Anda di halaman 1dari 12

RESUME BIDANG ILMU KONSERVASI GIGI

REQUIREMENT : PASAK

NAMA DPJP:
drg. Aris Aji Kurniawan, M.H

NAMA MAHASISWA/ NIM:


Diajeng Rita Tovani / G4B018031

Komponen
Pembelajaran Daring Resume Diskusi

Nilai
Tanda Tangan
DPJP
drg. Aris Aji drg. Aris Aji
Kurniawan, M.H Kurniawan, MH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2021
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum
Restorasi yang kuat dan stabil diperlukan pada gigi yang telah banyak kehilangan
struktur jaringannya baik disebabkan karena karies, trauma, maupun prosedur preparasi
yang dilakukan pada saat perawatan saluran akar, untuk memberikan kekuatan dan retensi
terhadap restorasi akhir, diperlukan tipe stabilisasi berupa pasak dan inti, pada umumnya
pasak dan inti dapat juga digunakan setelah gigi dirawat endodontic untuk memberikan
retensi dan resistensi (Widyasari dan Satifil, 2013). Pasak adalah sebuah restorasi yang
terbuat dari bahan metal dan non metal dan merupakan bahan restorative kaku yang
dimasukkan ke dalam saluran akar untuk menambah retensi mahkota dan menyalurkan
tekanan yang diterima secara merata ke sepanjang akar gigi (Bonifacius dan Rais, 2012).
Pasak memiliki tiga komponen utama dalam pembuatannya yaitu pasak (post)
merupakan suatu bahan restorasi padat yang ditempatkan ke dalam saluran akar yang
berfungsi sebegai retensi utama, pembuatan pasak dilakukan dengan menambahkan
perluasan ke arah koronal yang bertujuan sebagai penjangkar dari core atau inti. Komponen
kedua adalah inti (core) merupakan bagian yang berada pada supragingival dan berguna
menggantikan sebagian atau seluruh struktur koronal yang hilang, inti atau core memiliki
fungsi sebagai dukungan untuk mahkota tiruan penuh. Komponen utama yang terakhir
merupakan mahkota yaitu bagian yang menutupi inti agar tampak seperti gigi asli yang
dapat dibuat melalui beberapa cara seperti mahkota tuang, mahkota pigura atau mahkota
selubung (Smith dkk., 2007). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pasak adalah
retensi yang merupakan kemampuan pasak untuk menahan gaya vertikal yang dapat
dipengaruhi oleh panjang, diameter, bentuk dan konfigurasi permukaan pasak, serta resisten
form yang merupakan kemampuan pasak dan gigi untuk tahan terhadap gaya lateral dan
rotasi.

Gambar 1. Komponen pasak


B. Jenis Pasak
Pasak terbagi menjadi beberapa jenis yang dapat diklasifikasikan berdasarkan
berikut
1. Berdasarkan tekstur permukaan pasak (Ricketts dan Bartlett, 2011)
a. Pasak aktif, merupakan jenis pasak yang bersifat aktif secara mekanik mengikat
dinding saluran akar, pasak ini memiliki keuntungan memiliki sifat retentive yang
baik namun dapat menghasilkan tekanan selama penempatan maupun secara
fungsional. Pada jenis ini diperlukan penempatan yang sangat hati-hati.
b. Pasak pasif, jenis pasak yang bersifat pasif yaitu tidak memiliki daya mengikat pada
dinding saluran akar. Pasak yang bersifat pasif memiliki sifat retentif yang rendah
namun menghasilkan tekanan yang rendah selama penempatan maupun secara
fungsional.
2. Berdasarkan cara pembuatannya dibagi menjadi berikut (Widyasari dan Satifli, 2013)
a. Custom-cast post, atau biasa disebut juga costumized merupakan pasak yang dibuat
diklinik atau dibuat sendiri dan laboratorium dari hasil reproduksi negative saluran
akar yang telah dipreparasi.
b. Prefabricated post, merupakan pasak yang dibuat di pabrik. Pasak jenis ini memiliki
keuntungan seperti mudah, cepat, murah, kuat, dan retentive, namun dalam
penggunaan pasak jenis penggunaannya sangat selektif, bentuk pasak dan saluran
akar tidak sesuai akan mudah terjadi korosi.
3. Berdasarkan bahannya pasak ini dibedakan menjadi beberapa macam sebagai berikut
a. Pasak metal, pasak jenis ini yang biasa digunakan adalah pasak metal tuang dan pasak
metal pabrik yang direkatkan ke dalam gigi dengan menyemenkan luting agent.
Bahan pasak terbuat dari stainless steel, nickel-chromium, atau titanium. Kekurangan
penggunaan pasak jenis ini yaitu dapat menyebabkan diskolorasi restorasi gigi, dapat
menimbulkan garis kehitaman pada gusi akibat korosi, nilai estetik kurang baik
karena dapat terjadi bayangan hitam pada mahkota. Pasak yang terbuat dari logam
labih rentan terjadi fraktur pada akar karena pasak ini memiliki modulus elastisitas
yang lebih besar dari modulus elastisitas dentin dan daya adesif dengan gigi kurang
baik (Noort, 2014).
b. Pasak keramik, merupakan jenis pasak yang sering digunakan karena memiliki warna
yang memenuhi nilai estetik, memiliki sifat kekerasan, biokompatibilitas, resistensi
kompresi, dan resistensi kimia yang baik. Bahan yang banyak digunakan adalah
zirconia yang diketahui memiliki sifat yang lebih baik dari titanium, namun zirconia
memiliki kekurangan yaitu brittle karena kekuatan tensile terbatas.

