Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Coronary Artery Disease (CAD) atau Penyakit jantung koroner adalah
penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot
jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat
nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau
lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung
(kerusakan pada otot jantung).

B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling
tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-
faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria). Sangat penting bagi kaum pria mengetahui
usia rentan terkena penyakit jantung koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun
lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang pria yang berusia jauh di
bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita). Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi
(menopause) secara fisiologis ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap
terkena penyakit janting koroner apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak
usila (usia lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga. Riwayat penyakit jantung di dalam
keluarga sering merupakan akibat dari profil kolesterol yang tidak normal, dalam
artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet keluarga.
4. Diabetes. Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena
meningkatnya level gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung
mereka.
5. Merokok. Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama
penyakit jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak

4
dinding (endotel) 2 pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan
lemak yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi). Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan
menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria,
sehingga memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang
merupakan penyebab penyakit arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas). Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan
manifestasi dari banyaknya lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang
yang obesitas lebih menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang
merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk. Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga
ringan yang rutin serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang
terkena penyakit jantung koroner.
9. Stress. Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi
situasi yang tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.

C. ANATOMI FISIOLOGI
Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di
percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan
menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut
aterosklerosis. Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri
menjadi sempit. Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan
masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma
tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung
(miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner.
Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi
(berkurangnya pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.
Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner. Komplikasi
utama dari penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung (infark
miokardial).

D. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri
besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient

5
oleh selsel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan
bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler,
diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering
aterosklerosis. Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah
diajukan,tetapi tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang
mungkin, adalah pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid
terus menerus. Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut
dalam aliran darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang
pecah. Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme
aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung,
menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.

6
7
E. GAMBARAN KLINIS
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain :
1. Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut
iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan
menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak di dada atau
perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan
darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi
pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa
tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
2. Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak
merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru
(kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
3. Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah
ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita
merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya,
penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala
ini sebagai bagian dari penuaan.
4. Palpitasi (jantung berdebar-debar).
5. Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang
abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan
pusing dan pingsan.

F. PEMERIKSAAN DIGNOSTIK
1. EKG menunjukan : adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang
T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis.
2. Enzym dan Isoenzym Pada Jantung : CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai
puncak pada 36 jam.
3. Elektrolit : ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi
jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4. Whole Blood Cell : leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah
serangan.

8
5. Analisa Gas Darah : Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru
yang kronis atau akut.
6. Kolesterol atau Trigliseid : mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan
terjadinya arteriosklerosis
7. Chest X-Ray : mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF atau aneurisma
ventrikiler.
8. Echocardiogram : Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9. Exercise Stress Test : Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu
stress / aktivitas.

G. PENGOBATAN
Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan
gejala yang dialami pasien.
1. Perubahan Gaya Hidup. Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak
sayuran atau buah-buahan, penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan
yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol
tinggi, yang merupakan komponen utama kumpulan yang berkontribusi terhadap
penyempitan arteri jantung. Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga
kesehatan jantung. Olah raga membantu kita untuk menjadi fit dan membangun
system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita menurunkan berat badan.
Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes
mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat merusak
arteri jantung.
2. Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner. Diabetes melitus,
merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat faktor
utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi.
Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui perubahan gaya
hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis,
dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
3. Terapi Medis. Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri
jantung. Yang paling umum diantaranya :

9
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin. Obat-obatan ini mengencerkan darah dan
mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung
menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol). Obatan-obatan ini
membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga
menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate). Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri
jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan
mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat,
umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan
untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
d. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and
Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan). Obatan-obatan ini
memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu
menurunkan tekanan darah.
e. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,
Rosuvastatin). Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat
(Lipoprotein DensitasRendah), yang merupakan salah satu penyebab umum
untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut
merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
4. Intervensi Jantung Perkutan. Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka
arteri jantung yang menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri
baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang
menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka penyempitan.
Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan
arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat
(berlapis obat). Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan
jantung akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan
penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini.
Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk,
prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan
alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.

