Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN HIPERKES DAN KUNJUNGAN

PERUSAHAAN PADA ASPEK HYGIENE INDUSTRI DAN KESEHATAN KERJA


PT. MARTINA BERTO

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT PELATIHAN HIPERKES


DAN KESELAMATAN KERJA

DISUSUN OLEH:
Magfiroh, A.Md.Keb

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


PERIODE 29 Agustus – 02 September 2023
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bertujuan


menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan
melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah, mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif. Salah satu caranya adalah menciptakan perusahaan
yang higienis agar lingkungan kerja menjadi aman, selamat dan sehat bagi pekerja.

Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (1998), higene


industri adalah ilmu tentang antisipiasi, rekognisi/pengenalan, evaluasi dan pengendalian
kondisi tempat kerja yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja dan
atau penyakit akibat kerja. Higene industri menggunakan metode pemantauan dan analisis
lingkungan untuk mendeteksi luasnya tenaga kerja yang terpapar. Higene industri juga
menggunakan pendekatan teknik, pendekatan administratif dan metode lain seperti
penggunaan alat pelindung diri (APD), desain cara kerja yang aman untuk mencegah paparan
berbagai bahaya di tempat kerja.

Di Indonesia, UU no 14 tahun 1969 higiene perusahaan adalah lapangan kesehatan


yang ditujukan kepada pemeliharaan dan mempertinggi derajat kesehatan tenaga kerja,
dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan pekerja yang sakit, mengatur
persediaan tempat, cara dan syarat untuk pencegahan penyakit baik akibat kerja maupun
umum serta menetapkan syarat-syarat kesehatan perumahan tenaga kerja. Higene industri
didefinisikan sebagai spesialisasi dalam ilmu higene beserta prakteknya yang dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan kuantitatif
dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan
untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar
pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja
(Suma’mur, 1999).

3
Untuk itu setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-masing. Dimulai
dengan penerapan K3, evaluasi dan peningkatan berkelanjutan.

Salah satu tahapan yang paling penting adalah penentuan hazard (potensi bahaya)
yang terdapat pada perusahaan dan dapat menjadi faktor risiko bagi tenaga kerja, baik dari
faktor fisika, kimia dan biologi. Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah penggunaan
alat perlindungan diri (APD), sebagai upaya mencegah kecelakaan kerja.

A. Dasar Hukum

Landasan hukum pelaksanaan hygiene perusahaan dan kesehatan kerja mencakup :

a. UUD 1945 Pasal 27 ayat 2.

b. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

c. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan


Internasional No.120 Mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian


Bahan Kimia Berbahaya

e. Permenakertrans No. 3 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Kimia di Tempat Kerja

f. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,


Kebersihan serta Penerangan Dalam Tempat Kerja

g. Peraturan Mentri Perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan,
serta Penerangan dalam Tempat Kerja.

4
B. Profil Perusahaan

PT. Martina Berto didirikan tahun 1977 oleh Dr. HC Martha Tilaar, Pranata Bernard
dan Theresa Harsini. Awal mula berdirinya perusahaan ini adalah usaha salon kecantikan
kecil yang didirikan oleh Ibu Martha Tilaar di Jakarta tahun 1970. Sejak dari salon kecil ini
sudah dimulai usaha untuk membuat dan memasarkan jamu-jamuan komersial. Tahun 1976
usaha salon ini mulai berkembang yang ditandai dengan dibukanya salon kecantikan yang
kedua. Dan beberapa tahun kemudian, usaha salon kecantikan tersebut telah berkembang
pesat menjadi 9 salon kecantikan milik Ibu Martha Tilaar sendiri, 16 salon di bawah lisensi,
serta 4 sekolah kecantikan.

