Anda di halaman 1dari 15

SELF LEARING REPORT

JIGSAW SMALL GROUP DISCUSSION


A. Mahkota Jaket
1. Definisi
Menurut Clark (2008) mahkota jaket adalah restorasi dengan bahan yang
menyelubungi gigi secara penuh. Mahkota jaket termasuk salah satu jenis gigi tiruan
cekat yang berfungsi untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dan mengembalikan
bentuk serta fungsi gigi. Preparasi yang dibutuhkan untuk restorasi mahkota jaket yaitu
0,5-1,5 mm menyesuaikan dengan bahan yang digunakan. Mahkota jaket ditempelkan
pada gigi dengan cara penyemenan menggunakan bahan lutting yang diinsersikan oleh
dokter gigi sehingga tidak dapat dilepas pasang oleh pasien. Mahkota jaket digunakan
untuk gigi yang mengalami kerusakan luas dan tidak bisa dilakukan restorasi tapi masih
memiliki akar yang kuat dan biasanya gigi masih vital. Menurut Sorafatur (2006) gigi
tiruan mahkota jaket dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Berdasarkan penutupan
1) full crown
2) crown atau partial veneer
3) Jacket crown
4) Post crown
b. Berdasarkan material
1) Non-metal yang terdiri dari:
a) Jacket Crown Akrilik
b) Jacket Crown Porselen
2) Metal yang terdiri dari
a) Crown Campuran Emas
b) Crown Nichrome (Nickel-Chromium)
3) Kombinasi metal dan non-metal

2. Indikasi
Menurut Robinson dan Bird (2013) indikasi dari mahkota jaket adalah sebagai berikut :
a. Gigi desidui dan permanen dengan karies yang luas
b. Gigi desidui pasca prosedur pulpotomi atau pulpektomi
c. Gigi permanen setelah mengalami fraktur
d. Restorasi sementara dari gigi yang fraktur
e. Restorasi pada pasien yang memiliki kesulitan dalam menjaga kebersihan rongga
mulutnya

Kontraindikasi pembuatan mahkota jaket antara lain menurut Smith (2004) :


a. Gigi terlalu pendek atau tidak memiliki singulum, sehingga retensi kurang.
b. Gigi tertutup (close bite) atau edge to edge bite.
c. Ketebalan struktur jaringan keras gigi kurang atau terlalu tipis pada daerah
labiolingual.
d. Pasien memiliki kebiasaan bruxism.
e. Desain preparasi tidak didukung jaringan gigi yang kuat.
f. Alergi terhadap bahan yang digunakan

