Anda di halaman 1dari 22

SKENARIO

Raisa, Dewi, Sarah adalah tiga mahasiswa semester ke III pada Fakultas
Kedokteran Gigi yang sedang berbincang-bincang tentang pokok bahasan embriologi
manusia. Banyak hal yang menarik untuk dipelajari tentang pokok bahasan embriologi
manusia selama 280 hari di dalam kandungan. Pada saat ini mereka membicarakan
tentang tumbuh kembang kraniodentofasial. Raisa bingung tentang tumbuh kembang
rangka wajah yang meliputi perkembangan hidung dan bibir, sedangkan Dewi ingin
penjelasan tentang pertumbuhan lidah dan palatum, demikian pula Sarah masih
penasaran asal pertumbuhan tonsil, mandibular, gigi, jaringan periodontal dan temporo
mandibular joint.

Hal yang perlu didiskusikan :

1. Pengertian tumbuh kembang


2. Tahapan embriologi dan fase kehamilan
3. Proses-proses yang mempengaruhi tumbuh kembang termasuk waktu
(hari/minggu) dari:

a. Rangka wajah
b. Bibir
c. Hidung
d. Lidah&tonsil
e. Palatum
f. Mandibula
g. TMJ

4. Tahapan perkembangan gigi


5. Jelaskan tahap awal perkembangan jaringan periodontal

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi
sejak intra-uterine dan terus berlangsung sampai dewasa. Pada dasarnya,
pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa dalam kehidupan yang
berlainan tetapi berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena proses keduanya
berjalan bersamaan. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh secara umum
dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan.
Salah satu proses tumbuh kembang ialah pada embrio atau yang disebut sebagai
embriogenesis. Proses ini merupakan tahapan perkembangan sel setelah
pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis meliputi pembelahan sel dan pengaturan
sel embriogenik. Masa embriogenesis ini berhubungan erat dengan pertumbuhan
dan perkembangan dentokraniofasial.
Dentokraniofasial adalah kesatuan komponen jaringan lunak dengan jaringan
keras penyusun kranium wajah dan kranium serta gigi geligi dan jaringan mulut
lainnya. Pertumbuhan dentokraniofasial berlangsung dalam tiga arah, yaitu
anteropostrior, lateral dan vertikal. Ketiganya mempunyai perbedaan baik dalam
durasi, potensi, kecepatan maupun percepatan dalam pertumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian tumbuh kembang
2. Tahapan embriologi dan fase kehamilan
3. Proses-proses yang mempengaruhi tumbuh kembang termasuk waktu
(hari/minggu) dari:

a. Rangka wajah
b. Bibir
c. Hidung
d. Lidah&tonsil
e. Palatum
f. Mandibula
g. TMJ

4. Tahapan perkembangan gigi


5. Jelaskan tahap awal perkembangan jaringan periodontal

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian tumbuh kembang
2. Untuk mengetahui tahapan embriologi dan fase kehamilan
3. Untuk menjelaskan proses-proses yang mempengaruhi tumbuh kembang
termasuk waktu (hari/minggu) dari:
a. Rangka wajah
b. Bibir
c. Hidung
d. Lidah&tonsil
e. Palatum
f. Mandibula
g. TMJ
4. Untuk mengetahui tahapan perkembangan gigi
5. Untuk menjelaskan tahap awal perkembangan jaringan periodontal
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tumbuh Kembang


Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran, volume, dan massa yang
bersifat kuantitatif dan irreversibel karena adanya perbesaran dan pertambahan
jumlah sel akibat adanya proses pembelahan sel. Perkembangan adalah proses
menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif.

2.2 Tahapan Embriologi dan Fase Kehamilan

2.2.1 Tahapan embriologi


Fase embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup
selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan
terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina. Tahap awal perkembangan
manusia diawali dengan peristiwa pertemuan/peleburan sel sperma dengan sel
ovum yang dikenal dengan peristiwa fertilisasi. Fertilisasi akan menghasilkan sel
individu baru yang disebut dengan zigot dan akan melakukan pembelahan
diri/pembelahan sel (cleavage) menuju pertumbuhan dan perkembangan menjadi
embrio. Fase embrionik terbagi menjadi 3 fase, yaitu:
1) FaseMorula

Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus
menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi
yaitu proses terbentuknya morula. Dalam fase ini zigot membelah secara mitosis
berturut-turut sehingga menjadi 2, 4, 8, 16 dan akhirnya 32 buah sel.

