0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan K3 dan prosedur sterilisasi alat kedokteran gigi. Kebijakan K3 didasarkan pada undang-undang tentang keselamatan kerja, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Prosedur sterilisasi alat gigi meliputi perendaman, pembersihan manual, dan sterilisasi menggunakan panas, seperti uap atau kering. Pengendalian infeksi dan bahaya yang dihadapi dokter gigi juga dib
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan K3 dan prosedur sterilisasi alat kedokteran gigi. Kebijakan K3 didasarkan pada undang-undang tentang keselamatan kerja, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Prosedur sterilisasi alat gigi meliputi perendaman, pembersihan manual, dan sterilisasi menggunakan panas, seperti uap atau kering. Pengendalian infeksi dan bahaya yang dihadapi dokter gigi juga dib
Dokumen tersebut membahas tentang kebijakan K3 dan prosedur sterilisasi alat kedokteran gigi. Kebijakan K3 didasarkan pada undang-undang tentang keselamatan kerja, kesehatan, dan ketenagakerjaan. Prosedur sterilisasi alat gigi meliputi perendaman, pembersihan manual, dan sterilisasi menggunakan panas, seperti uap atau kering. Pengendalian infeksi dan bahaya yang dihadapi dokter gigi juga dib
LANDASAN HUKUM/REGULASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Landasan hukum merupakan bentuk perlindungan yang diberikan oleh pemerintah terhadap masyarakat dan karyawan yang wajib untuk di terapkan oleh perusahaan. Berikut adalah peraturan yang mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja Undang-undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja. Menurut UU ini kewajiban dan hak tenaga kerja sebagai berikut. a) Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja. b) Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. c) Memenuhi dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan. d) Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan. e) Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan ketika syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya, para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undangundang No.23 tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. 3. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan UU ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai upah kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam UU ini mengenai K3 ada pada Bagian Kesatu Perlindungan, Paragraf 5 Keselamatan Kesehatan Kerja Pasal 86 yaitu Pasal 86 Ayat (1): Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Pasal 86 Ayat (2): Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 86 Ayat (3): Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 87 Ayat (1): Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Pasal 87 Ayat (2): Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. UU ini mengatur mengenai K3 di perusahaan, yang bertujuan untuk mengendalikan risiko pekerjaan. SMK3 merupakan sistem manajemen yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan lainnya seperti sistem manajemen mutu dan lingkungan. LO Pengelolaan dan Pemeliharaan Alat Medis Prosedur Sterilisasi Alat Kedokteran Gigi Ada bermacam prosedur sterilisasi instrument atau alat kedokteran gigi mulai dari perendaman hingga sterilisasi menggunakan metode sterilisasi fisik yang banyak dilakukan. Perendaman Sesaat setelah penggunaan, alat tersebut direndam dengan larutan desinfektan agar sisa darah dan ludah yang menempel tidak sampai mengering. Perendaman dilakukan dalam waktu 30 – 60 menit dilakukan dalam 70% isopropyl alkohol. Atau apabila ingin lebih lama lagi bisa menggunakan glutaraldehid atau fenol. Digunakan senyawa yang bersifat desinfektan dan juga antikarat. Pembersihan Secara Manual Teknik sterilisasi alat kedokteran gigi juga dilakukan dengan pembersihan manual. Yaitu dengan cara menyikat alat – alat menggunakan sikat dan cairan pembersih (desinfektan). Cara penyikatan juga harus hati – hati karena ada beberapa macam alat