3. Macam-macam dental material yang menyusun


a. Porcelain fused to metal (PFM)
Komposisi porselen gigi konvensional adalah porselen vitreus (seperti kaca)
yang berbasis pada anyaman silika (SiO2) dan feldspar potas (K2OAl2O3.6SiO2)
atau keduanya (Capa, dkk., 2009) Restorasi Porcelain fused to metal (PFM) adalah
restorasi yang terbuat dari campuran porselen dan logam. Campuran logam digunakan
untuk memperbaiki kekurangan dari porselen yaitu rendahnya kekuatan tarik, geser,
dan kompresinya.. Logam campur yang ideal digunakan untuk restorasi PFM berupa
logam campur sangat mulia seperti emas-palladium- platinum atau emas-palladium-
perak dan logam campur mulia misalnya palladium-emas atau palladium-perak
Logam campur diaplikasikan pada gigi yang telah dipreparasi kemudian lapisan tipis
porselen berwarna opak ditambahkan diatas logam menyelubungi gigi untuk menutupi
warna logam yang gelap. Logam diproses melalui pengecoran sedangkan porselen
diproses dengan pembakaran dengan suhu rendah (low fusing) (Anusavice, 2004).
b. All ceramic/ porcelain
All ceramic/ porcelain adalah restorasi yang murni menggunakan bahan keramik gigi.
terdapat 4 tipe keramik dalam kedokteran gigi yang dibagi berdasarkan
mikrostruktirnya yaitu keramik berbasis silika, keramik berbasisi silika dengan
material pengisi berupa kristalin leucite dan litium disilikat, keramik berbasis kristalin
berupa alumnia dengan material pengisi silika, serta keramik berbasis polikristalin
yang solid berupa alumina dan zirkonia.
c. Full Gold
Restorasi mahkota jaket yang murni menggunakan bahan emas. Restorasi jenis ini
memiliki kelebihan yaitu kekuatan yang baik dan lebih tahan lama dibandingkan
dengan bahan lain, selain itu adaptasi marginalnya baik dan preparasi minimal yaitu
sebanyak 0,5 mm.
d. Polymer resin crown
Polimer resin yang digunakan pada restorasi mahkota yaitu resin akrilik.
Kelebihan dari penggunaan bahan ini adalah memiliki beberapa tingkat translusensi
sehingga dapat menyerupai warna gigi asli dan harganya terjangkau. Namun
kekurangnya adalah tidak dapat digunakan pada pasien dengan beban kunyah yang
besar (mudah mengalami deformitas), tidak dapat berikatan baik dengan logam,
mudah terjadi abrasi dan porus, serta dapat menyebabkan iritasi gingival.
4. Istilah penting
a. Veneer
Veneer adalah suatu bahan tipis yang diaplikasikan pada gigi untuk memperbaiki
defek lokal maupun general pada permukaan gigi. Bahan pembuatan Veneer dapat berupa
komposit, processed composite, porselen, dan material pressed ceramic. Berdasarkan
teknik aplikasinya veneer dapat dibagi dua yaitu direk veneer dan indirek veneer. Veneer
direk yaitu dilakukan secara langsung didalam rongga mulut pasien dan dalam satu kali
kunjungan. Bahan yang dapat digunakan yaitu komposit. Veneer indirek yaitu pembuatan
dilakukan diluar rongga mulut pasien dan dilakukan dalam dua kali kunjungan. Indikasi
veneer diantaranya menurut Roberson dkk., (2006) :
1) Gigi yang malformasi
2) Diastema
3) Diskolorasi gigi yang parah
4) Abrasi, erosi, dan restorasi yang gagal
b. Labial veneer
Labial veneer/ laminate veneer adalah istilah yang digunakan untuk veneer gigi
anterior. Bahan yang yang sering digunakan untuk pembuatan labial veneer adalah
porselen. Labial veneer berfungsi untuk mempertahankan warna gigi. Bahan porselen
memiliki sifat translusen dan dapat berikatan dengan permukaan gigi dengan minimal
preparasi .(Gary, 2011; Alhekeir dkk, 2014). Ketebalan lapisan veneer kira-kira 0.5
0.7 mm yang menutupi permukaan labial gigi anterior dan permukaan bukal (Dietschi
dan Devigus, 2011).
c. Chamfer margin
Chamfer margin merupakan desain preparasi berupa garis tepi dengan sudut
tumpul dan jelas. Chamfer margin merupakan preparasi gigi yang diindikasi untuk
crown metal seperti complete metal cown dan veneer metal crown. Chamfer margin
merupakan kontraindikasi untuk restorasi porselen karena sudut yang tumpul
menimbulkan gaya sobek yang tidak dapat ditoleransi oleh porselen. Pada bagian tepi
preparasi dilakukan menggunakan bur diamond point dan taper agar dapat
memberikan sisi yang lancip untuk permukaan aksial (Rangarajan, 2013).
d. Shoulder margin
Shoulder margin desain preparasi berupa garis tepi dengan sudut 90o dan memiliki
ledge lebar berfungsi untuk menahan daya tekan dari oklusal, diindikasikan untuk
restorasi keramik yaitu all ceramic dan metal ceramic . Preparasi dilakukan dengan
menggunakan bur diamond flat end taper, ujung bur akan menghasilkan garis pundak
preaprasi sedangkan pada sisi permukaan aksial akan lancip. Shoulder margin bersifat
tidak konservatif karena memerlukan preparasi lebih sehingga jaringan gigi yang
terbuang banyak (Rangarajan, 2013).
e. Knife edge margin
Knife edge margin adalah desain preparasi berupa garis tepi yang tipis. Bentuk
tepi ini dapat digunakan pada restorasi metal pada pasien dewasa, pada sisi lingual
poterior mandibula, permukaan aksial yang sangat cembung dan gigi dengan inklinasi
yang miring. Kelebihan dari knife edge margin adalah memiliki sifat konservatif
paling tinggi karena membutuhkan preparasi yang minimal. Namun, karena berupa
garis tipis sehingga sulit untuk dilakukan wax dan casting serta rentan terhadap
distorsi sehingga jarang digunakan (Rangarajan, 2013). . Indikasi menggunaan margin
jenis ini adalah untuk mahkota dengan metal penuh, dan bagian lingual serta proximal
pada mahkota veneer penuh, mahkota dan post crown (Rosenstiel dkk.,2006).

