Anda di halaman 1dari 10

LO

1. M4 Hipertensi dan Penyakit Jantung serta Pertimbangan Dental

Coronary Artery Desease (CAD)

CAD merupakan penyempitan atau penyumbatan arteri korener, arteri yang menyalurkan darah ke
otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini
biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner
tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung dan kerusakan pada otot jantung.

CAD merupakan kondisi dimana terjadi penumpukan plak pada arteri koroner yang menyebabkan
arteri koroner jadi menyempit. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh terkumpulnya kolestrol
sehingga membentuk plak pada dinding arteri dalam jangka waktu yang cukup lama. Proses tersebut
disebut aterosklerosis. CAD dapat menyebabkan otot jantung melemah, dan menimbulkan
komplikasi seperti gagal jantung dan gangguan irama jantung

Etiologi

Penyebab CAD secara umum dibagi atas dua, yakni menurunnya asupan oksigen yang dipengaruhi
oleh aterosklerosis, tromboemboli, vasopasme, dan meningkatnya kebutuhan oksigen miokard.
Dengan kata lain, ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dengan masukannya
yang dikenal menjadi 2, yaitu hipoksemia (iskemia) yang ditimbulkan oleh kelainan vaskuler (arteri
koronaria) dan hipoksia (anoksia) yang disebabkan kekurangan oksigen dalam darah. Perbedaannya
ialah pada iskemia terdapat kelainan vaskuler sehingga perfusi ke jaringan berkurang dan eliminasi
metabolit yang ditimbulkannya (misal asam laktat) menurun juga sehingga gejalanya akan lebih
cepat muncul (Katz, 2015).

Penyakit jantung koroner adalah salah satu akibat utama aterosklerosis (pengerasan pembuluh nadi)
pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit (Naga, 2013). Mekanisme timbulnya penyakit
jantung koroner didasarkan pada lemak atau plak yang terbentuk di dalam lumen arteri koronaria
(arteri yang mensuplai darah dan oksigen pada jantung). Plak dapat menyebabkan hambatan aliran
darah baik total maupun sebagian pada arteri koroner dan menghambat darah kaya oksigen
mencapai bagian otot jantung. Kurangnya oksigen akan merusak otot jantung (Kasron, 2012)

Gejala Klinis

-Nyeri dada (angina pectoris), jika miokardium tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang
disebut iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan
menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak didada atau perasaan dada
diremas–remas yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan
beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang
mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasa merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan
yang disebut silent ischemia.)

 Sesak nafas, merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat
masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru.

 Kelelahan atau kepenatan, jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama
melakukan aktivitas akan berkurang menyebabkan penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini
sering kali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara
bertahap.
 Palpitasi (jantung berdebar-debar)

 Pusing dan pingsan, penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal
serta kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan.

Patofisiologis

Perubahan patologis yang terjadi pada arteri koroner sebagai penyebab CAD dapat dijelaskan
sebagai berikut: pada tahap awal terjadi penumpukan atau endapan lemak pada tunika intima yang
tampak bagian garis-garis lemak. Timbunan lemak ini semaki bertambah banyak, terutama beta-
lipoprotein yang mengandung kolesterol. Proses ini berlanjut terus-menerus sehingga timbul
komleks aterosklerosis (ateroma) yang terdiri dari akumulasi lemak, jaringan fibrosa, kolagen,
kalsium, debris seluler dan kapiler. Proses ini menyebabkan penyempitan lumen arteri koroner,
sehingga terjadi penurunan aliran daraj koroner, yang mensuplai darah ke otot jantung
(miokardium). Selain proses tersebut, proses degenerative juga turut berperan yang mengakibatkan
elastisitas pembuluh darah koroner menurun.