2) FaseBlastula
Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami
pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel
dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat
cairan sel yang disebut dengan Blastosoel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya
blastula. Pada fase blastulla ditandainya dengan terjadinya pembentukan rongga
tubuh dan jaringannya.
3) FaseGastula
Gastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah
semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga
tubuh. Gastrula pada beberapa hewan tertentu, seperti hewan tingkat rendah dan
hewan tingkat tinggi, berbeda dalam hal jumlah lapisan dinding tubuh
embrionya. Pada fase ini terjadi pembentukan 3 lapisan pada dinding rahim,
yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Triploblastik yaitu hewan yang mempunyai tiga lapisan dinding tubuh embrio,
berupa ektoderm, mesoderm, dan endoderm.

Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk


hidup. Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh
embrio pada fase gastrula.
1) Lapisan ektoderm akan berdiferensiasi menjadi jantung, otak/sistem saraf, kulit,
rambut, dan alat indera.
2) Lapisan mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, tulang/osteon, alat
reproduksi (testis dan ovarium), sistem peredaran darah, dan sistem ekskresi
seperti ginjal.
3) Lapisan endoderm akan berdiferensiasi menjadi sistem pencernaan, kelenjar
pencernaan, dan system pernapasan.

2.2.2 Fase kehamilan

Fase ini dibagi menjadi 3 periode, antara lain:


1) Periodeimplantasi
Zigot yang sedang membelah mengapung didalam saluran telur sekitar
1 minggu, berkembang dari tahap 16 sel melalui tahap morula (mulberry) yang
padat menjadi tahap blastokista yang memiliki 32-64 sel. Blastokista
mengandung dua jenis sel embrionik yang telah berdiferensiasi, yaitu
trofektoderm di bagian luar dan massa sel dalam. Sel trofektoderm nantinya
akan membentuk plasenta. Massa sel dalam akan membentuk janin dan
membran janin. Sel trofoblas kemudian berdiferensiasi menjadi dua jenis sel,
yaitu sel sinsitiotrofoblas (sel ini aktif menghasilkan hormon plasenta dan
mentranspor zat makanan dari ibu ke janin) dan sel sitotrofoblast (memiliki sifat
invasif, melewati stroma endometrium untuk mencapai pembuluh darah ibu).
2) Periodeembrionik
Selama periode embrionik, struktur utama embrio terbentuk,
dan saat memasuki usia 8 minggu, sebagian besar organ dan system telah
terbentuk dan berfungsi hingga taraf tertentu, tetapi masih banyak yang masih
pada tahap perkembangan imatur.
Pada akhir minggu ke-8, tampilan eksternal embrio dapat dikenali seperti mata,
telinga, dan mulut, jari tangan dan jari kaki terbentuk, serta ekstremitas
memiliki sendi siku dan sendi lutut.
3) Periodejanin
Janin menjadi matur selama periode janin. Janin tumbuh
dengan cepat dalam hal ukuran, massa dan kompleksitas, serta perubahan
proporsinya. Berat janin sangat meningkat pada tahap akhir dari periode janin.
Organ dan system melanjutkan perkembangan fungsinya, dan sejumlah system
berubah pada saat lahir.

2.3 Proses-Proses yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Termasuk Waktu


(hari/minggu)

Berikut merupakan proses-proses yang mempengaruhi tumbuh kembang termasuk


waktu (hari/minggu):

