REQUIREMENT : PASAK
NAMA DPJP:
drg. Aris Aji Kurniawan, M.H
Komponen
Pembelajaran Daring Resume Diskusi
Nilai
Tanda Tangan
DPJP
drg. Aris Aji drg. Aris Aji
Kurniawan, M.H Kurniawan, MH
A. Gambaran Umum
Restorasi yang kuat dan stabil diperlukan pada gigi yang telah banyak kehilangan
struktur jaringannya baik disebabkan karena karies, trauma, maupun prosedur preparasi
yang dilakukan pada saat perawatan saluran akar, untuk memberikan kekuatan dan retensi
terhadap restorasi akhir, diperlukan tipe stabilisasi berupa pasak dan inti, pada umumnya
pasak dan inti dapat juga digunakan setelah gigi dirawat endodontic untuk memberikan
retensi dan resistensi (Widyasari dan Satifil, 2013). Pasak adalah sebuah restorasi yang
terbuat dari bahan metal dan non metal dan merupakan bahan restorative kaku yang
dimasukkan ke dalam saluran akar untuk menambah retensi mahkota dan menyalurkan
tekanan yang diterima secara merata ke sepanjang akar gigi (Bonifacius dan Rais, 2012).
Pasak memiliki tiga komponen utama dalam pembuatannya yaitu pasak (post)
merupakan suatu bahan restorasi padat yang ditempatkan ke dalam saluran akar yang
berfungsi sebegai retensi utama, pembuatan pasak dilakukan dengan menambahkan
perluasan ke arah koronal yang bertujuan sebagai penjangkar dari core atau inti. Komponen
kedua adalah inti (core) merupakan bagian yang berada pada supragingival dan berguna
menggantikan sebagian atau seluruh struktur koronal yang hilang, inti atau core memiliki
fungsi sebagai dukungan untuk mahkota tiruan penuh. Komponen utama yang terakhir
merupakan mahkota yaitu bagian yang menutupi inti agar tampak seperti gigi asli yang
dapat dibuat melalui beberapa cara seperti mahkota tuang, mahkota pigura atau mahkota
selubung (Smith dkk., 2007). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pasak adalah
retensi yang merupakan kemampuan pasak untuk menahan gaya vertikal yang dapat
dipengaruhi oleh panjang, diameter, bentuk dan konfigurasi permukaan pasak, serta resisten
form yang merupakan kemampuan pasak dan gigi untuk tahan terhadap gaya lateral dan
rotasi.
c. Pasak fiber reinforced resin, merupakan pasak buatan pabrik yang mengandung resin
dan fiber. Pasak jenis ini memiliki nilai estetik jauh lebih baik dari pasak metal. Fiber
reinforced berfungsi memberikan kekuatan dan kekerasan di sekeliling matriks resin
(Noort, 2014).
4. Berdasarkan bentuknya, pasak dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
a. Tapered smooth-sided, disemen ke dalam saluran akar yang telah dipreparasi dengan
ukuran yang disesuaikan dengan reamer endodontic.
b. Parallel-sided, pasak ini disemen ke dalam saluran akar yang berbentuk silinder.
c. Tapered self-threading screw, pasak ini memiliki ulir yang melibatkan dinding dentin
untuk memperoleh retensi.
d. Parallel-sided threaded, pasak ini diinsersikan ke dalam saluran akar yang dibuat
berulir (pretapped).
e. Parallel-sided tapered apical ends, pasak ini disemen ke dalam saluran akar yang
sesuai.
D. Tahap Perawatan
Perawatan pasak dalam kedokteran gigi baik pasak buatan pabrik atau pasak yang
dibuat sendiri harus memenuhi prinsip pasak sebagai berikut (Safira dan Putriani, 2017)
1. Panjang pasak merupakan hal yang penting dalam prinsip pasak karena kemungkinan
fraktur terjadi pada gigi. Panjang pasak dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan
(minimal) 3-4 mm atau 1/3 bahan pengisi saluran akar pada apikal gigi untuk
mempertahankan integritas penutupan apikal pada saluran akar, selain itu panjang pasak
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya stress berlebihan secara internal pada akar.
2. Didinding pasak sejajar atau sedikit melebar ke arah insisal.
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar.
4. Pasak sejajar dengan sumbu panjang akar.
5. Pemakaian prinsip ferrule, merupakan suatu cincin atau topi yang terletak di sekitar
ujung suatu alat untuk menambah kekuatan. Ferrule digunakan pada preparasi pasak
dalam bentuk kontrabevel yang melingkari gigi (circumferential contrabevel).