Pemeriksaan Penunjang

Menurut Schoenstadt (2008), Pemeriksaan penunjang diagnostic CAD meliputi:

a. ECG Menunjukan adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi atau
hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.

b. Foto rontgen dada Dari foto roentgen dada dapat menilai ukuran jantung, adatidaknya
pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada koroner
tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang
penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung.

c. Echokardiografi : dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur


katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.

d. MRI jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.

e. Kateterisasi jantung Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang
seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa melalui pangkal
paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan
tuntunan alar rontgen langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya, kemudian
disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat
dilihat adanya penyempitan atau malahan mungkin tidak ada penyumbatan.

f. Laboratorium Pemeriksaan labaoratorium meliputi:

1) Darah Lengkap

2) Elektrolit

3) Analisa Gas Darah

4) Kadar enzim : CK, CKMB

5) Fungsi ginjal

6) Fungsi hati
7) Profil lipid

8) Tropinin T

Manifestasi Oral Pasien PJK yang Mengkonsumsi Obat

1) Xerostomia
Mulut kering (xerostomia) adalah suatu sensasi subjektif dari mulut kering, hal ini sering
dirasakan berulang namun tidak selalu. Xerostomia merupakan manifestasi oral yang
paling umum ditemui pada pasien yang mengokonsumsi obat anti hipertensi. Obat anti
hipertensi dari golongan diuretik, Angiotensin (ACE) enzyme inhibitor, calcium-channel
blocker dan beberapa β-blocker dapat menyebabkan terjadinya xerostomia.
2) Lichenoid Reaction
Istilah lichenoid reactions merujuk kepada lesi yang secara histologis dan klinis terlihat
sama seperti lichen planus. Lichenoid reaction akan muncul sehubungan dengan
pengobatan, khususnya obat antihipertensi, obat hipoglikemik, obat antimalaria,
penisilin dan sebagainya. Penanganan lesi ini memerlukan idenfikasi faktor penyebab
dan menghilangkan faktor penyebab tersebut. Pada kasus lichenoid reaction yang
diinduksi oleh obat-obatan, perlu dilakukan evaluasi terhadap resiko atau manfaat jika
obat dihentikan.
3) Hiperplasia gingiva
Obat yang paling umum dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia gingiva adalah
fenitoin, calcium-channel blocker, nifedipin dan siklosporin. Gambaran klinis hiperplasia
gingiva akan muncul pada 1-3 bulan setelah mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi.

Penatalaksaan Dental

Penanganan Pencabutan Gigi Penderita PJK

 Persiapan Sebelum Pencabutan

Sebelum melakukan tindakan, perlu dilakukan evaluasi dan pemeriksaan EKG, enzim creatine
kinase (CK), pemeriksaan darah lengkap termasuk masa perdarahan dan pembekuan prothrombin
time (PT) dan partial thromboplastin time (PTT). Perawatan gigi pada pasien ini membutuhkan
profilaksis antibiotik, diberikan amoksisilin secara peroral sebanyak 3 gram 1 jam sebelum
tindakan. Silvestre et al mengatakan bahwa pemberian nitrat dapat dilakukan sebelum anestesi
sebagai tindakan preventif untuk mencegah terjadinya nyeri dada saat perawatan.

Obat-obatan anti-platelet dan anti-coagulant dapat menyebabkan pendarahan yang


berkepanjangan pada pasien. Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi untuk mengkonsultasikan
pasien yang mengkonsumsi obat-obatan ini ke dokter spesialis jantung terlebih dahulu. The
American College of Chest Physician menyarankan pasien yang mengkonsumsi warfarin untuk
berhenti mengkonsumsi obat 5 hari sebelum pencabutan. Namun pada tindakan bedah minor,
pemberian warfarin tidak perlu dihentikan dengan memperhatikan nilai international normalized
ratio (INR) pasien terlebih dahulu. Nilai INR yang lebih kecil atau sama dengan 3,5 dianggap aman
untuk dilakukan perawatan gigi yang bersifat invasif.

Tekanan darah harus diukur terlebih dahulu. Tekanan darah perlu dikontrol sebelum melakukan
pencabutan gigi untuk menghindari masalah-masalah sirkulasi yang tidak terduga.

Pasien dengan tekanan darah antara 140-160/90-95 mmHg memerlukan perawatan tindakan
bedah mulut dengan hati-hati sedangkan pasien dengan tekanan darah antara 160-190/95-110
mmHg perlu diberikan premedikasi setengah sampai satu jam sebelum melakukan pencabutan
gigi dengan terlebih dahulu berkonsultasi dengan spesialis jantung dan spesialis penyakit dalam.

Apabila tekanan darah pasien masih tinggi setelah diberi premedikasi misalnya > 180/110 mmHg
maka pencabutan gigi harus ditunda, kemudian dirujuk ke dokter spesialis jantung untuk melakukan
perawatan yang lebih lanjut.