A. Knife Edge margin, B. Chisel margin, C. Chamfer margin, D. Bevel margin, E. Shoulder
margin, F. Sloped Shoulder margin, G. Beveled Shoulder margin (Rosenstiel dkk., 2006)

B. Pasak
1. Definisi
Pasak merupakan bangunan yang dimasukkan dalam saluran akar gigi dapat
terbuat dari logam maupun bahan restoratif kaku yang berfungsi untuk mempertahankan
restorasi gigi (retensi) dan meneruskan tekanan kunyah agar merata ke sepanjang akar
untuk melindungu struktur gigi yang tersisa. Retensi pasak dipengaruhi oleh panjang,
diameter, bentuk dan konfigurasi permukaan pasak.komponen pasak gigi terdiri ats pasak,
inti, koping, dan mahkota (Weine, 2004). Beberapa kriteria pasak yang ideal sebagai
berikut menurut Tarigan (2004) :
a. Distribusi tekanan minimal pada gigi
b. Menyediakan retensi yang adekuat bagi core
c. Tahan terhadap keretakan
d. Desain pasak yang mendekati bentuk saluran akar
e. Derajat transluensi yang terdapat memenuhi kebutuhan estetik pasien
2. Indikasi
a. Gigi pasca perawatan endodontik dengan menyisakan mahkota gigi yang kurang dari
setengah.
b. Gigi pasca perawatan endodontik menerima beban kunyah yang besar.
c. Gigi yang hanya tersisa struktur akarnya.
d. Sebagai single restoration untuk memperbaiki posisi gigi yang terlalu ekstrim
e. Mahkota gigi dengan kerusakan luas mahkota gigi seluruhnya
f. Pasien tidak memiliki alergi terhadap bahan pasak
Kontraindikasi pembuatan pasak menurut Septiman (2011)
a. Gigi anterior denganmarginal ridge yang masih utuh dan telah dirawat endodontik.
b. Gigi posterior yang telah dirawat endodontik, dengan ruang pulpa yang besar dan
jaringan keras yang tersisa masih banyak sehingga dapat memberi resistensi yang
cukup untuk bahan restorasi
3. Macam-macam dental material yang menyusun
a. Pasak