Gambar 2. Pasak keramik

c. Pasak fiber reinforced resin, merupakan pasak buatan pabrik yang mengandung resin
dan fiber. Pasak jenis ini memiliki nilai estetik jauh lebih baik dari pasak metal. Fiber
reinforced berfungsi memberikan kekuatan dan kekerasan di sekeliling matriks resin
(Noort, 2014).
4. Berdasarkan bentuknya, pasak dibagi menjadi beberapa jenis yaitu
a. Tapered smooth-sided, disemen ke dalam saluran akar yang telah dipreparasi dengan
ukuran yang disesuaikan dengan reamer endodontic.
b. Parallel-sided, pasak ini disemen ke dalam saluran akar yang berbentuk silinder.
c. Tapered self-threading screw, pasak ini memiliki ulir yang melibatkan dinding dentin
untuk memperoleh retensi.
d. Parallel-sided threaded, pasak ini diinsersikan ke dalam saluran akar yang dibuat
berulir (pretapped).
e. Parallel-sided tapered apical ends, pasak ini disemen ke dalam saluran akar yang
sesuai.

Gambar 3. Jenis pasak berdasarkan


bentuknya
C. Indikasi dan Kontraindidkasi Pasak
Indikasi dan kontraindikasi dari perawatan pasak menurut Garg dan Garg (2019)
adalah sebagai berikut
1. Indikasi
a. Gigi dengan struktur jaringan yang tidak memadai untuk mendukung restorasi akhir
b. Sebagai retainer tambahan gigi tiruan jembatan
c. Untuk memperbaiki inklinasi
d. Gigi tidak dapat dibuatkan mahkota jenis lain
e. Telah dilakukan perawatan saluran akar dengan obturasi 1/3 bagian apikal dengan
keadaan baik
2. Kontraindikasi
a. Resopsi internal dan eksternal
b. Gigi berakar pendek dan tipis
c. Terdapat fraktur pada bagian akar
d. Adanya bad habit yang menyebabkan beratnya beban oklusi seperti bruxism
e. Kondisi periodontal buruk

D. Tahap Perawatan
Perawatan pasak dalam kedokteran gigi baik pasak buatan pabrik atau pasak yang
dibuat sendiri harus memenuhi prinsip pasak sebagai berikut (Safira dan Putriani, 2017)
1. Panjang pasak merupakan hal yang penting dalam prinsip pasak karena kemungkinan
fraktur terjadi pada gigi. Panjang pasak dibuat sedemikian rupa sehingga meninggalkan
(minimal) 3-4 mm atau 1/3 bahan pengisi saluran akar pada apikal gigi untuk
mempertahankan integritas penutupan apikal pada saluran akar, selain itu panjang pasak
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya stress berlebihan secara internal pada akar.
2. Didinding pasak sejajar atau sedikit melebar ke arah insisal.
3. Bentuk pasak mengikuti bentuk saluran akar.
4. Pasak sejajar dengan sumbu panjang akar.
5. Pemakaian prinsip ferrule, merupakan suatu cincin atau topi yang terletak di sekitar
ujung suatu alat untuk menambah kekuatan. Ferrule digunakan pada preparasi pasak
dalam bentuk kontrabevel yang melingkari gigi (circumferential contrabevel).
Kontrabevel dapat memperkuat daerah koronal saat preparasi pasak
sehinggamenghasilkan suatu dudukan oklusal, dan bertindak sebagai antirotasi. Efek ini
juga diguakan bila tidak ada atau hanya tersisa sedikit mahkota klinis dengan cara
membuat kontrabevel yang luas pada permukaan akar, dengan batas akhir preparasi
mahkota lebih apikal daripada unit pasak dan inti.

