NIM : 21102000019
SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal pada kedua belah sisi (Bilateral Free end).
2. Klas II
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal tetapi hanya pada satu sisi saja (Unilateral Free end).
3. Klas III
Daerah yang tidak bergigi terletak di antara gigi (paradental) atau masih ada
gigi di bagian posterior sadel (Bounded Sadle).
4. KlasIV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati median
line.
Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan letak klamer menurut Miller
ditentukan sebagai berikut:
1. Klas I
Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus
berhadapan dan tegak lurus median line.
2. Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan
membentuk garis diagonal serta melewati median line.
3. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan suatu
segitiga yang terletak di tengah gigi tiruan.
4. Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga
apabila klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus, merupakan
suatu segi empat yang terletak di tengah gigi tiruan.
1. Cengkeram
a. Cengkeram Kawat merupakan jenis cengkram yang lengan-lengannya
terbuat dari kawat jadi (wrought wire). Ukuran dan jenis kawat yang
sering digunakan untuk pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
adalah yang bulat dengan diameter 0,7 mm untuk gigi anterior dan
premolar. Kawat berdiameter 0,8 mm untuk gigi molar (Gunadi dkk,
1991:161).
b. Syarat- syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan cengkeram yaitu,
sandaran dan badan tidak boleh mengganggu oklusi maupun artikulasi,
lengan cengkeram melewati garis survei, ujung lengan cengkeram harus
bulat dan tidak ada bekas tang dan lekukan yang rusak.
c. Macam-macam cengkeram kawat
Cengkeram kawat di kelompokkan menjadi dua, yaitu cengkeram
oklusal dan cengkeram gingival dimana masing-masing dibagi menjadi
beberapa bentuk (Gunadi dkk,1991:163).
1) Cengkeram kawat oklusal
Kelompok ini disebut jugaa circumferential type clasp dan merupakan
bentuk yang umum adapun bentuk cengkramnya antara lain:
a) Cengkeram Jackson
Indikasi pemakaian cengkeram ini merupakan penahan langsung
orthodontik.
c) Cengkeram S
Cengkeram ini berbentuk seperti huruf S, bersandar pada
singulum gigi kaninus. Bisa digunakan untuk gigi kaninus bawah
dan gigi kaninus atas bila ruang interoklusalnya cukup.
Gambar 2.3 Cengkeram S
(Gunadi dkk,1991:165)
b) Cengkeram C
Lengan retentif cengkram ini seperti cengkeram setengah jackson
dengan pangkal ditanam pada basis.
Gambar 2.5 Cengkram C
(Gunadi dkk, 1991:167)
2. Elemen gigi
Elemen atau gigi tiruan merupakan bagian dari gigi tiruan sebagian
lepasan yang berfungsi menggantikan gigi asli yang hilang (Gunadi, 1991:206)
Faktor yang diperhatikan dalam pemilihan gigi:
a. Ukuran gigi
Ukuran elemen harus sesuai dengan gigi sejenis pada sisi sebelahnya.
Pada pemilihan ukuran gigi hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu
panjang dan lebar gigi.
b. Bentuk gigi
Bentuk gigi tiruan hendaknya dibuat harmonis dengan bentuk wajah.
Terdapat tiga bentuk wajah yaitu persegi, oval dan segitiga, bentuk
permukaan
labial gigi depan biasanya dipilih sesuai dengan bentuk profil wajah
pasien yang bersangkutan.
c. Warna gigi
Pengaruh warna dalam pemilihan elemen gigi tiruan sangat besar.
Pada umumnya warna gigi depan berkisar antara kuning sampai
kecoklatan atau abu- abu, dan putih.
11
Pada akhirnya pembuatan GTSL sangat tergantung pada peran serta pasien
untuk mau dan dapat beradaptasi dalam pemakaiannya.
F. Keuntungan Gigi Tiruan Sebagian Lepasan
Keuntungan GTSL adalah:
1. Pasien dapat memakai dan melepas sendiri sehingga mudah dan cepat
dalam membersihkannya.