Menurut Weine (2004), pasak dapat dibuat dari 2 jenis bahan berikut ini :
a) Logam
Alloy emas, alloy titanium, Stainless steel dan Nikel kromium
b) Non logam
Keramik, Fiber reinforce, Fiber carbon, Fiber quartz matrix, Fiber glass
b. Inti
Menurut Allan dan Foreman (1994), inti terbagi berdasarkan bahan yang digunakan
antara lain yaitu :
1) Inti amalgam, GIC dan resin komposit.
2) Inti logam cor (cast metal core)
inti dapat dibuat dari resin atau wax yang dibentuk pola pasak, kemudian pola ini
dicor dengan logam
3) Inti siap pakai (prefabricated core)
Inti ini terbuat dari logam, keramik dan fiber-reinforced-composite (FRC).
4. Istilah penting
a. Pasak (Dowel)
Pasak merupakan komponen mahkota pasak yang dimasukkan ke dalam saluran akar
berfungsi untuk menambah retensi dan resistensi (Shen dan Kosmac, 2014).
Berdasarkan bahan pembuatnya pasak data dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Endopost, yaitu pasak yang terbuat dari campuran logam mulia dengan ukuran
standar alat-alat endodontic nomor 70-140.
2) Endowel, yaitu pasak yang terbuat dari plastic dengan ukuran standar alat-alat
endodontic nomor 80-140
3) Parapost, yaitu pasak yang terbuat dari plasti tapi ukurannya tidak sesuai dengan
ukuran standar alat-alat endodotik. Pasak jenis ini jarang digunakan karena
dianggap bahaya.
b. Inti (Core)
Inti atau core merupakan suatu struktur pada mahkota yang berfungsi menggantikan
struktur mahkota pada gigi yang hilang. Inti pasak dapat dibedakan menjadi :
1) Gold post, digunakan untuk merestorasi gigi dengan struktur mahkota yang
hampir masih utuh.
2) Full gold core digunakan untuk gigi pasca perawatan saluran akar dengan seluruh
bagian inti pasak terbuat dari logam.
3) Partial gold core digunakan untuk gigi pasca perawatan saluran akar dengan
sebagian struktur mahkota gigi masih dapat dipertahankan.
4) Gold core with window, merupakan penyempurnaan dari full gold core dan
digunakan pada gigi dengan kehilangan dentin pada bagian labial. Inti pasak
dibuat dengan membentuk window yang kemudian diisi dengan akrilik atau GIC.
5) Off center gold core, digunakan untuk gigi yang malposisi.
6) All acrylic core, adalah pasak yang terbuat dari logam (pasak) dan akrilik (inti).
7) All metal gold core, digunakan sebagai abutment gigi tiruan cekat. Inti pasak jenis
ini ditambahkan dengan sayap pada bagian proksimal yang berfungsi sebagai
cangkolan gigi tiruan cekat.
8) Full coping core, hampir sama dengan partial gold core hanya terdapat perbedaan
pada ukuran jaringan giginya yang lebih pendek.
c. Fabricated post
Fabricated post atau dikenal dengan pasak individu merupakan pasak yang dibuat
secara khusus untuk setiap pasien sesuai dengan menyesuaikan hasil preparasi
masing-masing gigi. Jenis pasak ini dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dibuat di
laboratorium (indirect) dan dibuat langsung di dalam mulut pasien (direct).
Fabricated Post
d. Pre fabricated post
Pasak siap pakai merupakan pasak yang diproduksi di pabrik yang tersedia dalam
berbagai bentuk bentuk dan ukuran. Jenis pasak ini dapat terbuat dari bahan logam,
seperti platinum-gold-palladium (Pt-Au-Pd), stainless steel, titanium, brass, dan
chromium-containing-alloy maupun non logam, seperti carbon fiber, ceramic, glass
fiber, dan woven fiber.
e. Richmond crown
Menurut Hussain (2004), richmond crown adalah komponen yang berfungsi
untuk menggantikan struktur enamel yang terbuat dengan facing porselen dan
backing logam. Digunakan pada kasus yang memerlukan kekuatan besar seperti GTC
dengan empat insisivus hilang. Richmond crown memiliki keuntungan yaitu baik
untuk konfigurasi akar, sedikit atau tidak bersifat stress pada margin servikal,
berkekuatan tinggi, menghilangkan lapisan semen antara inti dan mahkota sehingga
lapisan semen antara inti dan kegagalan semen. Namun memiliki kelemahan
diantaranya adalah kunjungan lebih dari satu kali, biaya tinggi, modulus elastisitas
dentin yang 10 kali lebih besar dibanding dentin alami dan kurang kuat dibandingkan
pasak parallel.

