TINJAUAN PUSTAKA
sebagian/partial denture) ialah suatu protesa yang mengganti satu atau lebih
dari satu gigi yang disangga sebagian besar oleh gusi. Protesa ini
tiruan sebagian lepasan merupakan setiap alat yang dapat dipasang dan
dikeluarkan oleh pasien yang menggantikan satu elemen gigi atau lebih,
geligi bersamaan dengan geligi yang masih ada (Battistuzzi, dkk, 1996:16).
6
7
huruf T, V, F, D, dan S), estetik, serta menjaga kesehatan rongga mulut dan
rahang.
dimana masih ada gigi asli yang bisa dijadikan panduan atau
menjadi sulit karena ruangan yang tersedia sudah tak sesuai lagi,
dkk, 1991:206).
1) Pemilihan Gigi :
a) Bentuk Gigi
b) Ukuran
Tidak ada gigi insisif pertama yang lebarnya kurang dari 7,8
c) Tekstur Permukaan
d) Warna
e) Bahan
dkk, 1991:213-215).
dkk, 1991:215).
gigi, karena pada salah satu ujung sadel seperti ini tidak ada
c. Cengkeram Kawat
karena protesa resin masih sering dibuat. Kawat jadi yang sering
dan premolar serta 0,8 mm untuk gigi molar (Gunadi, dkk, 1991:
161).
Selain itu, Anton Margo juga menyatakan adanya kawat jenis baja
tahan karat (stainles steel). Jenis terakhir ini tersedia dalam bentuk
pengaruh dalam mulut, seperti tak berkarat, tak memberi rasa dan
1991:161).
setengah bulat.
12
artikulasi.
patah.
13
dari basis geligi tiruan atau arah gingiva. Dalam kelompok ini
Gambar 2.2
Cengkeram C
(Sumber : Gunadi, 1991)
163-165):
1. Cengkeram Jackson
lingkaran terbesar.
Gambar 2.3
Cengkeram Jackson
( Sumber Gunadi, 1991)
atau cengkeram C.
15
Gambar 2.4
Cengkeram Setengah Jackson
( Sumber Gunadi, 1991 )
3. Cengkeram S
Gambar 2.5
Cengkeram S
( Sumber Gunadi, 1991 )
salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan.
Dasar dari desain gigi tiruan berfungsi untuk mengurangi beban, membagi
beban antara gigi dan ridge, serta membagi beban dengan perluasan basis.
Prinsip desain untuk gigi tiruan sebagian lepasan meliputi hal-hal seperti:
harus memperhatikan gigi yang masih ada, oklusi yang harmonis, kebersihan
16
(retensi dan stabilisasi). Prinsip lainnya ialah adaptasi landasan harus baik
agar distribusi tegangan juga baik, serta merencanakan untuk masa depan
(misalnya gigi tiruan masih dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama)
(Gunadi, dkk, 1995:309), baik yang terbuat dari resin akrilik, maupun
daerah tak bergigi (DTG) dapat dibagi atas enam kelas (Owen,
2000:57):
1) Kelas I
2) Kelas II
3) Kelas III
4) Kelas IV
midline.
5) Kelas V
6) Kelas VI
sadel dari gigi tiruan dibagi dua macam dan dikenal dengan sebutan
berujung bebas (free end saddle). Ada tiga pilihan untuk dukungan
sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa, atau dari
bebas, dukungan bisa berasal dari mukosa, atau dari gigi dan
lepasan:
1995:311).
2) Panjang Sadel
Untuk sadel yang pendek dengan gigi tetangga yang kuat Freddy
dari gigi. Namun, bila sadelnya panjang dan gigi tetangga serta
3) Jumlah Sadel
1995:311).
4) Keadaan Rahang
diperhatikan faktor:
pendukung.
20
mungkin.
1. Retensi
gaya yang tegak lurus pada bidang oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan
terhadap gaya tersebut, gigi tiruan mempunyai retensi yang cukup kuat
2. Stabilisasi
horizontal, sedangkan gigi tiruan yang stabil ialah gigi tiruan yang selama
tetap pada tempatnya apabila kekuatan retentif yang bekerja pada gigi tiruan
cengkeram kedua (lengan pengmbang) yang terletak pada sisi yang lain dari
elemen penyangga. Hal ini akan menjaga agar setiap gaya yang dibebankan
pada elemen oleh lengan retensi akan dinetralisir oleh gaya yang sama,
gaya horizontal yang terjadi tidak dapat memberi beban yang merugikan pada
D. Oklusi
terlihat jika mandibula dalam keadaan diam maka akan tampak keadaan
Adapun fungsi dari oklusi itu sendiri ialah sebagai kontak antara gigi-
geligi dan antara gigi dengan makanan selama fungsi mastikasi. Sedangkan
parafungsi (fungsi yang keliru) ialah kontak yang terjadi antara gigi-gigi yang
berantagonis dalam keadaan mulut kosong. Parafungsi ini sering terjadi pada
antagonis pada waktu yang cukup lama, akan menyebabkan disfungsi oklusi
2007:4).