Pada tahun 1997 dimulai produksi jamu-jamuan komersial berskala rumah tangga
yang diberi merek dagang Sari Ayu Martha Tilaar dan pada tahun 1981 telah diproduksi
sebanyak 46 jenis produk. Seiring dengan kapasitas permintaan yang besar maka pada tahun
1981 didirikanlah sebuah industri modern pertama yaitu PT. Martina Berto di Jl. Pulo Ayang
No. 3, Kawasan Industri Pulogadung (KIP) dengan luas 4200 m2. Perusahaan ini
memproduksi kosmetik dan obat herbal dengan brand “Sariayu-Martha Tilaar”. Lima tahun
kemudian yaitu tahun 1986 didirikanlah pabrik modern kedua yang terletak di Jl. Pulo
Kambing II No. 1, KIP yang memiliki luas lebih besar dari pabrik pertama yaitu 4600 m2.

Saat ini kegiatan utama PT. Martina Berto, Tbk antara lain : 1) memproduksi produk
kosmetik dan obat tradisional, 2) memasarkan dan menjual kosmetik, pelayanan kecantikan
dan obat herbal tradisional, serta 3) mendukung aktivitas perusahaan cabang yaitu PT.
Cedefindo sebagai perusahaan kontrak produk kosmetik dry, semi-solid, dan aerosol. Selain
itu perusahaan ini juga melakukan formulasi kosmetik, registrasi, membuat bahan
baku/kemasan, proses produksi, pengemasan dan pelayanan logistik one-stop baik internal
Martha Tilaar Group maupun eksternal ke perusahaan luar. Produk kosmetik PT Martina
Berto antara lain : Belia, Caring Colour, Biokos, Cempaka Kosmetik, Dwi Sri Spa,
Mirabella, PAC, Sariayu.

PT. Martina Berto Tbk. Memiliki karyawan kurang lebih 800 orang, dengan jumlah
tenaga kerja yang bekerja di office 200 orang selebihnya dibagian maufaktur. Jam kerja
pegawai dilaksanakan pada hari Senin – Jumat pukul 07.00-16.00 WIB. Waktu istirahat di
bagi tiga shift yaitu masing-masing pukul 10.00 WIB, 12.00 WIB, dan 14.00 WIB

5
C. Alur Produksi

Pertama-tama menyediakan bahan baku untuk isi dan kemasan. Sebelum digunakan
bahan baku disimpan di gudang, lalu oleh kantor produksi dibuatkan jumlah dan jadwal
produksi. Setelah ada jadwal, bahan baku di olah dan dikerjakan di bagian masing-masing,
yaitu untuk bahan baku isi diolah dan dikerjakan di bagian pembuatan isi dan bahan baku
kemasan diolah dan dikerjakan di bagian kemasan. Setelah semua selesai dikerjakan maka
barang produksi akan diperiksa di bagian kontrol kualitas untuk memeriksa dan memastikan
barang yang telah jadi aman dan siap untuk diproduksi. Setelah lulus di bagian kontrol
kualitas barang produksi selanjutnya disimpan di bagian logistik, dan didistribusikan kebagian
penjualan.

6
E. Landasan Teori

1) Faktor Fisika

Faktor Fisika misalnya karena suara yang tinggi atau bising bisa menyebabkan ketulian.
Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi
terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang
menghalangi gaya hidup. Kebisingan yang dapat diterima oleh tanaga kerja tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu yaitu 85 dB(A) (KepMenNaker No.51
Tahun 1999, KepMenKes No.1405 Tahun 2002).

Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil


tindakan seperti penggunaan peredam pada sumber bising, penyekatan, pemindahan,
pemeliharaan, penanaman pohon, pembuatan bukit buatan ataupun pengaturan tata letak
ruang dan penggunaan alat pelindung diri sehingga kebisingan tidak mengganggu kesehatan
atau membahayakan.

Temperatur atau suhu yang tinggi dapat menyebabkan berbagai keluhan dan penyakit
mulai dari yang ringan sampai berat misalnya: hyperpireksi, heat cramp, heat exhaustion, heat
stroke, yang hal ini diakibatkan oleh keluarnya cairan tubuh dan elektrolit yang berlebihan
dari tubuh tenaga kerja. Faktor Fisika lain adalah radiasi sinar elektromagnetik misalnya: sinar
infra merah menyebabkan katarak, ultra violet menyebabkan conjungtivitis. Tekanan udara
yang tinggi menyebabkan caisson’s diseases, penerangan mempengaruhi daya penglihatan
dan getaran menyebabkan reynaud’sdiseases (penyempitan pembuluh darah).