 Waktu Melakukan Pencabutan


Kadar epineprin tertinggi pada waktu pagi hari dan penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan
serangan jantung terjadi diantara jam 8 sampai 11 pagi, ini akan memberi efek yang merugikan jika
melakukan pencabutan gigi pada waktu pagi. Oleh karena itu, waktu yang paling baik untuk
melakukan perawatan bedah mulut adalah pada siang hari.

Pasien ditempatkan pada posisi semi-supine. Jangka waktu menerima perawatan bedah mulut harus
singkat (kurang dari 30 menit) pada pasien PJK agar mengurangi ketakutan pasien. Selain itu,
penggunaan sedasi nitrous oxide dalam keadaan sadar akan membantu mengurangi stres saat
melakukan pencabutan gigi.

 Pemberian Anastesi Lokal


Diperlukan teknik anastesi yang tepat, dengan tidak menyuntikkan bahan anastesi ke dalam
pembuluh darah. Pemakaian bahan anestesi lokal yang mengandung vasokonstriktor pada pasien
penyakit kardiovaskular masih kontroversial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Daskalov et
al, untuk menghilangkan rasa sakit selama pencabutan gigi, dokter gigi dapat memberikan
anestesi lokal dengan vasokonstriktor pada pasien PJK. Tetapi pada pasien yang menggunakan obat
beta bloker nonselektif, penggunaan vasokonstriktor dalam anestesi lokal mempunyai risiko untuk
terjadinya hipertensi dan bradikardi.

Untuk itu, dokter gigi harus berhati-hati dalam menggunakan vasokonstriktor dalam anastesi lokal
pada pasien yang sedang menggunakan beta bloker non selektif. Dokter gigi dapat menggunakan
lidokain 2% dengan epineprin 1:100.000. Dosis maksimumnya adalah sekitar 4,4 mg/kgBB. Lidokain
dapat menurunkan iritabilitas jantung karena itu juga digunakan sebagai antiaritmia. Kemudian,
juga dapat digunakan artikain 4% ditambah epineprin 1:100.000. Dosis maksimumnya adalah sekitar
7,0 mg/kgBB. Para peneliti telah menyarankan bahwa penggunaan sedasi dalam keadaan sadar
untuk mengurangi stres karena hal ini akan meminimalkan pelepasan endogen epineprin yang
mungkin menjadi faktor yang lebih penting dalam memastikan stabilitas hemodinamik pada
pasien dengan penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan penggunaan anastesi lokal dengan
epineprin dalam jumlah yang kecil.

 Keadaan Darurat
Jika pasien mengalami nyeri dada pada saat tindakan pencabutan gigi, hentikan tindakan yang
dilakukan. Tempatkan pasien pada posisi yang nyaman. Berikan nitroglycerin (TNG) 0,4 mg di
lipatan bukal atau secara sublingual. Nitroglycerin memberikan efek relaksasi pada otot polos dan
menyebabkan dilatasi pada arteri koroner sehingga akan meningkatkan suplai oksigen. Berikan
oksigen suplemental menggunakan kanula nasal sebanyak 4-6 liter/menit, lalu periksa tekanan darah
pasien. Jika nyeri menghilang, terus berikan oksigen selama 5 menit dan modifikasi perawatan untuk
mencegah nyeri dada berulang. Namun, jika nyeri belum menghilang selama 3 menit, berikan
nitroglycerin yang kedua dan periksa tanda vital pasien. Jika tidak ada respon maka
dipertimbangkan kemungkinan angina tidak stabil, segera hubungi ambulans.

ACS (ACUTE CORONARY SYNDROME)

Sindroma Koroner Akut (SKA) atau Acute Caronary Syndrome (ACS) adalah sindroma klinik yang
mempunyai dasar fisiologi yang sama yaitu adanya erosi, fisura, ataupun robeknya plak atheroma
sehingga menyebabkan trombosis intravaskular yang menimbulkan ketidakseimbangan pasokan dan
kebutuhan oksigen miokard.

