c. Umur Penderita
Gigi tiruan jembatan sebaiknya tidak dibuat pada usia dibawah 17
tahun karena ruang pulpa masih besar, gigi belum tumbuh sempurna, dan
tulang rahang belum cukup padat atau keras.
d. Kesehatan gusi, selaput akar dan tulang
Pada sekitar gigi penyangga keadaan gusi harus sehat, warna dan
konsistensi gusi dapat dijadikan pedoman untuk gusi yang normal. Oklusi
traumatis dapat menyebabkan selaput periodontal meradang dan tulang alveolar
mengalami resorbsi, sehingga dapat menjadikan gigi goyang dan tidak mampu
untuk dijadikan penyangga yang kuat (Martanto, 1981 : 15-18). Kontra Indikasi
dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut:
a. Kebersihan mulut
Pada penderita yang kebersihan mulutnya (oral hygiene) tidak
terpelihara atau tidak dapat memeliharanya karena cacat, pemakaian gigi
tiruan jembatan tidak disarankan dan sebaiknya dibuatkan protesa lepasan.
b. Indeks karies
Indeks karies yang tinggi tidak disarankan untuk memakai retainer
yang tidak menutupi seluruh permukaan mahkota gigi karena mudah terserang
karies.
c. Oklusi
Tekanan kunyah pada oklusi yang abnormal seperti gigitan silang
dapat menekan retainer pada gigi penyangga.
d. Keadaan atau posisi gigi antagonis
Gigi hilang yang tidak segera diganti akan mengakibatkan migrasi dan
ekstrusi. Migrasi dan ekstrusi yang parah merupakan kontra indikasi untuk
dibuatkan gigi tiruan jembatan (Martanto, 1981 : 18-19).
Gigi tiruan jembatan terutama untuk gigi depan harus dibuat menyerupai
gigi asli, tetapi tidak boleh mengorbankan kekuatan dan kebersihannya.
Permukaan logam yang tidak perlu sebaiknya dicegah untuk kepentingan estetika.
Pontik harus mempunyai kedudukan, bentuk dan warna yang sesuai dengan
keadaan sekitarnya dan mempunyai cici-ciri permukaan yang sepadan dengan gigi
tetangganya.
e. Persyaratan Fonetik
Pada umumnya otot-otot mulut segera dapat menyesuaikan diri untuk
menghasilkan suara yang sama sebelum adanya gigi yang hilang. Gigi tiruan
jembatan mampu menyempurnakan pemulihan ini dalam waktu yang pendek
karena tidak adanya basis seperti pada gigi tiruan lepasan. Bagian lingual dari
retainer atau pontik dibuat bentuk dan ukuran yang sama dengan gigi asli
sehingga pasien mudah dan cepat dapat berbicara seperti biasa (Martanto, 1981 :
11-12).
Gambar 2. 1
Rigid Fixed Bridge
(Sumber: Madhok, 2014)
b. Semi Fixed Bridge
Semi fixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan dengan satu ujung
kaku (kaku) pada retainer, sedangkan ujung lainnya berakhir pada satu
5
Gambar 2. 2
Semi Fixed Bridge
(Sumber: Madhok, 2014)
c. Cantilever Bridge
Cantilever bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang sangat
konservatif setelah fixed-fixed bridge, dimana pada salah satu sisinya bersifat
sebagai titik kontak (Madhok, 2014 : 2). Dukungan dapat diperoleh dari satu
atau lebih gigi penyangga pada satu sisi yang sama (Martanto, 1981 : 10).
Gambar 2. 3
Cantilever Bridge
(Sumber: Madhok, 2014)
d. Spring Fixed Bridge
Spring fixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang
menggunakan dukungan gigi dan jaringan, dimana sebuah pontik didukung
dengan konektor panjang yang menghubungkannya dengan abutment. Jenis
gigi tiruan jembatan ini dapat menggunakan lebih dari satu konektor panjang
untuk menambah kekuatannya (Madhok, 2014 : 2).