1. Rangka Wajah
Wajah dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sepertiga atas, sepertiga tengah
dan sepertiga bawah. Ketiga bagian ini berhubungan terhadap tonjolan
frontonasal, maksila dan mandibula embrionik. Sepertiga atas wajah terdiri
terutama dari neurokranial dengan tulang frontal kalvaria yang berperan pada
pembentukan dahi. Sepertiga tengah merupakan rangka paling rumit, terdiri dari
dasar kranial dan perluasan nasal dari erpertiga atas serta sebagian dari alat
kunyah (termasuk gigi geligi atas). Sepertiga bawah wajah melengkapi alat
kunyah, terdiri dari mandibula dan gigi geligi.
Perkembangan wajah bergantung dari lima facial processes yang
terbentuk pada minggu ke-4, yaitu the single frontonasal process, sepasang
maxilla process dan sepasang mandibula process. Proses- proses ini kemudian
menjadi pusat pertumbuhan dan perkembangan dari wajah. Perkembangan
wajah dimulai pada minggu ke-4 dan kemudian akan dilengkapi di minggu ke-
12, saat periode fetal. Proporsi-proporsi wajah itu berkembang pada saat
periode fetal.
 Pada embrio yang berumur 3 minggu:
Terdapat bulatan yang menonjol yang terbentuk oleh forebrain
merupakan bagian terbesar dari wajah. Bagian ini ditutupi oleh lapisan
ectoderm dan sebuah lapisan tipis mesoderm. Di bawah bulatan yang
menonjol tersebut, terdapat sebuah alur yang dalam, yaitu alur mulut
primitif, yang disebut stomatodeum. Perubahan pertama yang signifikan
didalam perkembangan wajah disebabkan oleh proliferasicepat dari lapisan
mesoderm.
 Pada embrio yang berumur 4 minggu:
Tonjolan yang merupakan bagian tengah dari upper-face dikenal
sebagai frontonasal process. Tahap selanjutnya terbentuk formasi yang
dangkal dan alur oval yang dalam, yang disebutnasal pits. Nasal pits
membagi frontonasal process menjadi sebuah medial nasal process dandua
lateral nasal process.
 Pada embrio yang berumur 5 minggu:
Terjadi fusi antara medial nasal dan maxillary processes yang
menyempit ke arah nasal pit. The medial nasal process tumbuh ke bawah
lebih cepat daripada lateral nasal processes.
 Pada embrio yang berumur 6 minggu:
Terjadi fusi antara medial dan lateral nasal processes yang
menyempitkan lebih banyak nostrils. Medial nasal process berkurang. Mata
berada di tepi wajah.
 Pada embrio yang berumur 7 minggu:
Nasal area agak menonjol. Nasal septum lebih banyak berkurang. Mata
berada di permukaan depan wajah.
 Pada embrio yang berumur 8 minggu:
Kelopak mata berada di permukaan depan wajah. Jaraknya relative
berkurang. Mandibula kecil.
 Pada embrio yang berumur 12 minggu:
Kelopak mata tertutup. Nostrils tertutup oleh proliferasi lapisan epitel.
Hubungan maksila dan mandibula normal
2. Bibir
Bibir terbentuk setelah RA terbentuk melalui processus nasomedial dan
diakhiri processus maxillaris, dan dibentuk oleh pasangan lengkung pharynx
pertama pada akhir minggu ke-4.
Dua minggu selanjutnya processus maxillaris akan bertumbuh ke arah
medial dan menekan processus frontonasalis ke arah midline. Celah antara
processus nasomedial dan processus maxillaris saling menutup. Penyatuan
kedua tonjolan ini akan membentuk bibir.
Kegagalan penyatuan kedua processus ini akan menimbulkan celah
perkembangan abnormal (cleft lip). Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor : genetik, alcohol, kafein, trauma stress, obat seperti aspirin.

3. Hidung
• Lempeng Hidung
Pada bagian kiri dan kanan prominentia frontalis dan tepat di atas
stomodeum terdapat penebalan ektoderm setempat yaitu “lempeng hidung”.
Selama minggu ke-5 terdapat pertumbuhan tonjol hidung lateral dan medial
(globular process) yang cepat yang mengelilingi lempeng hidung menjadi
dasar suatu lekuk, yang kemudian membentuk “lubang hidung”
• Cuping Hidung
Tonjol hidung lateral tidak berperan dalam pembentukan bibir atas,
tetapi membentuk alae nasi (cuping hidung)
• Penyatuan tonjol maxilla dengan tonjol hidung lateral
Pada permulaan, tonjol maxilla dan tonjol hidung lateral dipisahkan oleh
suatu alur yang dalam yang disebut “sulcus nasolacrimalis”. Ektoderm pada
dasar alur ini membentuk epitel yang padat yang memisahkan diri dari
ektoderm yang mendasarinya.
Setelah kanalisasi, tali tersebut akan membentuk “ductus
nasolacrimalis” sedangkan ujung atasnya melebar dan membentuk “saccus
lacrimalis”. Mengikuti pelepasan tali tersebut dari dasarnya, tonjol maxilla dan
tonjol hidung lateral kemudian saling bersatu.
• Rongga Hidung
Selama minggu k-6, lubang hidung akan bertambah dalam.
4. Lidah & Tonsil
Lidah muncul pada dinding orofaring primitive yaitu dari batas
lengkung bronchialis 1 pada minggu IV. Proses ini diawali dari sepasang
penebalan lateral dan mesenkim, yaitu branchial I membentuk pembengkakan
lingual (lateral lingual swellings). Dibalik pembengkakan ini, muncul
eminensia medialis yaitu tuberculum impar (tuberculum yang tidak
berpasangan) yang tepi kaudalnya ditandai dengan pit buta/foramen caecum.
Pembengkakan lingual bertumbuh dan bergabung satu sama lain mengelilingi
tuberkulum impar untuk membuat derivate mukosa ectodermal dari tubuh (2/3
depan lidah).