C. Bridge
1. Definisi
Dental bridge merupakan suatu protesa yang dilekatkan secara tetap
menggunakan semen khusus pada satu atau lebih gigi penyangga yang telah dipreparasi
pada disisi celah. Preparasi bertujuan untuk memberikan tempat bagi bahan retainer atau
mahkota dengan menyesuaikan sumbu mahkota dengan arah pemasangan jembatan.
Pembentukan retainer atau makhota harus disesuaikan dengan anatomi gigi yang
dipreparasi, kemiringan dinding-dinding aksial, dan pengambilan jaringan gigi yang
cukup untuk memberikan ketebalan pada bahan retainer agar menjamin terbentuknya
retensi yang sebesar-besarnya pada retainer (Trisanty, 2008). Dental bridge digunakan
ketika terdapat satu atau beberapa gigi yang hilang. Pada beberapa kasus removable
dental bridge juga dapat digunakan yang dapat dilepas dan dipakai sendiri oleh pasien.
Gigi yang hilang diganti dengan gigi tiruan yang disebut dengan pontik. Gigi yang
berdekatan dengan pontik disebut dengan abutment atau penyangga. Pembuatan crown,
inlay, atau onlay dapat dilakukan pada gigi abutment untuk mendukung stabilitas pontik.
Jembatan pada dental bridge terbuat dari berbagai material disesuaikan dengan kebutuhan
estetis dan fungsional pasien (Phinney dan Haistead, 2003).
2. Indikasi
a. Kehilangan satu sampai lebih gigi anterior maupun posterior yang hilang secara
berurutan
b. Tedapat gigi penyangga yang cukup untuk mendukung jembatan, kokoh dan tidak
mengalami kegoyahan
c. Memperbaiki estetik
d. Memperbaiki gigi dengan karies, erosi atau restorasi yang luas
e. Tidak terdapat defek email pada gigi penyangga
f. Pasien yang mengalami trauma oklusal/ tekanan oklusal besar atau normal
g. Penggantian restorasi lama yang tidak memadai
h. Pasien mempunyai keinginan dan kooperatif
i. Pasien dapat menjaga kesehatan dan kebersihan mulut dengan baik
3. Macam-macam dental material yang menyusun mahkota sementara
Dental material yang digunakan dalam pembuatan dental bridge menurut Smith dan
Howe (2013) adalah sebagai berikut:
a. Akrilik bridge
Akrilik digunakan untuk mahkota jaket sementara selama pembuatan mahkota jaket
permanen. Kekerasan akrilik hanya 1/16 kekerasan dentin sehingga biasanya dalam
pembuatan akrilik bridge dikombinasikan dengan logam agar lebih kuat dalam
menahan beban kunyah. Akrilik bridge kontraindikasi untuk pasien dengan beban
kunyah yang besar serta pasien dengan kebiasaan buruk seperti bruxism. Namun,
bahan akrilik masih menjadi pilihan dalam pembuatan mahkota sementara karena
memiliki kelebihan yaitu warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, tampilan
menarik dan harganya murah.
b. Metal bridge
Metal bridge merupakan gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam. Bridge
jenis ini biasanya digunakan untuk bridge bagian gigi posterior. Namun penggunaan
metal bridge memiliki masalah estetis yaitu bahan logam dan emas tampilan memiliki
warnanya berbeda dengan gigi asli, selain itu diperlukan gigi abudment dengan
dukungan dentin yang tebal. Metal bridge memiliki kekuatan yang bagus sehingga
dapat digunakan oleh pasien dengan beban kunyah yang besar, dapat meminimalkan
kerusakan jaringan pendukung gigi, tidak korosif, dan dapat bertahan selama
bertahun-tahun.
c. Kombinasi (Porselen dan Metal)
Porcelain fused to metal merupakan campuran dari mahkota logam dan mahkota
porselen, biasanya digunakan untuk mengganti kehilangan gigi depan tetapi juga
dapat digunakan pada gigi posterior. Bridge kombinasi memiliki kekuatan yang lebih
besar dibandingkan dengan bridge dengan bahan poselen saja serta memiliki
kelebihan estetik. Namun, porselen memiliki kelemahan yaitu dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada gigi yang mungkin sensitive setelah prosedur terutama pada
mahkota yang masih memiliki saraf sehingga akan lebih sensitif terhadap panas dan
dingin, dapat mengakibatkan keausan gigi antagonis, dan apabila lapisan logam
terkelupas dapat terlihat garis gelap.
d. Ceramic Bridge
Ceramic bridge merupakan bridge yang memiliki estetika paling baik dan terbuat
dari porselen alumina yang sangat kuat. Bridge ini cukup kuat ketika disemenkan
dengan semen konvensional pada gigi. Terdapat dua jenis bahan Ceramic Bridge
yaitu:
1) Alumina
Ceramic bridge alumina dibuat dengan komposisi inti keramik berupa aluminum
oxide (Al2O3), biasanya digunakan untuk menganti kehilangan gigi posterior unit
tunggal dan kasus kehilangan gigi anterior, atau kehingan gigi yang membutuhkan
sampai restorasi 3-unit jembatan. Indikasinya yaitu untuk mahkota anterior dan
posterior, jembatan 3 unit. Bridge ini memiliki flexural strength 450 MPa dan
fractur toughness 3,1-4,61 MPa/m1/2.
2) Zirkonia
Ceramic bridge zirkonia dibuat dengan komposisi inti keramik berupa alumina
(Al2O3) dan partially stabilize Zirconia. Material ini dapat digunakan sampai
restorasi 5-unit jembatan, memiliki flexural strength 421-850 MPa dan fractur
toughness 6-8 MPa/m1/2. Bridge jenis ini memiliki inti keramik opak dengan sifat
translusen yang kurang sehingga tidak terlalu baik menurut estetik. Indikasi bridge
jenis ini untuk mahkota posterior.
4. Istilah penting
a. Rigid fixed bridge
Gigi tiruan yang semua komponennya digabungkan secara rigid melalui
penyolderan pada setiap unit dan menggunakan satu kali pengecoran, digunakan
untuk menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi secara berurutan dan terdapat
dukungan gigi-gigi penyangga pada masing-masing ujung ruang. Keuntungan rigid
fixed bridge adalah menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang baik dan dapat
mendistribusikan tekanan secara merata pada restotasi dan dalam pemakaiannya tidak
terdapat pergerakan gigi penyangga secara individual, sehingga memberi efek
terhadap perawatan splinting pada gigi dengan kondisi periodontal yang kurang baik.
Indikasi penggunaan rigid fixed bridge antara lain yaitu:
1) Kehilangan 1-4 gigi secara berurutan,
2) Pasien dengan tekanan kunyah normal atau besar
3) Salah satu gigi penyangga goyah (01) tanpa kelaianan periodontal atau pasca terapi
perawatan periodontal (Odang dkk., 2004)
b. Cantilever bridge
Menurut Hemmings dan Harrington (2004) Cantilever bridge adalah restorasi gigi
tiruan cekat (GTC) yang digunakan untuk mengganti kehilangan satu gigi yang
disebabkan besarnya tekanan kunyah yang disalurkan pada gigi penyangga.
Keberhasilan perawatan bergantung pada ukuran abutment yang sama dengan atau
lebih besar dari pontik bridge dan susunan oklusi gigi geligi. Bridge jenis ini biasanya
digunakan untuk menggantikan gigi insisivus lateral dan gigi caninus sebagai
abutment.
c. Porcelen fused to metal
Porcelen fused to metal adalah salah satu jenis gigi tiruan cekat hasil dari
penggabungan sifat estetik porcelain yang baik dan sifat mekanik logam. Bahan dasar
porselen terdiri dari silika (SiO2), feldspar (K2O.Al2O3.6SiO2), dan alumina (Al2O3).
Bahan-bahan ini akan dipanaskan bersamaan dengan fluxed seperti sodium
carbonate atau lithium carbonate. Porcelen fused to metal adalah salah satu jenis gigi
tiruan cekat hasil dari penggabungan sifat estetik porcelain yang baik dan sifat
mekanik logam. Bahan dasar porselen terdiri dari silika (SiO2), feldspar
(K2O.Al2O3.6SiO2), dan alumina (Al2O3). Bahan-bahan ini akan dipanaskan
bersamaan dengan fluxed seperti sodium carbonate atau lithium carbonate
(Anusavice, 2003).
d. Retraction cord
Retraction cord merupakan alat yang digunakan dalam persiapan prosedur
pembuatan mahkota gigi dan jembatan gigi yang berfungsi untuk membantu dokter
gigi mendapatkan tampilan gigi yang jelas selama prosedur persiapan pembuatan
mahkota dengan memisahkan gusi dan gigi untuk mencegah perlukaan pada gusi
ketika pemasangan makhota. Cara aplikasi retraction cord yaitu dengan dimasukkan
menggunakan plastic filling instrument secara perlahan ke bagian bawah di bawah
garis gingiva dan sulkus gingiva, dan di sekitar gigi yang telah disiapkan untuk
penempatan mahkota atau jembatan (Phinney dan Halstead, 2001).

