Anda di halaman 1dari 33

BAGIAN PROSTODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN LENGKAP
30 November 2017/04 Januari 2018

Preparasi Invasif Minimal dan Desain Cantilever Berbahan Keramik, Resin-


Bonded, Gigi Tiruan Cekat pada Aspek Estetik: Contoh Laporan Kasus dan
Review Deskriptif
(Minimally Invasive Preparation and Design of a Cantilevered, All-Ceramic, Resin-Bonded,
Fixed Partial Denture in the Esthetic Zone: A Case Report and Descriptive Review)

Nama : Nengsi Yusuf


NIM : J111 13 322
Penguji : drg. Eri Hendra Jubhari, M. Kes, Sp. Pros
Hari/Tanggal : Kamis, 30 November 2017/04 Januari 2018
Tempat : RSGM Kandea
Jurnal Acuan : Journal of Esthetic and Restorative
Dentistry. 2014
Vol 26(5)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kehilangan gigi merupakan salah satu akibat dari proses penuaan. Ada beberapa

penyebab kehilangan gigi diantaranya: karies, periodontitis, trauma, tidak adanya

benih gigi dan ekstraksi yang dilakukan sebagai bagian dari eksisi bedah tumor.

Kehilangan gigi mengakibatkan hilangnya prosesus alveolaris dan jaringan lunak

disekitarnya1.

Kehilangan gigi geligi dapat menimbulkan dampak emosional dan fungsional

serta dapat mempengaruhi estetis. Perawatan dengan pemakaian gigi tiruan sebagai

pengganti daerah yang kehilangan gigi geligi sangat penting. Namun, tidak semua

orang yang kehilangan gigi memakai gigi tiruan. Salah satu keputusan seseorang

dalam menentukan kebutuhan pemakaian gigi tiruan adalah persepsi individu

terhadap status kesehatan gigi1. Selain itu, penggantian gigi yang hilang juga harus

mempertimbangkan jaringan pendukung yang tersisa untuk mendapatkan hasil

yang estetik yang dihasilkan dari gigi tiruan2.

Saat ini, implant menjadi perawatan yang paling popular untuk penggantian

kehilangan satu gigi3. Implant didefenisikan sebagai suatu substansi yang dipasang

dalam rahang sebagai pendukung mahkota atau gigi tiruan cekat dan lepasan4.

Implant memberikan penawaran perawatan yang terprediksi, minimal invasif,

cekat, dan estetik yang baik sebagai pengganti gigi alami yang hilang pada pasien5.

Bagaimanapun, pilihan perawatan ini tidak diindikasikan atau diinginkan oleh

semua pasien. Pada pasien yang berusia muda, perawatan implant harus ditunda

1
hingga pertumbuhan dentoalveolar dan skeletal sempurna, yang biasanya dicapai

pada usia 20-22 tahun untuk pria dan 16-17 tahun untuk wanita3.

Untuk pasien sepert ini, dapat direncanakan perawatan sementara hingga pasien

dapat diindikasikan untuk perawatan implant. Hal ini perlu dilakukan untuk

memberikan fungsi estetik dan fungsional sementara dan mencegah akar gigi

disebelahnya dari konvergen, yang dapat mebuat penempatan implant di masa

depan sulit atau bahkan tidak dapat dilakukan. Pilihan perawatan untuk penggantian

gigi dan stabilitas lengkung rahang termasuk reainer lepasan dengan gigi tiruan dan

restorasi dengan dukungan gigi (tooth-supported restoration)3.

Restorasi dengan dukungan gigi geligi baik sebagai perawatan sementara

maupun perawatan definitive meliputi kantilever resin-bonded, dan gigi tiruan

sebagian cekat konvensional (FPDs). Pilihan perawatan dengan invasif yang

minimal dan tujuan fungsional seharusnya lebih disukai, utamanya untuk restorasi

sementara, pada banyak kasus, resin-bonded FPDs (RBFPDS) paling memadai

untuk memenuhi kebutuhan ini. Selain itu, restorasi ini juga lebih hemat biaya dan

hanya membutuhkan beberapa kali kunjungan3.

1.2 Tujuan penulisan

Laporan ini menggambarkan perencanaan dan pembuatan kantilever, all-


ceramic, RBFPD pada kasus kehilangan gigi insisivus lateralis rahang atas secara
kongenital pada pasien yang kontraindikasi perawatan implant.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Cekat

Gigi tiruan cekat adalah piranti gigi tiruan yang secara permanen melekat pada gigi

yang tersisa, yang menggantikan satu atau lebih gigi. Walaupun istilah yang yang

lebih sering digunakan oleh prosthodontists untuk restorasi tipe ini adalah gigi

tiruan jembatan/bridge. Gigi tiruan jembatan masih umum digunakan dan masih

terdaftar dalam daftar nomenklatur ADA (1991), sehingga komponen restorasi ini

dikatalogkan sebagai “gigi tiruan jembatan/bridge” dan istilah “gigi tiruan cekat”

tidak terdapat dalam daftar ADA6.

Gambar 2.1 Komponen gigi tiruan cekat (Shillnburg HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R,
Brackett SE. Fundamental of Fixed Prosthodontics 4th ed. USA; Quintessence Publishing
Co: 2015)

Gigi tiruan cekat dibagi menjadi empat komponen. Gigi yang berfungsi sebagai

tempat perlekatan untuk gigi tiruan cekat disebut gigi penyangga/abutmen. Gigi

artifisial yang melekat pada gigi abutmen adalah pontik. Pontik terhubung dengan

retainer gigi tiruan cekat, yang merupakan restorasi ektrakoronal yang disementasi

ke gigi abutmen yang di preparasi. Restorasi intrakoronal tidak memiliki retensi dan

3
resistensi yang diperlukan untuk retainer gigi tiruan cekat. Konektor antara pontik

dan retainer dapat bersifat rigid (misalnya: solder joint atau cast connector) atau

nonrigid (misalnya: precision attachment atau stress breakers)6.

