Anda di halaman 1dari 22

1

Materi Miftha Modul 3


Pengertian Gigi Tiruan Jembatan
Gigi tiruan jembatan disebut juga Fixed Partial Denture adalah suatu protesa
sebagian yang dilekatkan secara tepat pada satu atau lebih gigi penyangga dan
menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang (Martanto, 1981 : 4).
Gigi tiruan jembatan (Bridge Fixed Bridge) adalah gigi tiruan yang
dicekatkan pada gigi penyangga dan didukung sepenuhnya oleh gigi pendukungnya
(Gunadi, 1991 : 14).
Gigi tiruan jembatan adalah restorasi yang menggantikan satu atau lebih gigi
yang disemenkan pada gigi penyangga dan didukung sepenuhnya oleh periodontium
(Kayser; dkk, 1984 : 239).

Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan


Menurut Martanto, tujuan pembuatan gigi tiruan jembatan adalah untuk
memulihkan daya kunyah (masticating efficiency) yang menjadi kurang karena
hilangnya satu atau lebih gigi asli. Selain itu juga untuk memperbaiki estetika,
memelihara/mempertahankan kesehatan gusi, memulihkan fungsi fonetik
(pengucapan), serta mencegah terjadinya pergeseran gigi keruangan yang kosong
akibat kehilangan gigi berupa migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi (Martanto, 1981 :
3).

Indikasi Dan Kontra Indikasi Gigi Tiruan Jembatan


Menurut Martanto, indikasi untuk pembuatan gigi tiruan jembatan adalah
sebagai berikut:
a. Gigi Penyangga
Kondisi dan posisi dari gigi asli yang masih ada dijadikan
pertimbangan untuk dijadikan gigi penyangga. Gigi penyangga tidak boleh
goyang dan mempunyai kedudukan sejajar dengan gigi lainnya.

b. Jumlah Gigi Yang Diganti


Luas permukaan selaput periodontal dari gigi-gigi penyangga
hendaknya sama atau lebih besar dari luas permukaan selaput periodontal dari
gigi-gigi yang akan diganti. Jika gigi yang diganti lebih banyak dari gigi
penyangga, maka akan merusak gigi penyangga itu sendiri dan jaringan-
jaringan disekitarnya. Keadaan yang baik adalah jika ada dua gigi penyangga
ditiap ujung yang memenuhi syarat untuk menggantikan satu gigi.
2

c. Umur Penderita
Gigi tiruan jembatan sebaiknya tidak dibuat pada usia dibawah 17
tahun karena ruang pulpa masih besar, gigi belum tumbuh sempurna, dan
tulang rahang belum cukup padat atau keras.
d. Kesehatan gusi, selaput akar dan tulang
Pada sekitar gigi penyangga keadaan gusi harus sehat, warna dan
konsistensi gusi dapat dijadikan pedoman untuk gusi yang normal. Oklusi
traumatis dapat menyebabkan selaput periodontal meradang dan tulang alveolar
mengalami resorbsi, sehingga dapat menjadikan gigi goyang dan tidak mampu
untuk dijadikan penyangga yang kuat (Martanto, 1981 : 15-18). Kontra Indikasi
dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut:
a. Kebersihan mulut
Pada penderita yang kebersihan mulutnya (oral hygiene) tidak
terpelihara atau tidak dapat memeliharanya karena cacat, pemakaian gigi
tiruan jembatan tidak disarankan dan sebaiknya dibuatkan protesa lepasan.
b. Indeks karies
Indeks karies yang tinggi tidak disarankan untuk memakai retainer
yang tidak menutupi seluruh permukaan mahkota gigi karena mudah terserang
karies.
c. Oklusi
Tekanan kunyah pada oklusi yang abnormal seperti gigitan silang
dapat menekan retainer pada gigi penyangga.
d. Keadaan atau posisi gigi antagonis
Gigi hilang yang tidak segera diganti akan mengakibatkan migrasi dan
ekstrusi. Migrasi dan ekstrusi yang parah merupakan kontra indikasi untuk
dibuatkan gigi tiruan jembatan (Martanto, 1981 : 18-19).

