LAPORAN LENGKAP
30 November 2017/04 Januari 2018
PENDAHULUAN
Kehilangan gigi merupakan salah satu akibat dari proses penuaan. Ada beberapa
benih gigi dan ekstraksi yang dilakukan sebagai bagian dari eksisi bedah tumor.
disekitarnya1.
serta dapat mempengaruhi estetis. Perawatan dengan pemakaian gigi tiruan sebagai
pengganti daerah yang kehilangan gigi geligi sangat penting. Namun, tidak semua
orang yang kehilangan gigi memakai gigi tiruan. Salah satu keputusan seseorang
terhadap status kesehatan gigi1. Selain itu, penggantian gigi yang hilang juga harus
Saat ini, implant menjadi perawatan yang paling popular untuk penggantian
kehilangan satu gigi3. Implant didefenisikan sebagai suatu substansi yang dipasang
dalam rahang sebagai pendukung mahkota atau gigi tiruan cekat dan lepasan4.
cekat, dan estetik yang baik sebagai pengganti gigi alami yang hilang pada pasien5.
semua pasien. Pada pasien yang berusia muda, perawatan implant harus ditunda
1
hingga pertumbuhan dentoalveolar dan skeletal sempurna, yang biasanya dicapai
pada usia 20-22 tahun untuk pria dan 16-17 tahun untuk wanita3.
Untuk pasien sepert ini, dapat direncanakan perawatan sementara hingga pasien
dapat diindikasikan untuk perawatan implant. Hal ini perlu dilakukan untuk
memberikan fungsi estetik dan fungsional sementara dan mencegah akar gigi
depan sulit atau bahkan tidak dapat dilakukan. Pilihan perawatan untuk penggantian
gigi dan stabilitas lengkung rahang termasuk reainer lepasan dengan gigi tiruan dan
minimal dan tujuan fungsional seharusnya lebih disukai, utamanya untuk restorasi
untuk memenuhi kebutuhan ini. Selain itu, restorasi ini juga lebih hemat biaya dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan cekat adalah piranti gigi tiruan yang secara permanen melekat pada gigi
yang tersisa, yang menggantikan satu atau lebih gigi. Walaupun istilah yang yang
lebih sering digunakan oleh prosthodontists untuk restorasi tipe ini adalah gigi
tiruan jembatan/bridge. Gigi tiruan jembatan masih umum digunakan dan masih
terdaftar dalam daftar nomenklatur ADA (1991), sehingga komponen restorasi ini
dikatalogkan sebagai “gigi tiruan jembatan/bridge” dan istilah “gigi tiruan cekat”
Gambar 2.1 Komponen gigi tiruan cekat (Shillnburg HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R,
Brackett SE. Fundamental of Fixed Prosthodontics 4th ed. USA; Quintessence Publishing
Co: 2015)
Gigi tiruan cekat dibagi menjadi empat komponen. Gigi yang berfungsi sebagai
tempat perlekatan untuk gigi tiruan cekat disebut gigi penyangga/abutmen. Gigi
artifisial yang melekat pada gigi abutmen adalah pontik. Pontik terhubung dengan
retainer gigi tiruan cekat, yang merupakan restorasi ektrakoronal yang disementasi
ke gigi abutmen yang di preparasi. Restorasi intrakoronal tidak memiliki retensi dan
3
resistensi yang diperlukan untuk retainer gigi tiruan cekat. Konektor antara pontik
dan retainer dapat bersifat rigid (misalnya: solder joint atau cast connector) atau
dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:
a. Fixed-fixed bridge
Suatu gigi tiruan yang pontiknya didukung secara rigid pada kedua sisi oleh
satu atau lebih gigi penyangga7. Pada bagian gigi yang hilang yang terhubung
dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi yang
jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang mampu
4
b. Semi fixed bridge
Suatu gigi tiruan yang salah satu pontik dihubungkan pada retainer dengan
Gambar 2.3. semi-fixed bridge (Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.)
c. Cantilever bridge
Suatu gigi tiruan yang satu ujungnya melekat secara rigid pada retainer,
Gambar 2.4. cantilever bridge (Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001)
5
d. Spring cantilever bridge
Suatu gigi tiruan cekat yang mempunyai pontik yang jauh dari retainer dan
dihubungkan dengan palatal bar7. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai
penghubung ini memiliki panjang yang bervariasi, tergantung pada posisi dari
lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan
dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien.
Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior
dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang
hilang8.
Gambar 2.5. spring cantilever bridge (Sumber: Barclay CW, Walmsley AD. Fixed
and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone; 2001. p.
122)
e. Compound bridge
Gigi tiruan ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam
6
2.1.2 Indikasi dan kontraindikasi GTC
2. Kasus dengan resorpsi ridge yang menyebabkan gigi tiruan lepasan tidak
3. Preferensi pasien8.
4. Pasien yang secara mental dan fisik yang dipertimbangkan tidak dapat
2. Pasien dengan usia yang sangat muda yang giginya masih memiliki ruang
7
3. Daerah edontolous yang panjang
5. Pasien yang secara mental sensitive dan tidak dapat kooperatif dengan
7. Pasien tua
Gigi tiruan ini hanya terbuat dari logam. Diindikasikan untuk mengganti
gigi posterior maksila dan mandibular. Gigi tiruan ini tidak estetis namun
Gigi tiruan ini menggunakan logam sebagai inti protesa dan permukaan
luar dengan keramik. Logam ini terikat pada keramik secara kimiawi. Gigi
tiruan cekat keramik-logam terdiri dari dua jenis. Jenis pertama, logam
lingual dan oklusal terbentuk oleh logam, permukaan labial dan gingiva
terbentuk oleh porselen. Keuntungan gigi tiruan ini estestiknya baik dan
substruktur logam kuat. Kekurangan dari gigi tiruan ini, mahal, tidak
keramik, dan fraktur dapat terjadi akibat kegagalan penyatuan keramik dan
logam.
8
C. Gigi tiruan cekat keramik
Gigi tiruan ini hanya menggunakan keramik. Gigi tiruan keramik kurang
tahan terhadap fraktur. Namun jika ditambahkan alumina atau zirkonia maka
Keuntungan gigi tiruan keramik adalah estetik yang sangat baik dan preparasi
gigi tidak terlalu banyak pada permukaan fasial. Kekurangan dari gigi tiruan
ini adalah kurangnya kekuatan tidak seperti logam, tidak dapat digunakan
pada gigi rusak secara luas, dan dapat menyebabkan aus pada gigi kontaknya.
daya tahan terhadap keausan lemah, mudah untuk dibuat dan disesuaikan, dan
estetik memuaskan.
Gigi yang hilang dapat diganti dengan memilih satu dari tiga tipe gigi tiruan,
diantaranya: gigi tiruan sebagian lepasan (RPD), gig tiruan sebagian cekat dengan
dukungan gigi (FPD), dan gigi tiruan sebagian cekat dengan dukungan implant.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tipe gigi tiruan
adalah faktor biomekanikal, periodontal, estetik dan finansial. Hal yang umum
untuk mengkombinasikan dua tipe dalam satu rahang, misalnya gigi tiruan sebagian
lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat dengan dukungan gigi, atau gigi tiruan
9
sebagian cekat dengan dukungan implant dn gigi tiruan sebagian cekat dengan
dukungan gigi.
Dalam perencaan perawatan, ada satu prinsip yang harus diingat: penyederhanaan
perawatan. Ada kalanya perawatan secara teknis mungkin namun terlalu kompleks.
rekomendasi yang akan melayani kebutuhan pasien dan tetap masuk akla untuk
mencapainya.
edontolous yang lebih luas dari dua gigi posterior, atau daerah yang melibatkan
kaninus dan dua gigi lainnya yang bersebelahan. Daerah edontolous tanpa gigi
sebagian lepasan, kecuali jika gigi tiruan jembatan kantilever dapat digunakan.