e. Maryland bridge
Maryland bridge/ adhesive bridge/ resin-bonded fixed partial denture adalah
dental bridge yang digunakan untuk mengganti kehilangan satu gigi. Protesa ini
mempunyai unsure pontik dan retainer yang terbuat dari logam non mulia yang
dilekatkan pada gigi penyangga menggunakan bahan adhesif melalui prosedur etsa
terlebih dahulu. Pengambilan jaringan pada permukaan gigi penyangga minimal
karena pelekatan menggunakan ikatan kimia. Maryland bridge dapat terdiri dari satu
atau dua buah ponti yang didukung oleh retainer logam tipis yang dilekatkan pada
bagian permukaan lingual dan proksimal gigi penyangga (Sophia, dkk., 2000).
Keuntungan dari Maryland bride atau adhesive bridge adalah : (Prayitno, 1994)
1) Pembuangan struktur gigi minimal, terbatas pada email
2) Tidak tejadi trauma pulpa
3) Tidak memerlukan restorasi sementara
4) Waktu kunjungan lebih sedikit
5) Apabila jembatan terlepas, dapat dilakukan perlekatan ulang menggunakan bahan
adhesive

Beberapa kontraindikasi penggunaan Maryland bridge adalah apabila daerah tidak


bergigi panjang, pasien mempunyai kebiasaan parafungsional, gigi penyanggga
mengalami kerusakan yang luas, gigi penyangga rapuh, overbite besar, pasien dengan
alergi logam, tidak terdapat peralatan yang memadai pada laboratorium untuk
pembuatan Maryland bridge (Ibbetson, 2004).