2. Mudah di preparasi bila ada kerusakan.
3. Harganya relatif murah jika dibandingkan dengan GTC.
4. Mengembalikan fungsi bicara atau fonetik.
5. Membantu mempertahankan gigi yang masih tinggal
6. Memperbaiki oklusi
7. Meningkatkan distribusi beban kunyah.
G. Surveying
Surveying adalah menentukan secara akurat kontur ketinggian
maksimum dalam kaitannya dengan dimana model diposisikan atay prosedur
melokalisasikan dan menggambarkan bentuk dan posisi gigi sebelum
mengerjakan gigi tiruan sebagian lepasan.
- Manfaat surveying:
1. Dapat menentukan arah pemasangan (path of insertion) yang paling baik
sehingga terjadi sangkutan (interference) pada saat geligi tiruan dipasang
dan dikeluarkan.
2. Menentukan lokasi dan besarnya daerah gerong pada permukaan gigi.
3. Menentukan estetik, sehingga penempatan cangkolan tidak mengganggu
estetika.
4. Melakukan penutupan daerah gerong (block-out).
5. Membentuk model malam sehingga sesuai dengan arah pemasangan
- Tahapan surveying
1. Menentukan part of insertion and displacement
12
Analyzing root seluruh model kerja yang bersinggungan dengan plat
akrilik, dilakukan analisa undercut hingga tercapai undercut yang minimal
2. Menentukan lengkung terbesar dan undercut (desire and undesire)
Untuk menentukan lengan retentif (dibukal) dan lengan pengimbang
(dipalatal) dapat menggunakan carbon marker yang disurvey seluruh
model kerja yang bersinggungan dengan plat akrilik
3. Tripoding
Pemberian 3 tanda pada permukaan model kerja yang tujuan untuk
mengembalikan posisi semula pada meja basis surveyor
4. Block out
Apabila terdapat undercut dari hasil survey maka dilakukan penutupan
area undercut. Dimana area dibawah garis survey ditutup dengan
menggunakan gips dan dibentuk hingga lurus arah vertikal dari garis
survey
13
BAB III
LAPORAN KASUS
14
Pasien belum pernah datang ke dokter gigi untuk melakukan pencabutan
gigi bungsu kiri atas dan bawah yang impaksi.
5. Past medical history
a. Pernah rawat inap di rumah sakit : tidak pernah
b. Penyakit diabetes mellitus : d.t.a.k
c. Penyakit darah tinggi : d.t.a.k
d. Penyakit gastroinstentinal : d.t.a.k
e. Penyakit jantung : d.t.a.k
f. Penyakit limfe : d.t,a,k
g. Penyakit liver : d.t.a.k
h. Penyakit ginjal : d.t.a.k
i. Penyakit kulit : d.t.a.k
j. Penyakit infeksi menular : d.t.a.k
k. Penyakit paru-paru : d.t.a.k
l. Riwayat perdarahan : d.t.a.k
m. Riwayat alergi : d.t.a.k
n. Epilepsi : d.t.a.k
o. Family History
- Penyakit diabetes melitus : d.t.a.k
- Penyakit infeksi menular : d.t.a.k
- Lain-lain :-
III.3 Pemeriksaan Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tekanan Darah :-
b. Berat Badan :-
c. Temperatur :-
d. Nadi :-
e. Respiration Rate :-
f. Tinggi Badan :-
15
2. Pemeriksaan Ekstra Oral
a. Bentuk wajah : oval/square/tapering
b. Mata : simetris/asimetris
c. Warna kulit : sawo matang
d. Telinga : simetris
e. Tonus bibir : normal
f. Sendi / TMJ
Auskultasi : terdapat bunyi clicking di regio kanan
Range of Motion : deviasi saat membuka mulut
3. Pemeriksaan Intra Oral
a. Gigi geligi
- Gigi hilang
Mandibula : gigi 45, 46, 47, 48 dan 34
- Gigi sisa akar : gigi 36, 37 dan gigi 38, 37 tidak tumbuh
Lengkung rahang
- Maksila :
- Mandibula :
b. Residual ridge : high well, low well, knife edge, bulbous, flat
c. Mukosa : normal
d. Mukosa bibir : normal
e. Kedalaman vestibulum : dalam/sedang / rendah
f. Frenulum : tinggi/sedang /rendah
g. Lidah
a. Bentuk : normal, tidak ada kelainan
b. Aktifitas : normal, tidak ada kelainan
h. Palatum
- Reflek muntah exaggerated
i. Saliva
16
- Kualitas : mucous serous
- Kuantitas : normal
j. OHIS baik
III.4 Ringkasan Kasus
Pasien laki - laki berusia 40 tahun datang ke RSIGM SA dengan
keluhan sulit makan dan ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak dilepas pasang.