6
Gambar 2.4
Spring Fixed Bridge
(Sumber: Madhok, 2014)
Gambar 2.5
KomponenGigi Tiruan Jembatan
(Sumber: Herman, 2017)
a. Abutment (penyangga)
Abutment adalah gigi asli yang digunakan sebagai tempat diletakkannya
gigi tiruan jembatan. Mahkota gigi yang baik untuk dijadikan penyangga
hendaknya mempunyai panjang yang normal dan ketebalan dentin yang cukup
(Prajitno, 1991 : 36).
b. Connector
Connector adalah alat yang menghubungkan pontik ke retainer, retainer
ke retainer dan pontik ke pontik. Connector dapat berupa sambungan yang
disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi jika terbuat dari porselen
seluruhnya), dovetail atau stressbreaker, retainer presisi atau lengan spring
yang panjang (Allan dan Foreman, 1994 : 81).
c. Pontic
7
Menurut Allan dan Foreman, pontik adalah gigi buatan pengganti dari
gigi-gigi yang hilang. Fungsi pontic adalah untuk mengembalikan fungsi
kunyah dan bicara, mempertahankan hubungan antara gigi sehingga
mencegah migrasi/ekstrusi (Allan dan Foreman, 1994 : 81).
Ada beberapa desain pontic yang dapat digunakan dalam pembuatan gigi
tiruan jembatan, yaitu:
1) Saddle
Pontic ini paling mirip dengan gigi asli, menggantikan semua
bagian gigi yang hilang. Desain ini membentuk kontak cekung yang besar
dengan daerah ridge, menutupi bagian facial, lingual dan proksimal. Biasa
juga disebut ridge lap karena menutupi seluruh bagian dari ridge
(Setiawan, 2015 :
16).
Gambar 2. 6
Pontik Saddle
(Sumber: Shillingburg, 1997)
2) Modified Ridge Lap
Desain ini memberikan gambaran gigi asli. Pada bagian lingual
dibuat sedikit pembelokan kontur untuk mencegah impaction makanan
dan meminimalkan akumulasi plak (Setiawan, 2015 : 16).
Gambar 2.7
Pontik Modified Ridge Lap
(Sumber: Shillingburg, 1997)
8
3) Hygiene (sanitary)
Istilah hygiene digunakan untuk menggambarkan pontic yang
tidak berkontak dengan edentulous ridge. Pada desain ini ketebalan
oklusal gingival tidak boleh kurang dari 3mm, dan harus ada ruang kosong
dibawahnya untuk memfasilitasi pembersihan (Setiawan, 2015 : 16).
Gambar 2.8
Pontik Hygiene (sanitary)
(Sumber: Shillingburg, 1997)
4) Conical
Pontic ini memiliki bentuk yang bulat dan dapat dibersihkan, tapi
pada bagian ujung lebih kecil dari pada ukuran keseluruhan pontic. Pontic
ini cocok digunakan untuk ridge mandibular yang tipis (Setiawan, 2015 :
16).
Gambar 2. 9
Pontik Conical
(Sumber: Shillingburg, 1997)
5) Ovate
Ovate pontic sudah digunakan sebelum tahun 1930 dan
dipertimbangkan sebagai pengganti pontik tipe saddle untuk mendapatkan
9
Gambar 2. 10
Pontik Ovate
(Sumber: Shillingburg, 1997)
d. Retainer
Menurut Martanto, retainer merupakan
restorasi (mahkota, inlay, pasak/dowel) yang menghubungkan jembatan
dengan penyangga. Retainer dapat dibuat ekstrakoronal,
intrakoronal dan dowel crown (Martanto, 1981 : 5).
1) Retainer ekstrakoronal
Menurut Allan dan Foreman, retainer ini dapat dibuat dari
porselen-logam yang mengikat jaringan gigi bersamasama (Allan dan
Foreman, 1994 : 87). Menurut Martanto Macam-macam retainer
ekstrakoronal yaitu: a) Mahkota penuh
Mahkota penuh merupakan suatu restorasi yang menutupi
seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Mahkota ini dapat
merupakan restorasi yang berdiri sendiri (single unit restoration) atau
sebagai retainer dari jembatan. Mahkota penuh yang yang dibuat dari
logam dipakai sebagai retainer pada gigi-gigi posterior dimana
estetika tidak dibutuhkan. Pada gigi-gigi anterior yang terlihat ketika
mulut dibuka, dibuatkan mahkota penuh dari logam yang dilapisi
porselen atau akrilik pada bagian labial atau bukal untuk estetika
(Martanto, 1981 : 61).
