Raisa, Dewi, Sarah adalah tiga mahasiswa semester ke III pada Fakultas
Kedokteran Gigi yang sedang berbincang-bincang tentang pokok bahasan embriologi
manusia. Banyak hal yang menarik untuk dipelajari tentang pokok bahasan embriologi
manusia selama 280 hari di dalam kandungan. Pada saat ini mereka membicarakan
tentang tumbuh kembang kraniodentofasial. Raisa bingung tentang tumbuh kembang
rangka wajah yang meliputi perkembangan hidung dan bibir, sedangkan Dewi ingin
penjelasan tentang pertumbuhan lidah dan palatum, demikian pula Sarah masih
penasaran asal pertumbuhan tonsil, mandibular, gigi, jaringan periodontal dan temporo
mandibular joint.
a. Rangka wajah
b. Bibir
c. Hidung
d. Lidah&tonsil
e. Palatum
f. Mandibula
g. TMJ
i
BAB I
PENDAHULUAN
a. Rangka wajah
b. Bibir
c. Hidung
d. Lidah&tonsil
e. Palatum
f. Mandibula
g. TMJ
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tumbuh kembang
2. Untuk mengetahui tahapan embriologi dan fase kehamilan
3. Untuk menjelaskan proses-proses yang mempengaruhi tumbuh kembang
termasuk waktu (hari/minggu) dari:
a. Rangka wajah
b. Bibir
c. Hidung
d. Lidah&tonsil
e. Palatum
f. Mandibula
g. TMJ
4. Untuk mengetahui tahapan perkembangan gigi
5. Untuk menjelaskan tahap awal perkembangan jaringan periodontal
BAB II
PEMBAHASAN
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus
menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi
yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase ini zigot membelah secara mitosis
berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8, 16 dan akhirnya 32 buah sel.
2) FaseBlastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel
dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat
cairan sel yang disebut dengan Blastosoel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya
blastula. Pada fase blastulla ditandainya dengan terjadinya pembentukan rongga
tubuh dan jaringannya.
3) FaseGastula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah
semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga
tubuh. Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan
hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh
embrionya. Pada fase ini terjadi pembentukan 3 lapisan pada dinding rahim,
yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai tiga lapisan dinding tubuh embrio,
berupa ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
1. Rangka Wajah
Wajah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sepertiga atas, sepertiga tengah
dan sepertiga bawah. Ketiga bagian ini berhubungan terhadap tonjolan
frontonasal, maksila dan mandibula embrionik. Sepertiga atas wajah terdiri
terutama dari neurokranial dengan tulang frontal kalvaria yang berperan pada
pembentukan dahi. Sepertiga tengah merupakan rangka paling rumit, terdiri dari
dasar kranial dan perluasan nasal dari erpertiga atas serta sebagian dari alat
kunyah (termasuk gigi geligi atas). Sepertiga bawah wajah melengkapi alat
kunyah, terdiri dari mandibula dan gigi geligi.
Perkembangan wajah bergantung dari lima facial processes yang
terbentuk pada minggu ke-4, yaitu the single frontonasal process, sepasang
maxilla process dan sepasang mandibula process. Proses- proses ini kemudian
menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan dari wajah. Perkembangan
wajah dimulai pada minggu ke-4 dan kemudian akan dilengkapi di minggu ke-
12, saat periode fetal. Proporsi-proporsi wajah itu berkembang pada saat
periode fetal.
Pada embrio yang berumur 3 minggu:
Terdapat bulatan yang menonjol yang terbentuk oleh forebrain
merupakan bagian terbesar dari wajah. Bagian ini ditutupi oleh lapisan
ectoderm dan sebuah lapisan tipis mesoderm. Di bawah bulatan yang
menonjol tersebut, terdapat sebuah alur yang dalam, yaitu alur mulut
primitif, yang disebut stomatodeum. Perubahan pertama yang signifikan
didalam perkembangan wajah disebabkan oleh proliferasicepat dari lapisan
mesoderm.