2.1.1 Desain Gigi Tiruan Cekat

Adapun 5 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada

dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:

a. Fixed-fixed bridge

Suatu gigi tiruan yang pontiknya didukung secara rigid pada kedua sisi oleh

satu atau lebih gigi penyangga7. Pada bagian gigi yang hilang yang terhubung

dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi yang

hilang. Indikasi dari perawatan dengan menggunakan fixed-fixed bridge yaitu

jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang mampu

mendukung fungsional dari gigi yang hilang8.

Gambar 2.2. fixed-fixed bridge pada gigi Insisivus


sentralis (Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and
removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill
livingstone; 2001)

4
b. Semi fixed bridge

Suatu gigi tiruan yang salah satu pontik dihubungkan pada retainer dengan

konektor non rigid, sedangkan yang satunya dihubungkan dengan konektor

rigid7. Satu gigi penyangga akan menahan perlekatan intrakoronal yang

memungkinkan sedikit pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi

lainnya atau gigi8.

Gambar 2.3. semi-fixed bridge (Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.)

c. Cantilever bridge

Suatu gigi tiruan yang satu ujungnya melekat secara rigid pada retainer,

sedangkan ujung yang lain bebas menggantung7.

Gambar 2.4. cantilever bridge (Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable
prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001)

5
d. Spring cantilever bridge

Suatu gigi tiruan cekat yang mempunyai pontik yang jauh dari retainer dan

dihubungkan dengan palatal bar7. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai

penghubung ini memiliki panjang yang bervariasi, tergantung pada posisi dari

lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan

dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien.

Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior

dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang

hilang8.

Gambar 2.5. spring cantilever bridge (Sumber: Barclay CW, Walmsley AD. Fixed
and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone; 2001. p.
122)

e. Compound bridge

Gigi tiruan ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam

gigitiruan cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan7.

6
2.1.2 Indikasi dan kontraindikasi GTC

A. Indikasi gigi tiruan cekat

Adapun indikasi dan kontraindikasi dari GTC, yaitu:

1. Daerah lengkung edontolous yang pendek8.

2. Kasus dengan resorpsi ridge yang menyebabkan gigi tiruan lepasan tidak

dapat stabil dan retentif 8.

3. Preferensi pasien8.

4. Pasien yang secara mental dan fisik yang dipertimbangkan tidak dapat

menggunakan gigi tiruan lepasan8.

5. Pasien berusia 20-50 tahun7

6. Mempunyai struktur gigi yang sehat7

7. Oral hygiene baik7

8. Gigi abutment mampu menerima tekanan pontik 7

9. Oklusi dan jaringan periodonsium baik7

10. Kesehatan umum dan sosial indikasi baik7

11. Tidak mempunyai kebiasaan buruk7

B. Kontraindikasi gigi tiruan cekat 4

Kontraindikasi pemakaian GTC, antara lain:

1. Kehilangan tulang yang besar akibat trauma

2. Pasien dengan usia yang sangat muda yang giginya masih memiliki ruang

pulpa yang besar.

7
3. Daerah edontolous yang panjang

4. Malformasi kongenital gigi, yang memiliki sturktur yang tidak adekuat

untuk menjadi gigi penyangga.

5. Pasien yang secara mental sensitive dan tidak dapat kooperatif dengan

prosedur perawatan invasive.

6. Pasien dengan penyakit tertentu (misalnya leukemia dan hipertensi)

7. Pasien tua

2.1. 3 Jenis GTC berdasarkan bahan pembentuknya6

A. Gigi tiruan cekat logam

Gigi tiruan ini hanya terbuat dari logam. Diindikasikan untuk mengganti

gigi posterior maksila dan mandibular. Gigi tiruan ini tidak estetis namun

memiliki kekuatan dan daya tahan maksimal.

B. Gigi tiruan cekat metal-keramik

Gigi tiruan ini menggunakan logam sebagai inti protesa dan permukaan

luar dengan keramik. Logam ini terikat pada keramik secara kimiawi. Gigi

tiruan cekat keramik-logam terdiri dari dua jenis. Jenis pertama, logam

dikelilingi oleh porselen pada semua permukaan. Jenis kedua, permukaan

lingual dan oklusal terbentuk oleh logam, permukaan labial dan gingiva

terbentuk oleh porselen. Keuntungan gigi tiruan ini estestiknya baik dan

substruktur logam kuat. Kekurangan dari gigi tiruan ini, mahal, tidak

konservatif, sedikit inferior dalam estetika dibandingkan dengan restorasi

keramik, dan fraktur dapat terjadi akibat kegagalan penyatuan keramik dan

logam.

8
C. Gigi tiruan cekat keramik

Gigi tiruan ini hanya menggunakan keramik. Gigi tiruan keramik kurang

tahan terhadap fraktur. Namun jika ditambahkan alumina atau zirkonia maka

akan memiliki kekuatan yang cukup untuk digunakan sebagai penahan.

Keuntungan gigi tiruan keramik adalah estetik yang sangat baik dan preparasi

gigi tidak terlalu banyak pada permukaan fasial. Kekurangan dari gigi tiruan

ini adalah kurangnya kekuatan tidak seperti logam, tidak dapat digunakan

pada gigi rusak secara luas, dan dapat menyebabkan aus pada gigi kontaknya.

D. Gigi tiruan cekat akrilik

Gigi tiruan cekat akrilik hanya diindikasikan untuk protesa sementara,

daya tahan terhadap keausan lemah, mudah untuk dibuat dan disesuaikan, dan

estetik memuaskan.

2.2 Rencana perawatan untuk penggantian gigi yang hilang6

2.2.1 Seleksi tipe gigi tiruan

Gigi yang hilang dapat diganti dengan memilih satu dari tiga tipe gigi tiruan,

diantaranya: gigi tiruan sebagian lepasan (RPD), gig tiruan sebagian cekat dengan

dukungan gigi (FPD), dan gigi tiruan sebagian cekat dengan dukungan implant.