Eminensia hypobracial berasal dari dasar lengkung baru III dan IV,
membentuk epiglottis. Tulang rawan berdiferensiasi dalam epiglottis pada
minggu XV. Sulcus terminalis berbentuk V, yang apeksnya adalah foramen
caecum, memisahkan tubuh lidah bergerak dari akarnya yang cekat. Garis
sulkus terminalis ditandai dengan 8-12 papila circumvalatae yang terbentuk
pada bulan II-V. mukosa permukaan dorsal tubuh lidah membentuk papilla
filiformis pada minggu ke II. Papilla filiformis terbentuk lebih lama dan belum
sempurna sampai post natal. Lidah umumnya bertambah panjang, lebar, dan
tebal 2 kali lipat antara lahir dan masa remaja mencapai ukuran maksimal pada
usia 8 tahun.
Tonsilo terbentuk dari lapisan endodermal pada minggu ke-3. Pada
permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong brankial ke II ke
dinding faring akibat pertumbuhan faring ke lateral. Bagian yang mengalami
invaginasi akan membagi dalam beberapa bagian, sehingga terjadi tonsil crypt.
Tumbuh pada bulan ke-3 hingga bulan ke-6 kehidupan janin yang berasal dari
epitel permukaan. Pada bulan ke-3 tumbuh limfosit dan terjadi nodul pada
bulan ke-6, yang akhirnya terbentuk jaringan limfoid. Kapsul jaringan lain
tumbuh pada bulan ke-5 dan berasal dari mesenkim, dengan demikian
terbentuklah massa jaringan tonsil.

5. Palatum
Palatum mulai terlihat pada akhir bulan 2 ( minggu 7,8) setelah rahang
atas terbentuk. Palatum dibentuk melalui processus nasomedial dan maxillaris.
Proses penutupan palatum yaitu bermula dari terjadi kontar antar lereng.
Kemudian epitellium menutupi tepi-tepi lereng palatal dan menebal , hal ini
penting untuk penggabungan. Penggabungan juga terjadi antara permukaan
dorsal dari lereng palatal dan tepi bawah garis tengah septum nasal. Garis
sambung dilalui dari depan daerah palatum keras dan nantinya akan menyatu
dengan daerah palatum lunak. Kombinasi sel degenerasi epitellial dan lapisan
permukaan dari glikoprotein yang memungkinkan epitel melekat di lereng-
lereng palatal yang saling berkontak. Kemudian, struktur sutura mid palatal
terlihat pertama kali pada 10,5 minggu ketika lapisan atas bundle serat terbentuk
pada garis tengah. Palatum fetus bertambah panjang lebih cepat dari pada lebar,
antara minggu ke – 7 dan minggu ke-18 i.u., kemudian lebarnya akan bertambah
lebih cepat daripada panjangnya. Lereng palatal yang saling bergabung,
menyandar pada bagian depan palatum primer, tepat pada arah jalan kanalis
insisivus-neurovaskular yang membawa saraf insisivus dan pembuluh darah.
Garis penggabungan lereng palatal lateral ditandai oleh sutura mid palatal. Garis
ini mejadi kabur pada palatum lunak melalui invasi mesenkin ekstrateritorial.
Osifikasi palatum berlangsung terus selama minggu ke- 8 i.u. Penggabungan
palatum kiri dan kanan atau pertemuan lereng palatal disebut sebagai palatine
raphe. Lereng palatal menyatu pada usia 22 minggu atau 6 bulan i.u.

6. Mandibula
Mandibula berasal dari Branchial Arch I atau mandibula arch dan
disebut pula processus mandibularis. Mandibula dibentuk dari osifikasi dan
osteogenik kondensasi eksomesensimal pada hari 36-38. Mula-mula dibentuk
tulang rawan Meckel di bagian lingual Processus Mandibularis.
Pada minggu ke-6, pertumbuhan dan perkembangan cartilago meckel
ini berada dekat dengan pembentukan N. Mandibularis. ketika N.mandibularis
dibentuk mencapai 1/3 dorsal cartilago meckel, kemudian bercabang menjadi
N.Alveolaris Inferior ke arah anterior dan bercabang lagi menjadi N.Mentalis
dan N.incisivus. Pada tempat lateral percabangan inilah jaringan ikat padat
fibrosa mulai mengalami osifikasi. Pusat osifikasinya sekitar foramen mentale
kemudian pertumbuhan perkembangan ke posterior membentuk ramus
mandibula hingga terbentuk mandibula yang lengkap. sedangkan tulang rawan
meckle menghilang.
Pada minggu ke-10 dan ke-14, muncul tulang rawan asesoris sekunder
untuk membentuk kepala kondil (bagian prosesus koronoid) dan protuberan
mentalis. Pada minggu ke-10 juga muncul tulang rawan kondilar sekunder
sebagai struktur berbentuk konus pada daerah ramal. Pada minggu ke-14, tanda
pertama tulang endokondral muncul di daerah kondil.
Tulang rawan Meckel akan menjadi malleus di telinga dalam dan
sphenomalleolar ligament. Pertumbuhan mandibula lebih lanjut dipengaruhi
oleh 3 kartilago, yaitu kartilago kondilaris, kartilago koronoid, dan kartilago
symphyseal.