5. Keuntungan Dan Kerugian Gigi Tiruan Jembatan


Menurut Prajitno, keuntungan pemakaian gigi tiruan jembatan adalah sebagai
berikut:
a. Gigi tiruan jembatan tidak mudah terlepas atau tertelan karena dilekatkan pada
gigi asli.
b. Penderita merasa seperti gigi asli.
c. Gigi tiruan jembatan mempunyai efek splinting yang melindungi gigi terhadap
tekanan.
3

d. Gigi tiruan jembatan dapat menyalurkan tekanan kunyah ke penyangga gigi


sehingga menguntungkan jaringan pendukungnya
(Prajitno, 1991 : 1).
Menurut Kayser, kerugian pemakaian gigi tiruan jembatan yaitu:
a. Pembebanan periodontal dari unsur penyangga.
Sebuah gigi tiruan jembatan mempunyai daerah interdental yang sulit dibersihkan,
selain itu pinggiran subgingival dari restorasi penyangga dapat menyebabkan
iritasi gingival.
b. Pada pembuatan gigi tiruan jembatan unsur-unsur penyangga harus selalu dibuat
dengan restorasi cor terutama pada unsur penyangga yang masih utuh (Kayser;
dkk, 1984 : 243).

6. Syarat-Syarat Gigi Tiruan Jembatan


Menurut Martanto, suatu gigi tiruan jembatan hendaknya tidak sekedar
menggantikan gigi-gigi yang hilang (mengisi ruangan yang kosong), tetapi harus juga
memulihkan dan menjamin terpeliharanya semua fungsi dari gigi geligi dan
mencegah kerusakan selanjutnya. Gigi tiruan jembatan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut: a. Persyaratan Mekanis
Gigi-gigi penyangga harus mempunyai sumbu panjang yang sejajar
sehingga gigi penyangga dapat dipreparasi dengan baik agar dapat memberi
retensi yang cukup bagi retainer. Pontik harus menyerupai bentuk anatomi gigi
asli yang diganti dan harus kuat menahan beban kunyah sehingga tidak
patah/bengkok. Konektor juga harus mempunyai kekuatan yang cukup sehingga
tidak patah oleh tekanan kunyah.
b. Persyaratan Fisiologis
Gigi tiruan jembatan tidak boleh mengganggu kesehatan gigi penyangga
dan jaringan pendukung lainnya. Retainer dan pontik tidak boleh mengiritasi
jaringan lunak (gusi, lidah, pipi, bibir).
c. Persyaratan Hygiene
Pada gigi tiruan jembatan tidak boleh terdapat bagian-bagian yang dapat
menyangkut sisa makanan. Diantara pontik dan retainer harus ada celah yang
cukup besar dan dapat dilalui seutas benang sehingga dapat dibersihkan dengan
mudah oleh air ludah atau lidah dan semua permukaan gigi tiruan jembatan
(kecuali permukaan dalam dari retainer) harus dipoles sampai licin dan mengkilap
agar kotoran atau sisa makanan tidak mudah melekat.
d. Persyaratan Estetik
4

Gigi tiruan jembatan terutama untuk gigi depan harus dibuat menyerupai
gigi asli, tetapi tidak boleh mengorbankan kekuatan dan kebersihannya.
Permukaan logam yang tidak perlu sebaiknya dicegah untuk kepentingan estetika.
Pontik harus mempunyai kedudukan, bentuk dan warna yang sesuai dengan
keadaan sekitarnya dan mempunyai cici-ciri permukaan yang sepadan dengan gigi
tetangganya.
e. Persyaratan Fonetik
Pada umumnya otot-otot mulut segera dapat menyesuaikan diri untuk
menghasilkan suara yang sama sebelum adanya gigi yang hilang. Gigi tiruan
jembatan mampu menyempurnakan pemulihan ini dalam waktu yang pendek
karena tidak adanya basis seperti pada gigi tiruan lepasan. Bagian lingual dari
retainer atau pontik dibuat bentuk dan ukuran yang sama dengan gigi asli
sehingga pasien mudah dan cepat dapat berbicara seperti biasa (Martanto, 1981 :
11-12).