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan tipe gigi tiruan

adalah faktor biomekanikal, periodontal, estetik dan finansial. Hal yang umum

untuk mengkombinasikan dua tipe dalam satu rahang, misalnya gigi tiruan sebagian

lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat dengan dukungan gigi, atau gigi tiruan

9
sebagian cekat dengan dukungan implant dn gigi tiruan sebagian cekat dengan

dukungan gigi.

Dalam perencaan perawatan, ada satu prinsip yang harus diingat: penyederhanaan

perawatan. Ada kalanya perawatan secara teknis mungkin namun terlalu kompleks.

Sesuatu perlu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan dan menemukan

rekomendasi yang akan melayani kebutuhan pasien dan tetap masuk akla untuk

mencapainya.

A. Gigi tiruan sebagian lepasan

Gigi tiruan sebagian lepasan secara umum diindikasikan untuk daerah

edontolous yang lebih luas dari dua gigi posterior, atau daerah yang melibatkan

kaninus dan dua gigi lainnya yang bersebelahan. Daerah edontolous tanpa gigi

penyangga distal biasanya mengindikasikan pemilihan perawatan gigi tiruan

sebagian lepasan, kecuali jika gigi tiruan jembatan kantilever dapat digunakan.

B. Gigi tiruan cekat dengan dukungan gigi (conventional tooth supported)

Ketika gigi alami hilang dan ingin diganti, gigi tiruan cekat adalah pilihan

mayoritas pasien. Konfigurasi umum untuk FPD adalah terdapat gigi penyangga

pada masing-masing sisi gigi yang ingin diganti. Jika gigi penyangga memiliki

jaringan periodontal yang baik, daerah edontolous pendek dan retainer dapat

didesain dengan baik, maka perawatan FPD memiliki prognosis yang baik dalam

waktu yang panjang.

10
C. Gigi tiruan cekat dengan dukungan gigi (resin-bonded tooth supported)

Gigi tiruan cekat resin-bonded adalah restorasi konservatif yang ditujukan

untuk penggunaan defect-free abutment pada situasi kehilangan satu gigi alami,

biasanya gigi insisvus atau premolar. Kehilangang satu gigi molar juga dapat

digantikan dengan tipe gigi tiruan ini jika otot-otot mastikasi pasien tidak terlalu

berkembang, sehingga daya tekan minimum pada retainer. Tipe ini membutuhkan

gigi penyangga pada mesial dan distal daerah edontolous.

D. Gigi tiruan cekat dengan dukungan implant

Gigi tiruan cekat dengan dukungan implant idealnya digunakan untuk kasus

kehilangan gigi dengan jumlah gigi penyangga yang tidak memadai atau kekuatan

gigi penyangga yang tidak adekuat untuk menahan gigi tiruan cekan konvensional,

dan jika perilaku pasien dan/atau kombinasi dari faktor-faktor intraoral yang

menyebabkan gigi tiruan sebagian lepasan menjadi pilihan perawatan yang buruk.

2.2.2 Evaluasi gigi penyangga

Setiap restorasi harus dapan menahan tekanan oklusal yang konstan. Hal ini

penting terutama saat mendesain dan membuat gigi tiruan sebagian, karena tekanan

yang biasanya diserap oleh gigi yang hilang disebarkan melalui pontik, konektor,

dan retainer ke gigi penyangga.

Jika gigi yang berdekatan dengan daerah edontolous membutuhkan perawatan

mahkota karena kerusakan gigi, restorasi biasanya juga digunakan sebagai PFD

retainer. Jika beberapa gigi penyangga dalam satu rahang membutuhkan perawatan

11
mahkota, ada argumem kuat untuk memilih perawatan PFD dibanding gigi tiruan

sebagian lepasan.

Jika memungkinkan, gigi peyangga sebaiknya vital. Namun, gigi yang telah

dirawat endodontik dan asimptomatik, dengan bukti radiografi obturasi saluran akar

yang sempurna dan baik, dapat digunakan sebagai gigi penyangga. Gigi yang

dilakukan pulp capping pada proses preparasi gigi sebaiknya tidak digunakan

sebagai gigi penyangga kecuali akan dilakukan perawatan saluran akar. Hal ini

karena adanya risiko yang tinggi gigi tersebut akan membutuhkan perawatan

saluran akar nantinya, dengan destruksi struktur gigi. Situasi seperti ini sebaiknya

diatasi sebelum pembuatan FPD.

Jaringan pendukung disekitar gigi penyangga harus sehat dan bebas dari

inflamasi sebelum gigi tiruan terpasang. Normalnya, gigi penyangga tidak goyang,

karena gigi tersebut akan menyangga beban oklusal yang lebih besar. Akar dan

jaringan pendukungnya harus dievaluasi berdasarkan tiga faktor, yaitu: rasio akar:

mahkota, konfigurasi akar, dan daerah ligamen periodontal.

Beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan perawatan

penggantian gigi yang hilang adalah pertimbangan biomekanikal dan kasus

istimewa seperti pier abutment dan tilted molar abutments.

12
2.3 Gigi tiruan cekat, resin-bonded (resin-bonded fixed partial dentures)

Gigi tiruan cekat resin bonded adalah jenis gigi tiruan cekat yang menggantikan

satu atau dua gigi yang hilang dengan mengandalkan ikatan resin dengan preparasi

gigi yang minimal1. Selama tiga puluh tahun terakhir, resin-bonded fixed partial

dentures (RBFPDs) telah menyediakan restorasi konservatif dan menengah.

