Anda di halaman 1dari 16

1

RESUME KASUS

Bidang Ilmu Prostodonsia

“Mahkota Jaket Gigi Vital”

Anita Tri Wahyuni

G4B016054

Supervisor :

drg. Fadli Ashar

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI
PURWOKERTO
2020
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi gigi yang rapi dan sesuai anatomis gigi akan menghasilkan

senyum yang indah dan meningkatkan kepercayaan diri untuk bersosialisasi.

Ketika seseorang mengalami abnormalitas bentuk gigi, maka orang tersebut

akan merasa terganggu dan akan mengunjungi dokter gigi untuk memperbaiki

tampilan giginya (Knapp, 2013). Abnormalitas bentuk gigi biasanya dikaitkan

dengan adanya faktor genetika dan gangguan pada masa pertumbuhan gigi.

Salah satu kasus abnormalitas gigi yang sering terjadi adalah

abnormalitas bentuk gigi insisiv lateral rahang atas yaitu dengan bentuk peg-

shaped. Sebesar 2 % insidensi kejadian insisiv lateral dengan bentuk peg-

shaped. Kasus peg-shaped ini dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral

pada setiap gigi insisiv lateral rahang atas (Karatas dkk., 2014).

Terdapat beberapa plihan perawatan pada gigi peg-shaped yaitu restorasi

langsung pada gigi, restorasi tidak langsung dengan pemberian mahkota jaket,

perawatan ortodontik, maupun ekstraksi gigi disertai pemasangan implan gigi.

Pilihan perawatan disesuaikan dengan kebutuhan dari pasien sehingga hasil

perawatan dapat memuaskan. Pada makalah ini akan dibahas mengenai

perawatan gigi peg-shaped dengan pemberian mahkota jaket.


3

B. Tujuan

Berikut ini adalah tujuan perawatan pada gigi berbentuk peg shaped:

1. Memperbaiki bentuk dan ukuran gigi sehingga lebih harmonis dengan gigi

tetangganya

2. Menutup diastema dari adanya gigi peg-shaped

3. Mendapatkan kontak oklusi yang lebih baik

4. Meningkatkan estetika gigi

C. Manfaat

1. Meningkatkan estetika dari gigi pasien sehingga senyum pasien lebih baik

dan mampu meningkatkan kepercayaan diri pasien

2. Mengetahui definisi dan penatalaksanaan perawatan mahkota jaket


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Mahkota jaket merupakan gigi tiruan cekat yang tidak dapat dilepas oleh

pasien. Mahkota jaket diaplikasikan untuk gigi yang mengalami kerusakan

yang parah tetapi saraf giginya belum mati sehingga sudah tidak bisa ditambal

secara konvensial. Gigi yang rusak tersebut dipreparasi sedemikian rupa

menyesuaikan bahan yang digunakan, dapat berupa bahan

akrilik/porselen/kombinasi logam dan porselen (Rosenstiel dkk., 2001).

Mahkota jaket berfungsi untuk melindungi pulpa gigi, mengembalikan bentuk

dan estetika gigi (Veeraiyan dkk., 2007).

Mahkota jaket dapat diklasifikasikan berdasarkan bahan yang digunakan

dan luas mahkota tiruan yang digunakan. Mahkota jaket terbagi menjadi

mahkota jaket anterior dan posterior dengan bahan dasar full porcelain,

porcelain fused to metal, full metal, dan akrilik (Wolf dkk., 2005). Mahkota

jaket berdasarkan luas mahkota tiruan diklasifikasikan menjadi full veneer

crown dan partial veneer crown. Full veneer crown merupakan mahkota jaket

yang menutupi lima permukaan gigi, sedangkan partial veneer crown

merupakan mahkota tiruan yang hanya menutupi beberapa permukaan gigi

(Veeraiyan dkk., 2007).

B. Indikasi

1. Gigi karies luas, tidak dapat ditumpat secara konvensional.

Misal: Karies rampan, karies sirkuler, karies proskimal M-D.

2. Gigi fraktur (pulpa belum terbuka).


5

3. Gigi berubah warna, akibat karies email dan penggunaan obat / bahan kimia

4. Gigi anomali pertumbuhan.

Malformasi: hipoplasi, hipokalsifikasi

5. Gigi anomali bentuk

Misal: peg. Teeth, mulbery teeth, rudimenter.

6. Koreksi posisi:

Misal : Rotasi, Iinguo / lagio versi, mesio / distoversi, dastema.