Pemeriksaan intraoral ditemukan kehilangan gigi 47, 46,45,34 dan sisa akar
yang tidak dipertahankan pada gigi 36,37 dan gigi 38,48 tidak tumbuh.
Pemeriksaan tahanan jaringan tinggi, reflex muntah exaggerated.
17
BAB IV
PROSEDUR DAN RENCANA PERAWATAN
IV.1 Tahap Klinis
Mouth Preparation
Merupakan persiapan-persiapan di dalam rongga mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan lepasan
sebagian. Persiapan tersebut meliputi:
1) Perawatan periodontal, dilakukan scaling
2) pencabutan gigi yang tidak mungkin dipertahankan (gigi 36 dan 37).
KUNJUNGAN 1
1. Anamnesa dan pemeriksaan obyektif
2. Indikasi
3. Membuat Model Studi
a. Sendok Cetak : Edentelous Stock Tray (disesuaikan dengan
ukuran pasien )
b. Bahan Cetak : Hydrocolloid Irreversible (alginat)
c. Metode Mencetak : mukostatik
Cara mencetak :
1. Posisi ergonomis harus diterapkan
Posisi dental unit 90o Oklusal pasien sejajar dengan siku operator.
Posisi operator pada saat mencetak rahang atas adalah di kanan
belakang pasien dan rahang bawah di sebelah kanan depan pasien.
2. Dilakukan try in sendok cetak
3. Manipulasi material cetak dengan dibuat adonan alginate dan air
dengan perbandingan sesuai anjuran pabrik, sampai dicapai
konsistensi tertentu
4. Aplikasi material cetak dengan dimasukkan ke dalam sendok cetak
dengan merata, kemudian dimasukkan ke dalam mulut dan tekan pada
processus alveolaris rahang atas dan rahang bawah dengan otot-otot
bibir dan pipi ditarik. Disamping itu dilakukan muscle triming agar
18
bahan cetak mencapai lipatan mukobukal. Posisi dipertahankan sampai
setting, kemudian sendok diambil dan diamati bila ada kekurangan.
Hasil cetakan diisi gips stone dan disebut model study.
5. Sterilisasi hasil cetakan. Kemudian di cor menggunakan gips stone
6. Pembuatan model studi
Desain GTSL
- Menentukan kelas dari masing-masing daerah yang tidak bergigi
a. Mandibula : kelas 1 modifikasi 1
- Menentukan macam dukungan dari setiap sadel
a. Mandibula : dukungan gigi dan mukosa (kombinasi)
- Menentukan penahan
a. Mandibula : cengkeram bersandaran pada gigi 33, 35, 44
6
\
1
2
3
Keterangan:
1. Perluasan basis bukal
2. Cengkeram half Jackson
3. Plat akrilik
4. Cengkram 3 jari
5. Perluasan basis bukal
6. Gigi anasir
19
Melakukan Prosedur Pembuatan Sendok Cetak Individual
1. Pembuatan batas sendok cetak pada model studi.
Model study yang sudah jadi tersebut dibuat sendok cetak individual khusus
pada RA dan RB dengan batas-batas yang telah ditentukan dengan bahan
shellac, dengan batas 2 mm lebih pendek dari batas GTSL agar tersedia ruang
yang cukup untuk memanipulasi bahan pembentuk tepi (border material).