Awalnya, restorasi sering mengalami kegagalan saat bonding namun kemajuan

teknologi (tehnik bonding) telah meningkatkan prediktibilitasnya. Prinsip dalam

mendesain dan preparasi gigi penyangga juga telah berubah. Awalnya restorasi ini

menggunakan adhesi sebagai retensinya, tapi sekarang preparasi minimal gigi

penyangga mungkin dilakukan untuk mengoptimalkan resistensi mekanik dan

pembentukan retensi. Hal ini memfasilitasi restorasi jangka menengah-panjang

yang lebih terprediksi8.

Bahan alternatif yang digunakan seperti: keramik, zirconia, dan reinforced

composite resin telah diteliti untuk sebagai retainer. Meskipun hinga saat ini,

bahan-bahan tersebut cukup menjanjikan, terdapat kerugian pada masing-masing

bahan dan tidak ada data jangka panjang mengenai penggunaannya untuk aplikasi

ini6.

Gigi tiruan ini menggunakan bentuk pontik standar, mengakomodasi ridge

alveolar dengan resorbsi menengah dan tidak berdampak pada defek jaringan lunak.

Karena tipe ini membutuhkan preparasi yang dangkal dan terbatas pada enamel,

RBFPD khususnya diindikasikan untuk pasien usia muda dengan gigi immature

13
dengan ruang pulpa yang besar yang dapat prognosisnya kurang baik untuk

preparasi gigi penyangga yang vital6.

Tilted abutment dapat diakomodasi hanya jika terdapat sturktur gigi yang

memadai sehingga memungkinkan terjadinya perubahan kesesejaran reduksi aksial

ke normal. Hal ini dibatasi oleh kebutuhan untuk membatasi sebagian besar

pengurangan ke enamel. RBFPD tidak dapat digunakan untuk menggantikan gigi

anteriot jika terdapat vertikal overlap yang dalam. Reduksi yang banyak pada dentin

gigi penyangga mungkin akan diperlukan pada kasus ini, sehingga gigi tiruan cekat

konvensional diindikasikan6.

2.3.1 Indikasi dan kontraindikasi RBFPD 9

A. Indikasi RBFPD

1. Penggantian satu gigi alami

2. Periodontal splinting

3. Retensi cekat setelah perawatan Orthodonsi

4. Gigi penyangga pada sisi daeranh edontolous vital

5. Kontrol kelembapan yang baik mungkin dilakukan

B. Kontraindikasi RBFPD

1. Skema oklusal yang tidak menguntungkan

2. Gigi penyangga yang direstorasi parah

3. Gigi penyangga goyang

4. Antara pontik dan gigi penyangga ingin dibuatkan celah/diastema

14
2.3.2 Kelebihan dan kekurangan RBFPD

A. Kelebihan RBFPD

Beberapa keuntungan dari RBFPD, yaitu pembuangan struktur gigi yang

minimal (reduksi 0.5 mm) terbatas pada email, tidak terjadi trauma pada

pulpa, tidak selalu memerlukan tindakan anestesi, preparasi supragingival,

teknik pencetakannya lebih mudah, biasanya tidak memerlukan restorasi

sementara, waktu kunjungannya biasanya lebih sedikit, dan apabila GTJ

adesif terlepas dari gigi sandaran dapat dilekatkan kembali. Dengan demikian

tidak lagi diperlukan banyak preparasi gigi penyangga yang sampai

melibatkan dentin sehingga preparasi relative tidak akan menyulitkan pasien

karena tidak lagi menimbulkan banyak trauma10.

B. Kekurangan RBFPD

Selain keuntungan, terdapat juga beberapa kekurangan dari RBFPD, yaitu

tidak dapat dibuat untuk GTJ yang panjang, prosedur pelekatan bonding

yang lebih sulit jika dibandingkan konvensional, penggunaan asam untuk

mengetsa mengharuskan pekerjaan yang hati-hati, koreksi ruangan sangat

sulit, dan diperlukan susunan gigi penyangga yang baik10.

2.3.3 Prosedur klinis pembuatan RBFPD

A. Pemilihan gigi penyangga

Gigi kaninus adalah gigi penyangga yang selalu dipilih ketika penggantian gigi

insisivus dilakukan. Hal ini karena kaninus memiliki akar yang panjang sehingga

dapat menahan tekanan kunyah yang meningkat saat menopang gigi tambahan

15
serta gigi tiruan keseluruhan. Selanjutnya, retensi dapat meningkat dengan

daerah permukaan untuk bonding yang lebih luas, dan konveksitas palatal gigi

penyangga. Sebaliknya, gigi insisvus lateralis tidak memiliki semua atribut

tersebut karena anatominya yang lebih kecil dan lebih datar dan dengan

demikian merupakan pilihan gigi penyangga yang lemah9.

B. Desain preparasi

Gambar 2.6 bentuk preparasi untuk gigi anterior RBFPD yang disarankan (Lally U.
Resin-bonded fixed partial denture past and present- an overview. Journal of the Irish
Dental Association. 2014; 58 (6): 294-300)

Prosedur pembuatan RBFPD meliputi pencetakan rahang atas dan bawah

dengan bahan cetak alginate untuk pembuatan model studi. Selanjutnya pada

model studi tersebut dibuat desain preparasi gigi penyangga yang telah

ditentukan10. Untuk preparasi gigi anterior, akhiran preparasi di insisal secara

konvensional berjarak 2 mm dari tepi insisal untuk menghindari adanya

gangguan estetika translusensi tepi insisal. Hal ini dapat bervariasi dan harus

dinilai secara klinis dengan menggerakkan instrument logam dari servikal ke

insisal gigi dan menilai visibilitas dari aspek fasial. Hal ini memastikan estetika

yang baik dari aspek fasial. Pengurangan 0.5 mm mm daerah palatum cukup

untuk memungkinkan bahan metal secara adekuat untuk retainer. Akhiran

16
preparasi barada 1 mm diatas gingiva untuk hygiene yang optimal dan juga

kesehatan jaringan., dan selanjutnya untuk mempertahankan preparasi pada

enamel untuk proses bonding yang optimal. Menjaga preparasi supragingival

juga meudahkan penggunaan rubber dam ketika sementasi restorasi. Pada

interproksimal, prarasi berakhir pada pusat kontak. Hal ini memaksimalkan

daerah yang tertutupi mahkota dan menimalkan visivilitas metaldari aspek fasial.

