Anda di halaman 1dari 7

Penyakit Jantung Iskemia

Definisi
Penyakit Jantung Iskemia (PJI), dikenal juga Penyakit arteri koroner (PAK),
didefinisikan sebagai kekurangan oksigen dan penurunan atau tidak adanya aliran
darah ke miokardium yang disebabkan oleh penyempitan atau terhalangnya arteri
koroner
Penyebab
Aterosklerosis
Aterosklerosis atau pengerasan dinding pembuluh darah adalah penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah nadi jantung oleh plak (ateroma). Pembentukan
ateroma merupakan proses yang normal di dalam pembuluh darah manusia. Seiring
dengan bertambahnya usia, respon terhadap stress mekanis, kimiawi, CO, racun
rokok, homosistein, kolesterol, menyebabkan luka goresan pada ateroma tersebut.
Luka goresan ini selanjutnya menjadi tempat menumpuk lemak, kalsium dan jaringan
ikat, pada mulanya, hanya terbentuk endapan lunak, namun proses berlangsung
bertahun-tahun mengakibatkan endapan tersebut menjadi keras yang disebut
aterosklerosis. Selain itu, penyumbatan dan penyempitan ini menyebabkan dinding
pembuluh darah menjadi tidak elastis, dan lama-kelamaan timbul gangguan tekanan
darah tinggi (hipertensi). Hipertensi yang tidak terkontrol, dapat berlanjut dan
mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak sehingga menyebabkan serangan
stroke. Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah koroner, dapat menyebabkan
kerusakan otot dinding jantung akibat terhentinya aliran darah (infark miokardia), dan
berkurang aliran darah ke organ-organ lain (iskemia)
Gejala Penyakit Jantung Koroner
1. Nyeri dada (angina pectoris)
2. Sesak nafas
3. Shock (pening, lemah, berkeringat, muntah-muntah, pucat, pingsan )
4. Berdebar-debar (palpitasi) atau denyut jantung tidak teratur
Faktor-Faktor Resiko Penyakit Iskemik
Faktor resiko yang dapat diubah
 Bentuk Badan
Hasil riset ukuran tubuh yang tidak proporsional menurut ahli kesehatan
masyarakat di Universitas Bristol, Inggris Davey Smith, bahwa responden yang
memiliki bentuk badan yang tidak proporsional mempunyai kandungan lemak
darah, kolesterol dan trigliserida yang relatif tinggi sehingga berkaitan dengan
resiko penyakit jantung koroner.
 Merokok
Peranan merokok terhadap penyakit jantung koroner dan penyakit
kardiovaskuler yang lain dapat ditelusuri dari kenyataan-kenyataan sebagai
berikut.
 Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti
andrenalin. Zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.
 Asap rokok mengandung karbon monoksida (CO) yang memiliki kemampuan
jauh lebih kuat daripada sel darah merah (hemoglobin) untuk menarik atau
menyerap oksigen ke jaringan-jaringan termasuk jantung.
 Merokok dapat menyembunyikan angina,yaitu sakit di dada yang dapat memberi
sinyal adanya sakit jantung tanpa adanya sinyal tersebut penderita tidak sadar
bahwa ada penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya, sehingga tidak
mengambil tindakan yang diperlukan (Soeharto, 2004)
 Dislipedemia
Suatu kelainan kadar lemak dalam darah, seperti kenaikan kadar kolesterol total,
kolesterol HDL. Konsumsi lemak dan kolestrol yang tinggi akan
menaikankadarnya di dalam darah, pada akhirnya berdampak terjadinya
aterosklerosis
 Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko yang berperanan penting terhadap
Penyakit Jantung Iskemia (PJI), dan proses aterosklerosis akan dialami sekitar
30% penderita hipertensi. Tekanan darah tinggi terus-menerus dapat
menyebabkan kerusakan pembuluh darah arteri, dan lama-kelamaan di arteri
terjadi proses pengerasan. Proses pengerasan dan penyempitan di dalam
pembuluh darah menyebabkan aliran darah terhalang, dan resistensi untuk
memompa darah menjadi besar
 Obesitas
 Kurangnya aktivitas fisik
 Hiperglikemia dan Diabetes Melitus
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah
 Jenis Kelamin
Perbandingan pria dan wanita, pria lebih besar terkena penyakit jantung
koroner dibandingkan wanita. Namun pada masa menopause wanita risiko
terkena penyakit jantung koroner meningkat. Hal ini berkaitan dengan hormon
estrogen yang berperan penting dalam melindungi pembuluh darah dari kerusakan
yang memicu terjadinya aterosklerosis
 Usia
Semakin bertambah usia, risiko terkena PJK semakin tinggi, yang pada
umumnya dimulai pada usia 40 tahun ke atas (Karyadi, 2002).
 Keturunan (Genetik)
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga pada usia di bawah 55 tahun,
merupakan salah satu faktor risiko yang perlu dipertimbangkan. Dilaporkan
bahwa faktor-faktor risiko Penyakit Jantung Iskemia (PJI) yang diturunkan seperti
hiperkolesterolemia, penyakit darah tinggi, atau kencing manis (diabetes). Gaya
hidup dan kebiasaan didalam keluarga juga berperanan, seperti pola makan sejak
kecil, atau merokok sejak usia muda, sehingga pada masa dewasa menjadi faktor
risiko terkena penyakit jantung koroner. Selain faktor keturunan yang
meningkatkan risiko Penyakit Jantung Iskemia (PJI), beberapa faktor genetik dari
keluarga justru memberi perlindungan seperti HDL dan lipoprotein (Karyadi,
2002)
Pengobatan
a. Nitrat
Contoh dari obat nitrat adalah nitrogliserin dan isosorbide dinitrat. Obat ini memiliki
efek samping sakit kepala, hipotensi ortostatik, dan pening
b. Penyekat Saluran Kalsium
Contoh dari obat penyekat saluran kalsium adalah amlodipine, bepridil, diltiazem,
nifedipine, dan verapamil. Obat ini memiliki efek samping hipotensi ortostatik dan
pembesaran gingivac.
c. Penyekat Beta Kardioselektif
Contoh dari obat penyekat kardioselektif adalah atenolol, metoprolol, nadolol, dan
propanol. Obat ini memiliki hipotensi ortostatik dan lesi vesikulobulosa

