Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TUGAS BEDAH PERIODONTAL

“DEPIGMENTASI GINGIVA”

Disusun Oleh :

Belinda Nur Ramadhany (04031282126042)


Karina Amanda Putri (04031282126043)
Marisa Salsa Bila (04031282126044)
Masita Nabilah Salsabil (04031282126045)
Anindya Sari (04031282126046)
Salsabila Fauza Rahima (04031282126047)
Emmiya Kenzia (04031282126048)
Fathimah Balqis (04031282126049)
Reyne Damalisa (04031282126050)

Dosen Pembimbing :

drg. Sulistiawati, Sp.Perio

BAGIAN KEDOKTERAN GIGI DAN MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa
atas nikmat, rahmat, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Makalah Tugas Mata Kuliah Bedah Periodontal” dengan baik dan tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan makalah ini dibuat adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bedah Periodontal yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran di Bagian
Kedokteran Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya. Pada
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim dosen yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya selama perkuliahan berlangsung.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Penulis menyadari, masih banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan pada makalah ini. Atas segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan makalah ini, pembaca kiranya dapat memberikan kritik maupun
saran agar penulisan berikutnya dapat lebih sempurna. Semoga makalah ini berguna
dan membawa kebaikan bagi semua.

Palembang 20 Januari 2024

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 3
2.1 Pengertian .................................................................................................................... 3
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi ....................................................................................... 3
2.3 Alat dan Bahan ............................................................................................................ 4
2.4 Prosedur....................................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 17
PENUTUP................................................................................................................................ 17
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pigmentasi umumnya ditemukan di mulut. Mereka mewakili dalam berbagai
pola klinis yang dapat berkisar dari hanya perubahan fisiologis hingga manifestasi oral
penyakit sistemik dan keganasan. Ada pun bagian mulut yang dapat berubah warna
adalah gingiva,gigi,lidah,dan palatum. Biasanya hal ini disebabkan karena adanya
penumpukan melanin berlebih oleh melanosit di jaringan tersebut.
Gingiva adalah bagian dari mukosa oral yang menutupi proses alveolar rahang
dan mengelilingi leher gigi dan dibagi secara anatomis menjadi daerah marginal,
melekat, dan interdental. Gingiva marginal, atau tidak terikat, adalah ujung terminal
atau perbatasan gingiva yang mengelilingi gigi dengan cara seperti kerah.
Oleh karena itu banyak orang yang mempertahankan warna coral gingiva
dengan cara apapun. Untuk mendapatkan warna gingiva seperti yang diinginkan harus
menggunakan alat dan bahan yang tepat seperti scalpel,bur abrasion, electrosurgery dan
masih banyak lagi. Seorang operator juga harus memilih teknik yang tepat untuk
melakukan hal itu karena ada indikasi dan kontraindikasi yang dapat terjadi pada pasien
saat melakukan perubahan warna gingiva.

1.2 Rumusan Masalah


- Apakah pengertian dari depigmentasi gingiva?
- Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukannya depigmentasi gingiva?
- Apa saja alat dan bahan yang diperlukan untuk depigmentasi gingiva?
- Bagaimana prosedur pelaksanaan dari depigmentasi gingiva?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
- Mengetahui pengertian dari depigmentasi gingiva
- Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dilakukannya depigmentasi gingiva
- Mengenal alat dan bahan yang diperlukan untuk depigmentasi gingiva
- Memahami prosedur pelaksanaan depigmentasi gingiva

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :

1
- Dapat menambah wawasan atau pengetahuan penulis maupun pembaca
terhadap depigmentasi gingiva
- Menjadi referensi bagi pembaca atau khalayak umum dalam membuat suatu
makalah atau paper mengenai depigmentasi gingiva

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Gingiva merupakan bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi linggir alveolar dan secara klinis berwarna “coral pink”. Gingiva dapat
mengalami perubahan warna akibat beberapa kondisi seperti Addison’s disease, Peutz-
Jeghers syndrome, Albright’s syndrome (polyostotic fibrous dysplasia) , dan von
Recklinghausen’s disease (neurofibromatosis) . Hal ini diakibatkan oleh pigmen
melanin. Penumpukan melanin berlebihan oleh melanosit di jaringan gingiva
menyebabkan terjadinya hiperpigmentasi gingiva terutama di lapisan sel basal dan
suprabasal dari epithel. Perubahan warna pada gingiva juga ditentukan oleh jumlah dan
ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, kuantitas keratin, dan pigment di dalam
epithelium. (Fermin, 2015) Untuk beberapa orang, perubahan warna dapat
mengganggu dan mengurangi kepercayaan diri karena alasan estetika. Oleh karena itu,
di temukanlah depigmentasi gingiva yang merupakan prosedur bedah plastic
periodontal untuk mengurangi atau menghilangkan hiperpigmentasi gingiva. (Ryan,
2016)

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi :

● Estetika (Grover, 2014) , (Alasmari, 2018).