Permukaan proksimal kedua gigi penyangga harus separalel mungkin untuk

meningkatkan bentuk retensi serta mengurangi adanya daerah negatif (black

triangles)9.

C. Pemilihan desain gigi tiruan9

Gambar 2.7 dua anterior tiga untu


RBFPD yang ditempatkan mengikuti
perawatan orthodontik
(Lally U. Resin-bonded fixed partial
denture past and present- an
overview. Journal of the Irish Dental
Association. 2014; 58 (6): 294-300)

Gambar 2.8 RBFPD tiga unit


(Lally U. Resin-bonded fixed
partial denture past and present- an
overview. Journal of the Irish
Dental Association. 2014; 58 (6):
294-300)

Gambar 2.9 satu gigi penyangga,


single pontic cantilever RBFPD
(Lally U. Resin-bonded fixed partial
denture past and present- an
overview. Journal of the Irish Dental
Association. 2014; 58 (6): 294-300)

17
D. Pemilihan bahan gigi tiruan

E. Preparasi gigi penyangga

Setelah tahapan preparasi selesai sesuai desain, kemudian dilakukan

pencetakan double impression dengan bahan cetak elastomer untuk

pembuatan model kerja untuk kemudian dikirim ke laboratorium bersama

dengan surat instruksi kerja berisi informasi mengenai desain, bahan dan

warna gigi tiruan yang ingin dibuat. Setelah gigi tiruan selesai, dilakukan try-

in sebelum dilakukan sementasi/bonding10.

F. Bonding/sementasi

Sebelum prosedur sementasi, permukaan gigi penyangga uang akan dietsa

dibersihkan dengan pumis dan pasta profilaksis lalu dipoles, kemudian

dikeringkan, lalu diisolasi. Aplikasikan asam fosfat pada permukaan email

selam 30 detik, kemudian gigi disemprot dengan air sampai bersih dari bahan

etsa dalam waktu 10-30 detik, lalu keringkan dengan udara. Aplikasikan

bahan bonding primer pada dalam sayap retainer, dan pada gigi penyangga.

Aplikasi bonding agent lalu disinari. Aduk semen adesif, aplikasikan pada

permukaan dalam sayap retainer dan gigi penyangga.10

Setalah itu gigi tiruan dipasangkan pada gigi penyangga sesuai dengan

arah pemasangan dan difiksasi pada tempatnya. Kelebihan semen dibuang

lalu dilakukan penyinaran dari arah tepi restorasi dan pada gigi penyangga,

dilakukan pemeriksaan kembali oklusi dan stabilitasnya10.

18
A B

C D

Gambar 2.10 prosedur sementasi resin-bonded fixed partial denture. A:


Pemasangan rubber dam; B: Etsa; C: Aplikasi bonding primer; D: Photo
polymerization; E: Restorasi setelah chemical bonding. (Daouahi N, Hadyoau D,
Cherif M. Bonding of all ceramic restoration. Dentistry. 2015; 5 (10): 1-5)

Prosedur sementasi pada jenis gigi tiruan resin-bonded menggunakan semen

adesif. Adesi didefenisikan sebagai kecenderungan partikel atau permukaan yang

berbeda untuk melekat satu sama lain. Pengaplikasian semen adhesif akan

menghasilkan adhesive joint yaitu hasil interaksi dari lapisan bahan perantara

(adhesif) dengan dua permukaan (adherend) yang melekatkan dua interface adhesif.

Suatu bonding agent enamel yang melekatkan enamel yang teretsa dengan

19
komposit merupakan contoh adhesive joint. Hal ini juga yang membedakan semen

adesif dengan semen dental lainnya.

20
BAB III

CONTOH KASUS

Gambar 3.1 A. presentasi klinis awal tampa depan menunjukkan asimetri insisivus
sentralis rahang atas dan gigi insisivus lateral yang hilang sejak lahir. B: presentasi klinis
awal tampak samping menunjukkan volume ridge yang tidak adekuat dan tektur jaringan
lunak pada daerah #10 (Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive
preparation and design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture
in esthetic zone: a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative
Dentistry.2014; 26 (5): 314-23)

Seorang pria berusia 17 tahun dirujuk ke praktik intamural peneliti di


Universitas Lowa, Fakultas Kedokteran Gigi untuk evaluasi dan penggantian gigi
insisivus lateral kiri (#10), yang tidak ada sejak lahir (Gambar 3.1). Pasien baru
ssaja menyelesaikan perawatan orthodonsi komprehensif yang dilakukan untuk
mempersiapkan ruang #10 untuk dibuatkan implant (Gambar 3.2)5.

21
Gambar 3.2 radiografi periapical pada perawatan orthodontik pasien untuk menyediakan
ruangan untuk penempatan implant nantinya setelah pertumbuhan skeletal lengkap
(Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and design
of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone: a case
report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014; 26 (5):
314-23)

Namun, pasien belum mengalami pertumbuhan skeletal yang sempurna dan


tidak lama lagi menyelesaikan sekolah menengah, sehingga menghalangi terapi
implant. Pasien menunjukkan keinginan untuk restorasi cekat selama periode
sebelum dilakukan perawatan implant. Oleh karena itu, RBFPD dipilih sebagai
restorasi sementara jangka panjang. Rencana perawatan ini memungkinkan
pertumbuhan skeletal pasien menjadi sempurna dan memberi pasien waktu yang
optimal untuk menilai perawatan implant yang dipilih berdasarkan pertimbangan
biologikal, personal dan keunangan pasien. Selain itu, gigi tiruan tersebut
menyediakan stabilitas ortodontik jangka panjang gigi penyangga yang penting
dalam menentukan keberhasilan perawatan implant nantinya. Pasien
diinformasikan mengenai defisiensi tulang alveolar dan jaringan lunak pada daerah
#10 dan disaranakan untuk dilakukan subepithelial connective-tissue graft sebelum
pembuatan restorasi untuk membantu integrasi estetis RBFPD. Pasien menolak
pilihan ini dan lebih memilih untuk menunda perawatan ini hingga perawatan
implant dapat dilakukan5.