10
5. Operasi.
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke
otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil
dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian
sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG
sebagai prosedur elektif, resiko dapat serendah 1 persen. Operasi biasanya
dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah memilih untuk melakukan
prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan alat khusus yang dapat
menstabilkan porsi jantung yang dijahit.
b. Operasi Robotik.
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui
program operasi robotic. Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan
operasi untuk dilakukan menggunakan sayatan kecil keyhole di dinding dada.
Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan resiko
infeksi luka lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua
pembuluh darah.
c. Revaskularisasi Transmiokardia. Untuk pasien dengan pembuluh darah yang
terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi
Transmiokardia juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan
untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini
berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi angina.

H. KOMPLIKASI
1. Serangan jantung mendadak
2. Gagal jantung
3. Angina tidak stabil
4. Kematian mendadak

11
I. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan Istirahat. Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur
(mungkin di dapatkan dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
b. Sirkulasi. Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan
darah tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat,
nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara
jantung, suara jantung tambahan mungkin mencerminkan terjadinya kegagalan
jantung / ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan
akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi.
Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi
cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema : Jugular
vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga timbul dengan gagal
jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir dan di kuku.
c. Eliminasi. Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
d. Nutrisi. Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan berat badan.
e. Neuro Sensori. Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation.
f. Kenyamanan. Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan
beristirahat atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan
substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah.
Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang sangat yang pernah
di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di dapatkan wajah yang
menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis, penurunan kontak mata,
perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta
tingkat kesadaran.
g. Respirasi. Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat
perokok dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau
wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda / pink
tinged.

12
h. Interaksi sosial. Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang
tak terkontrol.
i. Pengetahuan. Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan aliran darah ke
miokardium.
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kekuatan kontraksi.
c. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi.
d. Resiko terjadinya penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan
dalam rate, konduksi jantung, menurunnya preload atau peningkatan SVR,
miocardial infark
e. Resiko terjadinya penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
tekanan darah, hipovololemia.
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, adanya jaringan yang nekrotikdan ikemi pada miokard.
g. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan
penurunan curah jantung.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
kompilikasi penyakit jantung dan status kesehatan yang akan datang.

13
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Gangguan rasa  Tujuan :  Pantau tanda vital tiap 5 menit  Mengetahui tingkat nyeri yang
nyaman nyeri klien melaporkan selama serangan angina. dialami pasien dan menegtahui
berhubungan dengan nyeri berkurang atau hilang, tingkat kerja jantung.
penurunan aliran Nyeri terkontrol dan  Kaji dan catat respon pasien/ efek  Mengetahui kinerja obat dalam
darah ke miokardium teradaptasi. Klien dapat obat. tubuh
mengkompensasi
nyeri dengan baik.  Kaji dan catat skala dan lokasi  Mengetahui skala nyeri yang
 Kriteria hasil : nyeri. dialami pasien, guna untuk
a. skala nyeri mengalami menentukan tindakan yang akan
penurunan dilakukan, apakah harus dialkukan
(Skala nyeri 0-4), tindakan farmakoterapi.
b. tanda vital dalam batas  Tinggikan kepala tempat tidur  Mengurangi gaya gravitasi pada
normal, bila klien sesak. dada pasien dan memperluas
c. klien tampak tenang pengembangan paru.
d. pasien akan  Pantau kecepatan irama jantung.  Menentukan kinerja jantung,
menunjukkan apakah normal atau tidak.
penggunaan  Perhatikan lingkungan tenang dan  Memberikan rasa nyaman pada
ketrampilan relaksasi nyaman pasienagar pasien bisa menurangi

14
dan aktivitas distraksi. rasa stres yang dapat memicu
nyeri.
 Pantau perubahan seri EKG  Mengetahui kinerja gelombang
listrik jantung.
 Berikan O2 tambahan sesuai  Mengurangi kerja otot pernapasan,
indikasi sehiingga kerja jantung tidak
mengikat.
 Kolaborasi dengan dokter.  Melakukan konsultasi yang
dihadapi, sehingga keluhan pasien
segera teratasi.
2. Penurunan curah  Tujuan :  observasi TTV  Untuk mengetahui kedaan fisik
jantung berhubungan Penurunan curah jantung pasien.
dengan perubabahan berkurang/ hilang.  evaluasi status mental, catat  Mengetahui kedaan mental pasien
kekuatan kontraksi.  Kriteria hasil : terjadinya bingung, disorientasi. untuk mengontrol emosi pasien
a. Tanda vital dalam dan untuk menghindari kinerja
batas normal, jantung meningkat.
b. mukosa membran  Catat warna kilit dan kualitas  Mengetahui apakah terjadi
lembab, nadi kekurangan oksigen pada jaringan.
c. turgor kulit baik,  Aukskultasi bunyi napas dan  Mengetahui kenormalan jantung.
d. pengisian kapiler baik, bunyi jantung,dengarkan
murmur.