Kontraindikasi :

● Pasien memiliki warna kulit gelap yang sama dengan warna gingiva nya
● Kondisi periodontal buruk atau lemah
● OHIS yang buruk
● Gingiva bengkak dan mudah berdarah
● kondisi sistemik tertentu (Alasmari, 2018)

3
2.3 Alat dan Bahan
A. Surgery Method
● Scalpel Surgical Technique
Dalam teknik ini, setelah dilakukan anestesi lokal, epitel gingiva berpigmen dan lapisan
jaringan ikat di bawahnya diangkat melalui pembedahan dengan cara membelah epitel
dengan pisau B.P no: 15 & 11. Setelah hemostasis tercapai, diperlukan periodontal
pack. (Suchetha, 2018)

Gambar 1. Blade no. 11 & 15

Gambar 2. Pembuangan jaringan pigmentasi menggunakan blade

Gambar 3. Periodontal pack

● Bur Abrasion Method


Metode ni melibatkan de-epitelisasi area berpigmen pada gingiva dengan menggunakan
instrumen putar berkecepatan tinggi setelah pemberian anestesi lokal dalam jumlah
yang memadai. Dalam teknik ini digunakan medium grit football shaped diamond bur
dengan kecepatan tinggi untuk menghilangkan epitel dengan irigasi saline yang banyak
(Sucheta, 2018)

4
Gambar 4. Medium Grit Football Shaped Diamond Bur

Gambar 5. Depigmentasi gingiva menggunakan bur abrasi

● Electrosurgery
Dalam teknik electrosurgery, panas yang dihasilkan oleh transmisi energi listrik
frekuensi tinggi ke jaringan menyebabkan pemotongan atau koagulasi jaringan
(Alasmari, 2018).

Gambar 6. Depigmentasi dengan alat electrosurgery

● Cryosurgery
Cryosurgery adalah metode yang paling banyak digunakan untuk depigmentasi
gingiva. Metode ini melibatkan pembekuan gingiva dengan menggunakan bahan
kriogen seperti nitrogen cair pada suhu yang sangat rendah. Efek dari suhu cryogen
yang sangat rendah pada jaringan gingiva menyebabkan epitel mengalami krionekrosis,

5
yang membantu menghilangkan pigmentasi gingiva (Alasmari, 2018). Dalam metode
ini, cryoprobe dipasangkan pada liquid nitrogen spray gun. (Sucheta, 2018).

Gambar7. Liquid nitrogen spray

Gambar 8. Depigmentasi menggunakan teknik cryosurgery

● Laser Ablation
Laser ablation depigmentasi gingiva telah diakui sebagai salah satu teknik yang
efektif, menyenangkan dan dapat diandalkan. Biasanya cukup untuk menghilangkan
area berpigmen dan tidak memerlukan pembalut periodontal. Ini juga menunjukkan
berkurangnya rasa sakit dan ketidaknyamanan karena pembentukan koagulum protein.
Sementara itu, memungkinkan bidang operasi yang bersih dan kering serta hasil yang
stabil. Sinar laser juga dapat menutup ujung saraf bebas. Tetapi juga memiliki
kelemahannya sendiri yaitu penyembuhan luka yang tertunda, kerusakan termal,
penetrasi dalam dan biaya prosedur yang mahal.
Laser yang berbeda telah digunakan untuk depigmentasi gingiva termasuk
karbon dioksida (10,600 nm), dioda (810 nm). Laser diode mengubah energi listrik
menjadi energi cahaya. Kenyaman pasien sangat baik dibandingkan menggunakan
scalpel. Laser CO2 menyebabkan kerusakan minimal pada periosteum dan tulang di
bawah gingiva yang sedang dirawat, dan memiliki karakteristik unik karena mampu
menghilangkan lapisan tipis epitel dengan bersih. Laser YAG telah menunjukkan
aplikasi terbaik penggunaan laser, meninggalkan kerusakan termal paling kecil. (Rosa,
2020)

