Anda di halaman 1dari 30

Seorang pasien wanita berusia 24 tahun datang ke klinik dokter gigi

ingin dibuatkan gigi palsu karena merasa tidak nyaman saat makan
setelah gigi geraham bawah kanannya dicabut. Pasien ingin
dibuatkan gigi tiruan yang tidak dapat dilepas dengan bahan yang
kuat dan seperti gigi asli. Pemeriksaan klinis pada pasien
didapatkan:
- Ekstra oral: tidak ada kelainan
Intra oral: edentulous ridge pada 46, karies pit dan fissure pada 47,
OH baik, probing depth 1 mm.
Pemeriksaan radiografis didapatkan jaringan periodontal normal,
rasio mahkota dan akar = 1 : 2. Dokter gigi memeberikan pilihan
kepada pasien untuk dibuatkan gigi tiruan cekat dengan penyangga
pada gigi 45 dan 47.
Keyword: gigi tiruan cekat, gigi tiruan jembatan, prinsip preparasi
gigi penyangga.
Gigi tiruan jembatan adalah piranti
prostetik permanen yang melekat pada
gigi yang masih tersisa, yang
menggantikan satu atau lebih kehilangan
gigi.
(Shilingburg,1997)
1. Penurunan efisiensi kunyah
2. Sakit pada rahang terutama TMJ
3. Food trap menyebabkan gangguan
periodontal
4. Kehilangan gigi-gigi dan gigi lawannya
5. Tilting drifting
6. Migrasi dan rotasi gigi
7. Karies
(Trisanty,2000)
1. Fixed-fixed bridge
Rigid. Lebih tahan menahan beban kunyah di bandingkan
dengan jenis yang lain
2. Fixed-movable bridge
Hanya salah satu ujungnya saja yang rigid.
3. Plain cantilever
Terdapat 1 pontik dan 1 retainer. Cocok untuk
menggantikan gigi insisiv lateral dan caninus. Design
simpel. Indikasi estetik
4. Spring cantilever
Pontiknya terpisah dari retainer. Indikasi untuk mengganti
1 gigi anterior
5. Compund bridge
Gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan
cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan.
(S.H Soratur,2009 ; Barclay,2001)
1. Mengembalikan fungsi-fungsi yang
hilang karena kehilangan gigi, yaitu :
Fungsi pengunyahan
Fungsi fonetik
Fungsi estetik
2. Mempertahankan kondisi rongga mulut
agar tidak mengalami kerusakan yang
lebih lanjut.
(Thambas. A,2012 ; Smith,2007)
 Karena dilekatkan pada gigi asli maka
tidak mudah terlepas atau tertelan.
 Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh
pasien.
 Mempunyai efek splint sehingga
melindungi gigi terhadap stress.
(Smith,2007)
 Membutuhkan pengasahan permukaan gigi
pada mahkota gigi yang masih utuh untuk
dijadikan gigi penyangga
 Ditempatkan permanen sehingga sulit untuk
mengontrol plak gigi (dapat dicegah
dengan menggunakan dental floss)
 Dapat menyebabkan peradangan mukosa
dibawah pontik
 Dapat menyebabkan kerusakan gigi dan
pulpa
 Dapat menyebabkan karies sekunder.
(Smith,2007)
 Kehilangan satu atau lebih gigi
 Kurangnya celah karena pergeseran gigi
tetangga ke daerah edentulus
 Gigi di sebelah daerah edentulus miring
 Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan
email yang cukup untuk dietsa.
(Jubhari,2007)
 Pasien yang tidak kooperatif
 Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang
 Kelainan jaringan periodonsium
 Prognosis yang jelek dari gigi penyangga
 Diastema yang panjang
 Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung
gigi yang sama
(Jubhari ,2007)
1. Retainer
Macam-macamnya: extra coronal
retainer (full veneer crown retainer &
partial veneer cown retainer), intra
coronal retainer, dan dowel retainer.
2. Konektor
Macam-macamnya: rigid connector dan
non rigid connector.
3. Pontik
Bahan: porselen, logam, akrilik kombinasi
porselen dan logam, kombinasi logam dan
akrilik.
Tipe dan bentuk: ridge lap, sanitary,
conical dan spheroidal.
4. Penyangga (abutment)
Macam-macamnya: single abutment,
double abutment, multiple abutment,
terminal abutment, intermediate abutment,
splinted abutment, dan double splinted.
(S.H Sorator,2009)
 Perbandingan mahkota : akar = 2 : 3 (atau
minimal 1 : 1 )
 Luasligamen periodontal
Gigi yg lebih besar mempunyai luas
ligamen periodontal yang lebih besar,
sehingga menahan tekanan yg lebih
besar.
 Bentuk
 Posisi
 Warna
 Bahan
 Jaringan
sekitar gigi
(Thambas A,2012)
1. Preparasi
2. Percetakan
3. Pembuatan die/model gigi
4. Pembuatan wax/model malam
5. Pembuatan pontik
6. Penyemenan jembatan
(Prajitno,1994)
Untuk memperoleh suatu desain
preparasi yang baik, preparasi harus
mengikuti 5 prinsip dasar yang saling
berkaitan oleh karena kelimanya memiliki
kepentingan utama yang sama. Prinsip dasar
tersebut adalah:
 Pemeliharaan struktur gigi
 Bentuk retensi dan resistensi
 Daya tahan dari restorasi
 Integritas tepi restorasi
 Pemeliharaan jaringan periodonsium
TAHAP 1
 Membersihkan kalkulus supragingiva dengan
scalling dan root planning.
 Pada gigi yang mengalami karies: ditambal.
 Rencana akhirnya: dibuatkan gigi tiruan
jembatan
- Desain bridge yaitu : Fixed-fiexd bridge
- Dibuatkan 3 unit fixed-fixed bridge
- Abutment dari bahan porselen fuse to metal.
- Jenis pontik yang akan digunakanadalah
sanitary pontik dengan bahan porselen fused to
metal.
TAHAP 2
 Preparasi gigi premolar kedua :
- Anastesi lokal agar tidak ngilu pada saat
preparasi
- Mengurangi permukaan oklusal
- Mengurangi permukaan bukal dan
lingual
- Mengurangi permukaan proximal.
TAHAP 3
 Preparasi gigi molar kedua :
- Anastesi lokal agar tidak ngilu pada saat
preparasi
- Mengurangi permukaan oklusal
- Mengurangi permukaan bukal dan
lingual
- Mengurangi permukaan proximal.
TAHAP 4
Pengecekan hasil preparasi, paralisme
dinding aksial :
- Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6
derajat