1) Faktor Biologi

Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah Kepres No.
22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point) penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki
resiko kontaminan khusus.

Biologicalhazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan produknya
yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Potensi bahaya yang mungkin
terjadi di lingkungan kerja dapat disebabkan oleh adanya mikroorganisme penyebab.
7
Faktor biologis dapat dikategorikan menjadi:

- Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya)

- Arthopoda (crustacea, arachnida, insect)

- Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak, rhinitis, asma)

- Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern) dan hewan
invertebrata (protozoa, ascaris)

Faktor biologis dapat masuk ke dalam tubuh dengan cara:

- Inhalasi/ pernafasan (udara terhirup)

- Ingesti/ saluran pencernaan

- Kontak dengan kulit

- Kontak dengan mata, hidung, mulut

2) Faktor Kimia
Di dalam berbagai jenis industri misalnya industri pupuk, pestisida, kertas,
pengolahan minyak, gas bumi, obat-obatan dan lain sebagainya, banyak yang
mempergunakan bahan kimia sebagai bahan baku maupun bahan pembantu dan atau
memperoduksi bahan kimia tersebut berpotensi menimbulkan bahaya misalnya
kebakaran, peledakan, iritasi dan keracunan. Dilaporkan terdapat 70% penyakit akibat
kerja disebabkan oleh bahan kimia yang masuk melalui pernafasan, kulit maupun
termakan.

Klasifikasi Faktor Kimia berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut.

- Partikulat:
Yaitu setiap system titik-titik cairan atau debu yang mendispersi di udara yang
mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai
stabilitas cukup sebagi suspense di udara. Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu
selalu berupa suspensi.

8
Partikel dapat diklasifikasikan:
 Debu di udara (airbon dust)

 Kabut (mist)

 Asap (fume) adalah butiran butiran benda padat hasil kondensasi bahan-bahan dari
bentuk uap. Asap juga ditemui pada sisa pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan
yang mengandung karbon, karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5 m
(micron)

- Non Partikulat

 Gas adalah Bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas
pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi
penurunan suhu dan penambahan tekanan.

 Uap Air (Vavor) adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan ruangan cairan
mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari kemampuan penguapannya. Bahan-
bahan yang memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang
memiliki titik didih yang tinggi.

Pengaruh Bahan Kimia

- Iritasi

adalah diartikan suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya apabila tubuh kontak
dengan bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit, mata dan saluran
pernapasan.

 Iritasi melalui kulit, apabila terjadi kontak antara bahan kimia


tertentu dengan klulit, bahan itu akan merusak lapisan yang
berfungsi sebagai pelindung. Keadaan ini disebut dermatitis
(peradangan kulit).

 Iritasi melalui mata kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia


dengan mata bisa menyebabkan rusaknya mulai yang ringan sampai
kerusakan permanen.

9
 Iritasi saluran pernapasan oleh karena bahan-bahan kimia berupa
bercak-bercak cair, gas atau uap akan menimbulkan rasa terbakar
apabila terkena pada daerah saluran pernapasan bagian atas (hidung
dan Kerongkongan).

- Asfiksia

Adalah istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses


oksigensi dalam jaringan tubuh yaitu ada dua jenis: Simple asphyxiantion
dan chemical asphyxiantion

 Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana) karena ini


berhubungan dengan kadar oksigen di udara yang digantikan dan
didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane,
hydrogen atau helium yang kadar tertentu mempengaruhi
kelangsungan hidup.

 Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia).


Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi
dan mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan
menggunakan zat asam, sebagai contoh adalah karbon monoksida.

- Kehilangan kesadaran dan mati rasa. Paparan terhadap konsentrasi yang


relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti ethyl dan prophyl alcohol
(alipaphatic alcohol), dan methylethyl keton (aliphatic keton), acetylene
hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan syaraf
pusat.

- Keracunan Tubuh

Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan sistemika


dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari tubuh
terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat
menyebar keseluruh tubuh.