D. Gigi Tiruan Cekat dan Provisional Crown


1. Definisi
Gigi tiruan cekat (GTC) merupakan gigi tiruan yang berfungsi menggantikan satu
atau beberapa gigi yang hilang dengan bahan tiruan dan dipasangkan ke pasien secara
permanen, sehingga tidak dapat dilepas pasang sendiri oleh pasien (Rosenstiel dkk.,
1995). GTC terdiri dari mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Fungsi perawatan GTC
antara lain untuk mengembalikan fungsi, estetik, dan kenyamanan. Sedangkan
provisional crown atau temporary crown atau interim crown adalah mahkota sementara
yang dipasangkan pada gigi yang telah dipreparasi sedemikian rupa ketika mahkota
permanen sedang dibuat (Spain, 2005).
2. Indikasi
Indikasi pembuatan gigi tiruan cekat antara lain yaitu :
a. Menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang
b. Daerah tidak bergigi masih dibatasi oleh gigi asli pada kedua sisinya
c. Gigi yang dijadikan sebagai penyangga harus sehat dan memiliki jaringan
periodontal yang baik
d. Pasien berumur 20-55 tahun
Indikasi penggunaan provisional crown menurut Spain (2005) antara lain yaitu :
a. Mencegah terjadinya sesitivitas pada gigi (pada gigi vital)
b. Menjaga kontak oklusi untuk mencegah supraerupsi pada gigi antagonis dan
pergerakan gigi yang berdekatan
c. Menjaga estetika
d. Mempertahankan fungsi yang hilang agar fungsi pengunyahan dapat berlangsung baik
3. Macam-macam gigi tiruan cekat
Menurut Hemmings dan Harrington (2004) berdasarkan rancangan penghubung pontik
dan retainer, GTC diklasifikasikan menjadi 5 yaitu :
a. GTC Rigid (Fixed-fixed bridge)
GTC yang menyatukan seluruh komponen GTT dalam satu kesatuan, kedua
penghubung dituang bersama-sama dengan pemautnya atau disolder. Desain ini
memungkinkan pembagian beban yang diterima merata ke kedua gigi penyangga.
b. GTC Setengah Rigid (Fixed-moveable bridge)
GTC dengan salah satu penghubungnya tegar, namun pada sisi yang lain tidak.,
memiliki dua jenis pemaut yaitu pemaut utama dan tambahan. Pemaut utama
merupakan tempat pontik menjadi satu dengan penghubung tegar, sedangkan pemaut
tambahan merupakan tempat penghubung bergerak ditempatkan. Pemaut utama
sebaiknya berupa mahkota tuang penuh, sedangkan pemaut tambahan sebaiknya
adalah mahkota sebagian atau inlay.

c. GTC Lekat Sebelah (Cantiveler bridge)


Rancangan GTC yang terdiri atat pemaut di satu sisi saja dan jumlahnya dapat lebih
dari satu. Rancangan GTC jenis ini dapat digunakan untuk gigi anterior dan posterior
dengan pertimbangan beban tidak terlalu kuat.
d. GTC Konektor Panjang (Spring bridge)
GTC jenis ini memiliki pemaut dan pontik yang tidak terletak berdampingan, namun
dihubungkan oleh suatu penghubung panjang. Indikasi penggunaan GTC jenis ini
adalah untuk menggantikan gigi anterior rahang atas, dengan gigi penyangga adalah
gigi premolar. Kontraindikasinya adalah apabila terdapat mahkota klinis gigi
penyangga terlalu pendek atau apabila kontak calon gigi penyangga dengan gigi
tetangga tidak baik dan apabila kedalaman palatum tidak menguntungkan.
e. GTC Kombinasi
Desain gabungan dari beberapa desain GTC untuk menggantikan beberapa gigi yang
hilang dan tidak beraturan.
4. Macam-macam dental material yang menyusun
Menurut Spain (2005), dental material yang digunakan dalam pembuatan provisional
crown diantara lain yaitu :
a Preformed temporary crown
Preformed temporary crown merupakan mahkota sementara yang dibuat atau telah
dicetak di pabrik, bahan yang biasanya digunakan dalah :
1 Polycarbonate preformed crowns .
2 Cellulose crown forms
b Chair-side temporary crown
Chair-side temporary crown merupakan mahkota sementara yang dibuat berdasarkan
pesanan atau pada waktu kunjungan pasien
1 Methyl methacrylates
Methyl methacrylates memiliki kelebihan diantaranya memiliki warna yang sangat
baik dan ketahan terhadap abrasi yang baik
2 Ethyl methacrylates dan vinyl ethyl methacrylates
Pembuatan crown dengan bahan ethyl methacrylates dan vinyl ethyl methacrylates
mengehasilkan panas yang lebih sedikit dibandingkan dengan methyl
methacrylates sehingga potensi untuk menghasilkan kerusakan jaringan lebih
kecil.
3 Epimines
Epimines adalah kombinasi dari base dan catalyst yang akan membentuk pasta,
menghasilkan panas paling sedikit selama proses polimerisasi sehingga memiliki
kecenderungan untuk shrinkage paling sedikit, namun memiliki stabilitas warna
yang tidak bagus dan ketahanan terhadap abrasi yang tendah.
4 Komposit