7. Macam-Macam Gigi Tiruan Jembatan


pada dasarnya ada beberapa macam gigi tiruan jembatan yaitu:
a. Rigid Fixed Bridge
Rigid fixed bridge ialah desain dimana pontik terhubung ke abutment
dikedua sisi, memberikan kekuatan yang diinginkan dan stabilisasi (Madhok,
2014 : 2). Kedua ujungnya direkatkan secara kaku (rigid) pada gigi
abutmentnya (Prajitno, 1991 : 10).

Gambar 2. 1
Rigid Fixed Bridge
(Sumber: Madhok, 2014)
b. Semi Fixed Bridge
Semi fixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan dengan satu ujung
kaku (kaku) pada retainer, sedangkan ujung lainnya berakhir pada satu
5

retainer berkunci yang memungkinkan pergerakan-pergerakan terbatas (non-


rigid) (Martanto, 1981 : 10).

Gambar 2. 2
Semi Fixed Bridge
(Sumber: Madhok, 2014)
c. Cantilever Bridge
Cantilever bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang sangat
konservatif setelah fixed-fixed bridge, dimana pada salah satu sisinya bersifat
sebagai titik kontak (Madhok, 2014 : 2). Dukungan dapat diperoleh dari satu
atau lebih gigi penyangga pada satu sisi yang sama (Martanto, 1981 : 10).

Gambar 2. 3
Cantilever Bridge
(Sumber: Madhok, 2014)
d. Spring Fixed Bridge
Spring fixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang
menggunakan dukungan gigi dan jaringan, dimana sebuah pontik didukung
dengan konektor panjang yang menghubungkannya dengan abutment. Jenis
gigi tiruan jembatan ini dapat menggunakan lebih dari satu konektor panjang
untuk menambah kekuatannya (Madhok, 2014 : 2).
6

Gambar 2.4
Spring Fixed Bridge
(Sumber: Madhok, 2014)

8. Komponen Gigi Tiruan Jembatan


Komponen gigi tiruan jembatan terdiri atas empat bagian yaitu abutment
(penyangga), retainer, pontic dan connector.

Gambar 2.5
KomponenGigi Tiruan Jembatan
(Sumber: Herman, 2017)
a. Abutment (penyangga)
Abutment adalah gigi asli yang digunakan sebagai tempat diletakkannya
gigi tiruan jembatan. Mahkota gigi yang baik untuk dijadikan penyangga
hendaknya mempunyai panjang yang normal dan ketebalan dentin yang cukup
(Prajitno, 1991 : 36).
b. Connector
Connector adalah alat yang menghubungkan pontik ke retainer, retainer
ke retainer dan pontik ke pontik. Connector dapat berupa sambungan yang
disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi jika terbuat dari porselen
seluruhnya), dovetail atau stressbreaker, retainer presisi atau lengan spring
yang panjang (Allan dan Foreman, 1994 : 81).
c. Pontic
7

Menurut Allan dan Foreman, pontik adalah gigi buatan pengganti dari
gigi-gigi yang hilang. Fungsi pontic adalah untuk mengembalikan fungsi
kunyah dan bicara, mempertahankan hubungan antara gigi sehingga
mencegah migrasi/ekstrusi (Allan dan Foreman, 1994 : 81).
Ada beberapa desain pontic yang dapat digunakan dalam pembuatan gigi
tiruan jembatan, yaitu:
1) Saddle
Pontic ini paling mirip dengan gigi asli, menggantikan semua
bagian gigi yang hilang. Desain ini membentuk kontak cekung yang besar
dengan daerah ridge, menutupi bagian facial, lingual dan proksimal. Biasa
juga disebut ridge lap karena menutupi seluruh bagian dari ridge
(Setiawan, 2015 :
16).