Ketika gigi alami hilang dan ingin diganti, gigi tiruan cekat adalah pilihan
mayoritas pasien. Konfigurasi umum untuk FPD adalah terdapat gigi penyangga
pada masing-masing sisi gigi yang ingin diganti. Jika gigi penyangga memiliki
jaringan periodontal yang baik, daerah edontolous pendek dan retainer dapat
didesain dengan baik, maka perawatan FPD memiliki prognosis yang baik dalam
10
C. Gigi tiruan cekat dengan dukungan gigi (resin-bonded tooth supported)
untuk penggunaan defect-free abutment pada situasi kehilangan satu gigi alami,
biasanya gigi insisvus atau premolar. Kehilangang satu gigi molar juga dapat
digantikan dengan tipe gigi tiruan ini jika otot-otot mastikasi pasien tidak terlalu
berkembang, sehingga daya tekan minimum pada retainer. Tipe ini membutuhkan
Gigi tiruan cekat dengan dukungan implant idealnya digunakan untuk kasus
kehilangan gigi dengan jumlah gigi penyangga yang tidak memadai atau kekuatan
gigi penyangga yang tidak adekuat untuk menahan gigi tiruan cekan konvensional,
dan jika perilaku pasien dan/atau kombinasi dari faktor-faktor intraoral yang
menyebabkan gigi tiruan sebagian lepasan menjadi pilihan perawatan yang buruk.
Setiap restorasi harus dapan menahan tekanan oklusal yang konstan. Hal ini
penting terutama saat mendesain dan membuat gigi tiruan sebagian, karena tekanan
yang biasanya diserap oleh gigi yang hilang disebarkan melalui pontik, konektor,
mahkota karena kerusakan gigi, restorasi biasanya juga digunakan sebagai PFD
retainer. Jika beberapa gigi penyangga dalam satu rahang membutuhkan perawatan
11
mahkota, ada argumem kuat untuk memilih perawatan PFD dibanding gigi tiruan
sebagian lepasan.
Jika memungkinkan, gigi peyangga sebaiknya vital. Namun, gigi yang telah
dirawat endodontik dan asimptomatik, dengan bukti radiografi obturasi saluran akar
yang sempurna dan baik, dapat digunakan sebagai gigi penyangga. Gigi yang
dilakukan pulp capping pada proses preparasi gigi sebaiknya tidak digunakan
sebagai gigi penyangga kecuali akan dilakukan perawatan saluran akar. Hal ini
karena adanya risiko yang tinggi gigi tersebut akan membutuhkan perawatan
saluran akar nantinya, dengan destruksi struktur gigi. Situasi seperti ini sebaiknya
Jaringan pendukung disekitar gigi penyangga harus sehat dan bebas dari
inflamasi sebelum gigi tiruan terpasang. Normalnya, gigi penyangga tidak goyang,
karena gigi tersebut akan menyangga beban oklusal yang lebih besar. Akar dan
jaringan pendukungnya harus dievaluasi berdasarkan tiga faktor, yaitu: rasio akar:
12
2.3 Gigi tiruan cekat, resin-bonded (resin-bonded fixed partial dentures)
Gigi tiruan cekat resin bonded adalah jenis gigi tiruan cekat yang menggantikan
satu atau dua gigi yang hilang dengan mengandalkan ikatan resin dengan preparasi
gigi yang minimal1. Selama tiga puluh tahun terakhir, resin-bonded fixed partial
mendesain dan preparasi gigi penyangga juga telah berubah. Awalnya restorasi ini
composite resin telah diteliti untuk sebagai retainer. Meskipun hinga saat ini,
bahan dan tidak ada data jangka panjang mengenai penggunaannya untuk aplikasi
ini6.
alveolar dengan resorbsi menengah dan tidak berdampak pada defek jaringan lunak.
Karena tipe ini membutuhkan preparasi yang dangkal dan terbatas pada enamel,
RBFPD khususnya diindikasikan untuk pasien usia muda dengan gigi immature
13
dengan ruang pulpa yang besar yang dapat prognosisnya kurang baik untuk
Tilted abutment dapat diakomodasi hanya jika terdapat sturktur gigi yang
ke normal. Hal ini dibatasi oleh kebutuhan untuk membatasi sebagian besar
anteriot jika terdapat vertikal overlap yang dalam. Reduksi yang banyak pada dentin
gigi penyangga mungkin akan diperlukan pada kasus ini, sehingga gigi tiruan cekat
konvensional diindikasikan6.
