RESTORASI PASAK
Disusun Oleh:
G4B016009
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2019
RESTORASI PASAK
A. Gambaran Umum
lebih rapuh (brittle) yang disebabkan karena kandungan air yang berkurang,
adanya kavitas yang besar sehingga email tidak mendapat dukungan dentin, dan
tidak terbentuknya lagi dentin sekunder serta akibat pengambilan jaringan gigi
pada saat dilakukan preparasi kamar pulpa dan saluran akar sehingga tekanan
jangka panjang harus memperhatikan jaringan gigi yang tersisa, posisi gigi,
fungsi gigi, dan estetika. Kondisi jaringan periodonsium harus baik agar dapat
menentukan restorasi yang akan dibuat. Atas dasar konsep tersebut maka
daerah servikal yang merupakan daerah yang paling kritis fraktur (Schwartz,
2004).
merupakan materi yang rigid yang ditempatkan ke dalam akar gigi.Tujuan utama
penggunaan pasak adalah untuk menyediakan retensi bagi inti dan restorasi
koronal ada gigi non vital yang memiliki kerusakan yang signifikan padamahkota
Menurut Schwartz dkk., (2004), syarat gigi yang dapat menerima restorasi pasak
yaitu
2. Tidak ada fistula atau eksudat dan tidak ada inflamasi aktif
1. Gigi yang telah dirawat endodontik, dengan struktur mahkota gigi yang
tersisa kurang dari setengah atau sisa struktur jaringan gigi yang tidak
3. Gigi yang telah dirawat endodontik, dimana gigi tersebut menerima beban
yang besar.
6. Gigi yang sudah dilakukan perawatan saluran akar dengan obturasi 1/3
dan kualitas obturasi yang buruk, terdapat inflamasi aktif, terdapat fistula
5. Gigi anterior yang telah dirawat endodontik, dengan marginal ridge yang
masih utuh.
6. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang besar
dan jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga dapat memberi
D. Macam-macam pasak
abu (grey zone) pada daerah servikal gingival dan dalam penggunannya
pasak logam antara lain alloy emas, alloy titanium, stainless steel, nikel
Bahan pasak non logam antara lain, fiber reinforce, fiber carbon, fiber
baik dibandingkan dengan pasak fiber, estetik baik, radiopasitas baik, namun
fleksibilitasnya kurang dan resiko terjadinya fraktur akar tinggi (Ferrancane,
2001).
prefabricated atau pasak buatan pabrik dan custom made atau pasak buatan
operator.
1. Pasak
Pasak merupakan bahan restorasi padat yang ditempatkan pada saluran akar
atau seluruh struktur koronal gigi yang hilang dan menjadi dukungan bagi
3. Mahkota
mahkota selubung.
1. Memberikan proteksi maksimal pada akar untuk menahan dari fraktur akar
6. Biokompatibel
8. Estetik
Menurut Liu (2014), faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan pasaj
yaitu.
terhadap gaya lateral dan rotasi. Faktor yang mempengaruhi retention form
antara lain.
a. Panjang pasak
Gutta percha pada apikal dipertahankan 3-6 mm. Aturan yang benar
panjang akar, panjang pasak harus terletak antara separuh tinggi puncak
alveolar dan apeks, pasak harus panjang tanpa mengganggu apical seal.
b. Diameter pasak
mencegah fraktur.
Ferrule effect merupakan pita logam yang melingkari permukaan luar gigi
yang dibentuk oleh dinding dan margin gigi. Fungsi ferrule effect yaitu
logam atau topi yang diletakkan diujung , untuk menambah kekuatan. Efek
bertindak sebagai bentuk antirotasi. Efek ini juga digunakan bila tidak ada
atau sedikit sisa mahkota klinis dengan jalan membuat kontrabevel yang luas
pada permukaan akar, dengan batas akhir preparasi mahkota lebih apikal
3. Ferrule effect
4. Mode of failure
5. Retrievability
drill dan peeso reamer sebanyak 2/3 panjang saluran akar atau ± 5 mm
pada apeks.
penampang kurang dapat dibuatkan kunci sebagai key lock berupa groove
Permukaan atap akar dibagi menjadi dua bidang dengan sudut 120˚ di
melingkari gigi dan dibuat 1-2mm pada struktur vertikal gigi untuk
tajam.