7. Gigi erosi dan abrasi.

8. Abutment gigi tiruan cekat.

C. Kontraindikasi

1. Gigi terlalu pendek / tidak mempunyai cingulum retensi kurang

2. Gigitan tertutup (close bite) atau edge to edge bite

3. Ketebalan struktur jaringan keras gigi kurang

4. Pasien memiliki kebiasaan bruxism

5. Desain preparasi tidak didukung jaringan gigi yang kuat

6. Alergi terhadap bahan yang akan digunakan

D. Bahan dasar mahkota jaket

Berikut adalah bahan dasar yang dapat digunakan pada mahkota jaket anterior:

1. Mahkota jaket porselen

Porselen merupakan bahan keramik yang banyak digunakan karena

memiliki warna yang transparan menyerupai warna gigi asli, lebih kuat,

permukaan mengkilat dan stabil. Kekurangannya yaitu dapat

menyebabkan abrasi pada gigi antagonis (Ahmad, 2008).

2. Mahkota jaket porselen fused to metal (PFM)


6

Mahkota jenis ini menggunakan bahan metal setebal 2-3 mm pada bagian

dalam dan dilapisi porselen pada bagian luar. Bertujuan untuk

menggabungkan kekuatan dari metal dan estetika yang baik dari porselen

(Jacobsen, 2009).

3. Mahkota jaket resin

Mahkota jaket dari resin akrilik memiliki estetika yang baik, mudah

dimanipulasi, dan harga yang cukup terjangkau tapi bahan ini kurang kuat

menahan beban kunyah, mudah menyerap cairan mulut, dan mudah terjadi

abrasi pada gigi akriliknya (Jacobsen, 2009).

E. Tahap perawatan mahkota jaket

1. Pemilihan warna

Pemilihan warna menggunakan shade guide yang sesuai dengan

bahan yang digunakan. Dilakukan sebelum preparasi dimulai dan

dicocokkan dengan gigi tetangganya sehingga menghasilkan estetika yang

baik (Bernard dan Howe, 2013).

2. Pembuatan mahkota sementara

Mahkota sementara merupakan restorasi temporer yang digunakan

sebelum mahkota jaket permanen selesai diproses di laboratorium.

Mahkota sementara berfungsi untuk melindungi bentuk gigi yang sudah

dipreparasi, melindung pulpa, dan mempertahankan posisi oklusi gigi.

Terdapat dua jenis mahkota sementara yaitu mahkota sementara buatan

pabrik dan buatan sendiri yang disesuaikan dengan ukuran gigi (Ahmad,

2008).
7

Pembuatan mahkota jaket yang dilakukan manual diawali dengan

pencetakan gigi menggunakan cetakan hidrokoloid. Cetakan kemudian

diisi dengan gips lalu hasil cetakan dipreparasi sesuai dengan desain.

Pembentukan mahkota sementara dilakukan menggunakan malam yang

nantinya disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Malam kemudian

ditanam dalam flask dan direbus hingga malam larut. Cetakan bentuk

malam pada flask kemudian diisi dengan resin dan dipanaskan hingga

polimerisasi sementara. Mahkota sementara yang sudah jadi kemudian

dihaluskan dan dipoles sebelum disementasi (Ahmad, 2008).

3. Preparasi gigi

Prinsip preparasi gigi pada mahkota jaket yaitu:

a. Pemeliharaan struktur gigi

Tebalnya pembuangan jaringan gigi disesuaikan dengan bahan

mahkota jaket. Pada mahkota jaket berbahan campuran metal dan

keramik seperti PFM dibutuhkan preparasi sedalam 1,5 mm. Pada

mahkota jaket berbahan keramik dibutuhkan preparasi sedalam 1,3-1,6

mm (Ahmad, 2008).

b. Mahkota jaket retentif dan mampu menahan beban kunyah

c. Konsep preparasi seimbang

Sisi proksimal sejajar, tepi preparasi insisal, dan panjang preparasi

sedikitnya 2/3 panjang mahkota jaket.

d. Marginal integrity

Tepi restorasi atau finishing line dapat ditempatkan pada

supragingival, tepat pada marginal gingiva, dan subgingival.


8

Berikut ini adalah tahapan preparasi gigi pada mahkota jaket anterior:

a. Preparasi proksimal

Preparasi proksimal dilakukan menggunakan bur berujung

runcing (tapered cylindrical) yang berfungsi untuk menghilangkan

titik kontak gigi dengan gigi tetangga. Preparasi dilakukan sedalam 1-

1,5 mm. Bidang proksimal harus dibuat bersudut 6o sehingga memiliki

retensi yang baik (Veeraiyan dkk., 2007).

Gambar 1.2. Preparasi Bidang Proksimal

b. Preparasi insisal

Preparasi insisal dilakukan menggunakan round end cylindrical

bur. Preparasi dilakukan sedalam 1-1,5 mm dari tepi insisal, dapat

dilakukan dengan pedoman groove. Preparasi dilakukan dengan

kemiringan sudut 45o ke arah palatal (Ahmad, 2008).

c. Preparasi labial

Preparasi labial dilakukan menggunakan round end tapered

cylindrical bur. Preparasi diawali dengan membuat pedoman groove

sebanyak 3 buah pada bagian 2/3 insisal sedalam 1-1,5 mm dan 2

groove pada 1/3 servikal sedalam 0,5 mm. Preparasi harus tetap

mempertahankan kecembungan gigi (Ahmad, 2008).