mulut. Jika gigi yang hilang tidak segera diganti dapat menimbulkan
kesulitan bagi pasien sendiri, seperti mengunyah makanan, adanya gigi yang
alveolar. Menurut Siti Bahirrah (Bahirrah S., 2004:7), ekstrusi juga dapat
diartikan sebagai pergerakan gigi keluar dari alveolus dimana akar mengikuti
mahkota. Menurut Haryanto A.G dan Indra S., ekstrusi dapat terjadi karena
adanya ruang bekas gigi yang dibiarkan begitu saja sehingga tidak adanya
23
kontak oklusi yang dapat menahan saat mengunyah, akibatnya adalah beban
akan menjadi rumit dan membutuhkan waktu yang lama apabila terjadi
kontak oklusi prematur atau interferensi oklusal, karena gigi yang mengalami
mukosa jika oklusi prematur diterima oleh sadel, serta dapat menyebabkan
disfungsi otot kunyah dan wajah bila pasien mencoba menghindari kontak
Gambar 2.6
Ekstrusi
(Sumber https://dentosca.wordpress.com/2011/04/17/hubungan-trauma-
from-occlusion-tfo-dengan-penyakit-periodontal/)
pasien. Hal ini sesuai dengan prinsip biomekanik, yaitu gaya oklusal harus
menjadi lebih kecil. Hal ini dapat mencegah pergerakan basis sehingga dapat
pada rahang bawah dapat dilakukan dengan cara menutupi retromolar pad
dan meluas ke lateral sampai sulkus bukalis, karena dengan cara ini linggir
F. Torus Palatinus
lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria, dengan rasio 2:1, dan
puncaknya pada usia dewasa muda. Melalui studi yang dilakukan Bukhari
dkk, terhadap 300 pasien yang ada di Indonesia, melalui pemeriksaan palpasi
menunjukan jumlah yang besar pada pasien yang memiliki torus palatinus
daerah tengah pada palatum durum sepanjang sutura palatinus media dan
dapat meluas ke lateral kiri atau kanan. Terdiri dari berbagai jenis ukuran.
25
Pada torus palatinus yang berukuran besar dapat mengganggu fungsi bicara
khusus, kecuali pada pasien edentulous yang akan memakai gigi tiruan dan
pada pasien yang merasa terganggu fungsi pengunyahan dan fungsi bicaranya
Gambar 2.7
Torus Palatinus
(Sumber : http://www.healtreatcure.org/mouth/sore-on-roof-of-mouth-
canker-bumps-painful-canker-red-get-rid/)
(ukuran <1cm), kecil/ sedang (ukuran 1-2 cm) dan besar (ukuran > 3 cm)
maupun retensi pada sebuah protesa jika tidak dilakukan bedah pada torus
tersebut, akan tetapi bedah pada torus tidak selalu dibutuhkan. Adanya torus
dapat juga diatasi dengan teknik khusus agar protesa tetap stabil dan memiliki
menggambarkan desain gigi tiruan sebagian rahang atas dengan suatu window
midline yang luas. Ini dapat menjadi alternatif pilihan untuk mengatasi torus
26
kecil pada tengah palatum. Teknik ini dapat dilakukan dengan melapisi 2
lapis tinfoil pada daerah torus, guna menyediakan ruang yang tidak
mengakibatkan nyeri dan trauma. Kegiatan ini dapat dilakukan setelah tahap
flasking dan boiling out (Thalib, Idham, 2005:3). Akan tetapi menurut
Lusiana L.B. dan Haryanto A.G (Gunadi, dkk : 1991:125), ada hal lain yang
Menurut Itjiningsih, syarat model kerja yang baik ialah bersih dari
2. Transfer Desain
dimensi vertikal. Pembuatan rim ini dapat dilakukan dengan dua cara
27
dapat dibuat dengan ukuran : tinggi 12mm, lebar 4mm dan posterior
anterior dapat dibuat dengan ukuran : tinggi 12mm, lebar 4mm, dan
perbandingan 1:1.
elemen gigi tiruan. Penanaman pada okludator yang baik ialah sesuai
gadir median pada model, bidang oklusal sejajar dengan bidang datar,
serta gips pada model kerja rapih atau tidak menutupi batas anatomi
model kerja.
5. Pembuatan Cengkeram
anterior atas, gigi anterior bawah, gigi posterior atas, gigi molar satu
7. Flasking
pembuatan gigi tiruan dibagi menjadi dua, yaitu Holding The Casting
Setelah boiling out, model kerja tetap berada pada kuvet bagian
bawah, sedangkan elemen gigi tiruan akan ikut pada kuvet bagian
elemen gigi tiruan ditutup dengan gips, sehingga setelah boiling out
akan terlihat seperti ruang kecil. Pada waktu packing adonan resin
sudah bersih dari malam atau belum, dan pada saat packing
8. Boiling out
Boiling out bertujuan untuk menghilangkan wax dari model yang telah
1991:151).
9. Packing
kuvet. Ada dua metode packing, yaitu Dry Method dan Wet Method
dimana pada kasus GTSL biasa digunakan teknik Wet Method. Wet
10. Curing
dengan polimernya bila dipanaskan atau ditambah zat kimia lain. Pada
proses curing terdapat dua cara polimerisasi yaitu, secara thermis yang
disebut heat curing dan secara khemis (zat kimia sudah ditambahkan
1991:163).
30
11. Deflasking
12. Finishing
proses membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas gigi tiruan. Hal ini
13. Polishing
tiruan yang licin dan mengkilap. Alat abrasif ini tidak boleh kering