Kontrabevel dapat memperkuat daerah koronal saat preparasi pasak
sehinggamenghasilkan suatu dudukan oklusal, dan bertindak sebagai antirotasi. Efek ini
juga diguakan bila tidak ada atau hanya tersisa sedikit mahkota klinis dengan cara
membuat kontrabevel yang luas pada permukaan akar, dengan batas akhir preparasi
mahkota lebih apikal daripada unit pasak dan inti.
C. Pemeriksaan Penunjang
Foto radiografi periapikal, menunjukkan adanya area radiolusen yang luas di sekitar area
apeks hingga 1/3 akar pada area distal dan obturasi underfilled
E. Rencana Perawatan
1. Perawatan saluran akar
2. Restorasi mahkota pasak
2. Pada kunjungan keempat dilakukan control setelah PSA didapatkan bahwa pasien tidak
memiliki keluhan, perkusi (-), palpasi (-) dan penurunan diameter lesi pada hasil
radiografi. Setelah itu dilakukan perawatan selanjutnya yaitu restorasi dengan mahkota
pasak.
3. Menentukan panjang dan diameter pasak dengan bantuan foto radiografi, dimana
panjang akar adalah 19 mm, sehingga perhitungan panjang pasak adalah 15 mm.
Diameter pasak menggunakan teori the proporsionist yaitu diameter pasak tidak
melebihi 1/3 lebar mesial distal akar untuk mencegah fraktur.
4. Pembuangan obturasi dengan menggunakan gates glidden drill.
5. Lakukan preparasi mahkota, buang seluruh struktur gigi yang unsupported, dibuatkan
ferrule effect. Hilangkan seluruh area undercut atau yang tajam.
6. Pencetakan saluran akar dilakukan dengan memasukkan bahan cetak elastomer ke
dalam saluran akar dengan menggunakan semprotan atau lentulo. Sebatang kawat yang
dibuat bergerigi sepanjang 2 kali panjang preparasi dan bahan cetak dimasukkan ke
dalam saluran akar dengan gerakan memompa agar semua bahan cetak yang telah
masuk ke dalam saluran akar dapat mengalir dengan baik. Batang kawat berfungsi
sebagai pemegang bahan cetak yang ada pada saluran akar dan juga memudahkan
pengeluaran bahan cetak dari saluran akar. Potong kawat secukupnya apabila cetakan
dianggap sudah baik sehingga hanya menyisakan sebagai pegangan saja. Cetak rahang
yang bersangkutan dengan heavy body. Kerok area yang ingin dibuatkan pasak lalu
masukkan cetakan saluran akar kemudian isi bahan light body ke dalam cetakan heavy
body untuk dicetakkan kembali ke dalam rongga mulut pasien sehingga didapatkan
cetakan rahang pasien untuk membuat die saluran akar sebagai replica yang dicor
dengan gips tipe IV untuk membuat model kerja.
7. Pengecoran pasak di laboratorium dental
8. Try in pasak
9. Sementasi pasak
10. Pembuatan mahkota sementara
11. Insersi mahkota akhir
12. Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi dengan teknik yang benar (tekanan ringan
dengan sikat yang halus), membersihkan area interdental, berhati-hati dalam
mengunyah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahdi, W., Djauhari, N., 2017, Root Canal Retreatment of a Right Maxillary Lateral Incisor
Teeth Caused of Inadequate Root Canal Treatment, Proceeding International Scientific
Meeting (TINI IV) and IKORGI National Congress XI, Surabaya, 3-5 November.
Bonifacius, S., Rais, S., W., 2012, Restorasi Mahkota Pasak pada Gigi dengan Jarak Serviko-
Oklusal Pendek, Dentofasial, 11(3): 165-169.
Garg, N., Garg, A., 2019, Textbook of Endodontics, Jaypee Brothers Medical Publishers, New
Delhi
Noort, R., V., 2014, Introduction to Dental Materials, Mosby Elsevier, USA.
Ricketts, D., Bartlett, D., 2011, Advance Operative Dentistry A Practical Approach, Elsevier,
Philadelphia
Safira, R., Putriani, W., 2017, Restorasi Mahkota Pasak Dengan Ferrule Pasca Trauma Gigi
Anterior, Medika Kartika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 1(1): 67-76.
Smith, D., rnar G N’How, L li C., 2007, Planning and Making Crown and Bridges Ed. 4,
Informa Healthcare, New York
Tarigan, R., Tarigan, G., 2018, Buku Ajar Konservasi Gigi, EGC., Jakarta.
Widyasari, I., Satifil, I., 2013, Penggunaan Pita Fibre Reinforced Composite (FRC) Sebaga
Pasak Pada Gigi 21 dengan Bentuk Saluran Akar yang Lebar, jurnal material
kedokteran gigi, 2(1): 43-50