15
 Mempertahankan tirah baring  Memberikan istirahat bermutu
pada posisi yang nyaman selama pada pasien
periode akut.
 Berikan waktu istirahat adekuat  Supaya pasien mendapatkan
istirahat yang cukup.
 Bantu dalam melakukan aktifitas  Mengurangi aktivitas yang bisa
memicu kerja jantung.
 Dorong pelaporan cepat adanya  Melakukan tindakan yang cepat
nyeri untuk upaya pengobatan secepatnya.
sesuai indikasi
 Pantau dan catat efek/ kerugian  Dokumentasi untuk masa yang
respon obat, catat TD, frekuensi akan datang dan mencari obat
jantung dan irama ( khususnya yang cocok dengan kondisi yang
bila memberikan kombinasi dialami pasien.
kalsium, beta bloker, dan nitras)
 Kaji tanda-tanda gejala penyakit  Mengetahui tingkat kematian
jantung koroner. jaringan
 Kolaborasi dengan dokter  Konsultasi tindakan yang akan
dilakukan dengan resep yang
sesuai dengan keadaan pasien.

16
3 Kecemasan  Tujuan :  Jelasakan prosedur tentang semua  Memberikan penjelasan atas
berhubungan dengan Diharapakan kecemasan hilang tindakan yang akan dilakukan. tindakan dan tujuan dari tindakan
krisis situasi. atau teratasi. yang akan dilakukan sehingga
 Kriteria hasil : pasien tidak cemas.
a. Klien mengatakan  Dorong keluarga /teman untuk  Agar pasien tetap memiliki rasa
cemas berkurang/ menganggap pasien seperti percaya diri akan keadaanya, dan
hilang setelah sebelumnya mau mengikuti semua perawatan.
diberikan penjelasan  Beritahu pasien program medis  Agar pasien tidak merasa cemas
tentang penyakitnya. untuk menurunkan atau atas semua programmedis yang
membatasi serangan akan datang akan dialkukan, dan bisa
dan meningkatkan stabilitas mengikutinya.
jantung.  Mrengurangi rasa nyeri yang bisa
 Berikan sedative atau meningkatkan rasa cemas pasien.
tranquilizersesuai indikasi.

4 Resiko terjadinya  Tujuan :  Lakukan pengukuran tekanan  Hipotensi terjadi sehubungan


penurunan cardiac Tidak terjadi penurunan darah ( bandingkan kedua lengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi
output berhubungan cardiac output selama pada posisi berdiri, duduk, miokardia dan rangsangan vagal.
dengan perubahan dilakukan tindakan tiduran, jika memungkinkan.
dalam rate, keperawatan  Kaji kualitas nadi  Penurunan curah jantung
konduksi jantung,  Kriteria hasil : mengakibatkan menurunnya

17
menurunya  Nyeri dada hilang kekuatan nadi.
preload,atau  Aukskultasi suara napas  Krekels menunjukan adanya
peningkatan SVR, kongesti paru yang mungkin
miocardial infark terjadi akibat adanya penurunan
fungsi miokardium.
 Kolaborasi dalam : pemeriksaan  Antisipasi terhadap ancaman
serial EKG, foto thorax, distritmia yang sering yang
pemberian obat-obatan anti mengancam secara profilaksis.
aritmia.
5 Resiko terjadinya  Tujuan :  Pantau adanya pucat, sianosis,  Vasokontriksi sistemik
penurunan perfusi Tidak terjadi penurunan perfusi kulit dingin/ lembab, catat deiakibatkan oleh penurunan
jaringan jaringan selama dilakukan kekuatan nadi perifer. curah jantung.
berhubungan tindakan keperawatan  Kaji tanda hormon ( nyeri pada  Indikator trombosis vena dalam.
dengan penurunan  Kriteria hasil : betis dengan posisi dorsofleksi),
tekanan darah,  Perfusi jaringan menjadi eritema,edema.
hipovolemia. adekuat.  Pantau pernapasan, catat kerja  Pompa jantung gagal dapat
 Kulit hangat dan kering pernapasan mencetuskan distres pernapasan.
 Nadi perifer teraba  Catat pemasukan dan catat  Penurunan pernapasan dapat
 Tanda-tanda vital dalam perubahan haluaran urine mengakibatkan penurunan
batas normal tidak ada volume sirkulasi, yang
nyeri berdampak negatif pada perfusi

18
dan fungsi organ.
 Berikan obat sesuai indikasi,  Untuk menurunkan resiko
misalnya heparin,natrium wafarin tromboflebitis atau pembentukan
trombus mural.