Gambar 4. Pembuatan ferrule


6. Penggunaan bentuk-bentuk antirotasi seperti grooves, pins, atau keyways (bentuk kunci)
Tahap-tahap dalam melakukan perawatan restorasi pasak adalah sebagai berikut
(Garg dan Garg, 2019; Tarigan dan Tarigan, 2018)
1. Seleksi pasak, yaitu menentukan pasak yang akan digunakan sebagai retensi dengan
memperhatikan kemampuan morfologi akar seperti kontur eksternal akar, bentuk saluran
akar, sisa jaringan mahkota gigi yang masih ada, dan beban kunyah yang akan mengenai
restorasi.
2. Penentuan panjang dan diameter pasak, pada tahap ini dapat dengan menggunakan foto
radiografi. Pertahankan 3-6 mm gutta percha pada bagian apikal untuk menjaga
penutupan apikal. Panduan dalam menentukan panjang pasak:
a. Panjang pasak sama dengan panjang mahkota klinis
b. Panjang pasak harus terletak antara separuh tinggi tulang alveolar crest dan apeks
akar.
c. Panjang pasak merupakan ½ sampai 2/3 panjang akar
Diameter pasak juga perlu diperhatikan, 3 teori diameter pasak:
a. Teori conservationist, diameter pasak sekecil mungkin yang memungkinkan
pembuatan pasak sesuai panjang kerja yang diinginkan.
b. Teori preservationist, mempertahankan lebar dentin yang sehat paling kecil sebesar
1mm untuk mencegah fraktur.
c. Teori proporsionist, diameter pasak tidak melebihi 1/3 lebar mesial-distal akar untuk
mencegah fraktur.
3. Pengambilan gutta percha dari saluran akar disesuaikan dengan perhitungan panjang
kerja saat pengisian gutta percha. Gutta percha dapat diambil menggunakan plugger
yang dipanaskan atau gatea gilden drill.
4. Preparasi saluran pasak, dapat menggunakan hand instrument berupa file (k-file dan h-
file) atau reamer.
5. Menghilangkan daerah undercut dan membuang sudut yang tajam.
6. Preparasi mahkota, disesuaikan dengan bahan crown yang akan digunakan.
7. Membuang unsupported struktur gigi.
8. Pembuatan ferrule effect dengan membuat kontrabevel sebesar 1-2 mm pada dinding dan
margin gigi. Struktur koronal gigi melengkung ke permukaan bukal dan lingual sehingga
membentuk preparasi di sekitar lengkung gigi.
9. Membuat antirotational notch dengan cylindrical diamond bur atau carbide bur untuk
memberikan stabilitas anti rotasi.
10. Mencetak saluran akar, tahap ini dapat dilakukan secara direct ataupun indirect.
a. Direct
1) Bersihkan dan keringkan saluran akar
2) Gunakan inlai wak lunak yang berbentuk kawat dimasukkan ke dalam saluran
akar sampai tercetak secara keseluruhan
3) Bagian core dibentuk menjadi bentukan preparasi mahkota tuang
b. Indirect
1) Bersihkan dan keringkan saluran akar
2) Cetak saluran akar secara keseluruhan dengan menggunakan bahan cetak light
body yang dimasukkan ke dalam saluran akar.
3) Sendok cetak berisi bahan cetak heavy body dilapisi bahan light body dicetakkan
pada gigi yang dipreparasi.
4) Cetakan diisi dengan gips tipe IV untuk membuat die saluran akar sebagai replica
untuk model kerja
11. Pembuatan pasak di laboratorium dental
12. Try in pasak pada pasien
13. Sementasi pasak menggunakan semen yang sedikit cair seperti GIC tipe 1, zinc fosfat,
semen polycarboxylat.
14. Pemasangan mahkota sementara
15. Pembuatan mahkota pasak
16. insersi
BAB II
LAPORAN KASUS
Skenario
Seorang perempuan, usia 21 tahun datang dengan keluhan gigi depan maksila sakit ketika
menyentuh sendok dan bila digunakan untuk menggigit sejak 2 minggu yang lalu. Gigi tersebut
telah dirawat 4 tahun lalu karena karies. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
A. Pemeriksaan Subjektif
Chief Complaint (CC) : Pasien datang dengan keluhan sakit pada area gigi
depan atas
Present Illness (PI) : gigi sakit saat menyentuh sendok dan digunakan
menggigit sejak 2 minggu yang lalu
Past Medical History (PMH) : tidak ada kelainan
Past Dental History (PDH) : pernah merawat gigi 4 tahun lalu karena karies
Family History (FH) : tidak ada keterangan
Social History (SH) : Pasien adalah seorang perempuan usia 21 tahun
B. Pemeriksaan Objektif
Ekstraoral : tidak ada keterangan
Intraoral : terdapat restorasi komposit kelas 2 pada gigi 12, tes vitalitas (-), perkusi
(+), palpasi (-).