Gambar 2. 6
Pontik Saddle
(Sumber: Shillingburg, 1997)
2) Modified Ridge Lap
Desain ini memberikan gambaran gigi asli. Pada bagian lingual
dibuat sedikit pembelokan kontur untuk mencegah impaction makanan
dan meminimalkan akumulasi plak (Setiawan, 2015 : 16).

Gambar 2.7
Pontik Modified Ridge Lap
(Sumber: Shillingburg, 1997)
8

3) Hygiene (sanitary)
Istilah hygiene digunakan untuk menggambarkan pontic yang
tidak berkontak dengan edentulous ridge. Pada desain ini ketebalan
oklusal gingival tidak boleh kurang dari 3mm, dan harus ada ruang kosong
dibawahnya untuk memfasilitasi pembersihan (Setiawan, 2015 : 16).

Gambar 2.8
Pontik Hygiene (sanitary)
(Sumber: Shillingburg, 1997)
4) Conical
Pontic ini memiliki bentuk yang bulat dan dapat dibersihkan, tapi
pada bagian ujung lebih kecil dari pada ukuran keseluruhan pontic. Pontic
ini cocok digunakan untuk ridge mandibular yang tipis (Setiawan, 2015 :
16).

Gambar 2. 9
Pontik Conical
(Sumber: Shillingburg, 1997)

5) Ovate
Ovate pontic sudah digunakan sebelum tahun 1930 dan
dipertimbangkan sebagai pengganti pontik tipe saddle untuk mendapatkan
9

estetika yang baik dan kemudahan untuk dibersihkan (Setiawan, 2016 :


16).

Gambar 2. 10
Pontik Ovate
(Sumber: Shillingburg, 1997)

d. Retainer
Menurut Martanto, retainer merupakan
restorasi (mahkota, inlay, pasak/dowel) yang menghubungkan jembatan
dengan penyangga. Retainer dapat dibuat ekstrakoronal,
intrakoronal dan dowel crown (Martanto, 1981 : 5).
1) Retainer ekstrakoronal
Menurut Allan dan Foreman, retainer ini dapat dibuat dari
porselen-logam yang mengikat jaringan gigi bersamasama (Allan dan
Foreman, 1994 : 87). Menurut Martanto Macam-macam retainer
ekstrakoronal yaitu: a) Mahkota penuh
Mahkota penuh merupakan suatu restorasi yang menutupi
seluruh permukaan mahkota klinis dari suatu gigi. Mahkota ini dapat
merupakan restorasi yang berdiri sendiri (single unit restoration) atau
sebagai retainer dari jembatan. Mahkota penuh yang yang dibuat dari
logam dipakai sebagai retainer pada gigi-gigi posterior dimana
estetika tidak dibutuhkan. Pada gigi-gigi anterior yang terlihat ketika
mulut dibuka, dibuatkan mahkota penuh dari logam yang dilapisi
porselen atau akrilik pada bagian labial atau bukal untuk estetika
(Martanto, 1981 : 61).
10

Gambar 2. 11
Mahkota Penuh
(Sumber: Allan dan Foreman, 1994)
b) Mahkota sebagian
Mahkota sebagian yang dipakai sebagai retainer jembatan,
preparasinya memerlukan pembuangan jaringan gigi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan mahkota penuh. Pada mahkota ini dari 4
permukaan gigi seri (labial, mesial, distal dan lingual) hanya 3
permukaan yang ditutup oleh mahkota. Pada gigi yang mempunyai 5
permukaan seperti premolar hanya sebagian dari permukaan gigi yang
tertutup oleh mahkota sehingga retorasi ini disebut mahkota sebagian
(Martanto, 1981 : 76).
2) Retainer intrakoronal
Menurut Allan dan Foreman, retainer ini memerlukan preparasi
yang sebagian besar ada didalam dentin (Allan dan Foreman, 1994 : 87).
Menurut Martanto macam-macam retainer intrakoronal yaitu:
a) Inlay retainer
Inlay digunakan sebagai retainer untuk gigi tiruan jembatan
yang pendek, menggantikan tidak lebih dari satu gigi pada mulut yang
karies indeks nya rendah (Martanto, 1981 : 95).