10
- Kanker

Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-


sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang
bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru muncul setelah beberapa
tahun bevariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti
arsenik, asbestos, chromium, nikel dapat menyebabkan kanker paru-paru.

- Paru-paru kotor (pneumoconiosis) adalah suatu keadaan yang disebabkan


oleh mengendapnya partikel-partikel debu halus daerah pertukaran gas
dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru.. Contoh bahan-
bahan yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica,
asbestos, talc, batubara dan beryllium.

1) Sanitasi Industri
Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
 Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan.
 Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP).
 Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan
lingkungan sekitar perusahaan.
 Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan
adalah,konsumen terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan
makanan.
 Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat
meningkatkan mutu dan umur simpan produk, mengurangi komplain dari
konsumen.
 Mengurangi biaya recall.
 Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene
pekerja yang terlibat.

11
Sanitasi industri meliputi:
 Water supply
Suplai air dibagi menjadi 2 berdasarkan penggunaannya yaitu:
- Domestik  untuk karyawan, makan, minum, dll
- Proses produksi
 Pembuangan kotoran dan sampah
Sampah dibagi menjadi dua yaitu:
- Domestik  berasal dari karyawan, bukan dari proses produksi,
sepertisampahmakanandanminuman, dll
- Sampah industri  padat, cair
Sampah ini memerlukan manajemen khusus dalam pengelolaannya. Sampah dapat
diolah kembali untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat ataupun sudah tidak bisa
dimanfaatkan lagi dan dikembalikan ke alam sebagai bahan yang tidak berbahaya dan
mudah terurai.
• Perlengkapan fasilitas sanitasi
Fasilitas kebersihan merupakan hal yang wajib tersedia dalam industri.
Fasilitaskebersihansangat memgang peranan penting dalam proses produksi. Fasilitas
kebersihan menjamin tenaga kerja untuk menjalankan fungsi biologis merekaseperti
buang air kecil, buang air besar, makan, tempat ganti pakaian, dan lain – lain.
Hal – hal yang termasuk fasilitas kebersihan yaitu:
- Toilet  memenuhi syarat-syarat toilet sehat, terdapat closet yang
bersih dengan pengharum ruangan. Lantai toilet tidak licin dan
terdapat tempat cuci tangan dengan sabun dan tersedia tempat
sampah di dalam toilet dan diluar toilet.
- Tempat baju kerja (locker)  tempat ganti pakaian sebelum dan
sesudah kerja
- Ruang makan dan kantin
- Tempat sampah yang sudah terbagi menjadi sampah organic dan
non organik
• Ketata rumah tanggaan

12
Ruang lingkup kerumah tanggaan meliputi:
- Perencanaan yang baik
- Pelaksanaan yang teratur dan terus menerus
- Pengecekan dan evaluasi
Pada prinsipnya ketata rumah tanggaan adalah usaha yang terus menerus dan
konsisten dalam menjalankan fungsi – fungsi sanitasi.

Pengelolaan limbah

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah
mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal
dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai
bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan
lingkungan kehidupan dan sumber daya.

Bahan beracun dan berbahaya banyak dijumpai sehari-hari, baik sebagai


keperluan rumah tangga maupun industri yang tersimpan, diproses, diperdagangkan,
diangkut dan lain-lain. Insektisida, herbisida, zat pelarut, cairan atau bubuk pembersih
deterjen, amoniak, sodium nitrit, gas dalam tabung, zat pewarna, bahan pengawet dan
masih banyak lagi untuk menyebutnya satu per satu. Bila ditinjau secara kimia bahan-
bahan ini terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik. Terdapat lima juta jenis
bahan kimia telah dikenal dan di antaranya 60.000 jenis sudah dipergunakan dan
ribuan jenis lagi bahan kimia baru setiap tahun diperdagangkan.

Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama yang bersumber


dari pabrik industri Bahan beracun dan berbahaya banyak digunakan sebagai bahan
baku industri maupun sebagai penolong. Beracun dan berbahaya dari limbah
ditunjukkan oleh sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri, baik dari jumlah maupun
kualitasnya.

Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan antara lain mudah
terbakar, mudah meledak, korosif, oksidator dan reduktor, iritasi bukan radioaktif,
mutagenik, patogenik, mudah membusuk dan lain-lain.

13
Dalam jumlah tertentu dengan kadar tertentu, kehadirannya dapat merusakkan
kesehatan bahkan mematikan manusia atau kehidupan lainnya sehingga perlu
ditetapkan batas-batas yang diperkenankan dalam lingkungan pada waktu tertentu.

Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya pada suatu ruang
dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya dalam
jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak
membahayakan lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan
beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai ambang batasnya.

Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka
waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka
panjang cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan
haruslah merumuskan akibat-akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.

Jenis Limbah Industri

Limbah berdasarkan nilai ekonominya dirinci menjadi limbah yang mempunyai


nilai ekonomis dan limbah nonekonomis. Limbah yang mempunyai nilai ekonomis
yaitu limbah dengan proses lanjut akan memberikan nilai tambah. Misalnya: tetes
merupakan limbah pabrik gula. Tetes menjadi bahan baku untuk pabrik alkohol.
Ampas tebu dapat dijadikan bahan baku untuk pabrik kertas, sebab ampas tebu melalui
proses sulfinasi dapat menghasilkan bubur pulp. Banyak lagi limbah pabrik tertentu
yang dapat diolah untuk menghasilkan produk baru dan menciptakan nilai tambah.

Limbah non ekonomis adalah limbah yang diolah dalam proses bentuk apapun
tidak akan memberikan nilai tambah, kecuali mempermudah sistem pembuangan.
Limbah jenis ini yang sering menjadi persoalan pencemaran dan merusakkan
lingkungan. Dilihat dari sumber limbah dapat merupakan hasil sampingan dan juga
dapat merupakan semacam "katalisator". Karena sesuatu bahan membutuhkan air pada
permulaan proses, sedangkan pada akhir proses air ini harus dibuang lagi yang
ternyata telah mengandung sejumlah zat berbahaya dan beracun. Di samping itu ada
pula sejumlah air terkandung dalam bahan baku harus dikeluarkan bersama buangan
14
lain. Ada limbah yang terkandung dalam bahan dan harus dibuang setelah proses
produksi. Tapi ada pula pabrik menghasilkan limbah karena penambahan bahan
penolong.

Sesuai dengan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: limbah cair,
limbah gas/asap dan limbah padat. Ada industri tertentu menghasilkan limbah cair dan
limbah padat yang sukar dibedakan. Ada beberapa hal yang sering keliru
mengidentifikasi limbah cair, yaitu buangan air yang berasal dari pendinginan. Sebuah
pabrik membutuhkan air untuk pendinginan mesin, lalu memanfaatkan air sungai yang
sudah tercemar disebabkan oleh sektor lain. Karena kebutuhan air hanya untuk
pendinginan dan tidak untuk lain-lain, tidaklah tepat bila air yang sudah tercemar itu
dikatakan bersumber dari pabrik tersebut. Pabrik hanya menggunakan air yang sudah
air yang sudah tercemar pabrik harus selalu dilakukan pada berbagai tempat dengan
waktu berbeda agar sampel yang diteliti benar-benar menunjukkan keadaan
sebenarnya.

Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik
mengeluarkan gas, asap, partikel, debu melalui udara, dibantu angin memberikan
jangkauan pencemaran yang cukup luas. Gas, asap dan lain-lain
berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah berat
dan malam hari turun bersama embun.

Limbah padat adalah limbah yang sesuai dengan sifat benda padat merupakan
sampingan hasil proses produksi. Pada beberapa industri tertentu limbah ini sering
menjadi masalah baru sebab untuk proses pembuangannya membutuhkan satu pabrik
pula. Limbah penduduk kota menjadikan kota menghadapi problema kebersihan.
Kadang-kadang bukan hanya sistem pengolahannya menjadi persoalan tapi bermakna,
dibuang setelah diolah.