22
Gambar 3.3 A: Tampakan palatal anterior rahang atas sebelum perawatan. B: Tampakan
oklusi sentrik (Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation
and design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic
zone: a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative
Dentistry.2014; 26 (5): 314-23)

Evaluasi klinis segmen anterior maksila pasien menunjukkan asimetri


kesejajaran dan lebar insisivus sentralis, dengan #9 menunjukkan lebar yang lebih
pendek sebesar 0,7 mm dan perpindahan lingual sebesar 0,5 mm dibanding #8.
Pasien meminta agar tampakan insisivusnya menjadi simetri, dan restorasi direct
composite untuk #9 dimasukkan dalam rencana perawatan. Gigi yang berdekatan
dengan #10 utuh, tidak karies, dan belum pernah dirawat (Gambar 3.3 A). Selain
itu, analisis oklusal menunjukkan open bite anterior ringan dan relasi kaninus pada
sisi kiri (Gambar 3.3 B). Skema oklusal, dikombinasikan dengan keinginan pasien
untuk dilakukan invasif yang minimal pada restorasi cekat, menghasilakan skenario
yang optimal untuk kantilever RBFPD. Pasien diinformasikan bahwa preparasi
minimal diperlukan dan itu setelah dimulainya terapi implant dan sayap porselen
yang tersisa dibelokkan ke singulum #115.

23
Gambar 3.4 Diamond oscillating tips (left: hemispherical micro-tip no. 33, KaVo Dental;
right: modified-shoulder sonic tip SF847KR.000.016, Komet) used for micropreparation
of abutment tooth #11. (Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive
preparation and design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture
in esthetic zone: a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative
Dentistry.2014; 26 (5): 314-23)

Preparasi gigi abutmen #11 dibantu dengan penggunaan mikroskop dental


(OPMI pico, Carl Zeiss Meditec AG, Jena, Germany) dan handpiece (KaVo
SONICflex LUX 2003/L, KaVo Dental, Charlotte, NC, USA) dengan mirotip
berbetuk setengah bola (hemispherical) dan modified-shoulder sonic tip
(SF847KR.000.016, Komet USA, Rock Hill, SC, USA) (Gambar 3.4) dengan
isolasi mengunakan rubber dam. Restorasi direk komposit dilakukan secara
bersamaan pada permukaan fasial dan insisal #9 dengan memakai shade B1B
(Filtek Supreme Ultra, 3M ESPE, St. Paul, MN, USA), BL2 dan MW (Estelite
Omega, Tokoyama Dental America, Encitas, CA, USA) menggunakan tehnik
pelapisan (layering technique). Preparasi dimensi akhir pada retainer dengan lebar
5,2 mm, tinggi 6,0 mm dan kedalaman 0,5 mm dan terbatas pada enamel (Gambar
3.5). Sebuah mounted master cast dibuat dari keramik, dan sebuah cantilever, all-
ceramic (IPS e.max Press, Ivoclar Vivadent) RBFPD dibuat dengan BL3 ingot
(Gambar 3.6B). Setelah dipotong, powder Opal effect 3 diaplikasikan dari
insisofasial ke servikal dari pontik, dan T blue dan T clear dioleskan dal sepertiga
insisal hingga terbentuk efek insisal yang adekuat. Restorasi dipolis dengan rubber
wheels dan polishing compound dengan mencocokkan dengan gigi disebelahnya.
Adapatasi dan ketepatan testorasi di periksa pada master cast (Gambar 3.6 C) 5.

24
Gambar 3.5 Tampakan palatal gigi anterior rahang atas setelah dilakukan preparasi.
(Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and design
of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone: a case
report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014; 26 (5):
314-23)

A B

Gambar 3.6 A: Master cast untuk pembuatan GTC keramik. B: Completed cantilevered,
all-ceramic resin-bonded, fixed partial denture (RBFPD) (IPS e.max press). C:
Cantilevered, all-ceramic RBFPD pada master cast.
(Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and design
of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone: a case
report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014; 26 (5):
314-23)

Kantilever, all ceramic RBFDP dipasang pada intra oral sebelum aplikasi
rubber dam untuk memverifikasi pembentukan koronal yang tepat, warna, dan
kesaaan tekstur dengan gigi asli, kedudukan yang tepat, kontak proksimal, dan
adaptasi marginal juga diperiksa pada tahap ini. Sekstan anterior diisolasi di bawah
rubber dam dengan ligature benang servikal, dan kedudukan restorasi dan adaptasi