6
Gambar 9. Laser dioda 810Nm

Gambar 10. Laser carbon dioksida 10.600nm

7
Gambar 11. Laser Nd:YAG (neodymium- doped: yttrium aluminum garnet

● Radiosurgery
Radiosurgery adalah pengangkatan jaringan lunak dengan bantuan energi
frekuensi radio yaitu 3,0 MHz hingga 4,0 MHz. Teknik ini adalah pengangkatan
jaringan lunak dengan bantuan energi frekuensi radio. Keuntungan utama dari
radiosurgery dapat ditemukan dalam kemampuannya untuk menghasilkan koagulasi di
daerah operasi yang sering mengalami perdarahan luas. Beberapa penelitian
melaporkan lebih sedikit kerusakan termal dan penyembuhan yang lebih cepat dengan
teknologi gelombang radio 4 MHz di atas pisau bedah dan laser. Di sisi lain, kelemahan
utama dari metode ini adalah membutuhkan setidaknya dua sittings untuk diselesaikan
dalam waktu 2 minggu perawatan. (Rosa, 2020 )

Gambar 12. Gelombang radio frekuensi 3,0 - 4,0 MHz

B. Chemical Method
Agen yang paling banyak digunakan adalah alkohol (95%) dan fenol (90%).
Strategi ini tidak dapat mengontrol seberapa besar proses depigmentasi dan infiltrasi.
Metode ini digunakan untuk menghilangkan area pigmentasi di rongga mulut. Setelah
melewati selama 20 detik dari isolasi area depigmentasi menggunakan kapas, fenol
dinetralkan dengan etanol (95%), kemudian bilas dengan air. Prosedur ini diulangi

8
setelah mengeringkan area tersebut dalam waktu seminggu hingga 10 hari. Selaput
lendir tampak dengan warna normal dan tidak ada tanda-tanda kondisi berpigmen.
Metode ini berbahaya bagi jaringan lunak mulut, menyebabkan nyeri dan nekrosis
jaringan disertai repigmentasi. Obat ini bekerja dengan menghancurkan jaringan sedikit
di bawah lapisan basal membran mukosa. (Ajeebi1, 2021)

Gambar 13. Alkohol 95% dan fenol 90 %

2.4 Prosedur

A. Pengelupasan gingiva secara kimiawi

- Bahan yang paling banyak digunakan adalah alkohol (95%) dan fenol (90%). Hal ini
tidak dapat mengontrol ukuran kedalaman obliterasi dan infiltrasi.
- Metode ini digunakan untuk menghilangkan area pigmentasi di rongga mulut.
- Setelah melewati 20 detik dari isolasi area yang mengalami depigmentasi menggunakan
cotton roll, fenol dinetralkan dengan etanol (95%), pasien kemudian berkumur dengan
air.
- Prosedur ini diulangi setelah mengeringkan area dalam waktu seminggu hingga 10 hari.
Membran mukosa muncul dengan warna normal dan tidak berpigmen.
- Metode ini berbahaya bagi jaringan lunak mulut jaringan lunak, menyebabkan rasa
sakit dan nekrosis jaringan bersama dengan repigmentasi. Ini bekerja dengan
menghancurkan sedikit jaringan di bawah lapisan basal membran mukosa
(Ajeebi,2021)

B. Teknik scalpel

- Dalam teknik ini, setelah mencapai anestesi lokal yang memadai, epitel gingiva
berpigmen bersama dengan lapisan jaringan ikat di bawahnya diangkat melalui
pembedahan dengan cara membelah epitel dengan B.P blade no: 15 & 11.
- Harus diperhatikan agar tidak meninggalkan sisa-sisa pigmen di area yang bersih
- Setelah hemostasis yang adekuat, diperlukan periodontal pack.
- Penyembuhan umumnya berjalan lancar dan penyembuhan epitel dicapai dalam 7
sampai 14 hari.
- Depigmentasi memungkinkan jaringan ikat yang hilang untuk sembuh secara sekunder.
Dengan demikian epitel baru terbentuk tanpa pigmentasi melanin. (Suchetha, 2018)

9
1. 2.

3. 4.

5. 6.

