yang tidak pas, yang secara bertahap bertambah besar
selama 6 bulan terakhir. Gigi tiruan dibuat sekitar 2 tahun yang lalu. Pasien telah
menderita nyeri dan ketidak nyamanan selama pengunyahan selama 3 bulan
terakhir. Gigi palsu pasien tidak dicabut selama 6 bulan.
Pemeriksaan intraoral menunjukkan massa fibr.1), berukuran sekitar 2 cm ×
2,5 cm (Gbr, 2). Tidak ada Riwayat Kesehatan yang relevan, dan dia tidak
menggunkan obat apapun.
Diagnosis banding termasuk fibroma, fibroma gigi tiruan seperti daun, tumor
jinak masenkim, dan tumor kelenjar ludah minor. Menurut Riwayat pasien juga
intraoral dan pemeriksaan klinik ekstraoral, diagnosis sementara dari
hyperplasia yang diinduksi gigi tiruan dibuat.
Rencana perawatan teridiri dari pendekatan medis dan bedah. Seluruh
rencana perawatan dijelaskan kepada pasien dan formulir persetujuan tertulis
diambil. Paisen diinstruksikan untuk diresepkan untuk stomatitis gigi tiruan.
Suspensi nistatin oral dan salpe triamcinolone diresepkan untuk stomatitis gigi
tiruannya. Pasien termotivasi dan dididik untuk menjaga kebersihan mulutnya.
Setelah 10 hari, pasien di panggil Kembali dan profilasis oral dilakukan
diikuti dengan eksisi lesi secara bedah. Prosedur pembedahan diikuti dengan
isolasi lesi dan anestesi pada area dengan blok anterior bilateral dilakukan
dengan lesi dipotong dari dasarnya diikuti dengan penjahitan tepi yang terbuka
(Gbr 3), dan perdarahan yang berlebihan dikontrol degan elektrokauter (Gbr. 4).
Intruksi pasca operasi diberikan dan contoh-contoh tersebut dikumpulkan dan
kemudian untuk pemeriksaan histopatologi, yang menunjukan epitel
hiperplastik serta jaringan ikat fibrosa dengan peradangan sedang.
Gambar 1: Efusi fissuratum di sepanjang gigi tiruan bagian atas

Gambar 2: Ukuran lesi 2 cm

Gambar 3: Eksisi lesi dengan pisau bedah


Gambar 4: perdarahan di kontrol dengan elekkrokauter

Gambar 5: bagian hispatologi menunjukan infiltrak sel inflamasi

Gambar 6: tinjak lanjut pasca operasi setelah 7 hari.


Setelah 7 hari, pasien diperiksa ulang dan proses penyembuhannya
memuaskan (Gbr.6). akhirnya pasien dirujuk ke bagian prostodontik untuk
pembuatan gigi tiruan baru. Tindak lanjut regular A3 bulan menunjukkan resolusi
lengkap tanpa kekambuhan.