Menurut sifat dan bawaan limbah mempunyai karakteristik baik fisika, kimia
maupun biologi. Limbah air memiliki ketiga karakteristik ini, sedangkan limbah gas
yang sering dinilai berdasarkan satu karakteristik saja seperti halnya limbah padat.
Berbeda dengan limbah padat yang menjadi penilaian adalah karakteristik fisikanya,
sedangkan karakteristik kimia dan biologi mendapat penilaian dari sudut akibat.

15
Limbah padat dilihat dari akibat kualitatif sedangkan limbah air dan limbah gas dilihat
dari sudut kualitatif maupun kuantitatif.

Limbah Cair

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam sistem
prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam proses
pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian dibuang
misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air
ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis
perlakuan ini mengakibatkan buangan air.

Limbah Gas dan Partikel

Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi
pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia
seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui
kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar
melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah
butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu,
asap, kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan
melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain
SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

Limbah Padat

Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal
dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu
limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua
limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai
ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat,
diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.

16
BAB II

PELAKSANAAN

A. Tanggal dan waktu pengamatan

Pengamatan dilaksanakan pada hari Jumat, 01 September 2023 pukul 13.00 hingga 16.00
WIB

B. Lokasi pengamatan

Pengamatan dilaksanakan di PT. Martina Berto, Tbk.

C. Dokumen pengamatan

17
BAB III

HASIL PENGAMATAN

A. Faktor Bahaya Fisika

a. Kebisingan

Dari hasil pengamatan langsung tanpa menggunakan alat ukur, pada koridor
terdapat kebisingan yang cukup mengganggu, yang lokasinya berada dekat
dengan lokasi produksi. Pada ruangan produksi dan packaging, kebisingan tidak
dapat dinilai (pengamatan terbatas). Berdasarkan informasi yang diberikan oleh
bagian K3 perusahaan saat sesi tanya jawab, perusahaan tersebut telah dilakukan
pemeriksaan K3. Dari hasil pemeriksaan tersebut, faktor kebisingan di beberapa
tempat produksi masuk dalam kategori baik dan tidak melebihi nilai ambang batas
(NAB)

b. Pencahayaan

Untuk ruangan-ruangan di PT. Martina Berto Tbk seperti processing room,


producing room,dinilai telah memiliki pencahayaan yang baik. Pencahayaan yang
kurang ditemukan pada ruangan-ruangan lain, seperti museum.

c. Suhu / Iklim Kerja

Pada saat kunjungan, kami tidak dapat mengukur suhu dan iklim kerja secara
langsung pada ruang produksi. Namun berdasarkan informasi yang didapatkan
dari bagian K3 perusahaan yang telah melakukan pengukuran didapatkan hasil
ISBB baik. Pada saat kunjungan ke museum, suhu ruangan museum cukup panas.

d. Getaran

Tidak diketahui adanya potensi bahaya getaran di sekitar lokasi produksi

e. Radiasi

Tidak diketahui adanya potensi bahaya akibat radiasi dari seluruh ruangan.

18
B. Faktor Bahaya Biologi

Berdasarkan pengamatan dari luar ruang produksi dan laboratorium PT.


Martina Berto Tbk, didapatkan kondisi ruangan tersebut tampak bersih, tidak
ditemukan adanya jamur pada dinding ruangan, serangga, maupun agen infeksius.
Beberapa tanaman dalam pot ditemukan dalam lorong ruangan, namun tidak
terdapat pada ruang produksi. Dari hasil wawancara dengan dokter perusahaan,
tidak ada laporan maupun kunjungan pegawai yang didapatkan menderita
dermatitis kontak, rhinitis, maupun asma karena allergen maupun toksin dari
tanaman di lingkungan kerja.