Nyeri dada merupakan keluhan utama sebagian besar pasien dengan SKA. Nyeri dada biasanya
berlokasi retrosternal, sentral, atau di dada kiri, menjalar ke rahang atau lengan atas (Theroux,
2012). Gejalanya dapat bervariasi, dapat berupa gejala khas angina, yaitu nyeri dada tipikal yang
berlangsung selama ± 20 menit atau lebih yang terasa seperti ditusuktusuk, ditekan, rasa terbakar,
ditindih benda berat, rasa diperas dan terpelintir. Keluhan dapat pula berupa nyeri atipikal seperti
nyeri epigastrium, nyeri dada tajam, atau sesak nafas memberat

Klasifikasi ACS :

 Infark Miokard Akut dengan Elevasi Segmen ST (IMA-EST)


 Infark Miokard Akut non Elevasi Segmen ST (IMA-NEST)
 Angina Pekrotis Tidak Stabil (APTS)

Faktor Resiko

Faktor Resiko dari Acute Coronary Syndrome (ACS) dapat klasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu
faktor resiko yang dapat diubah seperti hiperlipidemia, hipertensi, diabetes dan sindrom metabolik
lainnya dan faktor resiko yang tidak dapat diubah seperti usia dan jenis kelamin.

Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan Elektrokardiogram

Semua pasien dengan keluhan nyeri dada atau keluhan lain yang mengarah kepada iskemia harus
menjalani pemeriksaan EKG 12 sadapan sesegera mungkin sesampainya di ruang gawat darurat.
Sedapat mungkin, rekaman EKG dibuat dalam 10 menit sejak kedatangan pasien di ruang gawat
darurat. Pemeriksaan EKG sebaiknya diulang setiap keluhan angina timbul kembali.

b) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan marka jantung dengan Creatinin Kinase MB (CKMB) atau troponin I/ T merupakan
marka nekrosis miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard.

Penatalaksanaan Dental
IHD (Ischemic Heart Disease)

Penyakit Jantung Iskemia (PJI), dikenal juga Penyakit arteri koroner (PAK), didefinisikan sebagai
kekurangan oksigen dan penurunan atau tidak adanya aliran darah ke miokardium yang
disebabkan oleh penyempitan atau terhalangnya arteri koroner. PJI dapat terjadi pada Gejala
Koroner Akut (GKA), yang melibatkan angina pektoris tidak stabil dan Infark Miokardial Akut (IMA)
berhubungan dengan perubahan ECG baik peningkatan pada bagian ST (STEMI) atau peningkatan
bagian non-ST (NSTEMI).

Beberapa tahapan terjadinya Penyakit Jantung Iskemia (PJI)

1) Angina pektoris

Angina pektoris ditegakkan berdasarkan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa tertekan
atau berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada terutama saat melakukan kegiatan
fisik, terutama dipaksa bekerja keras atau ada tekanan emosional dari luar. Biasanya serngan angina
pektoris berlangsung 1-5 menit, tidak lebih dari 10 menit, bila serangan lebih dari 20 menit,
kemungkinan terjadi serangan infark akut. Keluhan hilang setelah beristirahat (Karyadi, 2002).

2) Angina pektoris yang tidak stabil (Unstable angina)

Unstable angina adalah sakit dada yang tiba-tiba terasa pada waktu istirahat atau terjadi lebih berat
secara mendadak. Unstable angina, yang pada umumnya disebabkan oleh adanya Penyakit Jantung
Iskemia (PJI), memiliki arti penting ke arah terjadinya keadaan yang lebih buruk, sehingga harus
ditangani secara serius. Pada unstable angina, kekurangan oksigen ke otot jantung menjadi acute
atau lebih parah dan oleh karena itu amat berbahaya, karena risiko komplikasi seperti terjadinya
serangan jantung amatlah besar (Soeharto, 2004).

3) Serangan jantung (heart attack)

Apabila aliran darah di dalam urat nadi koroner terhalang secara total, bagian otot jantung itu
mengalami kerusakan. Ini dikenal sebagai serangan jantung akut atau Acute Myocardial Infartion
(AMI). AMI umumnya disebabkan oleh penyumbatan arteri koroner secara tiba-tiba, yaitu karena
pecahnya plak lemak atherocklerosis pada arteri koroner. Plak lemak tersebut menjadi titik-titik 8
lemah dari arteri itu dan cenderung untuk pecah. Pada waktu pecah di lokasi tersebut gumpalan
cepat terbentuk yang mengakibatkan penghambatan (okulasi) arteri yang menyeluruh, serta
memutuskan aliran darah ke otot jantung. Ini mengakibatkan rasa sakit dada yang hebat pada pusat
dada dan menyebar sampai lengan atau leher. Sakit dada tersebut diikuti dengan berkeringat dan
napas pendek.