A. Indikasi RBFPD
2. Periodontal splinting
B. Kontraindikasi RBFPD
14
2.3.2 Kelebihan dan kekurangan RBFPD
A. Kelebihan RBFPD
minimal (reduksi 0.5 mm) terbatas pada email, tidak terjadi trauma pada
adesif terlepas dari gigi sandaran dapat dilekatkan kembali. Dengan demikian
B. Kekurangan RBFPD
tidak dapat dibuat untuk GTJ yang panjang, prosedur pelekatan bonding
Gigi kaninus adalah gigi penyangga yang selalu dipilih ketika penggantian gigi
insisivus dilakukan. Hal ini karena kaninus memiliki akar yang panjang sehingga
dapat menahan tekanan kunyah yang meningkat saat menopang gigi tambahan
15
serta gigi tiruan keseluruhan. Selanjutnya, retensi dapat meningkat dengan
daerah permukaan untuk bonding yang lebih luas, dan konveksitas palatal gigi
tersebut karena anatominya yang lebih kecil dan lebih datar dan dengan
B. Desain preparasi
Gambar 2.6 bentuk preparasi untuk gigi anterior RBFPD yang disarankan (Lally U.
Resin-bonded fixed partial denture past and present- an overview. Journal of the Irish
Dental Association. 2014; 58 (6): 294-300)
dengan bahan cetak alginate untuk pembuatan model studi. Selanjutnya pada
model studi tersebut dibuat desain preparasi gigi penyangga yang telah
gangguan estetika translusensi tepi insisal. Hal ini dapat bervariasi dan harus
insisal gigi dan menilai visibilitas dari aspek fasial. Hal ini memastikan estetika
yang baik dari aspek fasial. Pengurangan 0.5 mm mm daerah palatum cukup
16
preparasi barada 1 mm diatas gingiva untuk hygiene yang optimal dan juga
daerah yang tertutupi mahkota dan menimalkan visivilitas metaldari aspek fasial.
triangles)9.
17
D. Pemilihan bahan gigi tiruan
dengan surat instruksi kerja berisi informasi mengenai desain, bahan dan
warna gigi tiruan yang ingin dibuat. Setelah gigi tiruan selesai, dilakukan try-
F. Bonding/sementasi
selam 30 detik, kemudian gigi disemprot dengan air sampai bersih dari bahan
etsa dalam waktu 10-30 detik, lalu keringkan dengan udara. Aplikasikan
bahan bonding primer pada dalam sayap retainer, dan pada gigi penyangga.
Aplikasi bonding agent lalu disinari. Aduk semen adesif, aplikasikan pada
Setalah itu gigi tiruan dipasangkan pada gigi penyangga sesuai dengan
lalu dilakukan penyinaran dari arah tepi restorasi dan pada gigi penyangga,
18
A B
C D
berbeda untuk melekat satu sama lain. Pengaplikasian semen adhesif akan
menghasilkan adhesive joint yaitu hasil interaksi dari lapisan bahan perantara
(adhesif) dengan dua permukaan (adherend) yang melekatkan dua interface adhesif.
Suatu bonding agent enamel yang melekatkan enamel yang teretsa dengan
19
komposit merupakan contoh adhesive joint. Hal ini juga yang membedakan semen
20
BAB III
CONTOH KASUS
Gambar 3.1 A. presentasi klinis awal tampa depan menunjukkan asimetri insisivus
sentralis rahang atas dan gigi insisivus lateral yang hilang sejak lahir. B: presentasi klinis
awal tampak samping menunjukkan volume ridge yang tidak adekuat dan tektur jaringan
lunak pada daerah #10 (Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive
preparation and design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture
in esthetic zone: a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative
Dentistry.2014; 26 (5): 314-23)
21
Gambar 3.2 radiografi periapical pada perawatan orthodontik pasien untuk menyediakan
ruangan untuk penempatan implant nantinya setelah pertumbuhan skeletal lengkap
(Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and design
of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone: a case
report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014; 26 (5):
314-23)
22
Gambar 3.3 A: Tampakan palatal anterior rahang atas sebelum perawatan. B: Tampakan
oklusi sentrik (Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation
and design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic
zone: a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative
Dentistry.2014; 26 (5): 314-23)
23
Gambar 3.4 Diamond oscillating tips (left: hemispherical micro-tip no. 33, KaVo Dental;
right: modified-shoulder sonic tip SF847KR.000.016, Komet) used for micropreparation
of abutment tooth #11. (Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive
preparation and design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture
in esthetic zone: a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative
Dentistry.2014; 26 (5): 314-23)
24
Gambar 3.5 Tampakan palatal gigi anterior rahang atas setelah dilakukan preparasi.
(Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and design
of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone: a case
report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014; 26 (5):
314-23)
A B
Gambar 3.6 A: Master cast untuk pembuatan GTC keramik. B: Completed cantilevered,
all-ceramic resin-bonded, fixed partial denture (RBFPD) (IPS e.max press). C:
Cantilevered, all-ceramic RBFPD pada master cast.
(Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and design
of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone: a case
report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014; 26 (5):
314-23)
Kantilever, all ceramic RBFDP dipasang pada intra oral sebelum aplikasi
rubber dam untuk memverifikasi pembentukan koronal yang tepat, warna, dan
kesaaan tekstur dengan gigi asli, kedudukan yang tepat, kontak proksimal, dan
adaptasi marginal juga diperiksa pada tahap ini. Sekstan anterior diisolasi di bawah
rubber dam dengan ligature benang servikal, dan kedudukan restorasi dan adaptasi
25
marginal diperiksa sekali lagi. Aspek internal retainer di etsa dengan 5% asam
hidrofuorik (IPS etching gel, Ivoclar Vivadent) dan silanasi dengan salin (IPS
etching gel, Ivoclar Vivadent) berdasarkan dengan instruksi pabrikan. Preparasi
dilapisi dengan 35% asam fosforik (Ultra-Etch, Ultradent, South Jordan, UT, USA)
selama 30 detik, kemudian dibilas dan dikeringkan. Resin adesif (All-Bond 3,
Bisco, Inc.) kemudian diaplikasikan pada saat dilakukan restorasi dan sebelum etsa
preparasi berdasarkan instruksi pabrikan., dan dilakukan penyinaran selamam 30
detik. RBFPD diluting dengan semen resin adesif light curing yang translusen
RelyX Veneer, 3M ESPE) untuk memastikan stabilitas warna. Oklusi sentris
diperiksa, dan margin dipolis dengan silicone carbide brushes (Jiffy Brushes,
Ultradent). Radiografi akhir (Gambar 3.7) dilakukan untu memastikan pengambilan
semen, dan pemeliharaan kebersihan yang baik disekitar gigi tiruan dipraktikkan
dan didiskusikan dengan pasien. Pasien didatangkan kembali pada follow-up satu
tahun (Gambar 3.8) dan dipatkan tidak adanya tanda-tanda retak, hilang atau rotasi
pada gigi tiruan, atau adanya komplikasi biologik pada gigi penyangga, dan pasien
sangat puas dengan fungsi estetik dan fungsional dengan gigi yang tersisa. Pasien
juga merasa lebih percaya diri dengan restorasi cekat sebagai restorasi sementara
jangka panjang dibandingkan dengan piranti lepasan5.
26
Gambar 3.8 Tampakan klinis kasus data follow-up setelah satu tahun pemasangan gigi
tiruan. (Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and
design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone:
a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014;
26 (5): 314-23)
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Mengacu pada Christoper dkk yang mengutip Sasse dkk melaporkan penelitian
klinis acak dengan mengevaluasi 30 pasien yang direstorasi dengan kantilever, all-
ceramic RFBPD yang dibuat dengan zoorconium oxide retainers dan kerangka
dengan dua sistem adesif. Penelitian menunjukkan tingkat ketahanan restorasi
selama 3 tahun sebesar 93.1%, jika pembondingan ulang dipertimbangkan sebagai
kegagalan tehnis dan 100% jika hanya kehilangan akhir RFBPD, meskipun
pembondingan ulang merupakan kriteria untuk keberhasilan. Pemeriksaan
melaporkan adanya dua pembondingan ulang pada penelitian ini yang disebabkan
oleh kejadian traumatik (pukulan/terdorong pada dagu dan/atau gigi). Laporan
kasus kedua mengevaluasi hasil klinis kantilever, all-ceramic RBFDP yang dibuat
dengan IPS e.max Press untuk penggantian pada gigi anterior maksila dan
mandibular. Sebanyak 35 pasien (17 pada daerah maksila dan 18 pada daerah
mandibula) dilakukan perawatan dan didatangkan kembali untuk follow-up setelah
rata-rata 64,57 bulan setealah perawatan (berkisar antara 35-69 bulan). Penelitian
28
melaporkan tidak ada insiden pembondingan ulang gigi tiruan, tidak ada sensitivitas
postoperatif atau karies rekuren, atau adanya gigi tiruan yang retak/fraktur. Hasil
yang memuaskan didapatkan dalam penelitian terkontrol yang terlihat dari
bertahannya restorasi selama 3-5 tahun serta laporan kasus mengenai kantilever,
all-ceramic RBFPD juga memberikan harapan untuk dokter gigi yang dihadapkan
dengan pasien yang menginginkan restorasi cekat pada gigi anterior, pengisian
daerah edontolous serta sebagai restorasi sementara jangka panjang atau sebagai
alternatif restorasi definitif implant gigi5.