Gambar14. 1) Tampilan pra-operasi 2) Penghilangan pigmentasi rahang atas dengan teknik


bedah scalpel, 3) Setelah depigmentasi, 4) Penghilangan pigmentasi mandibula, 5) Setelah
depigmentasi, dan 6) Setelah 3 bulan.) (Moneim, 2017)

C. Teknik bur abrasion

- Ini melibatkan de-epitelisasi area berpigmen pada gingiva dengan menggunakan alat
high speed rotary setelah memberikan anestesi lokal dalam jumlah yang memadai.
- Dalam teknik ini, bur berlian berbentuk grit football berukuran sedang digunakan
dengan kecepatan tinggi untuk menghilangkan epitel dengan irigasi saline.
- Bur bulat ukuran sedang digunakan karena bur kecil dapat menghasilkan lubang kecil
daripada abrasi permukaan.
- Aplikasi tekanan harus minimal dan gerakan sentuhan ringan tanpa menahan bur di satu
tempat. (Suchetha ,2018 )
- Harus diperhatikan untuk mengontrol kecepatan dan tekanan handpiece, agar tidak
menyebabkan abrasi yang tidak diinginkan atau pitting pada jaringan. (Alasmari, 2018)

10
- Penghilangan pigmentasi melanin gingiva harus dilakukan dengan hati-hati dan gigi
yang berdekatan harus dilindungi, karena aplikasi yang tidak tepat dapat menyebabkan
resesi gingiva, cedera pada periosteum dan tulang yang di bawahnya, penyembuhan
luka yang tertunda, serta hilangnya enamel. (Suchetha, 2018).
- Prosedur ini membutuhkan waktu 45 menit hingga 1 jam untuk menyelesaikannya.
- Di sisi lain, metode abrasi bur ditemukan sulit dalam mengontrol kedalaman de-
epitelisasi. Selain itu, perdarahan dan nyeri pasca operasi harus diantisipasi.
(Moneim,2017)

a. b.

c.

Gambar15. a. Pra-operasi, b. Depigmentasi gingiva dengan abrasi bur, c. Tampilan pasca


operasi 3 Bulan (Moneim, 2017)

D. Electrosurgery

- Dalam teknik electrosurgery, panas yang dihasilkan oleh transmisi energi listrik
frekuensi tinggi ke jaringan mengarah ke salah satunya pemotongan atau pembekuan
jaringan. (Alasmari, 2018)
- Setelah mencapai anestesi lokal yang adekuat, elektroda diamond loop yang diinginkan
dipasang handpiece.
- Handpiece dipegang dengan cara seperti pena dan ujung elektroda digerakkan dengan
cepat di atas jaringan berpigmen yang akan dipotong.
- Elektroda digunakan dengan tekanan ringan dan ujungnya terus bergerak sepanjang
waktu. Waktu kontak ujung elektroda dengan jaringan harus sangat singkat untuk
menghindari penumpukan panas yang berlebihan (akumulasi panas lateral) dan
kerusakan jaringan.

11
- Setelah setiap kali digunakan, ujung elektroda diseka pada permukaan kasar kain kasa
yang direndam larutan garam untuk menghilangkan semua debris. (Suchetha, 2018)

Gambar 16. Depigmentasi dengan teknik electrosurgery dan setelah penyembuhan setelah 1
bulan (Moneim, 2017)

E. Cryosurgery

- Teknik pembekuan gingiva adalah dilakukan dengan berbagai agen yang meliputi
cairan nitrogen. (Subhadarsanee,2020)
- Dalam teknik ini, sebuah cryoprobe dipasang pada pistol liquid nitrogen spray gun.
- Teknik ini tidak memerlukan anestesi lokal dan dapat dilakukan setelah anestesi
topikal.
- Gel yang larut dalam air dioleskan di atas area gingiva untuk meningkatkan
konduktivitas termal. Cryoprobe didinginkan hingga suhu minimum -81 ° C
diaplikasikan ke area berpigmen selama 10 detik. Area yang beku akan mencair secara
spontan dalam waktu 1 menit dan eritema ringan akan muncul.
- Penghilangan pigmen tidak dapat dievaluasi selama prosedur dengan demikian
membutuhkan second sitting setelah sekitar 5-7 hari, di mana area sisa pigmentasi harus
dihilangkan.
- Kedalaman penetrasi sulit dikendalikan dan pembekuan yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan yang berlebihan; diperlukan ketelitian.
- Area yang dirawat ditutupi oleh epitel dalam waktu 2 minggu setelah pembekuan dan
keratinisasi selesai setelah 3-4 minggu. (Suchetha,2018)
- Cryotherapy memiliki beberapa efek langsung termasuk dehidrasi sel, penghambatan
enzim, denaturasi protein, dan kematian sel karena kejutan termal. Ini juga memiliki

12
beberapa efek tidak langsung seperti perubahan pembuluh darah dan respon imun
jaringan, yang mengarah ke kematian sel. (Moneim, 2017)

Gambar17. Depigmentasi dengan teknik cryosurgery (Moneim, 2017)

F. Laser

- Setelah penerapan anestesi topikal, laser digunakan untuk metode depigmentasi.