9

d. Preparasi palatal

Preparasi menggunakan flame bur untuk mengurangi kedalam

singulum dan menyesuaikan bentuk singulum (Veeraiyan dkk., 2007).

Gambar 2.2. Preparasi bidang palatal.

e. Pembuatan finishing line

Finishing line merupakan akhiran dari preparasi mahkota jaket

dan dapat terletak pada supragingiva, tepat pada gingiva

(equigingiva), maupun subgingiva. Finishing line supragingiva

diindikasikan pada kasus dengan tingkat estetik yang rendah seperti

pada daerah posterior atau pada pasien yang memiliki garis senyum

yang pendek. Finishing line equigingiva diindikasikan untuk mahkota

jaket berbahan full porcelain. Finishing line subgingiva merupakan

bentuk finishing line yang paling estetik, terletak 0,5 mm didalam

sulkus gingiva. Pembuatannya memiliki tingkat kesulitan yang cukup

tinggi dan mahkota (Ahmad, 2008).

Berdasarkan bentuknya, finishing line terbagi menjadi beberapa

bentuk, yaitu:

a. Knife edge/feather edge

Preparasi menggunakan pointed end tapered fissure bur dan

diindikasikan untuk full metal crown. Jenis finishing line ini hanya
10

mengurangi sedikit struktur gigi sehingga batas finishing line tidak

jelas. Hal ini berresiko terhadap distorsi restorasi akibat tekanan

oklusal dan menyulitkan saat pencetakan (Ahmad, 2008).

b. Chamfer

Preparasi menggunakan round end tapered fissure bur.

Diindikasikan pada full cast metal crown dan mahkota jaket keramik.

Akhiran chamfer akan membuang jaringan gigi cukup banyak tapi

mampu memiliki resisitensi yang baik terhadap daya kunyah

(Veeraiyan dkk., 2007).

c. Shoulder

Preparasi menggunakan flat-end tapered bur sehingga

membentuk sudut 90o. Diindikasikan untuk mahkota jaket porselen

dan resin akrilik (Veeraiyan dkk., 2007).

d. Bevel shoulder

Bevel shoulder merupakan modifikasi dari finishing line

shoulder dengan penambahan bevel eksternal pada dinding gingival.

Bevel bertujuan untuk menambah ruangan untuk bahan mahkota

jaket, biasanya akhiran ini digunakan untuk campuran bahan metal

dan keramik seperti PFM (Ahmad, 2008).

Gambar 2.3. Macam-macam finishing line


11

4. Retraksi gingiva

Retraksi gingiva merupakan metode untuk melebarkan sulkus

gingiva sehingga hasil cetakan margin gingiva jelas dan tajam. Retraksi

gingiva dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi. Secara

mekanis menggunakan rubber dam dan secara kimia menggunakan bahan

retraksi yang mengandung vasokontriktor seperti epinephrine (Ahmad,

2008).

5. Pencetakan model kerja

Pencetakan model kerja dilakukan dengan teknik double impression

menggunakan bahan cetak elastomer heavy body dan light body. Sendok

cetak yang digunakan dapat berupa sendok cetak sebagian atau sendok

cetak penuh. Cetakan negatif tersebut diisi dengan dental stone (Gips tipe

IV) untuk memperoleh model kerja positif (Ahmad, 2008).

6. Pemasangan mahkota sementara

Mahkota sementara dipasang coba terlebih dahulu untuk mengecek

keharmonisan oklusi. Mahkota sementara dapat disementasi

menggunakan zinc oxide eugenol, maupun flowable komposit yang di etsa

tanpa diberikan bonding (Ahmad, 2008).

7. Pembuatan mahkota jaket di laboratorium

8. Try in mahkota jaket

Mahkota jaket dipasang coba pada gigi kemudian dicek adaptasinya

pada finishing line. Mahkota jaket juga dapat dicek oklusinya

menggunakan articulating paper (Ahmad, 2008).


12

9. Insersi mahkota jaket

Mahkota jaket disementasi menggunakan semen GIC tipe 1 maupun

zinc phospate. Bahan semen dimanipulasi kemudian dimasukkan ke dalam

mahkota jaket lalu diinsersikan pada gigi pasien. Pasien kemudian

diinstruksikan untuk menggigit batang instrumen sehingga mahkota dapat

menekan masuk hingga ke finishing line. Kelebihan semen kemudian

dibuang dan semen ditunggu hingga setting. Kemudian perlu dilakukan

pengecekan kembali oklusi dari pasien dan adaptasi mahkota jaket pada

jaringan gigi (Veeraiyan dkk., 2007).