C. Faktor Bahaya Kimia

Faktor bahaya kimia yang ada di lingkungan kerja di perusahaan ini terdapat
pada bahan baku pembuatan produk serta bahan-bahan lain yang diperlukan pada
proses produksi. Bentuk kontaminasi faktor kimia yang ada berupa debu dan uap.
Selain itu juga ada faktor kimia yang tergolong bahan kimia mudah terbakar seperti
alcohol dan bahan kimia yang dapat mengiritasi seperti pewarna dan pengawet.
Namun, saat kunjungan kami tidak dapat melakukan pengukuran dan analisa faktor
kimia tersebut secara rinci karna keterbatasan dari pihak perusahaan, sehingga tidak
dapat menilai bahaya terhadap pekerja berikut pemecahan masalahnya.
Pengendalian bahaya yang dapat mengontaminasi saluran pernapasan, kulit serta
rongga mulut pekerja dilakukan dengan penggunaan APD (alat pelindung diri)
yang tidak dijelaskan satu persatu oleh pihak perusahaan. Untuk zat-zat yang
mudah terbakar, di setiap ruangan juga disediakan APAR (Alat pemadam api
ringan). Pembuangan limbah zat-zat kimia diolah dengan baik.

D. Kebersihan Umum

Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan fasilitas air minum di lokasi


produksi, serta tersedia tempat cuci tangan yang bersih dan memadai di setiap
bagian. Dalam higienitas perorangan, perusahaan telah menerapkan pencucian
seragam/baju kerja/ baju produksi yang dilakukan rutin setiap hari.

19
E. Petugas Higiene

Pihak perusahaan tidak mengatakan secara detail jumlah mau pun tugas
petugas hygiene. Pihak perusahaan mengatakan pemeliharaan higienitas produk
dilakukan dengan pembuatan aturan terkait higienitas peralatan maupun tindakan
yang harus dilakukan para pekerja saat proses produksi. Higienitas alat dijaga
dengan melakukan pengecekan setiap peralatan baru. Selain itu dilakukan
pengukuran mikro paska produksi untuk memastikan higienitas produk. Aturan
yang diberlakukan kepada pekerja terkait higienitas meliputi kewajiban cuci
tangan sebelum bekerja, penggunaan masker dan lainnya. Kebersihan ruangan
dijaga dengan pembuatan jadwal pembersihan rutin ruangan contohnya ruang
penyimpanan dibersihkan tiap satu minggu sekali. Akan tetapi penilaian higienitas
tidak dapat dilakukan karena tidak berkunjung kebagian produksi secara langsung.

F. Sanitasi dan Pengolahan Limbah

Pemeliharaan sanitasi pabrik terkait pengelolaan sampah cukup baik. Terlihat


adanya ketersediaan tong sampah yang mudah diakses di lingkungan pabrik. Tong
sampah juga sudah dibedakan organik dan non-organik. Pengelolaan sampah
(sampah produk dan sampah ruangan maupun halaman) ditangani oleh bagian
general affair yang beranggotakan 10 orang petugas. Sampah akan dikelompokan
berdasarkan nilai ekonomi. Sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi akan
dibuang. Perusahaan bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengurusan akhir
sampah tersebut. Pihak ketiga yang dimaksud yakni CV yang telah bersertifikat
dalam penanganan sampah.

Pengolahan Limbah

Perusahaan telah memiliki fasilitas pengolahan limbah yang cukup baik. Proses
pengolahan limbah di perusahaan dibagi menjadi dua yaitu penghilangan kontaminan
dari limbah industri (Wastewater Treatment Plant) dan pengolahan limbah yang
mengandung kontaminan penghilangan kontaminan dari limbah rumah tangga (Sewage
Treatment Plant).

20
A. Wastewater Treatment Plant

Merupakan proses pengolahan limbah yang berasal dari proses industri, meliputi
berbagai tahap yaitu:

1. Pengumpulan

Seluruh limbah hasil produksi dikumpulkan dalam satu tempat pada kolam
penampungan.

2. Kolam Ekologi

Setelah seluruh limbah dikumpulkan, dilakukan pengurangan pengentalan pada


limbah dan ditambahkan air bersih agar limbah sedikit mengurai.

3. Neutralizing Pit

Cairan limbah ditambahkan dengan NaOH untuk menetralkan zat kimia pada
limbah.

4. Coagulation Tank

Setelah itu, cairan limbah dibawa ke coagulation tank agar mengalami


pengendapan. Pada tahap ini, limbah ditambahkan dengan Alumunium sulfat
untuk memisahkan air dengan endapan.