- Depigmentasi dilakukan dengan sapuan kuas ringan dan ujungnya terus bergerak
sepanjang waktu.
- Sisa jaringan yang terkelupas dihilangkan dengan menggunakan kain kasa steril
dibasahi dengan larutan garam.
- Prosedur ini diulangi sampai kedalaman pengangkatan jaringan yang diinginkan
tercapai. Lalu luka ditutup dengan paket periodontal. Ingat kembali setelah 1 minggu
& 3 bulan. (Suchetha, 2018)

Gambar 18. Sudut laser dioda 940 nm dimulai dengan ujung 0,4 mm pada posisi
kontak. (b) Er,Cr:YSGG laser 2.780 nm ujung 0,6. Dalam posisi kontak dekat.

G. Radiosurgery

- Bedah radio dianggap sebagai bentuk bedah elektro paling canggih. Ini termasuk
pengangkatan jaringan lunak dengan bantuan energi frekuensi radio.
- pengangkatan jaringan lunak dengan bantuan energi frekuensi radio. Energi
elektromagnetik ini beroperasi antara frekuensi 3,0 MHz (MHz) hingga 4,0 MHz,
dengan 4,0 MHz sebagai frekuensi optimal.(Moneim, 2017)

13
- Menyentuh area berpigmen dengan lembut menggunakan elektroda berbentuk bola No.
135 atau mengetuk area tersebut dengan elektroda berbentuk L No. 134 akan
mengakibatkan depigmentasi pada area yang terkena.
- Disarankan untuk menyentuh area berpigmen secara perlahan dengan ujung elektroda
dan melepas elektroda segera setelah jaringan di sekitar elektroda menjadi
keputihan.(Suchetha, 2018)

Gambar 19. Depigmentation by radiosurgical technique(Moneim, 2017)

H. Free Gingival Grafts (FGG)

- Sebelum perawatan bedah, pasien disuntik disuruh berkumur dengan klorheksidin


glukonat 0,2%. selama satu menit.
- Area yang akan dioperasi dibius dengan anestesi infiltrasi, menggunakan lokal larutan
anestesi xylocaine 2% dengan epinefrin 1:10.000.(Walid, 2021)
- Dalam kondisi aseptik, setelah pemberian anestesi infiltrasi lokal, sayatan horizontal
dangkal dibuat menggunakan pisau Bedah Bard Parker nomor 15 di atas sambungan
mukogingiva pada aspek wajah rahang atas.
- Sayatan diperluas hingga sudut garis distal gigi kaninus di sisi kiri dan kanan. Tempat
penerima disiapkan (Gbr.1) dengan memotong sebagian ketebalan flap gingiva dari
persimpangan mukogingiva ke margin gingiva sedemikian rupa sehingga permukaan
tulang di bawahnya akan tetap ditutupi dengan periosteum dan bagian dari jaringan ikat.

Gambar 20. Sayatan di lokasi donor menunjukkan lapisan jaringan ikat

14
- Free gingival graft siap diambil dari langit-langit yang tidak berpigmen antara molar
pertama rahang atas dan cuspid rahang atas (Gbr.2).

Gambar 21. Free gingival graft diambil dari langit-langit keras.

- Segera setelah operasi,cangkokan yang dijahit ditutup dengan kertas timah dan penutup
periodontal dipasang pada lokasi penerima dan pada lokasi donor. (Suchetha, 2018)

Gambar 22. Free gingival graft dijahit di lokasi penerima

Gambar 23. Tampilan klinis enam bulan pasca operasi)(Vikas,2017)

15
I. Acellular Dermal Matrix Allograft (ADMA)

- ADMA telah digunakan untuk mengobati pasien luka bakar dan pasien dengan
kerusakan jaringan lunak. Itu diperoleh dari tulang mayat manusia. Setelah komponen
seluler dihilangkan, konstituen matriks dipertahankan terutama Kolagen tipe I dan
Elastin.
- Sayatan sulkular horizontal harus diberikan untuk mencerminkan ketebalan parsial flap
yang mengandung area berpigmen.Flap yang terpantul harus dipotong.
- Setelah hemostasis memadai, cangkokan harus disiapkan sesuai dengan instruksi pabrik
dan dipotong agar sesuai dengan lokasi penerima.
- Graft harus diratakan dan ditempatkan dengan sisi membran basal menghadap rongga
mulut.
- Graft harus diamankan ke gingiva cekat yang berdekatan dengan jahitan lateral yang
dapat diserap secara biologis. Area tersebut harus ditekan dengan kuat dengan kain kasa
lembab selama 5 menit untuk menyesuaikan jaringan tempat pembedahan.
- Prosedur ini berhasil diterapkan dalam menghilangkan atau mengurangi pigmentasi
melanin gingiva, dan lebih efektif dibandingkan abrasi epitel setelah 12
bulan.(Suchetha, 2018)