Gagal Jantung Kongestive


Gagal jantung kongestif adalah keadaan yang mana terjadi bendungan sirkulasi
akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya. Gagal jantung kongestif
perlu dibedakan dengan istilah gagal sirkulasi, yang menunjukkan ketidakmampuan
dari system kardiovaskular untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai
(Irwan, 2018).
Penyebab
Gagal jantung kongestif adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongenital maupun didapat. Menurut Bachrudin & Najib (2016).
a) Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada pasien kelainan otot
jantung, ini dikarenakan menurunnya kemampuan pompa/kontrktilitas jantung.
b) Aterosklerosis/sumbatan coroner mengakibatkan disfungsi/gangguan miokardium
dalam memompa karena terganggunya aliran darah ke otot jantung, biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
c) Peradangan dan penyakit miokardium degenerative berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung yang
menyebabkan menurunnya kemampuan pompa dari jantung. D
d) Faktor sistemik, sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism (mis: demam, hipoksia
dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sistemik
Faktor Resiko
Menurut Irwan (2018) adapun faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal
jantung, sebagai berikut :
 Faktor Presipitasi Misalnya infark miokard, kelainan katup jantung, infeksi
(terutama infeksi saluran pernapasan), infark paru, aritmia (misalnya fibrilasi
atrium), terhentinya pengobatan penyakit jantung, kelelahan, makan garam
berlebihan dan anemia.
 Faktor diluar jantung (ekstra kardial) Mislanya anemia, hipertensi, tirotoksikosis,
miksedema, fistulabarteriovenousa polisitemia vera dan penyakit paget juga
pengobatan endocarditis
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada gagal jatung kongestif, menurut Fikriana
(2018).
 Dyspnea / sesak nafas
Gagal jantung pada umumnya akan mengalami sesak nafas saat melakukan aktivitas,
saat istirahat atau bahkan saat tidur dan hal ini terjadi secara tiba-tiba dan membuat
penderita terbangun dari tidurnya. Penderita gagal jantung biasanya sesak nafas
menjadi semakin berat saat penderita berada pada posisi terlentang/supine, sehingga
penderita gagal jantung seringkali lebih nyaman dalam posisi kepala lebih tinggi dari
ekstremitas atau penderita terkadang menggunakan dua bantal saat tidur. Sesak nafas
terjadi karena jantung tidak mampu memompa darah yang berasal dari vena
pulmonalis sehingga akan terjadi bendungan cairan di dalam paru-paru. Adanya
bendungan cairan di paru-paru ini akan mengganggu terjadinya pertukaran gas
sehingga penderita akan menjadi sesak nafas.
 Batuk kronis atau muncul wheezing
Batuk yang muncul pada penderita gagal jantung disertai dengan produksi mucus
yang berwarna putih atau pink. Hal ini terjadi karena penderita gagal jantung juga
mengalami penumpukan cairan di paru-paru.
 Edema
Edema penderita gagal jantung biasanya terjadi di kaki maupun abdomen. Terjadinya
edema ini akan menyebabkan berat badan penderita menjadi meningkat drastic karena
terjadi penumpukan cairan di dalam tubuhnya. Selain itu, ginjalmengalami gangguan
dalam regulasi natrium dan air sehingga akan terjadi peningkatan cairan di dalam
jaringan.
 Fatigue
Penderita seringkali merasakan mudah lelah saat melakukan aktivitas seharihari. Hal
ini terjadi karena jantung tidak mampu memompa darah secara maksimal sehingga
kebutuhan darah yang mengandung oksigen dan zat-zat lain yang dibutuhkan oleh
tubuh menjadi berkurang.
 Nausea
Nausea / tidak nafsu makan merupakan gejala yang dapat muncul pada penderita
gagal jantung. Hal ini dapat diakibatkan oleh karena saluran pencernaan mengalami
penurunan kebutuhan aliran darah sehingga akan menyebabkan gangguan dalam
pencernaan.
 Konfusi
Penderita gagal jantung dapat muncul kurang perhatian/penurunan daya konsentrasi
dan disorientasi. Perubahan ini dapat terjadi karena perubahan kandungan elektrolit
seperti natrium dalam tubuh yang akan menyebabkan seseorang menjadi konfusi.
 Takikardia
Penderita gagal jantung seringkali mengalami palpitasi. Hal ini karena jantung
berusaha memompa darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan.
Pengobatan
 Diuretik Contoh dari obat diuretik adalah thiazide, hidroklorothiazid, loop
diuretic, dan furosemide. Obat ini memiliki efek samping xerostomia
 Agonis Reseptor Adrenergik Contoh dari obat agonis reseptor adrenergic adalah
dobutamine. Obat ini memiliki efek samping xerostomia dan hipotensi ortistatik
 Vasodilator Contoh dari obat vasolidator adalah hydralazine. Obat ini memiliki
efek samping xerostomia
 ACE Inhibitor Contoh dari obat ACE Inhibitor adalah captopril, enalapril,
lisinopril, quinapril, dan fosinopril. Obat ini memiliki efek samping xerostomia
dan lesi mulut
 Penyekat Saluran Kalsium Contoh dari obat penyekat saluran kalsium adalah
diltiazem, verapamil, amlodipine, felodipine, israpidine, nicardipine, nifedipine,
dan nisoldipine. Obat ini memiliki efek samping xerostomia dan pembesaran
gingiva khususnya dalam konsumsi obat nifedipine dan amlodipine