2. Pembuatan sendok cetak individual dengan bahan shellac yang dipanaskan
pada lampu spirtus lalu ditekan di atas study model. Shellac dipotong sesuai
batas-batas yang telah digambar pada study model. Shellac dipotong dengan
menggunakan gunting saat masih lunak atau dengan bur bila sudah mengeras.
3. Pembuatan lubang pada sendok cetak RA dan RB untuk mengalirkan
kelebihan bahan cetak, karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang
berlebihan pada gigi tiruan pada jaringan pendukungnya, sehingga lubang
dibuat pada daerah yang tidak menerima tekanan. Lubang dibuat dengan
menggunakan bur metal bulat low speed no. 8 dengan jarak masing-masing 5
mm.
4. Melakukan prosedur pembuatan gagang sendok cetak.
Pegangan sendok cetak individual rahang atas dibuat ke arah bawah
sedangkan untuk rahang bawah mengarah ke arah atas agar sendok tidak
terhalang oleh bibir pasien saat pencetakan.
5. Melakukan penghalusan tepi sendok cetak dengan rubber bur
KUNJUNGAN 2
1. Preparasi gigi abutment
Preparasi gigi abutment yang akan dijadikan sebagai sandaran oklusal.
Preparasi dilakukan pada gigi 33, 35, 44
2. Mencoba Sendok Individual
- Stabilisasi : menghindari muscular attachment
- Relief area : tercakup semua baik rahang bawah
20
- Sendok cetak : sendok cetak individual (shellac)
- Bahan cetak : elastomer
- Metode mencetak : mukodinamik
3. Pembuatan Border moulding
Setelah sendok cetak sesuai dengan bawah tidak ada retensi pada saat
dipasang dan dilepas, tahap selanjutnya Border moulding menggunakan
greenstick
1. Panaskan greenstick compound pada lampu spirtus.
2. Aplikasikan greenstick pada tepi sendok cetak di daerah sadle.
Landasan sendok cetak pada bagian tepinya yang sudah dipotong diberi
greenstick coumpound untuk mendapatkan cetakan dengan peripheral seal
yang baik. Setelah greenstick dipanaskan diatas lampu spirtus, rendam
sebentar ke dalam air beberapa detik agar saat greenstick dipanaskan pasien
tidak terkena panas secara langsung. Greenstick ditambahkan sedikit demi
sedikit pada tepi luar sendok cetak. . Malam tersebut dilunakkan dan
diaplikasikan di seluruh linggir sendok cetak custom setinggi 2-3 mm.
3. Insersi sendok cetak ke mulut pasien saat greenstick masih hangat
4. Gerakkan otot mulut pasien agar greenstick dapat mencetak batas dan bentuk
mukobukal fold.
Border molding dilakukan dengan menstimulasi fungsi jaringan. Untuk
rahang atas pada aspek labial dan bukal, stimulasi jaringan dilakukan dengan
menarik bibir keluar untuk aspek labial, dan ke lateral dari sudut mulut untuk
aspek bukal. Setelah itu tentukan hamular notch dengan menggunakan T
burnisher dilanjutkan dengan menentukan “AH’line. Untuk rahang bawah
pada bagian lingual, pasien diminta menggerakan lidah sampai menyentuh
bibir atas dan mukosa bukal kanan kiri.
4. Melakukan Prosedur Pencetakan Model Kerja
Sendok cetak : sellac base plate
Bahan cetak : elastomer (polyvinylsiloxane)
21
Metode mencetak : mucodynamic
Bahan elastomer ini bersifat hidrofobik sehingga harus dalam keadaan
kering agar dapat tercetak dengan baik. Mukosa yang akan di cetak
dikeringkan terlebih dahulu dengan cotton roll. Pasien diinstruksikan untuk
tegak agar bahan cetak tidak mengalir ke belakang.