DAFTAR PUSTAKA

Allan DN, Foreman PC, 1994, Mahkota dan jembatan (Crown And Bridge Prosthodontics:An
Illustrated Handbook), Hipokrates, Jakarta.
Anusavice, Kenneth J., 2003, Phillips Science of Dental Materials 11nd, United States of
America: Elsevier Science
Capa, N., Ozkurt, Z., Canpolat, C., Kazazoglu, E., 2009, Shear Bond Strength Luting Agent to
Fixed Prosthodontic Restorative Core Materials, Dental Journal, 54: 334-340.
Hemmings dan Harrington, 2004, Replacement of Missing Teeth with Fixed Prostheses, Dent
Update, 31: 137141.
Hussain, S., 2004, Textbook of Dental Materials, Jaypee, New Delhi.
Ibbetson, R., 2004, Clinical considerations for adhesive bridgework. 31: 254-265.
Odang, R. W., Arifin, M., Budi, T., Rahardjo., 2004, Ilmu Gigi Tiruan Cekat (Teori dan Klinik),
Departemen Prostodonisa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta.
Phinney, D. J., Halstead, D. H., 2001, Delmar's Handbook of Essential Skills and Procedures for
Chairside Dental Assisting, Thomsons Learning, USA.
Phinney, D., Halstead, J. H., 2003, Delmars Dental Assisting A Comprehensive Approach, 2nd
Edition, Thomson, USA.
Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. Pengantar Dasar dan Rancangan
Pembuatan. Cetakan II, EGC, Jakarta.
Rangarajan, V., 2013, Textbook of Prosthodontics, 1st edition, Elsevier, Missouri.
Robinson, D.S., Bird, D.L., 2013, Essentials of Dental Assisting, 5th Edition, Elsevier, Missouri.
Rosenstiel, S.F., Land, M.F., Fujimoto, J., 2006, Contemporary Fixed Prosthodontics, 4th Ed, St
Louis, Mosby Inc.
Rosenstiel, SF., Land, MF., Fujimoto, J., 1995,Contemporary Fixed Prosthodontics, 2nd ed,
St.Louis.
Septiman, D.P., 2011, Macam-Macam Pasak Pada Gigi Anterior Pasca Perawatan Endodontik,
Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi, Purwokerto.
Shen, J. Z., Kosmac, T., 2014, Advanced Ceramics for Dentistry, Elsevier, USA.
Smith, B. G. N., Howe, L. C., 2013, Planning and Making Crowns and Bridges, CRC Press,
Boca Raton.
Smith, B.G.N, 2004, Planning and Making Crowns and Bridges, Martin Dunits, United
Kingdom.
Sophia, D.M., Firman, D., Adenan, A., 2000, Jembatan adhesif dengan retensi teknik anyaman
pada bagian pelekatan kerangka logam dalam buku Dari Bandung untuk khazanah Ilmu
Kedokteran Gigi, Kumpulan Makalah Temu Ilmiah Kedokteran Gigi (TIKEGI) 2000,
Lembaga Studi Kesehatan Indonesia, Bandung.
Soratur, S.H., 2006, Essentials of Prosthodontics, Jaypee Brothers Medical Publisher, New Delhi
Spain, L., 2005,Temporary Crown Restoration, second edition, Quercus corporation, Idaho
Trisanty, A., 2008, Peranan Preparasi Gigi Penyangga dalam Kaitannya dengan Retensi Gigi
Tiruan Jembatan, FKG Universitas Sumatera Utara, Medan.
Weine, Franklin., 2004, Endodontic Therapy 6TH Edition, Mosby, University of Michigan.

Anda mungkin juga menyukai