25
marginal diperiksa sekali lagi. Aspek internal retainer di etsa dengan 5% asam
hidrofuorik (IPS etching gel, Ivoclar Vivadent) dan silanasi dengan salin (IPS
etching gel, Ivoclar Vivadent) berdasarkan dengan instruksi pabrikan. Preparasi
dilapisi dengan 35% asam fosforik (Ultra-Etch, Ultradent, South Jordan, UT, USA)
selama 30 detik, kemudian dibilas dan dikeringkan. Resin adesif (All-Bond 3,
Bisco, Inc.) kemudian diaplikasikan pada saat dilakukan restorasi dan sebelum etsa
preparasi berdasarkan instruksi pabrikan., dan dilakukan penyinaran selamam 30
detik. RBFPD diluting dengan semen resin adesif light curing yang translusen
RelyX Veneer, 3M ESPE) untuk memastikan stabilitas warna. Oklusi sentris
diperiksa, dan margin dipolis dengan silicone carbide brushes (Jiffy Brushes,
Ultradent). Radiografi akhir (Gambar 3.7) dilakukan untu memastikan pengambilan
semen, dan pemeliharaan kebersihan yang baik disekitar gigi tiruan dipraktikkan
dan didiskusikan dengan pasien. Pasien didatangkan kembali pada follow-up satu
tahun (Gambar 3.8) dan dipatkan tidak adanya tanda-tanda retak, hilang atau rotasi
pada gigi tiruan, atau adanya komplikasi biologik pada gigi penyangga, dan pasien
sangat puas dengan fungsi estetik dan fungsional dengan gigi yang tersisa. Pasien
juga merasa lebih percaya diri dengan restorasi cekat sebagai restorasi sementara
jangka panjang dibandingkan dengan piranti lepasan5.

Gambar 3.7 tampakan radiografi setelah perawatan selesai


(Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and design
of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone: a case
report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014; 26 (5):
314-23)

26
Gambar 3.8 Tampakan klinis kasus data follow-up setelah satu tahun pemasangan gigi
tiruan. (Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation and
design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in esthetic zone:
a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and Restorative Dentistry.2014;
26 (5): 314-23)

27
BAB IV

PEMBAHASAN

Cantilever, all-ceramic RBFPD menggambarkan adanya progresi dalam


mengkombinasikan invasive yang minimal dan kedokteran gigi adesif. Restorasi
seperti ini menyebabkan berkurangnya komplikasi morbiditas dan biologikal pada
gigi penyangga di sebelahnya dan hasil estetik yang memuaskan jika dibandingkan
dengan gigi tiruan cekat konvensional untuk pasien. Kemajuan pada aspek kekuatan
dalam sistem keramik seperti milled zirconium oxide serta milled or pressed lithium
disilicate memungkinkan pembuatan kantilever yang kuat dan estetik. Sistem
seperti ini memungkinkan perlekatan ke substrat gigi yang terprediksi dan
menawarkan estetik yang berpotensi lebih baik dibanding dengan metallic-retainer
RBFPDs. Penelitian klinis terbaru yang memanfaatkan bahan keramik ini untuk
kantilever RBFPD menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam 3 hinnga 5 tahun
follow-up5.

Mengacu pada Christoper dkk yang mengutip Sasse dkk melaporkan penelitian
klinis acak dengan mengevaluasi 30 pasien yang direstorasi dengan kantilever, all-
ceramic RFBPD yang dibuat dengan zoorconium oxide retainers dan kerangka
dengan dua sistem adesif. Penelitian menunjukkan tingkat ketahanan restorasi
selama 3 tahun sebesar 93.1%, jika pembondingan ulang dipertimbangkan sebagai
kegagalan tehnis dan 100% jika hanya kehilangan akhir RFBPD, meskipun
pembondingan ulang merupakan kriteria untuk keberhasilan. Pemeriksaan
melaporkan adanya dua pembondingan ulang pada penelitian ini yang disebabkan
oleh kejadian traumatik (pukulan/terdorong pada dagu dan/atau gigi). Laporan
kasus kedua mengevaluasi hasil klinis kantilever, all-ceramic RBFDP yang dibuat
dengan IPS e.max Press untuk penggantian pada gigi anterior maksila dan
mandibular. Sebanyak 35 pasien (17 pada daerah maksila dan 18 pada daerah
mandibula) dilakukan perawatan dan didatangkan kembali untuk follow-up setelah
rata-rata 64,57 bulan setealah perawatan (berkisar antara 35-69 bulan). Penelitian

28
melaporkan tidak ada insiden pembondingan ulang gigi tiruan, tidak ada sensitivitas
postoperatif atau karies rekuren, atau adanya gigi tiruan yang retak/fraktur. Hasil
yang memuaskan didapatkan dalam penelitian terkontrol yang terlihat dari
bertahannya restorasi selama 3-5 tahun serta laporan kasus mengenai kantilever,
all-ceramic RBFPD juga memberikan harapan untuk dokter gigi yang dihadapkan
dengan pasien yang menginginkan restorasi cekat pada gigi anterior, pengisian
daerah edontolous serta sebagai restorasi sementara jangka panjang atau sebagai
alternatif restorasi definitif implant gigi5.

Dua faktor yang sangat penting saat mengevaluasi jika pasien merupakan
kandidat yang baik untuk cantilever, all-ceramic RBFPD. Faktor pertama yang
berkontribusi pada evaluasi adalah oklusi pasien, berdasarkan pengalaman peneliti
bahwa pasien dengan oklusi yang terlidungi secara mutual termasuk kaninus atau
fungsi kelompok cenderung memiliki hasil yang lebih baik pada perawatan
kantilever RBFPDs. Memprioritaskan peminimalan lateral dan protrusif pada
pontik kantilever adalah masalah yang harus diperhatikan untuk desain retorasi ini.
Pasien yang memiliki dimensi vertikal yang minimal karena overbite yang dalam
atau supra erupsi gigi antagonisnya menjadi indikasi prognosis yang buruk untuk
pemilihan perawatan ini5.