Manifestasi Oral

Apabila pasien mengkonsumsi antikoagulan atau antiplatelet, dapat terjadi pendarahan


bermanifestasi sebagai hematoma, petechiae, dan perdarahan gusi

Penatalaksanaan Dental

 Konsultasi dengan supervisor (tipe penyakit jantung : angina atau infark, tingkat keparahan,
waktu terakhir perawatan jantung, komplikasi klinis, perawatan yang diterima oleh pasien)
 Pasien secara berkala mengkonsumsi obat yang telah diresepkan
 Diberikan 5-10 mg Diazepam malam sebelumnya dan 1-2 jam sebelum dilakukan perawatan
untuk menurunkan stress dan kecemasan
 Visit pasien harus dilakukan dengan cepat; siang hari
 Lakukan Teknik anestesi yang baik, secara hati hati agar tidak memasukkan cairan anestesi
dalam pembuluh darah
 Penggunaan dua karpul maksimal dengan vasokonstriktor
 Pasien harus dalam posisi nyaman (semi-supine)
 Tekanan darah dan monitor pulsioxymetric sebelum dan saat dilakukan perawatan gigi
 Bila pasien mengkonsumsi antikoagulan harus dihentikan pada hari dilakukannya perawatan
gigi, apabila mengkonsumsi antiplatelet maka pedarahan local harus dikontrol
 Apabila pasien mengalami nyeri dada saat perawatan gigi, prosedur harus dihentikan dan
pasien diberikan ntrit secara sublingual (0,4-0,8mg) dengan oksigen melalui nasal (3L/menit)
 Apabila nyeri berkurang dapat dilanjutkan perawatan dental atau dapat dijadwalkan untuk
hari lainnya
 Apabila nyeri tidak berkurang dalam 5 menit, maka diberikan tablet sublingual kedua, dan
bila nyeri tidak hilang dalam 15 menit maka merupakan suspek infarksi miokardial akut dan
pasien harus dipindah ke rumah sakit.

VHD (Valvular Heart Disease/Penyakit Jantung Katup)

Penyakit jantung katup

 Penyakit Katup Mitral


a. Stenosis Mitral

Stenosis mitral adalah keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup
mitral oleh karena obstruksi pada katup mitral. Kelainan katup mitral ini menyebabkan gangguan
pembukaannya sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri pada saat diastole.

b. Regurgitasi Mitral

Regurgitasi mitral adalah suatu keadaan ketidakmampuan katup mitral menutup dengan sempurna
sehingga menyebabkan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri pada saat sistol.
Gejala-gejala jarang dirasakan penderita. Hanya rasa lelah dan sesak napas ringan pada saat
beraktivitas yang akan hilang apabila beristirahat.

 Penyakit Katup Aorta


a. Stenosis Aorta

Stenosis aorta ditandai dengan menyempitnya pembukaan dari katup aorta, menyebabkan aliran
darah menurun dari ventrikel kiri ke aorta dan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan di atrium
kiri. Penderita dapat mengalami asimptomatik maupun merasakan salah satu dari gejala yaitu
angina, sinkop, atau gagal jantung

b. Regurgitasi Aorta

Regurgitasi aorta terjadi ketika adanya malfungsi dari aorta yang tidak dapat menutup saat fase
diastolik sehingga darah dari aorta kembali lagi menuju ventrikel kiri. Hal ini dapat menyebabkan
pembesaran dan peningkatan tekanan pada ventrikel kiri. Gejala klinis yang sering dikeluhkan yaitu
sesak napas. Etiologi dari penyakit ini bermacam-macam mulai dari diakibatkan oleh dilatasi pangkal
aorta, penyakit katup artifisial, dan genetic
Penatalaksanaan Dental

Arithmia

Aritmia merupakan gangguan irama jantung yang merujuk kepada setiap gangguan frekuensi,
regularitas, lokasi asal atau konduksi impuls listrik jantung

Manifestasi Oral : Obat-obatan arrythmia mempunyai efek samping hyperplasia gingiva dan
xerostomia