Pada embrio yang berumur 4 minggu:
Tonjolan yang merupakan bagian tengah dari upper-face dikenal
sebagai frontonasal process. Tahap selanjutnya terbentuk formasi yang
dangkal dan alur oval yang dalam, yang disebutnasal pits. Nasal pits
membagi frontonasal process menjadi sebuah medial nasal process dandua
lateral nasal process.
Pada embrio yang berumur 5 minggu:
Terjadi fusi antara medial nasal dan maxillary processes yang
menyempit ke arah nasal pit. The medial nasal process tumbuh ke bawah
lebih cepat daripada lateral nasal processes.
Pada embrio yang berumur 6 minggu:
Terjadi fusi antara medial dan lateral nasal processes yang
menyempitkan lebih banyak nostrils. Medial nasal process berkurang. Mata
berada di tepi wajah.
Pada embrio yang berumur 7 minggu:
Nasal area agak menonjol. Nasal septum lebih banyak berkurang. Mata
berada di permukaan depan wajah.
Pada embrio yang berumur 8 minggu:
Kelopak mata berada di permukaan depan wajah. Jaraknya relative
berkurang. Mandibula kecil.
Pada embrio yang berumur 12 minggu:
Kelopak mata tertutup. Nostrils tertutup oleh proliferasi lapisan epitel.
Hubungan maksila dan mandibula normal
2. Bibir
Bibir terbentuk setelah RA terbentuk melalui processus nasomedial dan
diakhiri processus maxillaris, dan dibentuk oleh pasangan lengkung pharynx
pertama pada akhir minggu ke-4.
Dua minggu selanjutnya processus maxillaris akan bertumbuh ke arah
medial dan menekan processus frontonasalis ke arah midline. Celah antara
processus nasomedial dan processus maxillaris saling menutup. Penyatuan
kedua tonjolan ini akan membentuk bibir.
Kegagalan penyatuan kedua processus ini akan menimbulkan celah
perkembangan abnormal (cleft lip). Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor : genetik, alcohol, kafein, trauma stress, obat seperti aspirin.
3. Hidung
• Lempeng Hidung
Pada bagian kiri dan kanan prominentia frontalis dan tepat di atas
stomodeum terdapat penebalan ektoderm setempat yaitu “lempeng hidung”.
Selama minggu ke-5 terdapat pertumbuhan tonjol hidung lateral dan medial
(globular process) yang cepat yang mengelilingi lempeng hidung menjadi
dasar suatu lekuk, yang kemudian membentuk “lubang hidung”
• Cuping Hidung
Tonjol hidung lateral tidak berperan dalam pembentukan bibir atas,
tetapi membentuk alae nasi (cuping hidung)
• Penyatuan tonjol maxilla dengan tonjol hidung lateral
Pada permulaan, tonjol maxilla dan tonjol hidung lateral dipisahkan oleh
suatu alur yang dalam yang disebut “sulcus nasolacrimalis”. Ektoderm pada
dasar alur ini membentuk epitel yang padat yang memisahkan diri dari
ektoderm yang mendasarinya.
Setelah kanalisasi, tali tersebut akan membentuk “ductus
nasolacrimalis” sedangkan ujung atasnya melebar dan membentuk “saccus
lacrimalis”. Mengikuti pelepasan tali tersebut dari dasarnya, tonjol maxilla dan
tonjol hidung lateral kemudian saling bersatu.
• Rongga Hidung
Selama minggu k-6, lubang hidung akan bertambah dalam.
4. Lidah & Tonsil
Lidah muncul pada dinding orofaring primitive yaitu dari batas
lengkung bronchialis 1 pada minggu IV. Proses ini diawali dari sepasang
penebalan lateral dan mesenkim, yaitu branchial I membentuk pembengkakan
lingual (lateral lingual swellings). Dibalik pembengkakan ini, muncul
eminensia medialis yaitu tuberculum impar (tuberculum yang tidak
berpasangan) yang tepi kaudalnya ditandai dengan pit buta/foramen caecum.