Cara mencetak :
1. Posisi ergonomis.
RA : posisi operator di samping kanan belakang pasien
RB : posisi operator di samping kanan depan pasien
2. Asisten mengaduk bahan cetak elastomer monophause atau tipe 3 dengan
perbandingan base : katalis = 1 : 1
3. Taruh bahan cetak pada sendok cetak
4. Cetakkan pada mulut pasien
RA :
a. Pasien mengucapkan “ah” untuk mencetak vibrating line.
b. Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis,
frenulum labialis superior.
RB :
a. Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulum lingualis.
b. Pasien mengucapkan “oh” untuk mencetak frenulum buccalis dan
frenulum labialis inferior.
5. Tunggu sampai bahan cetak mengeras. Kemudian cetakan dilepas dan
dicuci. Setelah itu dicor menggunakan gips stone.
22
malam boxing paling tinggi 13 mm sehingga gips stone dan pekerjan mengecor
lebih mudah. Kemudian cetakan rahang akhir di cor dengan gips stone.
Melakukan Surveying
5. Menentukan part of insertion and dispacement
Analyzing root seluruh model kerja yang bersinggungan dengan plat akrilik,
dilakukan analisa undercut hingga tercapai undercut yang minimal
6. Menentukan lengkung terbesar dan undercut (desire and undesire)
Untuk menentukan lengan retentif (dibukal) dan lengan pengimbang
(dipalatal) dapat menggunakan carbon marker yang disurvey seluruh model
kerja yang bersinggungan dengan plat akrilik
7. Tripoding
Pemberian 3 tanda pada permukaan model kerja yang tujuan untuk
mengembalikan posisi semula pada meja basis surveyor
8. Block out
Apabila terdapat undercut dari hasil survey maka dilakukan penutupan area
undercut. Dimana area dibawah garis survey ditutup dengan menggunakan
gips dan dibentuk hingga lurus arah vertikal dari garis survey
23
2. Pencatatan Maxillo-Mandibular Relationship (MMR).
1. Penentuan DVRP dan DVO
a) Dilakukan pencarian pada DVRP terlebih
- DVRP diukur dengan menghitung jarak pupil dan sudut mulut (PM)
sama dengan jarak hidung dengan dagu (HD).
- Dengan cara metode fonetik, pasien diinstruksikan untuk
mengucapkan huruf M dengan bibir kontak ringan. Setelah
mengucapkan huruf M, lakukan pengukuran jarak PM dan HD. Pada
DVRP PM=HD ( menggunakan metode willis), atau dapat dengan
menggunakan metode two dot technique. yaitu dengan pada ujung
hidung dan ujung dagu kemudian lakukan pengukuran DVRP. Setelah
itu lakukan penghitungan berapa mili jarak hidung dagu.
b) Setelah diperoleh DVRP, lakukan penentuan DVO
- vertikal oklusi (DVO) yang diukur dengan cara jarak HD sama dengan
jarak PM dikurangi 2 mm atau DVO berarti HD =PM – free way space
( metode willis) atau DVO = DVRP- free way space (two dot
technique).
- bite rim RA dan RB dicacah agar lunak dan bisa gigit serta terdapat
jejas gigit dari pasien. Pasien menggigit bite rim yang sudah lunak
sampai pada posisi DVO.
- Jika DVO telah tepat, dapat ditandai dengan pasien dapat menelan
ludah dengan nyaman dan dapat mengucapkan huruf mendesis dengan
jelas.
2. Penentuan relasi sentris atau dimensi horizontal.
- Penentuan relasi sentris atau dimensi horizontal dengan metode fatigue
- Dengan mengintruksikan pasien untuk menengadahkan kepala pasien
sedemikian rupa sehingga prosessus Condyloideus akan tertarik pada
fossa bagian belakang karena tarikan dari otot dan mengintruksikan
24
untuk menelan berulang-ulang. Untuk mendapatkan sentrik relasi
pasien disuruh melakukan gerakan mandibula berulang-ulang sampai
pasien biasa dengan oklusi tersebut
- Pastikan pasien dapat buka tutup mulut sesuai dengan jejas gigit di
bite rim yang didapatkan pada saat DVO
3. Fiksasi
Setelah diperoleh relasi sentrik, dilakukan fiksasi bisa dengan 3 cara yaitu :
- Dibuat groove berbentuk V (double V groove) pada kanan dan kiri bite
rim RA bagian posterior (daerah P1 dan Ml RA), kemudian groove
diberi vaselin. Pada bite rim RB diberi tambahan wax atau gulungan
malam kecil yang telah dilunakkan di bawah double V groove RA
menyesuaikan groove RA kemudian katupkan dengan bite rim RA,
kemudian pasien disuruh menggigit kembali pada oklusi sentrik.