Pertimbangan Penatalaksanaan Dental

 Rujuk untuk diagnosis setiap pasien dengan tanda dan gejala sugestif aritmia
 Tetapkan jenis dan tingkat keparahan aritmia
 Tetapkan status terkini untuk pasien dengan aritmia
 Untuk pasien dengan alat pacu jantung, tentukan Jenis alat pacu jantung yang digunakan,
Jenis aritmia yang dikelola, Tingkat pelindung yang disediakan untuk generator, Jenis
peralatan listrik yang harus dihindari
 Tetapkan keberadaan dan status terkini dari setiap kondisi yang mungkin menyebabkan
aritmia

Manajemen pasien

 Kurangi kecemasan sebanyak mungkin


 Meresepkan premedikasi — benzodiazepin
 Komunikasi yang terbuka dan jujur dengan pasien
 Janji singkat pagi atau sore hari
 Inhalasi nitrogen oksida-oksigen jika diperlukan
 Sedasi IV jika diperlukan — benzodiazepin
 Hindari jumlah epinefrin yang berlebihan
 Gunakan 1:100.000 epinefrin dalam anestesi lokal
 Gunakan anestesi tanpa epinefrin pada pasien dengannaritmia, jika pengobatan
diperlukan
 Secara umum, gunakan tidak lebih dari 3 kartrid anestesi
 Aspirasi sebelum menyuntikkan anestesi lokal
 Jangan gunakan epinefrin dalam kemasan gingiva
 Jangan gunakan epinefrin untuk mengontrol perdarahan local

 Kelola kondisi yang mendasarinya seperti penyakit jantung rematik (antibiotik profilaksis
untuk mencegah BE)
 Hindari penggunaan anestesi umum di sebagian besar praktik kedokteran gigi
 Secara umum, hindari penggunaan perangkat berikut: Unit bedah listrik, Pembersih mandi
ultrasonic, Scaler ultrasonik
 Bersiaplah untuk menghadapi aritmia yang mengancam jiwa dengan menghentikan
prosedur, Mengevaluasi tanda-tanda vital-tekanan darah, denyut nadi dan ritme, dan
kewaspadaan mental
 Memanggil bantuan medial jika diindikasikan
 Pemberian oksigen
 Menempatkan pasien pada posisi Trendelenburg untuk mengurangi efek dari hipotensi
 Melakukan manuver vagal (pijat karotis) jika hipotensi dan takikardia hadir
 Jika diindikasikan, memulai resusitasi kardiopulmoner menggunakan defribrilator eksternal
otomatis jika tidak ada denyut nadi dapat didirikan

Diagnosis spesifik aritmia selama pemeriksaan gigi memerlukan pemantauan EKG terus
menerus dan pengetahuan yang baik tentang interpretasi kelainan yang diamati. Jadi, dalam
pengaturan gigi biasa, riwayat pasien, gejala, dan palpasi denyut nadi adalah alat diagnostik yang
tersedia. Risiko aritmia berbahaya juga meningkat pada pasien dengan kardiomiopati, gagal
jantung, dan masalah katup. Pasien tersebut harus dievaluasi secara hati-hati oleh dokter mereka
dan pengobatan yang memadai serta tindakan lain (seperti defibrilator kardioverter implan)
harus diterapkan sebelum prosedur gigi ekstensif. Jika pasien dengan penyakit jantung diketahui
mengalami aritmia selama pengobatan, pengobatan harus dihentikan, oksigen tambahan
dipertimbangkan, dan status pasien dipantau secara ketat. Jika pasien pulih dengan cepat,
kelanjutan pengobatan dapat dipertimbangkan jika pasien menginginkannya. Bahkan kehilangan
kesadaran yang singkat, bagaimanapun, dapat mengindikasikan aritmia jantung yang signifikan,
dan pasien harus dirujuk ke evaluasi medis. Jika pasien dengan penyakit jantung kolaps di kursi,
henti jantung harus dicurigai dan layanan medis darurat segera diaktifkan dan resusitasi
jantung paru dimulai tanpa penundaan. Pasien-pasien ini disarankan untuk minum obat secara
teratur. Beta-blocker adalah obat pilihan yang disukai

Bacterial Endokarditis

Endokarditis Infektif (EI) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroba pada lapisan
endotel jantung dan pembuluh darah besar. Penyakit ini ditandai dengan terbentuknya vegetasi
yang dapat terjadi pada katup jantung (baik katup buatan maupun katup natif), endokardium dan
benda asing intravaskular 4 seperti benda penutup defek atau membuat pirau intrakardial untuk
memperbaiki kelainan jantung bawaan.