Efek samping penggunaan inhaler asma


 xerostomia (mulut kering)
 karies gigi
 kandidiasis
 gingivitis (gusi bengkak)
 periodontitis
 perubahan rasa di mulut

Setelah menggunakan inhaler asma, ditemukan adanya penurunan pH yang cukup


drastis. Penurunan pH ini akhirnya memicu demineralisasi (hilangnya kadar mineral)
enamel gigi setelah 30 menit menggunakan inhaler. Lama-lama, kondisi ini membuat
enamel semakin terkikis. Selain itu, inhaler kortikosteroid adalah jenis obat asam
organik yang lemah, dan umumnya tidak bisa dimetabolisme oleh bakteri mulut. Efek
samping berikutnya adalah, keseimbangan flora di mulut terganggu sehingga lebih
mudah terjadinya pertumbuhan bakteri atau jamur di dalam mulut. Maka itu, orang
yang menggunakan inhaler asma ini lebih mudah mengalami gigi berlubang.

POHC (PROFESIONAL ORAL HEALTH CARE)


Saat ini, POHC direkomendasikan untuk pencegahan demam dan pneumonia aspirasi

pada orang dewasa yang lebih tua; namun, tidak bukti yang jelas ada bahwa itu dapat

menekan eksaserbasipneumonia aspirasi [1-6]. Ada beberapa bukti bahwa POHC

dapat berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik dengan meningkatkan

komplikasi oral seperti halitosis, xerostomia, dan penyakit menular pada tahap

terminal penyakit sistemik [15]. Selain itu, stimulasi mekanis pada mukosa mulut

oleh POHC mengarah pada stimulasi otak dan peningkatan dalam

disfagia, waktu latensi respon menelan, danrefleks batuk [16-18]. Sementara studi

lebih lanjut diperlukan, POHC dapat menjadi terapi suportif untuk pasien dengan

pneumonia aspirasi bahkan jika mereka berada di tahap terminal penyakit

Anda mungkin juga menyukai