2. Indikasi
Menurut Robinson dan Bird (2013) indikasi dari mahkota jaket adalah sebagai berikut :
a. Gigi desidui dan permanen dengan karies yang luas
b. Gigi desidui pasca prosedur pulpotomi atau pulpektomi
c. Gigi permanen setelah mengalami fraktur
d. Restorasi sementara dari gigi yang fraktur
e. Restorasi pada pasien yang memiliki kesulitan dalam menjaga kebersihan rongga
mulutnya
A. Knife Edge margin, B. Chisel margin, C. Chamfer margin, D. Bevel margin, E. Shoulder
margin, F. Sloped Shoulder margin, G. Beveled Shoulder margin (Rosenstiel dkk., 2006)
B. Pasak
1. Definisi
Pasak merupakan bangunan yang dimasukkan dalam saluran akar gigi dapat
terbuat dari logam maupun bahan restoratif kaku yang berfungsi untuk mempertahankan
restorasi gigi (retensi) dan meneruskan tekanan kunyah agar merata ke sepanjang akar
untuk melindungu struktur gigi yang tersisa. Retensi pasak dipengaruhi oleh panjang,
diameter, bentuk dan konfigurasi permukaan pasak.komponen pasak gigi terdiri ats pasak,
inti, koping, dan mahkota (Weine, 2004). Beberapa kriteria pasak yang ideal sebagai
berikut menurut Tarigan (2004) :
a. Distribusi tekanan minimal pada gigi
b. Menyediakan retensi yang adekuat bagi core
c. Tahan terhadap keretakan
d. Desain pasak yang mendekati bentuk saluran akar
e. Derajat transluensi yang terdapat memenuhi kebutuhan estetik pasien
2. Indikasi
a. Gigi pasca perawatan endodontik dengan menyisakan mahkota gigi yang kurang dari
setengah.
b. Gigi pasca perawatan endodontik menerima beban kunyah yang besar.
c. Gigi yang hanya tersisa struktur akarnya.
d. Sebagai single restoration untuk memperbaiki posisi gigi yang terlalu ekstrim
e. Mahkota gigi dengan kerusakan luas mahkota gigi seluruhnya
f. Pasien tidak memiliki alergi terhadap bahan pasak
Kontraindikasi pembuatan pasak menurut Septiman (2011)
a. Gigi anterior denganmarginal ridge yang masih utuh dan telah dirawat endodontik.
b. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang besar dan
jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga dapat memberi resistensi yang
cukup untuk bahan restorasi
3. Macam-macam dental material yang menyusun
a. Pasak
Menurut Weine (2004), pasak dapat dibuat dari 2 jenis bahan berikut ini :
a) Logam
Alloy emas, alloy titanium, Stainless steel dan Nikel kromium
b) Non logam
Keramik, Fiber reinforce, Fiber carbon, Fiber quartz matrix, Fiber glass
b. Inti
Menurut Allan dan Foreman (1994), inti terbagi berdasarkan bahan yang digunakan
antara lain yaitu :
1) Inti amalgam, GIC dan resin komposit.
2) Inti logam cor (cast metal core)
inti dapat dibuat dari resin atau wax yang dibentuk pola pasak, kemudian pola ini
dicor dengan logam
3) Inti siap pakai (prefabricated core)
Inti ini terbuat dari logam, keramik dan fiber-reinforced-composite (FRC).
4. Istilah penting
a. Pasak (Dowel)
Pasak merupakan komponen mahkota pasak yang dimasukkan ke dalam saluran akar
berfungsi untuk menambah retensi dan resistensi (Shen dan Kosmac, 2014).
Berdasarkan bahan pembuatnya pasak data dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Endopost, yaitu pasak yang terbuat dari campuran logam mulia dengan ukuran
standar alat-alat endodontic nomor 70-140.
2) Endowel, yaitu pasak yang terbuat dari plastic dengan ukuran standar alat-alat
endodontic nomor 80-140
3) Parapost, yaitu pasak yang terbuat dari plasti tapi ukurannya tidak sesuai dengan
ukuran standar alat-alat endodotik. Pasak jenis ini jarang digunakan karena
dianggap bahaya.
b. Inti (Core)
Inti atau core merupakan suatu struktur pada mahkota yang berfungsi menggantikan
struktur mahkota pada gigi yang hilang. Inti pasak dapat dibedakan menjadi :
1) Gold post, digunakan untuk merestorasi gigi dengan struktur mahkota yang
hampir masih utuh.
2) Full gold core digunakan untuk gigi pasca perawatan saluran akar dengan seluruh
bagian inti pasak terbuat dari logam.
3) Partial gold core digunakan untuk gigi pasca perawatan saluran akar dengan
sebagian struktur mahkota gigi masih dapat dipertahankan.
4) Gold core with window, merupakan penyempurnaan dari full gold core dan
digunakan pada gigi dengan kehilangan dentin pada bagian labial. Inti pasak
dibuat dengan membentuk window yang kemudian diisi dengan akrilik atau GIC.
5) Off center gold core, digunakan untuk gigi yang malposisi.
6) All acrylic core, adalah pasak yang terbuat dari logam (pasak) dan akrilik (inti).
7) All metal gold core, digunakan sebagai abutment gigi tiruan cekat. Inti pasak jenis
ini ditambahkan dengan sayap pada bagian proksimal yang berfungsi sebagai
cangkolan gigi tiruan cekat.
8) Full coping core, hampir sama dengan partial gold core hanya terdapat perbedaan
pada ukuran jaringan giginya yang lebih pendek.
c. Fabricated post
Fabricated post atau dikenal dengan pasak individu merupakan pasak yang dibuat
secara khusus untuk setiap pasien sesuai dengan menyesuaikan hasil preparasi
masing-masing gigi. Jenis pasak ini dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dibuat di
laboratorium (indirect) dan dibuat langsung di dalam mulut pasien (direct).
Fabricated Post
d. Pre fabricated post
Pasak siap pakai merupakan pasak yang diproduksi di pabrik yang tersedia dalam
berbagai bentuk bentuk dan ukuran. Jenis pasak ini dapat terbuat dari bahan logam,
seperti platinum-gold-palladium (Pt-Au-Pd), stainless steel, titanium, brass, dan
chromium-containing-alloy maupun non logam, seperti carbon fiber, ceramic, glass
fiber, dan woven fiber.
e. Richmond crown
Menurut Hussain (2004), richmond crown adalah komponen yang berfungsi
untuk menggantikan struktur enamel yang terbuat dengan facing porselen dan
backing logam. Digunakan pada kasus yang memerlukan kekuatan besar seperti GTC
dengan empat insisivus hilang. Richmond crown memiliki keuntungan yaitu baik
untuk konfigurasi akar, sedikit atau tidak bersifat stress pada margin servikal,
berkekuatan tinggi, menghilangkan lapisan semen antara inti dan mahkota sehingga
lapisan semen antara inti dan kegagalan semen. Namun memiliki kelemahan
diantaranya adalah kunjungan lebih dari satu kali, biaya tinggi, modulus elastisitas
dentin yang 10 kali lebih besar dibanding dentin alami dan kurang kuat dibandingkan
pasak parallel.
C. Bridge
1. Definisi
Dental bridge merupakan suatu protesa yang dilekatkan secara tetap
menggunakan semen khusus pada satu atau lebih gigi penyangga yang telah dipreparasi
pada disisi celah. Preparasi bertujuan untuk memberikan tempat bagi bahan retainer atau
mahkota dengan menyesuaikan sumbu mahkota dengan arah pemasangan jembatan.
Pembentukan retainer atau makhota harus disesuaikan dengan anatomi gigi yang
dipreparasi, kemiringan dinding-dinding aksial, dan pengambilan jaringan gigi yang
cukup untuk memberikan ketebalan pada bahan retainer agar menjamin terbentuknya
retensi yang sebesar-besarnya pada retainer (Trisanty, 2008). Dental bridge digunakan
ketika terdapat satu atau beberapa gigi yang hilang. Pada beberapa kasus removable
dental bridge juga dapat digunakan yang dapat dilepas dan dipakai sendiri oleh pasien.
Gigi yang hilang diganti dengan gigi tiruan yang disebut dengan pontik. Gigi yang
berdekatan dengan pontik disebut dengan abutment atau penyangga. Pembuatan crown,
inlay, atau onlay dapat dilakukan pada gigi abutment untuk mendukung stabilitas pontik.