Gambar 2.12
Inlay Retainer
11

(Sumber: Allan dan Foreman, 1994)


3) Retainer dowel crown
Merupakan retainer yang retensinya berupa pasak pada saluran
akar yang telah dirawat dengan sempurna (Prajitno, 1991 : 15).

Gambar 2.
13
Retainer Dowel Crown
(Sumber: Herman, 2017)

1. Gigi tiruan jembatan konvensional


a. Rigid Fixed Bridge
Gigi tiruan jembatan yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi yang  berurutan, didukung
oleh 1 atau lebih gigi penyangga pada masing-masing ujung diastema, dan dalam pemakaiannya
tidak ada pergerakan individual dari gigi  penyangga.
Indikasi :
1. Untuk kehilangan 1-4 gigi secara berurutan
2. Pada tekanan kunyah yang normal atau besar 
3. Gigi penyangga yang pendek 
4. Salah satu gigi penyangga goyang derajat 1 (tanpa kelainan periodontal atau  paska terapi
periodontal)
Keuntungan :
a. Indikasi terluas  
b. Memiliki efek splinting terbaik 
Syarat khusus :
Gigi penyangga baik posisi dan inklinasinya harus sejajar atau bila vital dapat dibuat sejajar
tanpa membahayakan pulpa (misalnya salah satu gigi penyangga miring 15-200 )  
b. Semi Rigid Fixed Bridge
Fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 atau 2 gigi didukung oleh satu atau
lebih gigi-gigi penyangga pada tiap ujung diastema dan memberikan pergerakan
individual terbatas pada gigi penyangganya pada waktu berfungsi.
12

c. Cantilever Bridge Merupakan fixed bridge yang menggantikan kehilangan 1 gigi dan
didukung oleh satu atau lebih gigi penyangga hanya pada satu sisi saja. d.  Kombinasi
Bridge Bridge yang terdiri dari beberapa macam fixed bridge yang disatukan. e.
Modifikasi Bridge Merupakan fixed bridge yang dimodifikasi karena keadaan tertentu.

1. M4 Dasar-Dasar Gigi Tiruan Cekat (GTC)


Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang
masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah lama
disebut dengan gigi tiruan jembatan (Arifin, 2000).
Komponen GTC
Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor, dan
abutment, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pontik, Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang
hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:
v Fungsi kunyah dan bicara v Estetis v Comfort (rasa nyaman) v Mempertahankan
hubungan antar gigi tetanggaà mencegah migrasi / hubungan dengan gigi lawan à ektrusi
Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain:
a. Berdasarkan bahan
Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3
1) Pontik logam
Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy,
yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan
yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi)
akibat tekanan pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah
yang kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih mementingkan faktor
fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior.
2) Pontik porselen
Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan seluruh
permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk
jembatan anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen
mudah beradaptasi dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk
jangka waktu yang lama.
3) Pontik akrilik
13

Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik.
Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku
sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan
daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan
berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.
4) Kombinasi Logam dan Porselen
Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan
memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan
estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam
yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak berubah
warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan
mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada
bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam
ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan
anterior maupun posterior.
5) Kombinasi Logam dan Akrilik
Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan
estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat
diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang
menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan
akrilik.
b. Berdasarkan hubungan dengan Jaringan Lunak
1) Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan linggir alveolus
sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3
mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan
pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah
dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan
dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang
bawah(Arifin, 2000).
2) Pontik Ridge Lap
Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir alveolus sedangkan
bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit menyentuh mukosa dari linggir.
Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik, dan mudah
dibersihkan pada bagian palatal. Walaupun demikian menurut beberapa hasil
penelitian, sisa makanan masih mudah masuk ke bawah dasar pontik dan sulit
untuk dibersihkan. Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior
dan posterior(Arifin, 2000).
14

3) Pontik Conical Root


Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat yang dibuatkan
atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis dalam kegiatan sehari-
hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke dalam soket gigi
yang baru dicabut kira-kira 2 mm. pontik ini dipasang segera setelah dilakukannya
pencabutan dan pada pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional.4

B. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen
pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan
retensi (Arifin, 2000).
· Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada dipermukaan luar
mahkota gigi penyangga
i. Full-veneer Crown Retainer Indikasi:
- Tekanan kunyah normal/ besar
- Gigi-gigi geligi yang pendek
- Intermediare abutment paska perawatan periodontal - Untuk gigi tiruan jembatan
yang pendek maupun panjang

Keuntungan:
- Indikasi luas
- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik
- Memberikan efek splinting yang terbaik

Kerugian:
- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak
- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)
ii. Partial-veneer Crown Retainer Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan / normal
- Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
- Salah satu gigi penyangga miring

Keuntungan:
15

- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit - Estetis lebih baik daripada FVC retainer

Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang
- Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)

· Retainer intrakorona : retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota


gigi penyangga.
Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay
Indikasi:
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
- Tekanan kunyah ringan atau normal
- Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar - Gigi penyangga mempunyai
bentuk/ besar yang normal

Keuntungan:
- Jaringan gigi yang diasah sedikit
- Preparasi lebih mudah
- Estetis cukup baik

Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi
- Mudah lepas/patah

· Retainer dowel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah
disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.
Indikasi:
- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
- Gigi tiruan jembatan yang pendek
16

- Tekanan kunyah ringan


- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi Keuntungan:
- Estetis baik
- Posisi dapat disesuaikan Kerugian:
- Sering terjadi fraktur akar

C. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus dapat
mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin, 2000).
a. Konektor rigid : konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada
komponen GTC. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTC.
Konektor rigid dapat dibuat dengan cara:
· Pengecoran (casting) : penyatuan dua komponen GTC dengan satu kali proses
tuang
· Penyolderan (soldering) : penyatuan dua komponen GTC dengan penambahan
logam campur (metal alloy) yang dipanaskan.
· Pengelasan (welding) : penyatuan komponen GTC dengan pemanasan dan/atau
tekanan.

b. Konektor nonrigid : konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada


komponen GTC. Diindikasikan bila terdapat pier/intermediate abutment untuk
penggangti beberapa gigi yang hilang. Konektor nonrigid bertujuan untuk
mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair) GTC.
Contohnya adalah dovetail dan male and female.
D. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan
gigi tiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran
periodontal, panjang serta jumlah akar.
· Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.
· Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.
· Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.
· Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung dari
diastema.
17

· Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak diantara dua


diastema (pontics).
· Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi
diastema
· Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi
Diastema (Arifin, 2000).

Macam Desain GTC


Adapun 6 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada dukungan yang ada
pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:
a. Fixed-fixed bridge
Semua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit
individual bersama atau menggunakan satu kali pengecoran. Memiliki dua atau lebih gigi
penyangga. GTC tipe ini menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang sangat baik dan juga
mendistribusikan tekanan lebih merata pada restorasi. Serta memberikan efek splinting
yang sangat baik. Diindikasikan pada span pendek, atau untuk splinting pada gigi goyang
dengan kondisi periodontal kurang baik.
Indikasi → Penggantian 1 – 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang punya tekanan
kunyah normal – kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.; Gigi penyangga derajat
goyangnya 1 (normal).
Kontra-Indikasi → Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga memiliki kelainan
periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar.
Keuntungan → Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek splinting
terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan penunjang periodontal.
Kerugian → Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya ungkit/bent/efek
flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan berada baik di gigi penyangga
atau berada di tengah span/pontik.