3. Jika pembuatan model malam pasak tidak bisa dilakukan langsung, dapat
4. Pembuatan model malam pasak dan inti dapat dilakukan dengan metode
langsung dan tidak langsung. Metode tidak langsung yaitu bahan cetak light
body dengan syringe atau paper clips yang sudah diberikan retensi berupa
saluran akar. Lalu cetak rahang yang bersangkutan dengan bahan cetak heavy
gigi yang bersangkutan untuk tempat pasak buatan yang telah dicetakkan.
Hasil cetakan saluran akar tadi dimasukkan kembali dengan posisi yang tepat,
lalu aduk bahan cetak injection type atau light body pada sendok cetak yang
berisi bahan cetak heavy body untuk dicetakkan kembali ke rongga mulut
pasien. Setelah itu dicor dengan gips tipe IV dan pasak siap dituang.
Daftar Pustaka
3. Kunjungan ke III
a. Melepaskan mahlota sementara
b. Melakukan try in pasak, kemudian diperiksa retensi, hubungan dengan
gigi antagonis, serta hubungan tepi inti dan sisi mahkota.
c. Menghaluskan inti dan tidak perlu dipoles
d. Sementasi pasak menggunakan GIC tipe 1
e. Sementasi mahkota sementara menggunakan fletser.
4. Kunjungan ke IV
a. Melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif sebagai evaluasi pasca 1
minggu insersi pasak, untuk mengetahui respon terhadap rongga mulut
dan ada tidaknya keluhan.
b. Melepaskan mahkota sementara
c. Membersihkan gigi 21 dari sisa-sisa fletser
d. Melakukan pencetakan double impression untuk proses pembuatan
mahkota jaket dengna bahan PFM di laboratorium.
e. Sementasi kembali mahkota sementara menggunakan fletser.
5. Kunjungan ke V
a. Melepaskan mahkota sementara
b. Melakukan try in mahkota PFM, mahkota jaket harus dicek bentuk,
warna, ukuran dan permukaan sesuai dengan gigi tetangganya.
Pemeriksaan adaptasi mahkota jaket pada finishing line dan cek oklusinya
menggunakan articulating paper.
c. Sementasi mahkota PFM dapat menggunakan GIC tipe 1 maupun pasta
zink phosphate. Kelebihan semen kemudian dibuang dan semen ditunggu
hingga setting. Oklusi dari pasien dan adaptasi mahkota jaket pada
jaringan gigi perlu dilakukan pengecekan kembali.
d. Pasien diberikan edukasi diantaranya:
1) Tidak makan-makanan yang terlalu keras terutama pada gigi yang
diberi mahkota jaket.
2) Pasien perlu menjaga kebersihan rongga mulut dan dapat
menggunakan interdental floss bila diperlukan.
3) Pasien diinstruksikan control untuk mengecek kondisi gigi dengan
mahkota jaket secara berkala.
6. Kunjungan VI
Melakukan kontrol perawatan mahkota pasak setelah 1 minggu dilakukan
insersi.Pasien dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif untuk
mengetahui ada tidaknya keluhan.Pasien kemudian kembalu diberikan
edukasi untuk menjaga oral hygine.
7. Kunjungan VII
Melakukan kontrol perawatan mahkota pasak setelah 1 bulan dilakukan
insersi.Pasien dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif untuk
mengetahui ada tidaknya keluhan.Pasien kemudiann kembali diberikan
edukasi untuk menjaga oral hygine.