Jembatan pada dental bridge terbuat dari berbagai material disesuaikan dengan kebutuhan
estetis dan fungsional pasien (Phinney dan Haistead, 2003).
2. Indikasi
a. Kehilangan satu sampai lebih gigi anterior maupun posterior yang hilang secara
berurutan
b. Tedapat gigi penyangga yang cukup untuk mendukung jembatan, kokoh dan tidak
mengalami kegoyahan
c. Memperbaiki estetik
d. Memperbaiki gigi dengan karies, erosi atau restorasi yang luas
e. Tidak terdapat defek email pada gigi penyangga
f. Pasien yang mengalami trauma oklusal/ tekanan oklusal besar atau normal
g. Penggantian restorasi lama yang tidak memadai
h. Pasien mempunyai keinginan dan kooperatif
i. Pasien dapat menjaga kesehatan dan kebersihan mulut dengan baik
3. Macam-macam dental material yang menyusun mahkota sementara
Dental material yang digunakan dalam pembuatan dental bridge menurut Smith dan
Howe (2013) adalah sebagai berikut:
a. Akrilik bridge
Akrilik digunakan untuk mahkota jaket sementara selama pembuatan mahkota jaket
permanen. Kekerasan akrilik hanya 1/16 kekerasan dentin sehingga biasanya dalam
pembuatan akrilik bridge dikombinasikan dengan logam agar lebih kuat dalam
menahan beban kunyah. Akrilik bridge kontraindikasi untuk pasien dengan beban
kunyah yang besar serta pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism. Namun,
bahan akrilik masih menjadi pilihan dalam pembuatan mahkota sementara karena
memiliki kelebihan yaitu warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, tampilan
menarik dan harganya murah.
b. Metal bridge
Metal bridge merupakan gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam. Bridge
jenis ini biasanya digunakan untuk bridge bagian gigi posterior. Namun penggunaan
metal bridge memiliki masalah estetis yaitu bahan logam dan emas tampilan memiliki
warnanya berbeda dengan gigi asli, selain itu diperlukan gigi abudment dengan
dukungan dentin yang tebal. Metal bridge memiliki kekuatan yang bagus sehingga
dapat digunakan oleh pasien dengan beban kunyah yang besar, dapat meminimalkan
kerusakan jaringan pendukung gigi, tidak korosif, dan dapat bertahan selama
bertahun-tahun.
c. Kombinasi (Porselen dan Metal)
Porcelain fused to metal merupakan campuran dari mahkota logam dan mahkota
porselen, biasanya digunakan untuk mengganti kehilangan gigi depan tetapi juga
dapat digunakan pada gigi posterior. Bridge kombinasi memiliki kekuatan yang lebih
besar dibandingkan dengan bridge dengan bahan poselen saja serta memiliki
kelebihan estetik. Namun, porselen memiliki kelemahan yaitu dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada gigi yang mungkin sensitive setelah prosedur terutama pada
mahkota yang masih memiliki saraf sehingga akan lebih sensitif terhadap panas dan
dingin, dapat mengakibatkan keausan gigi antagonis, dan apabila lapisan logam
terkelupas dapat terlihat garis gelap.
d. Ceramic Bridge
Ceramic bridge merupakan bridge yang memiliki estetika paling baik dan terbuat
dari porselen alumina yang sangat kuat. Bridge ini cukup kuat ketika disemenkan
dengan semen konvensional pada gigi. Terdapat dua jenis bahan Ceramic Bridge
yaitu:
1) Alumina
Ceramic bridge alumina dibuat dengan komposisi inti keramik berupa aluminum
oxide (Al2O3), biasanya digunakan untuk menganti kehilangan gigi posterior unit
tunggal dan kasus kehilangan gigi anterior, atau kehingan gigi yang membutuhkan
sampai restorasi 3-unit jembatan. Indikasinya yaitu untuk mahkota anterior dan
posterior, jembatan 3 unit. Bridge ini memiliki flexural strength 450 MPa dan
fractur toughness 3,1-4,61 MPa/m1/2.