Dua faktor yang sangat penting saat mengevaluasi jika pasien merupakan
kandidat yang baik untuk cantilever, all-ceramic RBFPD. Faktor pertama yang
berkontribusi pada evaluasi adalah oklusi pasien, berdasarkan pengalaman peneliti
bahwa pasien dengan oklusi yang terlidungi secara mutual termasuk kaninus atau
fungsi kelompok cenderung memiliki hasil yang lebih baik pada perawatan
kantilever RBFPDs. Memprioritaskan peminimalan lateral dan protrusif pada
pontik kantilever adalah masalah yang harus diperhatikan untuk desain retorasi ini.
Pasien yang memiliki dimensi vertikal yang minimal karena overbite yang dalam
atau supra erupsi gigi antagonisnya menjadi indikasi prognosis yang buruk untuk
pemilihan perawatan ini5.
Situasi seperti keterbatasan tinggi dan lebar (dan mempengaruhi kekuatan) yang
dapat ditetapkan untuk region konektor gigi tiruan all-ceramic, penempatan
restorasi dibawah tekanan yang lebih besar dalam pergerakan ekskursif karena
kemiringan yang curam harus diatasi untuk fungsi fungsional pasien. Faktor penting
kedua yang harus dievaluasi adalah gigi yang membutuhkan penggantian. Mengacu
pada Christoper dkk yang mengutip Hussy dan Linden, terdapat perbedaan yang
signifikan dalam fungsi kantilever, all-ceramic RBFPD berdasarkan gigi yang
digantikannya. Pada penelitian mereka, kantilever RBFPD yang menggantikan
insisivus sentralis dan kaninus maksila memiliki tingkat kegagalan 10 kali lebih
besar, jika dibandingkan dengan penggantian insisivus lateral dan premolar
maksila, begitupun dengan mandibular. Oleh karena itu, selain oklusi, kandidat gigi
untuk diganti juga harus diperhitungkan oleh dokter gigi saat menilai potensi
29
keberhasilan kantilever, all-ceramic RBFPD. Menarik untuk dicatat bahwa Sun dkk
yang tidak memasukkan insisivus sentralis atau kaninus dalam laporan kasus
mereka melaporkan 100% keberhasilan5.
Bila terdapat kondisi klinis yang sesuai, kantilever all-ceramic RBFPD lebih
konservatif secara alami, membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk dokter gigi
untuk preparasi dan pencetakan, dan tidak terlalu memberatkan dalam pengiriman
dibandingkan dengan conventional double-retainer, all-ceramic RBFPDs. Untuk
pasien dengan keterbatasan finansial, harga pembuatan di laboratorium juga akan
berkurang dibandingkan dengan konvesional double-retainer, all-ceramic
RBFPDs. Selain itu, terdapat hasil yang signifikan dalam berkurangnya
kemungkinan untuk perkembangan karies rekuren pada sayap retainer gigi tiruan
kantilever, seperti kejadian yang menyebabkan hilangnya protesis, mendorong
pasien untuk kembali ke doter gigi untuk melakukan pembondingan ulang atau
perbaikan5.
30
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
Kantilever, all-ceramic RBFPD adalah gigi tiruan yang diposisikan secara unik
yang dapat berfungsi sebagai gigi tiruan definitif dengan invasif minimal untuk
pasien yang tidak diindikasikan untuk perawatan implant, atau sebagai gigi tiruan
cekat sementara jangka panjang untuk pasisen yang menginginkan perawatan
implant sebagai perawatan selanjutnya, dengan pertimbangan pertubuhan skeletal,
kesehatan, atau keuangan5.
5.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32