7. TMJ
TMJ terbentuk dari tulang rawan mecklel yang berfungsi sebagai sendi
rahang sementara. Sendi temporomandibula terbentuk dari blastema temporal
dan condylar yang terpisah jauh. Blastema condyle berasal dari tulang rawan
condyle sekuder mandibula. Pada minggu ke-8 I.U. gerakan mulut dimulai jauh
sebelum terbentuknya temporomandibular primitif. Pada Minggu 10-13 I.U
cartilago sekunder memadat dan processus condylaris membesar menyebabkan
mendekatnya os mandibula dan os temporal.
Diskus Artikularis terbentuk pada minggu ke-7,5 I.U sebagai initio
bikonkaf yang terbagi atas lamina superior, lamina intermediet, dan lamina
inferor. Kapsul sendi terbentuk dari jaringan fibrosa yang muncul pada minggu
ke-11 I.U membentuk ligamen lateral. TMJ pada bayi baru lahir struktur nya
masih sangat labis dan stabilitasnya hanya tergantung pada kapsul yang
mengelilinginya

2.4 Tahapan Perkembangan Gigi


2.4.1 Bud Stage
Suatu tanda awal odontogenesis ( pertumbuhan gigi) yang terlihat antara
minggu ke-6 dan minggu ke-7 kehamilan, dimulai ketika epitel oral derivate
ectoderm berproliferasi dan hasil aktivitas mitosis ini adalah pembentukan
horseshoe-shape band sel epithelial, yaitu dental lamina yang dikelilingi oleh
neural crest derivate ektomesenkim lengkung mandibula dan maksila. Dental
lamina dipisahkan dari ektomesenkim oleh lamina basal, bud stage ini
dikarakterisasi dengan adanya tooth bud tanpa pengaturan sel yang jelas.
Perkembangan gigi berasal dari dua tipe sel, yaitu oral ectodermal cells dan oral
mesenchimal cells. Menurut peranan dari setiap tipe, oral ectodermal cells
merupakan sel yang akan membentuk organ enamel. Sedangkan, oral mesenchimal
cells membentuk dental papila yang kemudian akan berkembang menjadi dentin
serta pulpa. Perkembangan tunas gigi pertama kali terbentuk dan terlihat pada regio
anterior pada mandibula, kemudian regio anterior maksila, dan berlanjut ke bagian
posterior di kedua rahang.
2.4.2 Cap Stage
Terjadi pada minggu ke-11, pada tahap ini terjadi morfogenesis dan terjadi
perkembangan antara sel-sel dienamel organ untuk eksternal yang bentuknya
kuboid, dan internal yang bentuknya columnar. Diawali dengan proses kondensasi
ekstomesenkim,tooth bud berkembang sambil menarik sebagian dental lamina,
pada awal tahap ini elemen pertumbuhan gigi sudah dapat di identifikasi. Epthitelial
outgrowth yang ada diatas kondensasi ektomesenkim ( dental papilla) disebut
enamel organ, sementara kondensasi ektomesenkim yang membatasi dental papilla
dan membungkus enamel organ disebut dental folikel/sac. Sel ditengah enamel
organ terpisah/memisah menjadi reticulum stelata yang diantara pisahannya itu ada
sustensi dasar, sel tidak lepas begitu saja walaupun terpisah sel satu dengan sel
lainnya masih berkomunikasi dengan satu pautan yaitu desmosom.

2.4.3 Bell Stage


Dinamakan bell stage karena enamel organ bentuknya mirip seperti bell. Pada
tahap ini, mahkota gigi mencapai bentuk akhir (morfodiferensiasi) dan sel yang
akan membentuk jaringan keras dari mahkota (ameloblas dan odontoblas) menjadi
bentuk yang berbeda (histodiferensiasi). Batas luar enamel organ, bentuk selnya
kuboid dan membentuk outer dental epithelium sedangkan sel yang membatasi
dental papilla bentuknya columnar, dan membentuk inner dental epithelium.
Dimana daerah tempat pertemuan outer dan inner disebut cervical loop. Beberapa
sel epithelial antara inner dental epithelium dan reticulum stelata diferensiasi
menjadi layer yang disebut stratum intermedium. Dua peristiwa penting di bell
stage, yaitu: pemisahan dental lamina dengan benih gigi dan inner epithelium
melipat untuk membentuk pola mahkota gigi.