5. Polymer Tank

Pada proses ini diberikan bahan polimer untuk mengikat larutan.

6. Chlorine Tank

Air yang dihasilkan melalu proses penjernihan dengan pemberian klorin


setelah itu air hasil limbah akan diuji kelayakannya untuk dibuang ke
lingkungan dan digunakan kembali.

7. Pengujian Kelayakan dan Pemanfaatan Limbah

Air hasil limbah diuji kelayakannya dengan memberikannya kepada ikan,


kemudian dilihat apakah terdapat ikan yang mati atau tidak. Apabila ikan

21
hidup, maka air hasil limbah sudah baik dan layak untuk dibuang atau
dimanfaatkan kembali contohnya untuk menyiram tanaman.

B. Sewage Treatment Plant

Merupakan proses pengolahan limbah yang berasal dari rumah tangga dan bersifat
biologis, proses pengolahan ini cenderung lebih mudah meliputi berbagai tahap
yaitu:

1. Pengumpulan

Seluruh limbah rumah tangga dikumpulkan pada satu tempat penampungan.

2. Polymer Tank

Pada proses ini diberikan bahan polimer untuk mengikat larutan dan
didapatkan cairan yang terpisah.

3. Chlorine Tank

Air yang dihasilkan melalui proses penjernihan dengan pemberian klorin.

4. Pengujian Kelayakan dan Pemanfaatan Limbah

Air hasil limbah diuji kelayakannya dengan memberikannya kepada ikan,


kemudian dilihat apakah terdapat ikan yang mati atau tidak. Apabila ikan hidup,
maka air hasil limbah sudah baik dan layak untuk dibuang atau dimanfaatkan
kembali contohnya untuk menyiram tanaman.

22
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

Komponen Permasalahan Permasalahan Perundang-


Penanganan undangan

Fisika Bising Pekerja tidak Pemeriksaan PERMENTRANS


menggunakan ear screening awal 08/Men/VII/2010
plug kesehatan dan Nomor 13 tahun
pendengaran 2011 pasal 5
pekerja,
pemeriksaan
audiometri
berkala

Pemberian ear
plug pada pekerja
yang bekerja di
ruangan mesin
tersebut

Iklim/Suhu Terdapat Penambahan Permenakertrans


ruangan yang pendingin No. 13 tahun 2011
terasa panas ruangan pasal 4

Getaran Tidak diketahui -

Radiasi Tidak diketahui -

23
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penilaian higiene industri yang ditemukan pada PT. Martina Berto Tbk, yaitu pada
faktor fisika berupa kebisingan terutama dibagian pengayakan, pencahayaan dan suhu
dikatakan sudah baik, sedangkan faktor kimia dan biologi tidak diketahui karena
peninjau tidak diberikan cukup waktu dan kesempatan untuk melihat langsung proses
produksi dalam melakukan penilaian. Pada faktor kebersihan umum secara
keseluruhan dapat dikatakan sudah baik. Pada petugas higiene terutama limbah
sampah menggunakan jasa pihak ketiga dari luar untuk melakukan pembersihan.
Pada pengelolaan limbah tidak didapatkan masalah. Bahkan limbah yang telah diubah
menjadi air yang digunakan untuk kolam ikan dan menyiram tumbuhan. Kami
menilai bahwa perusahaan ini sudah cukup baik menerapkan prinsip-prinsip hiperkes
dan keselamatan kerja bagi tenaga kerja namun kurang dijelaskan mengenai SOP
keadaan darurat.

B. Saran

a. Dilakukan peninjauan ulang terhadap tempat – tempat yang memiliki faktor


bahaya, diberikan waktu yang cukup untuk melakukan peninjauan langsung serta
melakukan koordinasi pada pihak terkait untuk mengendalikan bahaya yang ada.
Dan juga pada berbagai faktor yang dapat menyebabkan PAK untuk dikendalikan.

b. Disarankan membuat SOP dalam berbagai keadaan darurat kemudian


disosialisasikan.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ramdan, IM. Higiene Industri. Yogyakarta: Bimotry. 2013.p9

25

Anda mungkin juga menyukai