Tindakan perawatan gigi dapat menimbulkan bakteriemi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
endokarditis infektif. Timbulnya bakteriemi dapat berasal dari perawatan yang dilakukan di ruang
praktek dokter gigi atau sebagai akibat dari aktifitas sehari-hari seperti mengunyah, menyikat gigi
atau flossing pada mulut yang tidak sehat. Higiene mulut yang rendah dan gigi yang tidak terawat
mengakibatkan pembusukan gigi yang parah dan periodontium yang tidak sehat, yang keduanya
akan meningkatkan kemungkinan berkembangnya bakteriemi yang menyertai kegiatan sehari-hari
seperti makan, menyikat gigi dan flossing.

Etiologi

Pada umumnya organisme yang menyebabkan EI pada anak adalah kokus gram positif, terutama
kelompok Streptococcus viridans (seperti S. sanguis, S. mitis, S. 5 mutans), Stafilokokus dan
Enterokokus. Endokarditis Infektif yang disebabkan kelompok Streptococcus viridans sering terjadi
setelah tindakan gigi dan mulut.

Gejala klinis

EI biasanya tidak jelas, berupa panas badan yang lama dan tidak begitu tinggi, cepat capai, atralgia,
mialgia, penurunan berat badan, splenomegali dan anemia.

Manisfestasi klinik

Manifestasi klinik Endokarditis Infektif


Riwayat :

 Penyakit jantung bawaan atau penyakit jantung rematik


 Setelah tindakan gigi dan mulut, saluran urogenital atau gastrointestinal
 Pemakaian obat-obatan intravena
 Pemasangan kateter vena sentral
 Katup jantung buatan

Gejala klinis : Demam, nyeri dada dan perut, artralgia atau mialgia, sesak nafas, malaise, keringat
malam, berat badan menurun, gejala neurologis.

Tanda klinis : Demam, takikardia, petekie, nodus Osler, Splinter hemorhage, Roth’s spot, lesi
Janeway, murmur baru/perubahan murmur, splenomegali, jari tabuh, artritis, glomerulonefritis,
abses miokard, gagal jantung

Penatalaksanaan Dental

Penatalaksanaan pasien dengan endokarditis infektif akan melibatkan pertanyaan kesehatan yang
mencakup riwayat untuk semua kategori risiko potensial. Jika ada keraguan, dokter pasien harus
dikonsultasikan. Kebersihan mulut harus dipraktekkan dengan metode yang meningkatkan
kesehatan gingiva namun meminimalkan bakteremia. Pada pasien dengan inflamasi gingiva yang
signifikan, kebersihan mulut pada awalnya terbatas pada prosedur yang lembut. Irigator oral
umumnya tidak dianjurkan karena penggunaannya dapat menyebabkan bakteremia. Pasien yang
rentan harus didorong untuk menjaga kebersihan mulut tingkat tertinggi setelah peradangan
jaringan lunak dikendalikan.

Penyakit periodontal yang parah dan area supurasi periodontal atau fokus infeksi gigi memerlukan
eliminasi. Obat kumur klorheksidin sebelum perawatan direkomendasikan sebelum semua prosedur,
termasuk pemeriksaan periodontal, karena obat ini secara signifikan mengurangi keberadaan bakteri
pada permukaan mukosa. Pencabutan gigi harus dihindari di mulut yang sehat bila memungkinkan.
Terapi endodontik adalah perawatan pilihan. Juga, ekstraksi tunggal lebih disukai daripada ekstraksi
ganda. Semua prosedur perawatan gigi memerlukan profilaksis antibiotik. Bila memungkinkan,
setidaknya 7 hari disimpan antara janji (sebaiknya 10-14 hari). Jika ini tidak memungkinkan, rejimen
antibiotik alternatif dipilih untuk janji temu dalam jangka waktu 7 hari. Janji temu kembali secara
teratur, dengan penekanan pada penguatan kebersihan mulut dan pemeliharaan kesehatan mulut,
sangat penting untuk pasien dengan endokarditis infektif.

Anda mungkin juga menyukai