2.4.4 Amelogenesis
Pada tahap amelogenesis, sel inner dental epithelium, sekarang namanya
ameloblas, mulai aktif mensekresi protein enamel, yang menjadi initial layer of
enamel. Ameloblas bagian dasarnya berbatasan dengan lamina basal, yang menjadi
permukaan sekresinya. Ameloblas berfungsi menghancurkan lamina basal yang
memisahkan sel-sel ini dari dentin odontoblast dan dentin. Kejadian penting pada
saat pembentukan enamel adalah perkembangan sitoplasmik yang meluas pada
ameloblas, yang disebut prosesus Tomes. Terdapat 3 tahap fungsional
amelogenesis, yang pertama Presecretory Stages, dimana ameloblas diferensiasi,
merubah polaritas, mengembangkan alat untuk sintesis protein, mempersiapkan
untuk sekresi matriks organic (enamel). Tahap kedua yaitu Secretory Stage, dimana
ameloblas membentuk dan mengorganisir ketebalan enamel. Tahap ketiga yaitu
Maturation Stage, ameloblas mengatur dan mentranspor ion-ion spesifik untuk
melengkapi mineral yang sudah terbentuk.

2.4.5 Dentinogenesis
Tahap awal pembentukan dentin adalah terbentuknya fibril kolagen dengan
diameter yang besar disebut von korff’s fibers (collagen type III associated). Ketika
odontoblas membesar sel ini juga memproduksi fibril tipe I yang nantinya akan
terbentuk pararel dengan dentinoenamel junction. Membran plasma yang
berdekatan dengan inner dental epithelium berpenetrasi ke lamina basal dan
membentuk enamel spindle. Odontoblas kemudian membentuk Tome’s fiber (
odontoblast processes) yang ditinggalkan ketika membentuk matrix dentin dan
secara bersamaan odontoblas bergerak kearah pulpa. Deposisi mineral diinisiasi di
vesikel matriks yang meregulasi deposisi mineral oleh odontoblas. Deposisi
mineral yang terjadi pada awal adalah predentin ( diantara sel dan bagian depan
mineralisasi) selanjutnya matriks protein non-kolagen juga diproduksi oleh
odontoblas untuk meregulasi deposisi mineral yang kemudian terbentuklah mantle
untuk dentin dengan ketebalan 15-20

2.5 Tahap Awal Perkembangan Jaringan Periodontal


Perkembangan jaringan penyanggah gigi atau jaringan periodontium berasal
dari diferensiasi dental folicle. Folikel ini merupakan sel-sel mesenkim yang
mengelilingi gigi. Beberapa sel folikel ini terbentuk dekat email gigi yang akan
berpindah pada saat cup dan bell stage dari organ email perifer ke folikel untuk
membentuk jaringan penyanggah.
Dental folicle ini berdiferensiasi menjadi sementoblas, osteoblas, dan fibroblas.
Sementoblas akan membentuk sementum, osteoblas akan membentuk tulang
alveolar, dan fibroblas akan membentuk ligamen periodontal. Pembentukan
ligamen periodontal ini dimulai dari ligamen fibroblas pada folikel gigi yang
mensintesis serat dan ground substance yang menjadi ligamen periodontal.
Fibroblas juga akan menyekresi kolagen yang akan berinteraksi dengan serat-serat
pada permukaan tulang yang berdekatan dan sementum. Pada perkembangan
tulang alveolar, alveolus dipisahkan dari organ email oleh dental folicle. Terjadi
resorpsi di inner wall alveolus oleh howship’s lacunae, sedangkan di outer wall
alveolus terjadi pembentukan tulang oleh osteoblast yang menghasilkan matriks
osteoid kemudian terbentuklah jaringan tulang alveolar. Pada cementogenesis yang
pertama dibentuk acellular (primary) sementum kemudia cellular ( secondary)
sementum. Epithelium punya peran penting dalam cementogenesis. Perkembangan
sementum dicontrol oleh epitheliah mesenchymal.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Proses tumbuh kembang pada manusia sudah dimulai pada saat masih di intra-
uterine dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan dan perkembangan
secara umum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor genetik dan faktor
lingkungan. Masa embriogenesis berhubungan erat dengan pertumbuhan dan
perkembangan dentokraniofasial yang merupakan kesatuan jaringan lunak dengan
jaringan keras penyusun kranium wajah dan kranium sertã gigi geligi dan jaringan
mulut lainnya.