yang cukup tajam. Proses ini tidak rutin dilakukan untuk menghindari kontak langsung dengan alat yang terkontaminasi Sterilisasi Dengan Panas UapSebagaimana sudah kita ketahui, sterilisasi dengan metode panas uap dilakukan dengan alat Autoclave. Cara sterilisasi alat kedokteran gigi dengan metode ini juga sama seperti proses sterilisasi alat kesehatan lain yang sejenis. Setelah alat dibersihkan dari kotoran organik dengan larutan desinfektan. Alat siap dimasukkan ke dalam Autoclave yang disiapkan terlebih dulu. Sterilisasi dengan Autoclave dirasa sangat efektif membunuh mikroorganisme hingga ke sporanya karena selain dengan panas juga di dalam ruangan tertutup yang bertekanan tinggi. Autoclave mencapai temperature uap maksimum hingga 250 °F atau sekitar 121 °C dengan tekanan mencapai 103 hingga 206 kPa. Sterilisasi Dengan Panas KeringSelain dengan panas uap, standar sterilisasi alat kedokteran gigi juga bisa dilakukan dengan menggunakan metode panas kering. Mengingat udara merupakan penghantar panas yang kurang baik, oleh karena itu suhu sterilisasi dengan menggunakan metode ini harus lebih tinggi daripada menggunakan Autoclave yaitu sekitar 320°F hingga 375°F atau sekitar 160 °C hingga 190 °C. Waktu sterilisasi dengan menggunakan metode ini kira – kira berlangsung 15 hingga 30 menit. Alat sterilisasi yang digunakan dalam metode ini tentu sterilisator kering atau sering disebut dengan dry heat sterilizer. Sterilisasi Uap Kimia Tak Jenuh Proses sterilisasi ini disebut juga dengan istilah Khemiklaf Harvey yang dijalankan dengan sistem 4 siklus yaitu pembentukan uap, sterilisasi, depresurisasi dan siklus pembuangan uap. Disebut dengan sterilisasi uap kimia karena melibatkan larutan kimia o,23%, formaldehid, 72% etanol+aseton, alkohol dan juga air. Proses steriliasasi dengan metode ini diperlukan waktu sekitar 20 menit dengan suhu sekitar 132 °C dan tekanan 172 kPa. Pengendalian Infeksi Sarung tangan harus dipakai sewaktu merawat pasien. Masker harus dipakai untuk melindungi mukosa mulut dan hidung dari percikan darah dan air ludah. Mata harus dilindungi dengan semacam kacamata dari percikan darah dan air ludah. Metode sterilisasi untuk membunuh mikroba harus digunakan pada alat-alat kedokteran gigi, seperti autoklaf, oven pemanasan kering, sterilisasi uap kimia dan sterilisasi kimia. Harus diperhatikan untuk membersihkan instrumen dan tempattempat keria. Dalam hal ini termasuk termasuk menggosok dengan cairan deterjen dan mengelap dengan cairan disinfektan seperti iodine atau chlorine. Bahan-bahan disposibel yang telah digunakan harus dipegang dengan hati-hati dan dikumpulkan dalam suatu kantung plastik, untuk mengurangi berkontak dengan manusia. Alat-alat tajam seperti jarum atau skalpel harus dimasukkan ke kaleng atau wadah yang tidak mudah berlubang sebelum dibuang ke dalam kantung plastik. Jenis Bahaya Yang Dihadapi Dokter Gigi Bahaya potensial fisik seperti vibrasi dari alat bor gigi, gelombang elektro magnetik dari alat alat gigi yang menggunakan listrik, sinar ultra violet dari alat saat proses menambal gigi, pencahayaan, bising dari kompresor atau alat bor Bahaya potensial biologi virus, dan bakteri dari rongga mulut pasiennya dan juga hasil tindakan yag dilakukan terhadap pasien gigi Bahaya potensial kimia diadapat dari penggunaan bahan bahan kimia saat melakukan proses/tindakan,seperti Mercury, Methyl methacrylate, cyanoacrylate, Glutaraldehyde, ethylene oksida, N2O, Halothane, cairan pembersih dan bahan lateks sarung tangan Bahaya potensial ergonomi yang dialami dokter gigi adalah gerakan-gerakan repetitif, posisi bekerja yang statis(dudukatau berdiri) dan posisipoisis gerakan yang janggal, seperti menggenggam (power grip), pinch grip, pressing, esktensi tangan, fleksi tangan, rotating, posisi kepala menunduk,miring, tengadah, posisi punggung bungkuk, miring, twisting, dan lain sebagainya Bahaya potensial psikososial yang dialami dokter gigi antara lain hubungan dengan rekan kerja, stress target kerja.