10
Gambar 2. 11
Mahkota Penuh
(Sumber: Allan dan Foreman, 1994)
b) Mahkota sebagian
Mahkota sebagian yang dipakai sebagai retainer jembatan,
preparasinya memerlukan pembuangan jaringan gigi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan mahkota penuh. Pada mahkota ini dari 4
permukaan gigi seri (labial, mesial, distal dan lingual) hanya 3
permukaan yang ditutup oleh mahkota. Pada gigi yang mempunyai 5
permukaan seperti premolar hanya sebagian dari permukaan gigi yang
tertutup oleh mahkota sehingga retorasi ini disebut mahkota sebagian
(Martanto, 1981 : 76).
2) Retainer intrakoronal
Menurut Allan dan Foreman, retainer ini memerlukan preparasi
yang sebagian besar ada didalam dentin (Allan dan Foreman, 1994 : 87).
Menurut Martanto macam-macam retainer intrakoronal yaitu:
a) Inlay retainer
Inlay digunakan sebagai retainer untuk gigi tiruan jembatan
yang pendek, menggantikan tidak lebih dari satu gigi pada mulut yang
karies indeks nya rendah (Martanto, 1981 : 95).
Gambar 2.12
Inlay Retainer
11
Gambar 2.
13
Retainer Dowel Crown
(Sumber: Herman, 2017)
c. Cantilever Bridge Merupakan fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 gigi dan
didukung oleh satu atau lebih gigi penyangga hanya pada satu sisi saja. d. Kombinasi
Bridge Bridge yang terdiri dari beberapa macam fixed bridge yang disatukan. e.
Modifikasi Bridge Merupakan fixed bridge yang dimodifikasi karena keadaan tertentu.
Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik.
Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku
sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan
daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan
berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.
4) Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan
estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam
yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak berubah
warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan
mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada
bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan
anterior maupun posterior.
5) Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan
estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat
diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang
menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan
akrilik.
b. Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak
1) Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir alveolus
sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3
mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan
pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah
dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan
dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang
bawah(Arifin, 2000).
2) Pontik Ridge Lap
Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir alveolus sedangkan
bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit menyentuh mukosa dari linggir.
Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah
dibersihkan pada bagian palatal. Walaupun demikian menurut beberapa hasil
penelitian, sisa makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit
untuk dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior
dan posterior(Arifin, 2000).
14
B. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen
pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan
retensi (Arifin, 2000).
· Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada dipermukaan luar
mahkota gigi penyangga
i. Full-veneer Crown Retainer Indikasi:
- Tekanan kunyah normal/ besar
- Gigi-gigi geligi yang pendek
- Intermediare abutment paska perawatan periodontal - Untuk gigi tiruan jembatan
yang pendek maupun panjang
Keuntungan:
- Indikasi luas
- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik
- Memberikan efek splinting yang terbaik
Kerugian:
- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak
- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
ii. Partial-veneer Crown Retainer Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan / normal
- Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
- Salah satu gigi penyangga miring
Keuntungan:
15
- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit - Estetis lebih baik daripada FVC retainer
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang
- Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)
Keuntungan:
- Jaringan gigi yang diasah sedikit
- Preparasi lebih mudah
- Estetis cukup baik
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi
- Mudah lepas/patah
· Retainer dowel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah
disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.
Indikasi:
- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
16
C. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus dapat
mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin, 2000).
a. Konektor rigid : konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada
komponen GTC. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTC.
Konektor rigid dapat dibuat dengan cara:
· Pengecoran (casting) : penyatuan dua komponen GTC dengan satu kali proses
tuang
· Penyolderan (soldering) : penyatuan dua komponen GTC dengan penambahan
logam campur (metal alloy) yang dipanaskan.
· Pengelasan (welding) : penyatuan komponen GTC dengan pemanasan dan/atau
tekanan.
retainer. Diindikasikan pada span panjang dan jika terdapat pier/intermediate abutment
pada pengganti beberapa gigi yang hilang.
Syarat: Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.
Konstruksi: Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah tertariknya key
karna gaya ACF.