Pembengkakan lingual bertumbuh dan bergabung satu sama lain mengelilingi
tuberkulum impar untuk membuat derivate mukosa ectodermal dari tubuh (2/3
depan lidah).
Eminensia hypobracial berasal dari dasar lengkung baru III dan IV,
membentuk epiglottis. Tulang rawan berdiferensiasi dalam epiglottis pada
minggu XV. Sulcus terminalis berbentuk V, yang apeksnya adalah foramen
caecum, memisahkan tubuh lidah bergerak dari akarnya yang cekat. Garis
sulkus terminalis ditandai dengan 8-12 papila circumvalatae yang terbentuk
pada bulan II-V. mukosa permukaan dorsal tubuh lidah membentuk papilla
filiformis pada minggu ke II. Papilla filiformis terbentuk lebih lama dan belum
sempurna sampai post natal. Lidah umumnya bertambah panjang, lebar, dan
tebal 2 kali lipat antara lahir dan masa remaja mencapai ukuran maksimal pada
usia 8 tahun.
Tonsilo terbentuk dari lapisan endodermal pada minggu ke-3. Pada
permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong brankial ke II ke
dinding faring akibat pertumbuhan faring ke lateral. Bagian yang mengalami
invaginasi akan membagi dalam beberapa bagian, sehingga terjadi tonsil crypt.
Tumbuh pada bulan ke-3 hingga bulan ke-6 kehidupan janin yang berasal dari
epitel permukaan. Pada bulan ke-3 tumbuh limfosit dan terjadi nodul pada
bulan ke-6, yang akhirnya terbentuk jaringan limfoid. Kapsul jaringan lain
tumbuh pada bulan ke-5 dan berasal dari mesenkim, dengan demikian
terbentuklah massa jaringan tonsil.
5. Palatum
Palatum mulai terlihat pada akhir bulan 2 ( minggu 7,8) setelah rahang
atas terbentuk. Palatum dibentuk melalui processus nasomedial dan maxillaris.
Proses penutupan palatum yaitu bermula dari terjadi kontar antar lereng.
Kemudian epitellium menutupi tepi-tepi lereng palatal dan menebal , hal ini
penting untuk penggabungan. Penggabungan juga terjadi antara permukaan
dorsal dari lereng palatal dan tepi bawah garis tengah septum nasal. Garis
sambung dilalui dari depan daerah palatum keras dan nantinya akan menyatu
dengan daerah palatum lunak. Kombinasi sel degenerasi epitellial dan lapisan
permukaan dari glikoprotein yang memungkinkan epitel melekat di lereng-
lereng palatal yang saling berkontak. Kemudian, struktur sutura mid palatal
terlihat pertama kali pada 10,5 minggu ketika lapisan atas bundle serat terbentuk
pada garis tengah. Palatum fetus bertambah panjang lebih cepat dari pada lebar,
antara minggu ke – 7 dan minggu ke-18 i.u., kemudian lebarnya akan bertambah
lebih cepat daripada panjangnya. Lereng palatal yang saling bergabung,
menyandar pada bagian depan palatum primer, tepat pada arah jalan kanalis
insisivus-neurovaskular yang membawa saraf insisivus dan pembuluh darah.
Garis penggabungan lereng palatal lateral ditandai oleh sutura mid palatal. Garis
ini mejadi kabur pada palatum lunak melalui invasi mesenkin ekstrateritorial.
Osifikasi palatum berlangsung terus selama minggu ke- 8 i.u. Penggabungan
palatum kiri dan kanan atau pertemuan lereng palatal disebut sebagai palatine
raphe. Lereng palatal menyatu pada usia 22 minggu atau 6 bulan i.u.