2) Zirkonia
Ceramic bridge zirkonia dibuat dengan komposisi inti keramik berupa alumina
(Al2O3) dan partially stabilize Zirconia. Material ini dapat digunakan sampai
restorasi 5-unit jembatan, memiliki flexural strength 421-850 MPa dan fractur
toughness 6-8 MPa/m1/2. Bridge jenis ini memiliki inti keramik opak dengan sifat
translusen yang kurang sehingga tidak terlalu baik menurut estetik. Indikasi bridge
jenis ini untuk mahkota posterior.
4. Istilah penting
a. Rigid fixed bridge
Gigi tiruan yang semua komponennya digabungkan secara rigid melalui
penyolderan pada setiap unit dan menggunakan satu kali pengecoran, digunakan
untuk menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi secara berurutan dan terdapat
dukungan gigi-gigi penyangga pada masing-masing ujung ruang. Keuntungan rigid
fixed bridge adalah menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang baik dan dapat
mendistribusikan tekanan secara merata pada restotasi dan dalam pemakaiannya tidak
terdapat pergerakan gigi penyangga secara individual, sehingga memberi efek
terhadap perawatan splinting pada gigi dengan kondisi periodontal yang kurang baik.
Indikasi penggunaan rigid fixed bridge antara lain yaitu:
1) Kehilangan 1-4 gigi secara berurutan,
2) Pasien dengan tekanan kunyah normal atau besar
3) Salah satu gigi penyangga goyah (01) tanpa kelaianan periodontal atau pasca terapi
perawatan periodontal (Odang dkk., 2004)
b. Cantilever bridge
Menurut Hemmings dan Harrington (2004) Cantilever bridge adalah restorasi gigi
tiruan cekat (GTC) yang digunakan untuk mengganti kehilangan satu gigi yang
disebabkan besarnya tekanan kunyah yang disalurkan pada gigi penyangga.
Keberhasilan perawatan bergantung pada ukuran abutment yang sama dengan atau
lebih besar dari pontik bridge dan susunan oklusi gigi geligi. Bridge jenis ini biasanya
digunakan untuk menggantikan gigi insisivus lateral dan gigi caninus sebagai
abutment.
c. Porcelen fused to metal
Porcelen fused to metal adalah salah satu jenis gigi tiruan cekat hasil dari
penggabungan sifat estetik porcelain yang baik dan sifat mekanik logam. Bahan dasar
porselen terdiri dari silika (SiO2), feldspar (K2O.Al2O3.6SiO2), dan alumina (Al2O3).
Bahan-bahan ini akan dipanaskan bersamaan dengan fluxed seperti sodium
carbonate atau lithium carbonate. Porcelen fused to metal adalah salah satu jenis gigi
tiruan cekat hasil dari penggabungan sifat estetik porcelain yang baik dan sifat
mekanik logam. Bahan dasar porselen terdiri dari silika (SiO2), feldspar
(K2O.Al2O3.6SiO2), dan alumina (Al2O3). Bahan-bahan ini akan dipanaskan
bersamaan dengan fluxed seperti sodium carbonate atau lithium carbonate
(Anusavice, 2003).
d. Retraction cord
Retraction cord merupakan alat yang digunakan dalam persiapan prosedur
pembuatan mahkota gigi dan jembatan gigi yang berfungsi untuk membantu dokter
gigi mendapatkan tampilan gigi yang jelas selama prosedur persiapan pembuatan
mahkota dengan memisahkan gusi dan gigi untuk mencegah perlukaan pada gusi
ketika pemasangan makhota. Cara aplikasi retraction cord yaitu dengan dimasukkan
menggunakan plastic filling instrument secara perlahan ke bagian bawah di bawah
garis gingiva dan sulkus gingiva, dan di sekitar gigi yang telah disiapkan untuk
penempatan mahkota atau jembatan (Phinney dan Halstead, 2001).
e. Maryland bridge
Maryland bridge/ adhesive bridge/ resin-bonded fixed partial denture adalah
dental bridge yang digunakan untuk mengganti kehilangan satu gigi. Protesa ini
mempunyai unsure pontik dan retainer yang terbuat dari logam non mulia yang
dilekatkan pada gigi penyangga menggunakan bahan adhesif melalui prosedur etsa
terlebih dahulu. Pengambilan jaringan pada permukaan gigi penyangga minimal
karena pelekatan menggunakan ikatan kimia. Maryland bridge dapat terdiri dari satu
atau dua buah ponti yang didukung oleh retainer logam tipis yang dilekatkan pada
bagian permukaan lingual dan proksimal gigi penyangga (Sophia, dkk., 2000).