Indikasi → Salah satu abutment miring >20° atau intermediate abutment; Kehilangan 1
atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan 2 gigi dengan gigi
penyangga intermediate.
Keuntungan → Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya ungkit
sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu ekstensif sehingga
pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah; Prosedur sementasi bertahap
sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit harus diulang.
Kerugian → Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit retainer; Harganya
relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur pada kunci tinggi.
c. Cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment.
Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.
GTC tipe ini tidak diindikasikan untuk daerah dengan beban oklusal besar. Apabila
terkena gaya lateral, maka gigi penyangga akan tipping, rotasi, atau drifting. Tidak
diindikasikan pula pada penggantian gigi dengan gigi penyangga nonvital sebagai terminal
abutment. GTC tipe ini diindikasikan untuk pengganti satu gigi yang hilang.
Syarat: tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.
Keuntungan → Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal; Jaringan
yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta
menggunakan full-porcelain crown.
Indikasi → Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.
Kontra-Indikasi → Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak
terlalu besar.
Kerugian → Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan periodonsium (baik
tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena
adanya keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.
panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan
gigi yang hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan
adaptasi pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior
dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.
Indikasi → Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan terbaik
karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu terlihat
jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan
sebagai gigi penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena
faktor fisik retainernya; Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).
Kontra-Indikasi → Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang
retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula;
Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya yang
terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi masalah; Gigi
penyangga tidak memiliki kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.
Keuntungan → Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan relatif lebih
singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan kekuatan
yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar.
Kerugian → Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup
besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami; Meskipun waktu
kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.
e. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan
bersatu menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang yang
membutuhkan gabungan beberapa tipe GTC.
yang besar. Kontraindikasi GTC tipe ini adalah penggantian ggi anterior dengan deep over
bite.
a) Pertimbangan Umum
ü Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta
keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja sama dengan
dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam pembuatan GTJ perlu
waktu yang cukup lama dan kunjungan berkala. ü Pasien dari kalangan yang cukup
mampu karena harga GTJ cukup mahal.
ü Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi menyebabkan GTJ
tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment dari GTJ tersebut.
b) Indikasi Umum ü Secara psikologis, pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL
bukanlah bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC (dalam hal ini
GTJ) merupakan pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi mereka yang hilang. Selain
itu segi estetika dan higiensi juga diperhatikan karena pandangan umum menganggap GTL
membuat mulut menjadi bau dan dari segi estetik kurang.
ü Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang menyebabkan
sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL umumnya dikontraindikasikan
karena berisiko lepas dan patah, sehingga untuk mengurangi rasa khawatir ini
digunakan GTC sebagai alternatifnya.
ü Pasien pasca-perawatan ortodontik seringkali kehilangan giginya akibat faktor
kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun karena faktor ini
dan karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ diindikasikan karena kestabilan
dan ketahanannya untuk menjaga agar gigi tidak bergerak lagi.
ü Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal, gigi-gigi yang goyang atau
kurang stabil akan dirawat dengan splinting, disini penggunaan GTJ diindikasikan
untuk splinting cekat sehingga pergerakan/kegoyangan gigi tidak makin parah dan
gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara merata. Namun penting untuk diingat
bahwa GTH bukanlah sebagai perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi
yang goyang bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.
ü Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering bergerak
sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat menghilangkan rasa tidak
nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.
ü Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban oklusal secara
merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana kedua faktor tersebut
jarang dicapai di dalam GTL.
c) Kontra-Indikasi Umum ü Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien
anak-anak ataupun pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi
yang sulit. Selain itu, pada pasien yang secara medis mengalami penyakit seperti kejang-
kejang mendadak atau gangguan otak juga dikontraindikasikan karena dapat mengganggu
proses preparasi.
22
ü Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti dengan
pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang cukup ekstensif
karena menggunakan bahan PFM.
ü Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan jantung,
dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak memakain epinefrin.
ü Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.
ü Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of span tinggi
dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada jaringan periodontal dan gigi
penyangganya.
ü Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak jaringan
mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang mengalami deformitas
kongenital juga tidak bisa digunakan.
ü Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting – tidak dalam satu bidang sejajar.