Kelainan tumbuh-kembang dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan


eksternal dan internal dalam tubuh manusia, mulai dari yang sederhana sampai yang
kompleks. Keadaan patologis ini dapat dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, misalnya
lingkungan dan dan faktor intrinsik, yaitu gen. Cacat lahir dapat berasal dari
perubahan lingkungan selama dalam lingkungan, seperti keadaan toksik, hipoksia
yang menyebabkan terjadi palsi cerebral, dan cacat mental.

3.2 Saran
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah di atas dengan menggunakan
sumber-sumber yang lebih baik dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Masih
banyak hal-hal yang perlu dikembangkan karena penulis menyadari masih ada
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Maka dari itu, penting untuk
membaca buku-buku mutakhir dan jurnal-jurnal terkini yang berkaitan dengan
masalah embriologi.
SKENARIO

Pasien laki-laki usia 35 tahun dating ke RSGM FKG Usakti dengan keluhan bibir
terdapat bintik-bintik kekuningan. Dari anamnesis diketahui kondisi tersebut sudah ada
sejak remaja dan tidak keluhan. Pasien sering mencari tahu keadaan bibirnya dan
merasa khawatir akan keganasan. Bintik-bintik tersebut tidak pernah sakit dan normal
seperti pada gambar. Terdapat lesi makulo-papular kekuningan multiple berukuran 1-2
mm pada vermilion border. Pada pemeriksaan intra oral terlihat juga lesi putih difus
pada mukosa bukal kanan dan kiri dan hilang saat mukosa diregangkan. Pasien tidak
ada penyakit sistemik maupun kelainan yang lain.

Hal yang perlu didiskusikan :


1. Diagno apa diagnosis lesi pada bibir beserta nama lainnya
2. Diagnosis lesi pada mukosa bukal
3. Etiologi dan predisposisi lesi pada bibir
4. Etiologi dan predisposisi lesi pada bukal
5. Tatalaksana yang akan diberikan pada pasien
6. Gambaran histopatologis pada lesi bibir
7. Gambaran histopatologis pada lesi bukal
8. Pola-pola genetik yang berkaitan dengan skenarion di atas
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasien laki-laki usia 35 tahun dating ke RSGM FKG Usakti dengan keluhan
bibir terdapat bintik-bintik kekuningan. Dari anamnesis diketahui kondisi tersebut
sudah ada sejak remaja dan tidak keluhan. Pasien sering mencari tahu keadaan bibirnya
dan merasa khawatir akan keganasan. Bintik-bintik tersebut tidak pernah sakit dan
normal seperti pada gambar. Terdapat lesi makulo-papular kekuningan multiple
berukuran 1-2 mm pada vermilion border. Pada pemeriksaan intra oral terlihat juga lesi
putih difus pada mukosa bukal kanan dan kiri dan hilang saat mukosa diregangkan.
Pasien tidak ada penyakit sistemik maupun kelainan yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa diagnosis lesi pada bibir beserta nama lainnya?
2. Apa diagnosis lesi pada mukosa bukal
3. Apa etiologi dan predisposisi lesi pada bibir?
4. Apa etiologi dan predisposisi lesi pada bukal?
5. Bagaimana tatalaksana yang akan diberikan pada pasien?
6. Bagaimana gambaran histopatologis pada lesi bibir?
7. Bagaimana gambaran histopatologis pada lesi bukal?
8. Apa pola-pola genetik yang berkaitan dengan skenarion di atas?
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan diagnosis lesi pada bibir beserta nama lainnya
2. Untuk menjelaskan diagnosis lesi pada mukosa bukal
3. Untuk menjelaskan etiologi dan predisposisi lesi pada bibir
4. Untuk menjelaskan etiologi dan predisposisi lesi pada bukal
5. Untuk mengetahui tatalaksana yang akan diberikan pada pasien
6. Untuk mengetahui gambaran histopatologis pada lesi bibir
7. Untuk mengetahui gambaran histopatologis pada lesi bukal
8. Untuk menjelaskan pola-pola genetik yang berkaitan dengan skenario di atas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Diagnosis pada Bibir Beserta Nama Lainnya


Terdapat lesi makulo-papular kekuningan multiple berukuran 1-2 mm pada vermilion
border yang merupakan diagnosis Granula Fordyce atau nama lainnya Fordyce Spot.

2.2 Diagnosis Lesi pada Mukosa Bukal


Dari skenario diatas, disebutkan bahwa pada pemeriksaan intra oral terlihat juga
lesi putih difus pada mukosa bukal kanan dan kiri dan hilang saat mukosa diregangkan.
Berdasarkan skenario dan gambar di skenario, dapat ditentukan diagnosis nya adalah
leukoedema yang merupakan varian normal.