Gambar 5. Foto klinis gigi 12

C. Pemeriksaan Penunjang
Foto radiografi periapikal, menunjukkan adanya area radiolusen yang luas di sekitar area
apeks hingga 1/3 akar pada area distal dan obturasi underfilled

Gambar 6. Radiografi preoperative gigi 12


D. Diagnosis
Diagnosis: Abses apikal e.c. perawatan saluran akar yang tidak baik

E. Rencana Perawatan
1. Perawatan saluran akar
2. Restorasi mahkota pasak

F. Tahapan Rencana Perawatan


Tahapan perawatan pada kasus ini adalah
1. pada kunjungan pertama hingga kunjungan ketiga dilakukan perawatan saluran akar

Gambar 7. Radiografi gigi 12 yang telah


dilakukann PSA

2. Pada kunjungan keempat dilakukan control setelah PSA didapatkan bahwa pasien tidak
memiliki keluhan, perkusi (-), palpasi (-) dan penurunan diameter lesi pada hasil
radiografi. Setelah itu dilakukan perawatan selanjutnya yaitu restorasi dengan mahkota
pasak.
3. Menentukan panjang dan diameter pasak dengan bantuan foto radiografi, dimana
panjang akar adalah 19 mm, sehingga perhitungan panjang pasak adalah 15 mm.
Diameter pasak menggunakan teori the proporsionist yaitu diameter pasak tidak
melebihi 1/3 lebar mesial distal akar untuk mencegah fraktur.
4. Pembuangan obturasi dengan menggunakan gates glidden drill.
5. Lakukan preparasi mahkota, buang seluruh struktur gigi yang unsupported, dibuatkan
ferrule effect. Hilangkan seluruh area undercut atau yang tajam.
6. Pencetakan saluran akar dilakukan dengan memasukkan bahan cetak elastomer ke
dalam saluran akar dengan menggunakan semprotan atau lentulo. Sebatang kawat yang
dibuat bergerigi sepanjang 2 kali panjang preparasi dan bahan cetak dimasukkan ke
dalam saluran akar dengan gerakan memompa agar semua bahan cetak yang telah
masuk ke dalam saluran akar dapat mengalir dengan baik. Batang kawat berfungsi
sebagai pemegang bahan cetak yang ada pada saluran akar dan juga memudahkan
pengeluaran bahan cetak dari saluran akar. Potong kawat secukupnya apabila cetakan
dianggap sudah baik sehingga hanya menyisakan sebagai pegangan saja. Cetak rahang
yang bersangkutan dengan heavy body. Kerok area yang ingin dibuatkan pasak lalu
masukkan cetakan saluran akar kemudian isi bahan light body ke dalam cetakan heavy
body untuk dicetakkan kembali ke dalam rongga mulut pasien sehingga didapatkan
cetakan rahang pasien untuk membuat die saluran akar sebagai replica yang dicor
dengan gips tipe IV untuk membuat model kerja.
7. Pengecoran pasak di laboratorium dental
8. Try in pasak
9. Sementasi pasak
10. Pembuatan mahkota sementara
11. Insersi mahkota akhir
12. Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi dengan teknik yang benar (tekanan ringan
dengan sikat yang halus), membersihkan area interdental, berhati-hati dalam
mengunyah.
DAFTAR PUSTAKA

Ahdi, W., Djauhari, N., 2017, Root Canal Retreatment of a Right Maxillary Lateral Incisor
Teeth Caused of Inadequate Root Canal Treatment, Proceeding International Scientific
Meeting (TINI IV) and IKORGI National Congress XI, Surabaya, 3-5 November.
Bonifacius, S., Rais, S., W., 2012, Restorasi Mahkota Pasak pada Gigi dengan Jarak Serviko-
Oklusal Pendek, Dentofasial, 11(3): 165-169.
Garg, N., Garg, A., 2019, Textbook of Endodontics, Jaypee Brothers Medical Publishers, New
Delhi
Noort, R., V., 2014, Introduction to Dental Materials, Mosby Elsevier, USA.
Ricketts, D., Bartlett, D., 2011, Advance Operative Dentistry A Practical Approach, Elsevier,
Philadelphia
Safira, R., Putriani, W., 2017, Restorasi Mahkota Pasak Dengan Ferrule Pasca Trauma Gigi
Anterior, Medika Kartika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 1(1): 67-76.
Smith, D., rnar G N’How, L li C., 2007, Planning and Making Crown and Bridges Ed. 4,
Informa Healthcare, New York
Tarigan, R., Tarigan, G., 2018, Buku Ajar Konservasi Gigi, EGC., Jakarta.
Widyasari, I., Satifil, I., 2013, Penggunaan Pita Fibre Reinforced Composite (FRC) Sebaga
Pasak Pada Gigi 21 dengan Bentuk Saluran Akar yang Lebar, jurnal material
kedokteran gigi, 2(1): 43-50

Anda mungkin juga menyukai