- Fiksasi dengan paper clip pada rahang atas dan rahang bawah
- Pemanasan dengan menggunakan lecron
4. Bersihkan dan sterilkan dengan disemprot alcohol.
Melakukan Prosedur Penanaman Artikulator
1. Penanaman dengan meja articulator atau jika tidak ada dengan bantuan lilin
mainan
2. Jika dengan meja articulator, daerah gigi dan bite rim RA posterior sejajar meja
articulator
3. Jika menggunakan malam mainan, model RA dan RB dioklusikan, daerah
posterior sejajar karet gelang yang dibentangkan pada tiang vertical dan tengah pin
insisal
4. Pin insisal menyentuh median line RA
5. Aduk gips plaster tuangkan pada basis model RA tunggu sampai mengering
6. Articulator dibalik, posisi model RB diatas
7. Aduk gips tuangkan pada basis model RA tunggu sampai mongering
25
Penyusunan Gigi Anasir
Penyusunan gigi tiruan sesuai dengan daerah tak begigi dimana pada kasus ini
akan dilakukan penyusunan pada regio posteroenterior pada rahang bawah (gigi
47,46,45,34,36,37). Pemilihan bentuk gigi sesuai dengan bentuk muka dan bentuk
rahang (square, tapering, ovoid) dilihat dari pandangan fasial. Jenis kelamin pria
mempunyai permukaan labial yang datar dan wanita mempunyai permukaan labial
yang lebih cembung. Dalam penyusunan gigi harus disesuaikan derajat oklusi dari
pasien, sehingga dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
KUNJUNGAN 4
Try in susunan gigi
1. Evaluasi warna, bentuk dan ukuran gigi anasir
2. Gigi anasir disusun mengikuti oklusi dengan gigi asli yang berantagonis
3. Jika gigi anasir beroklusi dengan gigi anasir disusun cups ke fossa
4. Tidak boleh ada kontak premature yang menyebabkan oklusi gigi asli dengan
gigi asli di model menjadi tidak berkontak
KUNJUNGAN 5
1. Pembuatan klamer
Dilakukan pembuatan klamer dengan menggunakan kawat sesuai dengan desain yang
telah dibuat diantara yaitu klamer 3 jari, dan half jackson,
2. Melakukan prosedur try in model malam
1. Model malam diinsersikan pada pasien
2. Periksa oklusi gigi anasir dengan gigi asli pasien pada pasien tidak menyebabkan
openbite
2. Wax contouring RA RB
1. Seluruh permukaan fasial, lingual/palatal dan
oklusal/insisal gigi anasir dibersihkan dari malam merah yang menempel
2. Batas margin gingiva terlihat
3. Membuat kontur akar dan festoon pada sayap
bukal
26
4. Permukaan wax halus dan mengkilap
3. Processing
a. Melakukan flasking,
b. Melakukan boiling out, yaitu untuk menghilangkan malam dengan jalan di
godog dari model malam dalam cuvet untuk mendapatkan suatu mould space
c. Kemudian melakukan packing dan deflesking
4. finishing dan polishing
a. hilangkan akses akrilik dengan menggunakan tungsten bur/ fresher bur.