2.3 Etiologi dan Predisposisi pada Bibir


Merupakan kelenjar sebasea yang ektopik. kelenjar ini terdeteksi pada mukosa
bukal dan vestibulum sekitar 80% populasi dewasa dan harus dianggap sebagai suatu
varian yang normal. Faktor predisposisinya adalah trauma dan faktor usia.

2.4 Etiologi dan Predisposisi pada Bukal


Etiologi: etiologi dari leukoedema masih belum diketahui secara jelas,namun
secara garis besar diduga oleh beberapa hal:
 Pengaruh ras: orang yang berkulit gelap rentan terhadap leukoedema
 Pengaruh tembakau: leukoedema sering terjadi pafa perokok
 Kondisi OH yang buruk : hal ini dapat menjadi faktor predisposisi timbulnya
leukoedema.

2.5 Tatalaksana yang akan Diberikan pada Pasien


Pada penderita varian normal umunya tidak memerlukan perawatan. Tata
laksana yang perlu dilakukan yaitu komunikasi yang baik antar dokter dan pasien untuk
memberikan ketenangan terhadap pasien agar tidak perlu khawatir dan dokter
mengedukasikan pasien bahwa itu merupakan varian normal dan tidak berbahaya.
Dokter juga memberikan instruktur agar pasien melakukan kontrol setiap 6 bulan sekali
untuk dapat menjaga kebersihan mulutnya dan memeriksa apakah kelainan variasi
normal tersebut sudah hilang.
2.6 Gambaran Histopatologis pada Lesi Bibir
Pembengkan kelenjar sebasea terjadi karena kelenjar lemak terjebak saat
penutupan prosesus maksilaris dan ujung lengkung mandibula kanan dan kiri terisi oleh
jaringan mesenkim dan keadaan ini menetap pada saat dewasa. Kelenjar lemak yang
etopik, makin nyata kalau mukosa diregangkan. Kelenjar lemak membuka langsung
ke permukaan melalu saluran pendek. Terletak di bawah mukosa bukal, bibir. Pada
keadaan normal, kelenjar lemak hanya ditemukan berhubungan dengan folikel rambut.

2.7 Gambaran Histopatologis pada Lesi Bukal

Gambaran histopatologi leukoedema, menunjukkan sel skawamosa permukaan


tampak jernih memberi gambaran sitoplasma yang tampak kosong. Namun demikian,
tidak ditemukannya gambaran peningkatan cairan intra selular membuat istilah edema
masih dipertanyakan. Sel bervakuola besar sering mempunyai inti piknotik dan dapat
meluas ke lapisan basal dan berkelompok menjadi region berbentuk baji yang tumbuh
ke dalam dipisahkan oleh lapisan sel spinosum. Epitel mengalami hyperplasia dan rete
ridge sering meluas dan memanjang. Parakeratosis umum terjadi namun tidak menonjol
kecuali bila ada trauma kronis. Pada leukoedema juga tampak degenerasi hidrofik pada
setengah lapisan epitel permukaan mukosa mulut. Warna putih kilap pada leukoedema
dikarenakan adanya edema intraselular (penimbunan air) dalam sel spinosum dan
adanya parakeratosis. Gambaran klinis tampak agak menonjol karena adanya
hyperplasia epitel.
2.8 Pola-Pola Genetik yang Berhubungan Dengan Skenario
Pola genetik yang berkaitan dengan skenario di atas bisa terjadi pada saat
perkembangan embrional dan bisa memungkinkan karena pola pewarisan autosomal
genetika.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa pasien didiagnosis varian
normal yaitu Granula Fordyce/ Fordyce Spot dan Leukoedema. Fordyce spot
merupakan kelenjar sebasea yang ektopik, faktor predisposisinya adalah trauma dan
faktor usia. Etiologi dari leukoedema masih belum diketahui secara jelas,namun secara
garis besar diduga oleh beberapa hal; pengaruh ras, pengaruh tembakau, kondisi OH
yang buruk. Tatalaksana yang perlu dilakukan yaitu komunikasi yang baik antar dokter
dan pasien untuk memberikan ketenangan terhadap pasien agar tidak perlu khawatir
dan dokter mengedukasikan pasien bahwa itu merupakan varian normal dan tidak
berbahaya. Pembengkan kelenjar sebasea terjadi karena kelenjar lemak terjebak saat
penutupan prosesus maksilaris dan ujung lengkung mandibula kanan dan kiri.
Gambaran histopatologi leukoedema, menunjukkan sel skawamosa permukaan tampak
jernih memberi gambaran sitoplasma yang tampak kosong. Pola genetik yang berkaitan
dengan skenario bisa terjadi pada saat perkembangan embrional dan bisa
memungkinkan karena pola pewarisan autosomal genetika.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan semoga bermanfaat bagi para
pembaca.

Anda mungkin juga menyukai