b. Semi fixed bridge


Pada jenis ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan konektor rigid dan non
rigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan ke
retainer. GTC tipe ini memungkinkan pergerakan terbatas pada konektor diantara pontik
dan retainer. Konektor tersebut dapat memberikan dukungan penuh pada pontik untuk
melawan gaya oklusal vertikal, dan memungkinkan gerakan terbatas pada respon terhadap
gaya lateral. Hal ini mencegah gerakan gerakan satu retainer yang mentransmisikan gaya
torsional secara langsung ke retainer lainnya sehingga dapat menyebabkan lepasnya
18

retainer. Diindikasikan pada span panjang dan jika terdapat pier/intermediate abutment
pada pengganti beberapa gigi yang hilang.
Syarat: Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.
Konstruksi: Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah tertariknya key
karna gaya ACF.
Indikasi → Salah satu abutment miring >20° atau intermediate abutment; Kehilangan 1
atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan 2 gigi dengan gigi
penyangga intermediate.
Keuntungan → Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya ungkit
sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu ekstensif sehingga
pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah; Prosedur sementasi bertahap
sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit harus diulang.
Kerugian → Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit retainer; Harganya
relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur pada kunci tinggi.

c. Cantilever bridge
Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment.
Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.
GTC tipe ini tidak diindikasikan untuk daerah dengan beban oklusal besar. Apabila
terkena gaya lateral, maka gigi penyangga akan tipping, rotasi, atau drifting. Tidak
diindikasikan pula pada penggantian gigi dengan gigi penyangga nonvital sebagai terminal
abutment. GTC tipe ini diindikasikan untuk pengganti satu gigi yang hilang.
Syarat: tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.
Keuntungan → Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal; Jaringan
yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta
menggunakan full-porcelain crown.
Indikasi → Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.
Kontra-Indikasi → Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak
terlalu besar.
Kerugian → Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan periodonsium (baik
tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena
adanya keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.

d. Spring cantilever bridge


Suatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau
penyangga gigi. Loop atau bar tersebut menghubungkan retainer dan pontik dipermukaan
palatal. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung ini dapat dari berbagai
19

panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan
gigi yang hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan
adaptasi pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior
dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.
Indikasi → Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan terbaik
karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu terlihat
jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan
sebagai gigi penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena
faktor fisik retainernya; Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).
Kontra-Indikasi → Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang
retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula;
Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya yang
terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi masalah; Gigi
penyangga tidak memiliki kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.
Keuntungan → Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan relatif lebih
singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan kekuatan
yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar.
Kerugian → Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup
besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami; Meskipun waktu
kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.

e. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan
bersatu menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang yang
membutuhkan gabungan beberapa tipe GTC.

f. Adhesive bridge/resin-bonded fixed partial denture/maryland bridge


Merupakan GTC yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat minimal.
Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTC tipe ini terdiri dari satu
atau dua beberapa pontik yang didukung retainer tipis yang direkatkan dengan semen
dengan sistem etcing bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal.
Gigi penyangga harus memiliki mahkota klinis yang cukup lebar agar dapat memberikan
retensi dan resistensiyang maksimal. Gigi tersebut juga tidak boleh goyang dan inklinasi
mesiodistalnya harus kurang dari 15derajat. Retensinya berupa mikromekanik antara
permukaan email dengan permukaan dalam retainer yang telah dietsa. Diindikasikan pada
GTC span pendek, abutment yang tidak membutuhkan restorasi, dan penggantian
kehilangan gigi anterior pada anak-anak, karena anak-anak masih memiliki ruang pulpa
20

yang besar. Kontraindikasi GTC tipe ini adalah penggantian ggi anterior dengan deep over
bite.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih Gigi tiruan cekat


Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih tipe protesa yang
tepat. Faktor-faktor yang penting tersebut adalah faktor biomekanis, keadaan
periodontal, estetis, faktor financial, dan juga keinginan pasien.
a. Faktor Biomekanis
Persyaratan Biologis menuntut gigi penyangga dan jaringan yang mendukungdapat
dipelihara pada kondisi yang sehat. Restorasi harus dibuat dengan sedemikian rupa
sehingga tidak mudah terjadinya pengumpulan plaque yaitu dengan cara
dipolished. Selain itu, restorasi harus biokompatibel dan tidak mudah mengalami
korosi.
Gigi-gigi penyangga harus mendekati kesejajaran dan dapat direstorasi tanpa
membahayakan pulpa. Preparasi gigi penyangga sebaiknya mencukupi untuk
menyediakan kekuatan restorasi. Selain itu, gigi-gigi penyangga sebaiknya
dipreparasi untuk menyediakan retensi yang adekuat untuk retainer, sehingga
mencegah terlepasnya restorasi. Penting untuk diketahui bahwa gigi tiruan harus
cukup kuat agar tidak mudah pecah, tidak mudah patah, dan mengalami distorsi.
b. Keadaan Periodontal
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan pada jaringan
periodontal. Indikasi khusus pada gigi penyangga yang vital dan non vital dengan
perawatan saluran akar, aringan periodontal sehat, bentuk akar yang panjang, posisi
dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang, bentuk dan besar anatomis gigi
normal, mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat.
c. Estetis
Pertimbangan estetis sebaiknya tidak mempengaruhi kekuatan Gigi Tiruan Cekat.
Bagaimanapun, tampilan emas yang tidak penting sebaiknya dihindari. Pontik
sebaiknya menggunakan warna, ukuran, dan bentuk yang tepat serta memiliki
susunan dan karakteristik yang tepat.
d. Faktor Finansial
Keadaan social-ekonomi serta tingkat pendidikan yang rendah membuat
pengetahuan mereka terbatas dalam hal pelayanan kesehatan gigi dan mulut
sehingga mereka cenderung menggunakan gigi tiruan lepasan yang harganya
relative murah dibandingkan dengan gigi tiruan cekat. Mereka beranggapan bahwa
fungsi mastikasi merupakan hal yang utama untuk penggantian gigi yang hilang.

Indikasi dan Kontraindikasi GTT


21

a) Pertimbangan Umum
ü Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta
keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja sama dengan
dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam pembuatan GTJ perlu
waktu yang cukup lama dan kunjungan berkala. ü Pasien dari kalangan yang cukup
mampu karena harga GTJ cukup mahal.
ü Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi menyebabkan GTJ
tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment dari GTJ tersebut.
b) Indikasi Umum ü Secara psikologis, pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL
bukanlah bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC (dalam hal ini
GTJ) merupakan pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi mereka yang hilang. Selain
itu segi estetika dan higiensi juga diperhatikan karena pandangan umum menganggap GTL
membuat mulut menjadi bau dan dari segi estetik kurang.
ü Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang menyebabkan
sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL umumnya dikontraindikasikan
karena berisiko lepas dan patah, sehingga untuk mengurangi rasa khawatir ini
digunakan GTC sebagai alternatifnya.
ü Pasien pasca-perawatan ortodontik seringkali kehilangan giginya akibat faktor
kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun karena faktor ini
dan karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ diindikasikan karena kestabilan
dan ketahanannya untuk menjaga agar gigi tidak bergerak lagi.
ü Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal, gigi-gigi yang goyang atau
kurang stabil akan dirawat dengan splinting, disini penggunaan GTJ diindikasikan
untuk splinting cekat sehingga pergerakan/kegoyangan gigi tidak makin parah dan
gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara merata. Namun penting untuk diingat
bahwa GTH bukanlah sebagai perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi
yang goyang bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.
ü Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering bergerak
sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat menghilangkan rasa tidak
nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.
ü Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban oklusal secara
merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana kedua faktor tersebut
jarang dicapai di dalam GTL.
c) Kontra-Indikasi Umum ü Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien
anak-anak ataupun pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi
yang sulit. Selain itu, pada pasien yang secara medis mengalami penyakit seperti kejang-
kejang mendadak atau gangguan otak juga dikontraindikasikan karena dapat mengganggu
proses preparasi.
22

ü Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti dengan
pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang cukup ekstensif
karena menggunakan bahan PFM.
ü Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan jantung,
dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak memakain epinefrin.
ü Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.
ü Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of span tinggi
dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada jaringan periodontal dan gigi
penyangganya.
ü Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak jaringan
mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang mengalami deformitas
kongenital juga tidak bisa digunakan.
ü Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting – tidak dalam satu bidang sejajar.

Anda mungkin juga menyukai