Keuntungan dari Maryland bride atau adhesive bridge adalah : (Prayitno, 1994)
1) Pembuangan struktur gigi minimal, terbatas pada email
2) Tidak tejadi trauma pulpa
3) Tidak memerlukan restorasi sementara
4) Waktu kunjungan lebih sedikit
5) Apabila jembatan terlepas, dapat dilakukan perlekatan ulang menggunakan bahan
adhesive
DAFTAR PUSTAKA
Allan DN, Foreman PC, 1994, Mahkota dan jembatan (Crown And Bridge Prosthodontics:An
Illustrated Handbook), Hipokrates, Jakarta.
Anusavice, Kenneth J., 2003, Phillips Science of Dental Materials 11nd, United States of
America: Elsevier Science
Capa, N., Ozkurt, Z., Canpolat, C., Kazazoglu, E., 2009, Shear Bond Strength Luting Agent to
Fixed Prosthodontic Restorative Core Materials, Dental Journal, 54: 334-340.
Hemmings dan Harrington, 2004, Replacement of Missing Teeth with Fixed Prostheses, Dent
Update, 31: 137141.
Hussain, S., 2004, Textbook of Dental Materials, Jaypee, New Delhi.
Ibbetson, R., 2004, Clinical considerations for adhesive bridgework. 31: 254-265.
Odang, R. W., Arifin, M., Budi, T., Rahardjo., 2004, Ilmu Gigi Tiruan Cekat (Teori dan Klinik),
Departemen Prostodonisa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta.
Phinney, D. J., Halstead, D. H., 2001, Delmar's Handbook of Essential Skills and Procedures for
Chairside Dental Assisting, Thomsons Learning, USA.
Phinney, D., Halstead, J. H., 2003, Delmars Dental Assisting A Comprehensive Approach, 2nd
Edition, Thomson, USA.
Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. Pengantar Dasar dan Rancangan
Pembuatan. Cetakan II, EGC, Jakarta.
Rangarajan, V., 2013, Textbook of Prosthodontics, 1st edition, Elsevier, Missouri.
Robinson, D.S., Bird, D.L., 2013, Essentials of Dental Assisting, 5th Edition, Elsevier, Missouri.
Rosenstiel, S.F., Land, M.F., Fujimoto, J., 2006, Contemporary Fixed Prosthodontics, 4th Ed, St
Louis, Mosby Inc.
Rosenstiel, SF., Land, MF., Fujimoto, J., 1995,Contemporary Fixed Prosthodontics, 2nd ed,
St.Louis.
Septiman, D.P., 2011, Macam-Macam Pasak Pada Gigi Anterior Pasca Perawatan Endodontik,
Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Purwokerto.
Shen, J. Z., Kosmac, T., 2014, Advanced Ceramics for Dentistry, Elsevier, USA.
Smith, B. G. N., Howe, L. C., 2013, Planning and Making Crowns and Bridges, CRC Press,
Boca Raton.
Smith, B.G.N, 2004, Planning and Making Crowns and Bridges, Martin Dunits, United
Kingdom.
Sophia, D.M., Firman, D., Adenan, A., 2000, Jembatan adhesif dengan retensi teknik anyaman
pada bagian pelekatan kerangka logam dalam buku Dari Bandung untuk khazanah Ilmu
Kedokteran Gigi, Kumpulan Makalah Temu Ilmiah Kedokteran Gigi (TIKEGI) 2000,
Lembaga Studi Kesehatan Indonesia, Bandung.
Soratur, S.H., 2006, Essentials of Prosthodontics, Jaypee Brothers Medical Publisher, New Delhi
Spain, L., 2005,Temporary Crown Restoration, second edition, Quercus corporation, Idaho
Trisanty, A., 2008, Peranan Preparasi Gigi Penyangga dalam Kaitannya dengan Retensi Gigi
Tiruan Jembatan, FKG Universitas Sumatera Utara, Medan.
Weine, Franklin., 2004, Endodontic Therapy 6TH Edition, Mosby, University of Michigan.