Pasien diedukasi untuk tidak makan makanan yang terlalu keras

terutama pada gigi yang diberi mahkota jaket. Pasien juga perlu menjaga

kebersihan mulut dan menggunakan interdental floss bila diperlukan.

Apabila ada keluhan gigi sensitif, pasien dapat menggunakan pasta gigi

maupun obat kumur khusus gigi sensitif (Veeraiyan dkk., 2007).


13

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama : MRL
2. Usia : 29 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
B. Pemeriksaan Subjektif
1. CC : Pasien mengeluhkan gigi depan atas yang terlihat lebih
kecil dari gigi lainnya dan merasa kurang percaya diri
2. PI : Pasien merasa ukuran giginya tidak normal, gigi tersebut
tidak sakit
3. PDH : Pasien sudah pernah cabut gigi dan membersihkan karang
gigi
4. PMH : Tidak ada kelainan
5. FH : Anggota keluarga tidak memiliki kondisi gigi seperti pasien
6. SH : dokter umum
C. Pemeriksaan Objektif
1. Keadaan umum : Compos mentis
2. Ekstraoral : Tidak ada kelainan
3. Intraoral : Terdapat gigi 12 dan 22 yang berukuran lebih kecil
dari normal dengan bentuk yang runcing seperti konus.

Gambar 1. Intraoral Pasien


14

D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan menggunakan radiografi
periapikal. Pada hasil foto terdapat elemen gigi 12 dan 22 yang berbentuk
peg-shaped.

Gambar 2. Foto rontgen

E. Diagnosis
Peg shaped gigi 12 (Kode ICD10 : K00.2)
F. Rencana perawatan
Mahkota jaket crown pada gigi 12 menggunakan bahan porcelain fused to
metal
G. Prognosis perawatan
Baik
H. Desain Preparasi
1. Gigi akan dipreparasi dengan kedalaman sekitar 1,5 mm
2. Gigi dipreparasi dengan bentuk fisihing line chamfer yang terletak pada
subgingival.
I. Tahapan Rencana Perawatan
1. Pasien dilakukan pemeriksaan subyektif dan obyektif serta diberi
penjelasan mengenai jalannya perawatan dalam prosedur pembuatan
mahkota jaket sesuai dengan bahasa pasien.
2. Penandatanganan informed concent tindakan.
3. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan.
15

a. Alat: diagnostik set, high speed, bur, spatula semen, sendok


cetak.
b. Bahan: Hand scoon, masker, gelas kumur, slaber, suction,
alkohol, cotton roll, chord retractor, mahkota sementara, zinc
phosphate, light body, heavy body.
4. Lakukan isolasi area kerja.
5. Lakukan penghilangan jaringan karies dan dentin lunak pada gigi
tersebut.
6. Lakukan preparasi gigi 11 dimulai dari bidang proksimal, insisal, labial,
dan palatal. Sesuaikan dengan prinsip dan syarat preparasi.
7. Lakukan pembentukan finishing line bebentuk chamfer finishing line.
8. Lakukan pengurangan sudut yang tajam dan haluskan jaringan gigi,
pastikan tidak ada under cut.
9. Retraksi bagian gingiva untuk persiapan gigi saat dicetak dengan bahan
cetak double impression.
10. Setelah mendapatkan cetakan negatif, isi cetakan tersebut dengan gips
tipe IV.
11. Selanjutnya proses lab.
12. Setelah mahkota jaket PFM selesai dibuat, lakukan try-in dan insersi
mahkota yang disementasi menggunakan GIC.
13. Lakukan pemeriksaan oklusi menggunakan articulating paper.
14. Pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu pasca pemasangan
mahkota jaket.
16

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, I., 2008, Protocols for Predictable Aesthetic Dental Restorations,

Blackwell: Oxford UK.

Jacobsen, P., 2009, Restorative Dentistry: An Integrated Approach, Wiley

Blackwell: Oxford

Karatas, M., Akdag, M.S., Celikoglu, M., 2014, Investigation of The Peg-shaped

Maxilarry Lateral Incisors in a Turkish Orthodontics Subpopulation, Journal

Orthodontics Research, 2: 125.

Knapp, M., 2013, Managing the Peg Lateral Incisor, Journal Conservativ Dentistry,

3: 8

Rosenstiel dkk. 2001. Contemporary Fixed Prosthodontics 3rd ed. Missouri:

Mosby :95

Veeraiyan, D.N., Ramalingam, K., Bhat, V., 2007, Textbook of Proshodontics,

Jaypee: New delhi.

Wolf, H.F., Rateitschak, K.H., Hassell, T.M., 2005, Color Atlas of Dental

Medicine: Periodontology, Ed. 3, Thieme: Jerman

Anda mungkin juga menyukai