6. Mandibula
Mandibula berasal dari Branchial Arch I atau mandibula arch dan
disebut pula processus mandibularis. Mandibula dibentuk dari osifikasi dan
osteogenik kondensasi eksomesensimal pada hari 36-38. Mula-mula dibentuk
tulang rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis.
Pada minggu ke-6, pertumbuhan dan perkembangan cartilago meckel
ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. ketika N.mandibularis
dibentuk mencapai 1/3 dorsal cartilago meckel, kemudian bercabang menjadi
N.Alveolaris Inferior ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N.Mentalis
dan N.incisivus. Pada tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat padat
fibrosa mulai mengalami osifikasi. Pusat osifikasinya sekitar foramen mentale
kemudian pertumbuhan perkembangan ke posterior membentuk ramus
mandibula hingga terbentuk mandibula yang lengkap. sedangkan tulang rawan
meckle menghilang.
Pada minggu ke-10 dan ke-14, muncul tulang rawan asesoris sekunder
untuk membentuk kepala kondil (bagian prosesus koronoid) dan protuberan
mentalis. Pada minggu ke-10 juga muncul tulang rawan kondilar sekunder
sebagai struktur berbentuk konus pada daerah ramal. Pada minggu ke-14, tanda
pertama tulang endokondral muncul di daerah kondil.
Tulang rawan Meckel akan menjadi malleus di telinga dalam dan
sphenomalleolar ligament. Pertumbuhan mandibula lebih lanjut dipengaruhi
oleh 3 kartilago, yaitu kartilago kondilaris, kartilago koronoid, dan kartilago
symphyseal.
7. TMJ
TMJ terbentuk dari tulang rawan mecklel yang berfungsi sebagai sendi
rahang sementara. Sendi temporomandibula terbentuk dari blastema temporal
dan condylar yang terpisah jauh. Blastema condyle berasal dari tulang rawan
condyle sekuder mandibula. Pada minggu ke-8 I.U. gerakan mulut dimulai jauh
sebelum terbentuknya temporomandibular primitif. Pada Minggu 10-13 I.U
cartilago sekunder memadat dan processus condylaris membesar menyebabkan
mendekatnya os mandibula dan os temporal.
Diskus Artikularis terbentuk pada minggu ke-7,5 I.U sebagai initio
bikonkaf yang terbagi atas lamina superior, lamina intermediet, dan lamina
inferor. Kapsul sendi terbentuk dari jaringan fibrosa yang muncul pada minggu
ke-11 I.U membentuk ligamen lateral. TMJ pada bayi baru lahir struktur nya
masih sangat labis dan stabilitasnya hanya tergantung pada kapsul yang
mengelilinginya
2.4.4 Amelogenesis
Pada tahap amelogenesis, sel inner dental epithelium, sekarang namanya
ameloblas, mulai aktif mensekresi protein enamel, yang menjadi initial layer of
enamel. Ameloblas bagian dasarnya berbatasan dengan lamina basal, yang menjadi
permukaan sekresinya. Ameloblas berfungsi menghancurkan lamina basal yang
memisahkan sel-sel ini dari dentin odontoblast dan dentin. Kejadian penting pada
saat pembentukan enamel adalah perkembangan sitoplasmik yang meluas pada
ameloblas, yang disebut prosesus Tomes. Terdapat 3 tahap fungsional
amelogenesis, yang pertama Presecretory Stages, dimana ameloblas diferensiasi,
merubah polaritas, mengembangkan alat untuk sintesis protein, mempersiapkan
untuk sekresi matriks organic (enamel). Tahap kedua yaitu Secretory Stage, dimana
ameloblas membentuk dan mengorganisir ketebalan enamel. Tahap ketiga yaitu
Maturation Stage, ameloblas mengatur dan mentranspor ion-ion spesifik untuk
melengkapi mineral yang sudah terbentuk.