Jangan lakukan langkah tersebut pada polishing surface. Kemudian haluskan
polishing surface dengan menggunakan amplas.
b. Lakukan evaluasi fitting surface, tandai ekses kecil ( akibat gelembung udara)
c. Hilangkan akses kecil menggunakan fine tunhsten bur. Hati- hati jangan
sampai melukai fitting surface.
d. Campur serbuk pumice dengan air hingga konsistensi seperti bubur. Hal ini
berfungsi meningkatkan kontak pumice dengan gigi tiruan & mencegah
akrilik tergores. Poles polishing surface dengan menggunakan sikat dan
pumice.
e. Sesuaikan ukuran sikat yang digunakan sesuai dengan daerah yang ingin
disikat.
f. Dengan menggunakan polishing wax untuk mengkilapkan polishing surface
g. Pemolesan gigi tiruan dengan menggunakan soft wool mop. Polishing surface
tampak mengkilap dan bebas dari goresan
h. Rendam gigi tiruan yang telah dilakukan polishing didalam air bersih selama
48 jam sebelum diinsersikan.
KUNJUNGAN 6
1. Melakukan Prosedur Insersi
1. GTSL yang akan diinsersi telah direndam dalam
wadah berisi air selama 24 jam untuk menghilangkan monomer sisa
27
2. Periksa kehalusan tepi GTSL diluar mulut
3. Insersikan pada mulut pasien
4. Periksa adaptasi cengkram dengan gigi
penyangga
5. Periksa retensi dan stabilisasi (GTSL tidak
terlepas saat ditekan di salah satu sisi)
6. Periksa oklusi dan artikulasi dengan articulating
paper (kurangi daerah yang bertanda jejas menebal pada gigi anasir sampai tanda
tekanannya merata dengan stone bur)
7. Instruksi pasien :
a. Ajarkan cara memasang dan melepas GTSL
pada pasien
b. GTSL dipakai selama 24 jam untuk adaptasi
c. GTSL dilepas saat istirahat dan ditaruh wadah
yang berisi air
d. Membersihkan GTSL dengan sikat halus dan
sabun cair
e. Kontrol 1 minggu dan 6 bulan sekali.
KUNJUNGAN 7
1. Melakukan Evaluasi Perawatan Yang
Telah Diberikan/Dilakukan Sebelumnya)
1. Melakukan anamnesis
2. Melakukan pemeriksaan fisik
dan stomatognatik
3. Melakukan komunikasi,
informasi, dan edukasi tentang evaluasi hasil perawatan GTSL yang telah
digunakan pasien
28
BAB V
PROGNOSA
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan ini diperkirakan baik,
dengan mempertimbangkan:
1) Jaringan pendukung sehat
2) Kesehatan umum pasien baik
3) Pasien kooperatif dan komunikatif
29
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Hazari, Puja., Singh, Kapil Pal dan Gaikwad, Ajay. 2015. Different Classification
Systems Of Complete Denture Patients Based On Mental Attitude: A Review. Ijocr .
Volume 3 Issue 2
Kristiana, Dewi., Gunadi,Achmad dan Fluidayanti, Inetia. 2016. Distribution Of
Tooth Loss Based On Kennedy Classification And Types Of Denture For Patient In
Dental Hospital Of Jember University. Jurnal Forkinas Vi Fkg Unej.
Mandanie,Sefy Ayu dan Wahjuni, Sri. 2017. Fabrication of combinated prothesis
with castable extracoronal attachments (laboratory procedure). Journal of Vocational
Health Studies. Vol 1.
Nastiti, Endra., Jati, Wahyu., Septiwi,Betty Dan Sukini. 2016. Motivasi Internal Dan
Eksternal Pemakaian Gigi Tiruan Paguyuban Lansia “ Sehat Bugar” Poltekkes
Semarang. Jurnal Kesehatan Gigi. Vol2.
Siagan, Krista V. 2016. Kehilangan Sebagian Gigi Pada Rongga Mulut. Jurnal E-
Clinic(Ecli), Vol 4,Nomor 1.
Wahjuni, Sri dan Setyowati, Okti. 2019. Pattern Of Demand For Making Dentures At
Dental Laboratory In Surabaya City, Indonesia. Journal of Vocational Health Studies.
vol 03.
30
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh
Semarang,.........………………..2021
31