Situasi seperti keterbatasan tinggi dan lebar (dan mempengaruhi kekuatan) yang
dapat ditetapkan untuk region konektor gigi tiruan all-ceramic, penempatan
restorasi dibawah tekanan yang lebih besar dalam pergerakan ekskursif karena
kemiringan yang curam harus diatasi untuk fungsi fungsional pasien. Faktor penting
kedua yang harus dievaluasi adalah gigi yang membutuhkan penggantian. Mengacu
pada Christoper dkk yang mengutip Hussy dan Linden, terdapat perbedaan yang
signifikan dalam fungsi kantilever, all-ceramic RBFPD berdasarkan gigi yang
digantikannya. Pada penelitian mereka, kantilever RBFPD yang menggantikan
insisivus sentralis dan kaninus maksila memiliki tingkat kegagalan 10 kali lebih
besar, jika dibandingkan dengan penggantian insisivus lateral dan premolar
maksila, begitupun dengan mandibular. Oleh karena itu, selain oklusi, kandidat gigi
untuk diganti juga harus diperhitungkan oleh dokter gigi saat menilai potensi

29
keberhasilan kantilever, all-ceramic RBFPD. Menarik untuk dicatat bahwa Sun dkk
yang tidak memasukkan insisivus sentralis atau kaninus dalam laporan kasus
mereka melaporkan 100% keberhasilan5.

Kasus klinis yang disajikan disini dioptimalkan tidak hanya dengan


memperhitungkan faktor-faktor yang ada secara klinis, seperti open bite anterior,
disklusi anterior, dan kelompokfungsi dalam pergerakan ekskursif lateral, tapi juga
dengan metodologi mikrooperasi yang digunakan. Sonoabrasi melalui penggunaan
oscillating diamond-coated tips, serta peningkatan visualisasi daerah kerja dengan
menggunakan mikroskop dental, memungkinkan para peneliti untuk memiliki
ringkat kontrol dan akurasi yang tinggi selama preparasi abutmen kaninus.
Metodologi preparasi sonoabrasive seperti ini telah diperlihatkan untuk
menghasilkan kehilangan substansi gigi yang lebih sedikit setelah preparasi
dibandingkan dengan menggunakan traditional rotary instrumentation dan secara
tradisional diusulkan untuk preparasi lesi kavitas klass II aau finishing margin
prostetik hingga pencetakan akhir prostetik. Berdasarakan pengetahuan peneliti, ini
merupakan laporan pertama yang berosilasi instumentasi untuk preparasi abutment
untukkantilever, all-ceramic RBFPD5.

Bila terdapat kondisi klinis yang sesuai, kantilever all-ceramic RBFPD lebih
konservatif secara alami, membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk dokter gigi
untuk preparasi dan pencetakan, dan tidak terlalu memberatkan dalam pengiriman
dibandingkan dengan conventional double-retainer, all-ceramic RBFPDs. Untuk
pasien dengan keterbatasan finansial, harga pembuatan di laboratorium juga akan
berkurang dibandingkan dengan konvesional double-retainer, all-ceramic
RBFPDs. Selain itu, terdapat hasil yang signifikan dalam berkurangnya
kemungkinan untuk perkembangan karies rekuren pada sayap retainer gigi tiruan
kantilever, seperti kejadian yang menyebabkan hilangnya protesis, mendorong
pasien untuk kembali ke doter gigi untuk melakukan pembondingan ulang atau
perbaikan5.

30
BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Kantilever, all-ceramic RBFPD adalah gigi tiruan yang diposisikan secara unik
yang dapat berfungsi sebagai gigi tiruan definitif dengan invasif minimal untuk
pasien yang tidak diindikasikan untuk perawatan implant, atau sebagai gigi tiruan
cekat sementara jangka panjang untuk pasisen yang menginginkan perawatan
implant sebagai perawatan selanjutnya, dengan pertimbangan pertubuhan skeletal,
kesehatan, atau keuangan5.

5.2 Saran

Untuk mendapatkan data yang berpotensi memvalidasi rencana perawatan yang


digunakan dalam kasus ini, diperlukan laporan kasus selanjutnya yang lebih ideal,
bersifat acak, penelitian klinis yang melibatkan populasi yang lebih besar dengan
waktu follow-up yang lebih panjang (lebih dari 5 tahun) disarankan5.

31
DAFTAR PUSTAKA

1. Bhapkar P, Botre A, Menon P, Gubrellay P. Andrew’s bridge system: an


esthetic option [Internet]. 2015 [dikutip 23 November 2017]. Tersedia pada:
http://www.jdas.in/article.asp?issn=2277-
4696;year=2015;volume=4;issue=1;spage=36;epage=40;aulast=Bhapkar
2. Snigdha Singh, Niyati Singh. Treatment planning for fixed partial dentures.
International Journal of Oral Health and Medical Research. 2015; 2(2): 99-101
3. Maggio MP, Bergler M, Kerrigan D, Mlatz MB. Treatment of maxillary lateral
incisor agenesis with zirconia-based all-ceramic resin-bonded fixed partial
denture: a case report. The American Journal of Esthetic Dentistry. 2012; 2(4):
2-13.
4. Nallaswamy D. Textbook of prosthodontcs. New Delhi; Jaypee: 2003.
5. Barwacz CA, Hernandez M, Husemann RH. Minimally invasive preparation
and design of a cantilevered, all-ceramic, resin-bonded, fixed partial denture in
esthetic zone: a case report and descriptive review. Journal of Esthetic and
Restorative Dentistry.2014; 26 (5): 314-23.
6. Shillinburg HT, Hobo S, Whitsett LD, Jacobi R, Brackett SE. Fundamental of
Fixed Prosthodontics 4th ed. Chicago; Quintessence Publishing Co: 2015.
7. Sumartati Y, Dipoyono MH, Sugiatno E. Pembuatan cantilever bridge anterior
rahang atas sebagai koreksi estetik. Maj Ked Gi. 2012; 19(2): 162-170.
8. Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone; 2001.
9. Lally U. Resin-bonded fixed partial denture past and present- an overview.
Journal of the Irish Dental Association. 2014; 58 (6): 294-300.
10. Rizki C, Firman D, Adenan A. Gigi truan jembatan sebagai perawatan alternatif
pada kasus kehilangan satu gigi. Dentofasial. 2012; 11 (2): 105-110.
11. Daouahi N, Hadyoau D, Cherif M. Bonding of all ceramic restoration.
Dentistry. 2015; 5 (10): 1-5.

32

Anda mungkin juga menyukai