2.4.5 Dentinogenesis
Tahap awal pembentukan dentin adalah terbentuknya fibril kolagen dengan
diameter yang besar disebut von korff’s fibers (collagen type III associated). Ketika
odontoblas membesar sel ini juga memproduksi fibril tipe I yang nantinya akan
terbentuk pararel dengan dentinoenamel junction. Membran plasma yang
berdekatan dengan inner dental epithelium berpenetrasi ke lamina basal dan
membentuk enamel spindle. Odontoblas kemudian membentuk Tome’s fiber (
odontoblast processes) yang ditinggalkan ketika membentuk matrix dentin dan
secara bersamaan odontoblas bergerak kearah pulpa. Deposisi mineral diinisiasi di
vesikel matriks yang meregulasi deposisi mineral oleh odontoblas. Deposisi
mineral yang terjadi pada awal adalah predentin ( diantara sel dan bagian depan
mineralisasi) selanjutnya matriks protein non-kolagen juga diproduksi oleh
odontoblas untuk meregulasi deposisi mineral yang kemudian terbentuklah mantle
untuk dentin dengan ketebalan 15-20
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses tumbuh kembang pada manusia sudah dimulai pada saat masih di intra-
uterine dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan
secara umum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Masa embriogenesis berhubungan erat dengan pertumbuhan dan
perkembangan dentokraniofasial yang merupakan kesatuan jaringan lunak dengan
jaringan keras penyusun kranium wajah dan kranium sertã gigi geligi dan jaringan
mulut lainnya.
3.2 Saran
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah di atas dengan menggunakan
sumber-sumber yang lebih baik dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Masih
banyak hal-hal yang perlu dikembangkan karena penulis menyadari masih ada
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu, penting untuk
membaca buku-buku mutakhir dan jurnal-jurnal terkini yang berkaitan dengan
masalah embriologi.
SKENARIO
Pasien laki-laki usia 35 tahun dating ke RSGM FKG Usakti dengan keluhan bibir
terdapat bintik-bintik kekuningan. Dari anamnesis diketahui kondisi tersebut sudah ada
sejak remaja dan tidak keluhan. Pasien sering mencari tahu keadaan bibirnya dan
merasa khawatir akan keganasan. Bintik-bintik tersebut tidak pernah sakit dan normal
seperti pada gambar. Terdapat lesi makulo-papular kekuningan multiple berukuran 1-2
mm pada vermilion border. Pada pemeriksaan intra oral terlihat juga lesi putih difus
pada mukosa bukal kanan dan kiri dan hilang saat mukosa diregangkan. Pasien tidak
ada penyakit sistemik maupun kelainan yang lain.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pasien didiagnosis varian
normal yaitu Granula Fordyce/ Fordyce Spot dan Leukoedema. Fordyce spot
merupakan kelenjar sebasea yang ektopik, faktor predisposisinya adalah trauma dan
faktor usia. Etiologi dari leukoedema masih belum diketahui secara jelas,namun secara
garis besar diduga oleh beberapa hal; pengaruh ras, pengaruh tembakau, kondisi OH
yang buruk. Tatalaksana yang perlu dilakukan yaitu komunikasi yang baik antar dokter
dan pasien untuk memberikan ketenangan terhadap pasien agar tidak perlu khawatir
dan dokter mengedukasikan pasien bahwa itu merupakan varian normal dan tidak
berbahaya. Pembengkan kelenjar sebasea terjadi karena kelenjar lemak terjebak saat
penutupan prosesus maksilaris dan ujung lengkung mandibula kanan dan kiri.
Gambaran histopatologi leukoedema, menunjukkan sel skawamosa permukaan tampak
jernih memberi gambaran sitoplasma yang tampak kosong. Pola genetik yang berkaitan
dengan skenario bisa terjadi pada saat perkembangan embrional dan bisa
memungkinkan karena pola pewarisan autosomal genetika.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga bermanfaat bagi para
pembaca.