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Depigmentasi gingiva merupakan salah satu prosedur bedah plastik periodontal untuk
mengurangi atau menghilangkan hiperpigmentasi gingiva yang dapat mempengaruhi estetika.
Hiperpigmentasi gingiva sendiri merupakan kondisi gingiva yang mengalami perubahan warna
akibat beberapa kondisi sehingga mempengaruhi pigmen melanin. Depigmentasi gingiva
memiliki dua metode yaitu metode bedah dan metode kimia. Kedua metode ini memiliki alat
dan bahan yang berbeda sesuai dengan teknik yang digunakan. Selain alat dan bahan yang
berbeda, kedua metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda juga, oleh
karena itu, dalam memilih rencana perawatan harus ditentukan berdasarkan indikasi dan
keinginan pasien.

3.2 Saran

Pengetahuan mengenai depigmentasi gingiva mulai dari pengertian, indikasi dan


kontraindikasi, alat dan bahan yang digunakan serta prosedur dalam tata laksana depigmentasi
gingiva sebaiknya dikuasai dengan baik oleh klinisi agar dalam praktek nya dapat
diimplementasikan dengan baik, sehingga prognosis yang baik serta keberhasilan perawatan
dapat tercapai.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Ajeebi, A. M., Alquraishi, S. A., & Hamami, A. I. 2021. Effectiveness of gingival


depigmentation: a review. International Journal of Medicine in Developing Countries.
5(5); 1239.
2. Alasmari, D.S. 2018. An Insight into Gingival Depigmentation Techniques: The pros
and cons. International Journal of Health Sciences; 12 (5) : 84 - 89.
3. Fermin, A. Carranza. 2015. CARRANZA’S CLINICAL PERIODONTOLOGY, 12TH
EDITION. Canada ; Elsevier Inc .
4. Grover HS, Dadlani H, Bhardwaj A, Yadav A, Lal S. 2014. Evaluation of patient
response and recurrence of pigmentation following gingival depigmentation using laser
and scalpel technique: A clinical study. J Indian Soc Periodontol.
5. Moneim, A.R.A. 2017. Gingival pigmentation (cause, treatment and histologic
preview). Future Dental Journal : 1-7.
6. Patil K.P., et al. 2015. Gingival depigmentation: A split mouth comparative study
between scalpel and cryosurgery. Contemporary Clinical Dentistry; 6 : 97 - 101.
7. Rosa, Hanifah Salma dkk. 2020. Penatalaksanaan Depigmentasi Gingiva Fisiologis
dengan Teknik Sederhana. Jurnal Kedokteran Gigi Terpadu, 2(2), 1-7.
8. Ryan dan Agung Krismariono. 2016. Gingival Scraping untuk Depigmentasi Gingiva.
Clinical Dental Journal. 2(3): 172-175
9. Subhadarsanee, C., & Dhadse, P. V. 2020. A Concise Review of Gingival
Depigmentation Techniques and Re-Pigmentation. Indian Journal of Forensic
Medicine & Toxicology. 14(4); 6771.
10. Sucheta A, et al. 2018. A review on gingival depigmentation procedures and
repigmentation. International Journal of Applied Dental Sciences; 4(4): 336-341.
11. Sutandy, H., dkk. 2017. Periodontal estetik: perawatan depigmentasi gingiva dengan
kombinasi alat kauter dan pisau beda (laporan kasus). Makassar Dent J; 6 (3): 127 -
131.
12. Vikas,V.P ;Pavan.B; ML Bhongade; BS Shilpa. 2017. Gingival depigmentation by free
gingival autograft: a case series. Volume 44, Issue 2 :Pages 158-162
13. Walid.A. Omar.H. & Bahaa.A.A. 2021. Gingival depigmentation with diode and
Er,Cr:YSGG laser: evaluating re-pigmentation rate and patient perceptions.)

18

Anda mungkin juga menyukai