Diskusi
Istilah “epulis” pertama kali ditemukan oleh Virchoft, dan kamusnya artinya
“melewati permen karet”. Selama bertahun-tahun, telah diketahui bahwa
penggunaan istilah ii tidak sesuai karena hanya mengucapkan lokais lesi. Dalam
kebanyakan kasus, mukosa yang terkena biasanya mukosa mulut dari sulkus
vestibular atau daerah palatal. Oleh karena itu, “hyperplasia fibrosa yang
diinduksi gigi tiruan” dianggap sebagai istilah yang lebih disukai.2
Epulis fissuratum atau hyperplasia akibat gigi tiruan disekitar batas gigi tiruan
adalah hasil dari respon fibroepitelia terhadap pemakaian gigi tiruan. Sering kali
asimtomatik dan mungkin terbatas pada jaringan di sekitar perbatasan daerah
invertibular, lingual, atau palatal. Epulis fissuratumterjadi dimukasa bebas yang
melapisi sulkus atau dipersimpangan mukosa yang melekat dan bebas. Seiring
waktu, karena resorpsi redge residual, bahkan gigi tiruan yang pas secara bertahap
mengembangkan ekstensi berlebihan sebagai akibat dari penempatan posisi yang
berbeda pada kursi basal.3
Epidemiologi, kejaidan epulis fissuratum ditemukan 0,37 lesi per 1.000 orang
pada kelompok usia 18-22 tahun pada orang berusia >35 tahun ditemukan
menjadi 4,1 perorang. 1000 orang dengan kejadian 3,5% pada laki-laki dan 4,4%
pada perempuan.7 DHI mungkin disebabkan oleh gigi palsu yang tidak pas,
pemakaian gigi palsu sepanjang hari dan malam, kebersihann mulut yang buruk,
merokok, perubahan terkait usia, dan kondisi sistemik.2 Dalam kasus kami, gigi
tiruan yang tidak pas dan perwatan kebersihan mulut yang buruk tampaknya
menyebabka pertumbuhan berlebihan mukosa oral. Firoozmandet al menunjukakn
bahwah 78% wanita pemakai gigi tiruan Sebagian besar dirahang atas.2
Pada hamper semuah laporan sebelumnya, hyperplasia yang diinduksi oleh
gigi tiruan ditunjukkan pada proporsi anterior dan normal axilla yag terlihat.
Epitel yang menutupi secara histologi sering mengalami hiperparakeratotik dan
menunjukakan hyperplasia ireguler pada rete ridges dengan jaringan ikat fibro-
vaskular hiperplastik. Kerusakan infiltrate inflamasi kronik juga terlihat.7
Diagnosis banding meliputi granuloma sel raksasa perifer, fibroma pengerasan
perifer, eksostosis tulang dan granuloma piogenik, tumor jinak mesenkim, dan
tumor kelenjar ludag minor.8 Pengobatan epulis fissuratum mungkin konservatif
atau bedah. Pendekatan akoservatif harus fipertimbangkan sebagai pilihan
pertama karena sifatnya yang noninvasif. Namun, pendekatan konservatif
memakan waktu konservatif atau bedah. Pendekatan akonservatif memakan waktu
dan pada awalnya memerlikan pengangkatan flense akrilik yang terkait dengan
trauma dan pelapisan ulang atau perbaikan gigi tiruan penuh. Setelah beberapa
minggu, saat lesi sebuh total, flang akrilik dapat dipasang Kembali dan didesain
ulang dnegan benar untuk menghindari trauma lebih lanjut pada mukosa saat
dipasang dimulut.6
Metode pembedahan terutama mencakup pengangkatan lesi menggunakan
pisau,elektrokauterisasi, atau laser. Eksisi pisau selalu membutuhkan anestesi
infiltrar atau umum dan jahitan atau pembalut periodontal. Perlunya anestesi
umum atau infiltrasi penting dalam bedah listrik tetapi biasanya tanpa jahitan atau
periodontal.6 Dalam kasus ini, eksisi bedah dilakukan dengan pendekatan bedah
konvensional kemudia perdarahan dikontrol dengan elektrokauter.6
BAB III
KESIMPULAN

Kedoteran gigi modern mengahruskan dokter gigi mendapatkan


pengetahuan yang diperlukan untuk melindungi Kesehatan jaringan mulut dan
mencegah penyakit kronis pada mukosa mulut.
Salah satu tanggung jawab dokter gigi yang paling pentung paa saat
pengiriman gigi tiruan kepada pasien adalah memberikan instruksi khiusu untuk
melindungi keshatan jaringan dibawah gigi tiruan. Instruksi terkait perawatan
dan kebersihan mulut seperti cara mencuci gigi palsu dan lama pemakaian gigi
palsu sepanjang hari dan juga rekomendasi kunjungan rutin untuk memastikan
Kesehatan jaringan mulut dibawah gigi tiruan dari waktu mendasari ke waktu
adalah di antara petunjuk yang diperlukan ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Mohammadi M, Navabi N, dkk. Karakteristik klinis dan terkait gigi tiruan pada
pasien dengan epulis fissuratum: 58 seri kasus retrospektif. Caspian J Dent Res
2017; 6 (1): 15–21.
2. Mortazavi H, Khalighi HR, dkk. Epulis fissuratum di langit-langit lunak: Laporan
kasus di lokasi yang sangat jarang. Hipotesis Penyok 2016; 7 (2):67.
3. Bhoyar A, Tijare M. Kejadian Epulis Fissuratum yang Tidak Biasa di Mandibula;
Laporan Kasus dan Tinjauan Literatur. Pariper-Indian Journal of Research 2016; 5 (10):
335-337.
4. Veena KM, Jagadishchandra H, dkk. Hiperplasia luas akibat gigitiruan pada rahang
atas. Ann Med Health Sci Res 2013; 3 (1a): 7–9. DOI: 10.4103 / 2141-9248.121208.
5. MohanRP, Verma S, dkk. Epulis fissuratum: konsekuensi dari prostesis yang tidak
pas. Rep Kasus BMJ 2013; 2013: bcr2013200054. DOI: 10.1136 / bcr-2013-
200054.
6. Kafas P, Upile T, dkk. Pertumbuhan berlebih mukogingiva pada pasien geriatri.
Dermatol Online J 2010; 16 (8): 7.
7. Patil BA, Arora A, dkk. Laporan Kasus Epulis Fissuratum.Sch J Med Kasus
Rep 2014; 2 (7): 452–454.
8. KhanMW, ShahAA. AMassiveDenture InducedHipplastic Lesion di Maxilla. J Pak
Dent Assoc 2019; 28 (01): 48.

Anda mungkin juga menyukai