TAHAP 5
 Retraksi gingiva

TAHAP 6
 Pembuatan cetakan dari gigi yang
telah dipreparasi untuk mendapatkan
model kerja
TAHAP 7
 Pemilihan warna gigi, sesuai dengan
warna gigi tetangga dengan bantuan
pedoman warna (shade guide)
TAHAP 8
 Temporary bridge (mahkota sementara).
Setelah preparasi selesai, maka pasien
dipasangkan mahkota sementara
TAHAP 9
 Proses Laboratorium
TAHAP 10
Pemasangan atau insersi dan penyemenan
:
- Try ini bridge yg harus diperhatikan
adalah keadaan estetis, kontak proksimal
antara tepi retainer dgn gigi sebelahnya,
dan tidak boleh menekan gingiva.
Periksa kontak oklusal dan marginal
- Penyemenan bridge
- Instruksi untuk memelihara GTJ yang
telah dipasangkan
 TAHAP 11
 Kontrol

(Gustianda, 2012)
 Kontrol 2 minggu setelah pemasangan /
insersi . Untuuk mencek oklusi, stabilitas
dan retensinya
 Menjaga OH
 Kumur-kumur setelah makan

(Trisanty, 2000)
Baik jika gigi pendukung kuat dan
jaringan perio sehat serta kemampuan
pasien untuk menjaga OH baik tergantung
dari komunikatif dan kooperatif pasien.
(Trisanty,2000)
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd
ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115-22
Jubhari EH. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell
bridge. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial 2007;6(1):27-9.
Prajitno HR. Ilmu Geligi Tiruan jembatan: Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan. EGC. Indonesia. Jakarta. 1994.
S. H. Soratur. Essentials of prosthodontics. 2009. Jaypee Publishing.
India, hal 183-185
Shilingburg H, Hobo S, Whitsett L, Richard J, Brackett S. Fundamentals
of fixed prosthodontics. 3rd Ed. North Kimberly Drive:
Quintessence Publishing Co, Inc; 1997.p.1
Smith BGN, Howe LC. Planning and Making Crown and Bridges. 4th
Ed. Informa Healthcare. New York. 2007.
Thambas A AK, Ratna SD. Pengembangan dan Modifikasi Estetik
dalam Pembuatan Crown dan Bridge. Widya. Tahun 29 Nomor 321
Juli-Agustus 2012.
Trisanty A. Peranan Preparasi Gigi Penyangga dalam Kaitannya
dengan Retensi Gigi Tiruan Jembatan. USU Repository. 2000.

Anda mungkin juga menyukai