6 Intoleransi aktifitas  Tujuan :  Catat irama jantung, tekanan  Kecendrungan menentukan


berhubungan dengan Klien menunjukan peningkatan darah dan nadi sebelum, selama respon pasien terhadap aktifitas
ketidakseimbangan kemampuan dalam melakukan dan sesudah melakukan aktivitas. dan dapat mengindikasikan
antara suplai dan aktivitas ( tekanan darah, nadi, penuruna oksigen miokardia yang
kebutuhan oksigen, irama, dalam batas normal) memerlukan penurunan tingkat
adanya jaringan yang dan tidak adanya angina. aktifitas.
nekrotikdan ikemi  Kriteria hasil :  Anjurkan pada pasien agar lebih  Menurunkan kerja miokardia
pada miokard.  Mendemonstrasikan banyak beristirahat terlebih untuk konsumsi oksigen, dan
peningkatan toleransi dahulu. menurunkan resiko komplikasi.
aktivitas yang bisa diukur.  Anjurkan pada pasien agar tidak  Aktifitas yang memerlukan
mengedan pda saat buang air menahan napas dan menunduk
besar ( BAB ) dapat mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan
takikardi dengan peningkatan
tekanan darah.

19
 Jelaskan pada pasien tentang  Aktifitas yang tinggi memberikan
tahap-tahap aktifitas yang boleh kontrol jantung, meningkatkan
dilakukan oleh pasien regangan dan mencegah aktifutas
berlebihan.
7 Gangguan pola  Tujuan :  Posisikan pasien semi fowler  Untuk memaksimalkan potensi
napas berhubungan Klien menunjukan keefektifan ventilasi
dengan kongesti pola napas.  Aukskultasi suara napas, catat  Memonitor kepatenan jalan
paru, hipertensi  Kriteria hasil : hasil penurunan daerah ventilasi napas.
pulmonal,  Frekuensi, irama, atau tidak adanya suara adventif.
penurunan perifer kedalaman pernapasan  Monitor pernapasan dan status  Memonitor respirasi dan
yang dalam batas normal oksigen yang sesuai. keadekuatan oksigen.
mengakibatkan  Tidak menggunakan otot-  Kolaborasi dalam pemberian  Meningkatkan ventilasi dan
asidosis laktat dan otot bantu pernapasan. oksigen asupan oksigen.
penurunan curah  Tanda-tanda vital dalam  Monitor aliran oksigen  Menjaga aliran oksigen
jantung. batas normal. mencukupi kebutuhan pasien
8 Kurang  Tujuan :  Kaji tingkat pengetahuan pasien  Perlu untuk pembuatan rencana
pengetahuan Kurang pengetahuan teratasi instruksi individu
berhubungan  Kriteria hasil :  Berikan onformasi dalam bentuk  Pengguanaan metode belajar yang
dengan kurang  Menyatakan pemahaman yang bervariasi bermacam-macam dapat
informasi tentang tentang penyakit jantung. meningkatan penyerapan materi
kompilikasi

20
penyakit jantung  Beri penguatan penjelasan faktor  Memberi kesempatan pada pasien
dan status resiko untuk mencakup informasi dalam
kesehatan yang program rehabilitasi
akan datang.  Beri tekanan pentingnya
menghubungi dokter bila nyeri  Evaluasi berkala, atau intervensi
dada. dapat mencegah komplikasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Sudarth, 2001. Buku Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi
3. Jakarta : EGC
Mutaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskukuler. Jakarta : Salemba Medika
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi, Dan Klasifikasi
2012-2014/ Editor, T Heather Herdman ; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan
Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Barid, Monica
Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta : EGC
Nenk, 2009. Asuhan Keperawatan Arteri Koroner . Jakarta : DJAMBATAN
Price A Sylvia dan Wilson M Lorraine (2005) . Patofisiologi. Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai