Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 17 Modul 3
“Perawatan Pada Periode Gigi Bercampur”

Kelompok 6
Tutor : drg. Nelvi Yohana, Sp. Ort
Ketua: Afifah Fitri Amalia (1911412030)
Sekretaris Papan : Ghina Wahyuni (1911413012)
Sekretaris Meja : Mifthahul Khoir (1911412023)
Nama Anggota : Mutiara Nabila Berlianti (1911413006)
Afifah Fitri Amalia (1911412030)
Yogi Firwandi (1911411018)
Yoana Zahra Yuzandra (1911412007)
Rahmawina Warlin (1911411022)
Rahima Fathin (1911411020)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2021/2022
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
ucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pada modul 3 ini.
    Laporan tutorial ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini .
    Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan
tutorial ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

   

                                                                                     Padang, 18 april 2022


   
                                                                                           
MODUL 3
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR

” Parahnya gigi anakku ”

Seorang ibu membawa anaknya Raffi usia 10 tahun ke dokter gigi spesialis untuk
konsultasi keadaan gigi anaknya yang tidak normal. Ibunya menjelaskan sering melihat mulut
anaknya terbuka. Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi anterior maksila protrusive , jarak
gigit 8,5 mm, tumpang gigit 4 mm, gingivitis marginalis anterior, crossbite gigi posterior.

Relasi molar menunjukkan tonjol mesio bukal molar satu atas terletak antara mesio bukal
molar satu bawah dan tepi distal tonjol bukal premolar dua bawah. Dari hasil analisa
sefalometri didapatkan hubungan skeletal kelas II. Dokter gigi spesialis ortodonti
menganjurkan perawatan interseptif modifikasi pertumbuhan dengan peranti myofungsional
activator.

Bagaimana saudara menjelaskan kasus Raffi diatas?

Langkah Seven Jumps


1. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.
2. Menentukan masalah .
3. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
knowledge.
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan
mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat
solusi secara terintegrasi.
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran / learning objectives.
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.
7. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh.

Langkah I : Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-


hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasi.

Terminologi:
1. Piranti myofungsional
- Piranti pengobatan disfungsi otot wajah dan mulut.
- Digunakan pada perawatan interseptif, Piranti ini hanya efektif pada anak yang
sedang bertumbuh kembang
2. Perawatan interseptif
- prosedur dimana gigi dikembalikan ke fungsi yang normal
3. Gingivitis marginalis
- Gingivitis marginalis yaitu peradangan gingiva pada marginal merupakan awal
dari penyakit periodontal
4. Hubungan skeletal kelas II
- ANB besar dari normal
- Hubungan rahang atas lebih ke anterior daripada rahang bawah
- Juga disebut retrognati

Langkah II : Menentukan rumusan masalah


Rumusan Masalah :
1. Apa saja indikasi dari perawatan gigi bercampur?
2. Apa yang harus diperhatikan pada perawatan gigi bercampur?
3. Apa etiologi dari kasus raffi?
4. Apa akibat dari seringnya mulut terbuka?
5. Mengapa pada kasus raffi bisa terjadi gingivitis marginalis anterior?
6. Apa penyebab terjadinya crossbite pada gigi posterior?
7. Apa saja klasifikasi maloklusi pada anak-anak?
8. Apa etiologi dari maloklusi skeletal kelas II?
9. Apa rencana perawatan untuk kasus raffi?
10. Bagaimana perhitungan analisis ruang pada kasus periode gigi bercampur?
11. Mengapa dokter gigi menganjurkan piranti myofungsional activator?
12. Apa saja jenis perawatan interseptif?
13. Apa saja kemungkinan piranti yang digunakan pada periode gigi bercampur?
14. Apa saja bad habbit yang dapat mengakibatkan maloklusi pada masa gigi bercampur
dan penatalaksanaannya?
15. Apa saja yang termasuk pada perawatan modifikasi gigi masa pertumbuhan?

Langkah III : Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior
knowledge.
Analisis Rumusan Masalah :
1. Apa saja indikasi dari perawatan gigi bercampur?
- Maloklusi
- Premature loss
- Pasien kooperatif
- Edukasi bad habbit
- Kelainan skeletal karena keturunan
- Trauma

2. Apa yang harus diperhatikan pada perawatan gigi bercampur?


- Usia pasien
- Umur erupsi gigi
- Kondisi OH
- Kondisi kesehatan umum
- Ekonomi pasien
- Bad habbit
- Rontgen
3. Apa etiologi dari kasus raffi?
- Keturunan
- Bad habbit : menghisap jempol, mouth breathing

4. Apa akibat dari seringnya mulut terbuka?


- Xerostomia
- Palatum dalam dan sempit
- Menyebabkan maloklusi cendrung ke angle kelas II
- Mengalami penyempitan lengkung pada rahang atas

5. Mengapa pada kasus raffi bisa terjadi gingivitis marginalis anterior?


- Karena mulut pasien sering terbuka kemudian menjadi kering, sehingga rawan
terinfeksi bakteri sehingga terjadinya peradangan.

6. Apa penyebab terjadinya crossbite pada gigi posterior?


- Malposisi gigi
- Bad habbit : memperpanjang penggunaan dot
- Perbedaan ukuran antara rahang atas dan rahang bawah
- Kelainan tulang gigi atau fungsional
- Unilateral : karena deviasi mandibula dan gangguan tmj
- Bad habbit : mouth breathing
7. Apa saja klasifikasi maloklusi pada anak-anak?
-
8. Apa etiologi dari maloklusi skeletal kelas II?
- Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati, tetapi pertumbuhan
mandibula ke anterior normal.
- Hubungan maksila terhadap kranium adalah normal, tetapi pertumbuhan
mandibula ke anterior kurang (Retrognati).
- Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati dan pertumbuhan mandibula
ke anterior kurang (Retrognati).

9. Apa rencana perawatan untuk kasus raffi?


- Hilangan etiologi dari penyebab maloklusi
- Eliminasi gingivitis marginalis
- Metode serial ekstraksi
- menggunakan space maintainer

10. Bagaimana perhitungan analisis ruang pada kasus periode gigi bercampur?
- Metode moyers
- Metode huckaba
- Metode nance

11. Mengapa dokter gigi menganjurkan piranti myofungsional activator?

- Piranti myoungsional didefinisikan sebagai piranti pengobatan disfungsi otot


wajah dan mulut merupakan prosedur perawatan interseptif yang dianjurkan
dalam usia pertumbuhan adalah perawatan menggunakan piranti myofungsional.
Pemakaian piranti myofungsional bertujuan untuk memodifikasi pertumbuhan
dengan memanfaatkan, menghilangkan atau membimbing fungsi otot,
pertumbuhan rahang, erupsi gigi, untuk mengoreksi maloklusi dan mengatasi
diskrepansi rahang. Dan juga bisa menghilangkan kebiasaan buruk

12. Apa saja jenis perawatan interseptif?

13. Apa saja kemungkinan piranti yang digunakan pada periode gigi bercampur?
- Labial bow
- T spring
- Z spring
- Adam clamer
- C retractor
Orthodonti preventif : space maintener

14. Apa saja bad habbit yang dapat mengakibatkan maloklusi pada masa gigi bercampur
dan penatalaksanaannya?
- Mouth breathing
- Menjulurkan lidah
- Menghisap jempol
- Minum menggunakan dot pada usia diatas 5 tahun
Penatalaksanaan :
- KIE
- Menghilangkan etiologi : bad habbit
- Perawatan preventif
- Perawatan interseptif

15. Apa saja yang termasuk pada perawatan modifikasi gigi masa pertumbuhan?
- Piranti Myofungsional activator
- Bionator
- twin block

Langkah IV : Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan


dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat
solusi secara terintegrasi
Skema.
L(10 th)

Ortu sering
melihat mulut
anaknya terbuka

pemeriksaan

objektif penunjang

IO sefalometri

-anterior maksila protusif


Skeletal kelas II
-open bite 8,5 mm
(maloklusi)
-Tumpang gigit 4 mm
-Ginggivitis marginalis anterior
-cross bite posterior

Perawatan pada periode


gigi bercampur

Analisis Preventif Perawatan Jenis piranti


Kebiasaan
Perhitungan dan modifikasi pada
buruk,
ruang interseptif pertumbuhan perawatan gigi
patofisiologis ,pe
natalaksanaan bercampur

Langkah V : Memformulasikan tujuan pembelajaran / learning objectives.


Learning Objective:
1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan klasifikasi maloklusi pada periode
gigi bercampur
2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan kebiasaan buruk, patofisiologi dan
penatalaksaannya
3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan perawatan interseptif dan
preventif
4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan perawatan modifikasi
pertumbuhan
5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan analisis perhitungan ruang pada
periode gigi bercampur
6. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan jenis piranti pada perawatan gigi
bercampur

Langkah IV : Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lain.

Langkah VII: Sintesa dan uji informasi yang diperoleh.

1. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan klasifikasi maloklusi pada


periode gigi bercampur.
Oklusi normal pada gigi desidui
Oklusi normal pada gigi sulung memiliki karakteristik sebagai berikut: diastema pada gigi
anterior, primate spaces, overjet dan overbite yang rendah, relasi molar flush terminal plane,
dan bentuk lengkung yang ovoid. Maloklusi pada gigi sulung akan dibawa ke gigi permanen
berikutnya dan ke tingkat yang lebih lanjut. Diastema adalah kondisi umum pada gigi sulung
dan merupakan kondisi yang sangat penting bagi gigi geligi, karena merupakan indikator
perkembangan oklusi gigi permanen yang menguntungkan. Diastema sering muncul di antara
semua gigi sulung anterior dengan ruang yang paling menonjol berada di mesial kaninus
rahang atas dan distal kaninus di mandibula yang sering disebut dengan primate space.
Diastema lebih sering terjadi pada maksila daripada mandibula dan diastema lebih banyak
diamati pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Banyak studi observasional yang
berkaitan dengan jarak dan oklusi gigi sulung telah mengkonfirmasi bahwa karakteristik
oklusal bervariasi di antara populasi dan kelompok etnis.
Gambar. Penampakan Oklusi pada gigi desidui.
Klasifikasi maloklusi pada gigi desidui
Modifikasi klasifikasi Angle, Angle menggunakan huruf romawi angka I/II/III secara
berurutan untuk mengidentifikasi maloklusi Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Janson et.al
telah menggambarkan half cusp Kelas II atau III dan Kelas II atau III dari keparahan
maloklusi. Dalam klasifikasi Angle yang dimodifikasi untuk gigi sulung, angka Romawi
kecil i/ii/iii digunakan untuk hubungan molar kedua sulung untuk masing-masing mewakili
hubungan molar Kelas I/II/III Angle seperti pada gigi permanen. Selain hubungan molar
Kelas i, ii, dan iii; setengah cusp Kelas ii, setengah cusp Kelas iii, dan hubungan molar
subdivisi juga dicatat.
• Kelas i: Ketika cusp mesiobukal molar kedua sulung rahang atas beroklusi dengan
groove mesiobukal molar kedua rahang bawah sulung
• Kelas ii: Ketika cusp mesiobukal molar kedua sulung rahang atas beroklusi dengan
ruang interdental antara molar pertama dan kedua rahang bawah sulung
• Kelas iii: Ketika cusp mesiobukal molar kedua sulung rahang atas beroklusi dengan
alur distobukal atau permukaan distal molar kedua rahang bawah sulung
• Half cusp Kelas ii: Ketika cusp mesiobukal molar kedua sulung rahang atas
beroklusi dengan cusp mesiobukal molar kedua sulung rahang bawah
• Half cusp Kelas iii: Ketika cusp mesiobukal molar kedua sulung rahang atas
beroklusi dengan cusp distobukal molar kedua sulung rahang bawah
• Subdivisi: Ketika hubungan molar pada kedua sisi pada anak berbeda dimana satu
sisi adalah Kelas i dan yang lainnya adalah salah satu dari jenis lain yang dijelaskan di
atas. Subdivisi adalah sisi yang bukan sisi Kelas i.
Gambar. Klasifikasi maloklusi pada gigi desidui.
Hubungan oklusal pada fase gigi bercampur berhubungan dengan gigi permanen. Lokasi
dan hubungan molar pertama permanen sangat bergantung pada kontak permukaan distal
molar kedua desidui maksila dan mandibula. Molar pertama permanen menuntun ke dalam
lengkung gigi oleh permukaan distal dari molar kedua desidui. Terdapat tiga tipe hubungan
molar desidui yaitu:
a. Flush terminal plane: permukaan distal molar dua desidui maksila dan molar dua
desidui mandibula berada dalam satu dataran vertikal. Hubungan ini merupakan
hubungan yang normal dari gigi desidui, dan dapat terkoreksi dengan bergeraknya
molar mandibula ke arah mesial akibat adanya Leeway space. Sebanyak 56%
hubungan oklusal ini berkembang menjadi klas I Angel
b. Mesial step terminal plane: karakteristik tipe ini adalah permukaan distal molar
kedua desidui mandibula berada lebih mesial daripada molar kedua desidui maksila.
Tipe ini dapat berkembang menjadi klas I dan klas III Angle.
c. Distal step terminal plane: tipe hubungan ini terlihat permukaan distal molar kedua
desidui mandibula berada lebih ke distal daripada molar kedua desidui maksila. Tipe
ini dapat berkembang menjadi klas II Angel dan cusp to cusp.

Tambahan untuk pembahasan hubungan skeletal untuk memperbaiki knowledge pertemuan


pertama.
Klasifikasi maloklusi kelas II skeletal adalah hubungan rahang atas lebih ke
anterior dari rahang bawah.
Etiologi maloklusi kelas II skeletal terdapat 3 kemungkinan yaitu :
1. Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati, tetapi pertumbuhan
mandibula ke anterior normal.
2. Hubungan maksila terhadap kranium adalah normal, tetapi pertumbuhan
mandibula ke anterior kurang (Retrognati).
3. Hubungan maksila terhadap kranium adalah Prognati dan pertumbuhan mandibula
ke anterior kurang (Retrognati).
4. Etiologi untuk alat kombinasi Aktivator-Headgear ini yaitu hubungan maksila
terhadap kranium Prognati dan pertumbuhan mandibula ke anterior kurang
(Retrognati).

Gambar Bermacam-macam keadaan kelas II skeletal


A. Maksila terhadap kranium prognati, mandibula normal
B. Maksila terhadap kranium normal, mandibula retrognati
C. Maksila terhadap kranium prognati, mandibula retrognati

2. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan kebiasaan buruk, patofisiologi


dan penatalaksaannya.
Macam-macam Oral habit Pada Anak
Ada beberapa macam kebiasaan buruk pada anak, di antaranya adalah
mengisap ibu jari atau jari tangan (thumb or finger sucking), mengisap bibir atau
menggigit bibir (lip sucking or lip biting), mengisap botol susu (bottle sucking),
menjulurkan lidah (tongue thrusting), bernafas melalui mulut (mouth breathing), dan
bruksisme (bruxism).
Kebiasaan mengisap ibu jari (Thumb or finger sucking)
A. Gambaran Umum Thumb/Finger Sucking
Oral habit telah berkembang sejak bayi masih dalam kandungan ibunya yaitu
refleks mengisap ibu jari, dimana lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan yang
menyenangkan baginya karena merasa sangat nyaman sehingga dapat membuatnya
tertidur. Apabila kebiasaan ini tetap bertahan hingga tumbuhnya gigi permanen maka
akan dapat menimbulkan masalah dengan lengkung gigi dan pertumbuhannya dalam
mulut. Seberapa sering seorang anak mengisap ibu jari akan menentukan muncul atau
tidaknya masalah kesehatan gigi.
Thumb/finger sucking adalah sebuah kebiasaan dimana anak menempatkan jari
atau ibu jarinya di belakang gigi, kontak dengan bagian atas mulut, mengisap dengan
bibir, dan gigi tertutup rapat..

B. Etiologi Thumb/Finger Sucking


Kebiasaan mengisap jari dapat disebabkan oleh hal-hal berikut; Orangtua
terlambat memberi minum susu pada anak yang sudah berusia 1-2 tahun sehingga
anak mencari benda-benda lain untuk dimasukkan ke dalam mulutnya. Kurang
eratnya jalinan kasih sayang antara orang tua dengan anaknya sehingga anak mencari
perhatian dengan melakukan hal-hal yang tidak disukai orang tuanya. Anak
mengalami gangguan emosi, misalnya merasa sedih dan kesepian sehingga mencari
ketenangan dengan cara mengisap jarinya.
Bayi kurang puas mengisap susu dari ibu. Hal ini mungkin terjadi karena hanya
sedikit ASI yang keluar akibat adanya gangguan kesehatan pada ibu, sehingga tidak
mencukupi kebutuhan si anak. Mungkin ibu terlalu sibuk bekerja di luar rumah.
Selain itu ada juga ibu yang memang tidak ingin menyusui bayinya karena takut
bentuk buah dadanya menjadi jelek. Sebagai gantinya bayi diberi susu botol dengan
bentuk puting susu ibu, sehingga gerak fisiologis otot-otot bibir, lidah dan pipi tidak
normal. Pada saat bayi mengisap susu ibunya, bibir akan menempel pada susu ibu dan
tumbuh perasaan nyaman. Tetapi jika bayi mengisap susu dari dot yang tidak sesuai
maka perasaan tersebut sama sekali tidak ada. Apalagi kalau lubang dot terlalu besar
maka kebiasaan mengisap dari mulut bayi sama sekali berkurang sehingga mencari
kepuasan dan kenikmatan dengan mengisap sesuatu, dimana yang paling mudah yaitu
ibu jari.
C. Akibat Thumb/Finger Sucking
Kebiasaan mengisap jari atau benda-benda lain dalam waktu yang
berkepanjangan dapat menyebabkan maloklusi. Dari faktor-faktor penyebab
maloklusi, yang paling menentukan tingkat keparahan adalah intensitas, frekuensi,
dan durasi pengisapan. Maloklusi yang terjadi juga ditentukan oleh jari mana yang
diisap, dan bagaimana pasien meletakkan jarinya pada waktu mengisap yang
menimbulkan adanya tekanan ke arah atas gigi depan, dan bagian bawah jari akan
menekan lidah sehingga mendorong gigi bawah dan bibir sedangkan dagu terdesak ke
dalam. Akibatnya anak dapat memiliki profil muka yang cembung akibat gigi depan
yang maju. Anak yang terbiasa menghisap jempol atau menghisap dot umumnya lebih
besar kemungkinan untuk memiliki wajah yang kurang proporsional saat remaja
hingga dewasa, dibandingkan dengan anak yang diberi ASI dalam periode waktu yang
cukup lama dan tidak pernah memiliki kebiasaan menghisap jari atau dot.
Efek kebiasaan mengisap terhadap perkembangan oklusal sangat bervariasi,
dan sampai batas tertentu tergantung pada pola aktivitas kebiasaan yang
sesungguhnya. Mengisap ibu jari bisa diperkirakan akan memberi efek yang berbeda
daripada mengisap jari lain. Kadang-kadang tidak terlihat adanya efek sama sekali.
Tapi yang paling sering terjadi adalah adanya ibu jari di antara gigi-gigi yang sedang
bererupsi akan membuat timbulnya gigitan terbuka anterior, yang biasanya asimetris,
lebih nyata pada sisi yang digunakan untuk mengisap ibu jari. Jika lidah juga protrusi,
gigitan terbuka cenderung lebih besar, sehingga gigi-gigi anterior rahang atas
protrusif. Di samping itu palatum bagian depan menjadi tinggi, sehingga bentuk
lengkung rahang menjadi segitiga tidak oval dan susunan gigi depan menjadi lebih
maju dari sebagaimana seharusnya, area untuk tumbuh giginya menjadi lebih sempit.
Akibatnya, gigi menjadi tumbuh bertumpuk-tumpuk. Perkembangan rahang ke
arah lateral terganggu, seringkali juga terlihat gigitan terbalik disebabkan oleh
menyempitnya tekanan udara intraoral, yang barangkali terkombinasi dengan aktivitas
otot-otot bukal. Penyempitan ringan dari lengkung gigi ini bisa menyebabkan rahang
bawah menempati jalur penutupan translokasi, dengan disertai perkembangan gigitan
terbalik pada salah satu sisi yang pada akhirnya membutuhkan perawatan
ortodonti untuk mengembalikan gigi mereka ke posisi yang seharusnya.

D. Penanganan Thumb/Finger Sucking


 Perawatan psikologis
Bila kebiasaan ini menetap setelah anak berumur 4 tahun, maka orang tua
disarankan untuk mulai melakukan pendekatan kepada anak agar dapat
menghilangkan kebiasaan buruknya tersebut, antara lain :
a) Mengetahui penyebab. Ketahui kebiasaan anak sehari-hari termasuk cara anak
beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. Faktor emosional dan psikologis dapat
menjadi faktor pencetus kebiasaan mengisap ibu jari.
b) Menguatkan anak. Menumbuhkan rasa ketertarikan pada anak untuk
menghentikan kebiasaan tersebut. Orang tua diingatkan untuk tidak memberikan
hukuman pada anak karena anak akan makin menolak untuk menghentikan
kebiasaan ini.
c) Mengingatkan anak. Buat semacam agenda atau kalender yang mencatat
keberhasilan anak untuk tidak mengisap ibu jari.
d) Berikan penghargaan. Orang tua dapat memberikan pujian dan hadiah yang
disenangi si anak, bila anak sudah berhasil menghilangkan kebiasaannya.
 Perawatan eksta oral
Perawatan ekstra oral yang dapat dilakukan pada anak yang memiliki
kebiasaan mengisap ibu jari atau jari tangan lainnya, antara lain :
a) Ibu jari atau jari diolesi bahan yang tidak enak (pahit) dan tidak berbahaya,
misalnya betadine. Ini diberikan pada waktu-waktu anak sering memulai
kebiasaannya mengisap ibu jari.
b) Ibu jari diberi satu atau dua plester anti air.
c) Penggunaan thumb guard atau finger guard.

Mengisap Bibir/Menggigit Bibir (Lip Sucking/Lip Biting)


A. Gambaran Umum Lip Sucking/Lip Biting
Kebiasaan buruk pada anak-anak sering dihubungkan dengan keadaan
psikologis penderitanya. Kebiasaan yang sering dilakukan pada anak usia 4-6 tahun
ini, dapat merubah kedudukan gigi depan atas ke arah depan, sedang gigi depan
bawah ke arah dalam. Gigi yang protrusi akibat dari kebiasaan mengisap bibir bawah
sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi bahan pembicaraan teman-temannya,
sehingga secara psikologis anak merasa kurang percaya diri. Oleh sebab itu, intensitas
mengisap bibir bawah juga semakin meningkat. Selain menyebabkan protrusi,
kebiasaan ini juga dapat membuat pertumbuhan gigi menjadi tertahan. Salah satu
penelitian menunjukkan 50% anak-anak tuna wisma yang mempunyai oral habit,
prevalensi mengisap atau menggigit bibir sebanyak 17,37%.(
Kestabilan dan posisi gigi banyak mempengaruhi keseimbangan otot-otot
sekitarnya. Kekuatan dari otot-otot orbicularis oris dan otot-otot buccinator yang
diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Keseimbangan otot-otot
daerah sekitar mulut dapat mengganggu apabila pasien memiliki kebiasaan buruk
seperti mengisap ibu jari, menjulurkan lidah, mengisap bibir, dan bernafas melalui
mulut.
Gigi berada dalam keadaan keseimbangan dinamis yang konstan.
Keseimbangan kekuatan antar otot yang dipercaya dapat mempengaruhi posisi dan
kestabilan dent alveolar complex. Graber mendeskripsikan mekanisme otot-otot
buccinator. Dalam mekanisme ini, kekuatan yang mendorong gigi dihasilkan oleh otot
orbicularis oris, otot buccinators, otot penarik superior pharyngeal yang
diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Kerja yang berlebihan otot-
otot orbicularis mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, memicu terjadinya
penyempitan lengkung gigi, mengurangi ruang untuk gigi dan lidah serta terhalangnya
pertumbuhan mandibula.
B. Etiologi Lip Sucking/Lip Biting
Beberapa faktor penyebab yang menjadi etiologi dari kebiasaan
mengisap bibir atau menggigit bibir adalah :
a) Stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang mungkin membuat anak stress dan
bantu mereka untuk menghadapinya. Dalam hal ini orang tua harus berperan
aktif mencari tahu tentang sebab-sebab kebiasaan mengisap bibir pada
anaknya. Berikan kesempatan anak untuk berbicara mengenai hal-hal yang
mungkin mengkhawatirkan mereka, melakukan kontak mata, dan aktif
mendengarkan.
b) Variasi atau sebagai pengganti dari kebiasaan mengisap ibu jari atau jari.
Hal ini dilakukan untuk memuaskan insting mengisap si anak karena mengisap
memiliki efek menyenangkan, menenangkan, dan sering membantu anak untuk
bisa tertidur.
C. Akibat Lip Sucking/Lip Biting
Kebiasaan mengisap atau menggigit bibir bawah akan mengakibatkan
hipertonicity otot-otot mentalis. Kebiasaan buruk dapat menjadi faktor utama atau
merupakan faktor yang kedua. Kebiasaan mengisap bibir yang menjadi faktor utama
akan terdapat overjet yang besar dengan gigi anterior rahang atas condong ke labial
dan gigi anterior rahang bawah condong ke lingual diikuti perbedaan skeletal yang
ringan. Kebiasaan mengisap bibir mengakibatkan overjet normal. Kebiasaan
mengisap bibir sebagai faktor kedua biasanya terjadi disebabkan oleh perbedaan
sagital, seperti retrognatik mandibula. Inklinasi gigi incisivus rahang atas bisa normal
dan jarak antara gigi rahang atas dan rahang bawah terjadi setelah proses adaptasi.
D. Penanganan Lip Sucking/ Lip Biting
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan mengisap
bibir atau menggigit bibir pada anak-anak antara lain:
a) Myotherapi (latihan bibir)
 Memanjangkan bibir atas menutupi incisivus rahang atas dan menumpangkan
bibir bawah dengan tekanan di atas bibir atas
 Memainkan alat tiup
b) Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yang
membuat anak stress. Konsultasi dengan seorang psikiater merupakan salah
satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.
Menjulurkan Lidah (Tongue thrusting)
A. Gambaran Umum Tongue thrusting
Sejak tahun 1958, istilah tongue thrust atau menyodorkan lidah telah
dijelaskan dan dibahas dalam pembicaraan dan diskusi dalam bidang kedokteran gigi
serta dipublikasikan oleh banyak penulis. Telah dicatat bahwa sejumlah besar anak-
anak pada usia sekolah memiliki kebiasaan menyodorkan lidah. Menurut literatur
baru-baru ini, sebanyak 67-95% dari anak-anak yang berusia 5-8 tahun melakukan
kebiasaan tongue thrust dalam jangka waktu yang lama akan berhubungan dengan
masalah orthodontik atau gangguan pengucapan. Pada satu negara, kira-kira 20-80%
pasien orthodontik memiliki beberapa bentuk kasus tongue thrust.
Kebiasaan mendorong lidah sebetulnya bukan merupakan kebiasaan tetapi
lebih berupa adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya karena mengisap jari.
Kebiasaan menjulurkan lidah biasanya dilakukan pada saat menelan. Pola menelan
yang normal adalah gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup, dan lidah berkontak dengan
palatum. Ada 2 bentuk penelanan dengan menjulurkan lidah, yaitu :
a) Penelanan dengan menjulurkan lidah sederhana, biasanya berhubungan dengan
kebiasaan mengisap jari.
b) Menjulurkan lidah kompleks, berhubungan dengan gangguan pernafasan kronis,
bernafas melalui mulut, tonsillitis atau faringitis.
Dari teori keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi berlangsung lama
pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi dan menghasilkan efek
yang nyata. Dorongan lidah yang hanya sebentar tidak akan menghasilkan perubahan
pada letak gigi. Tekanan lidah pada penelanan yang tidak benar hanya berlangsung
kira-kira 1 detik. Penelanan secara ini hanya terjadi kurang lebih 800 kali pada saat
seseorang terjaga dan hanya sedikit pada waktu tidur sehingga sehari hanya kurang
dari 1000 kali. Tekanan selama seribu detik (kurang lebih 17 menit) tidak cukup
untuk mempengaruhi keseimbangan. Sebaliknya, pasien yang meletakkan lidahnya ke
depan sehingga memberikan tekanan yang terus-menerus pada gigi, meskipun tekanan
yang terjadi kecil tetapi berlangsung lama, dapat menyebabkan perubahan letak gigi
baik jurusan vertikal maupun horizontal. Pada pasien yang posisi lidahnya normal
pada saat menelan tidak banyak pengaruhnya terhadap letak gigi.
Kebiasaan tongue thrusting, yaitu suatu kebiasaan menjulurkan lidah ke
depan dan menekan gigi-gigi seri pada waktu istirahat, selama berbicara atau
menelan. Adanya kebiasaan menjulurkan lidah ke depan ini memungkinkan terjadinya
ketidakseimbangan otot-otot di sekitar lengkung gigi dan otot-otot mulut, sehingga
dapat mempengaruhi posisi gigi. Gigi depan atas akan merongos ke depan dan terjadi
gigitan terbuka. Dan apabila menekan lidah ke pipi sambil menggigitnya maka dapat
menyebabkan gigi belakang menjadi miring ke arah dalam. Terjadi penyimpangan
pola menelan dan berbicara yang tidak normal.
Pada umumnya penderita tongue thrust menampilkan ciri tertentu pada
ekspresi wajah pada saat menelan, yaitu bibir menutup dan otot-otot sekeliling mulut
tegang pada posisi istirahat kedua bibir dan lidah menutupi permukaan gigi-gigi
bawah atau lidah menjulur ke depan, bernapas melalui mulut, dan mengisap ibu jari.
Kebiasaan menjulurkan lidah ini biasanya timbul karena adanya pembesaran amandel
atau tonsil, lengkung gigi atas yang menyempit, lidah yang besar, atau karena aspek
psikologis.
Menjulurkan lidah merupakan kebiasaan menempatkan lidah dalam posisi
yang salah pada saat menelan, terlalu jauh ke depan atau ke samping. Diperkirakan
bahwa setiap 24 jam menelan 1.200 hingga 2.000 kali, dengan tekanan sekitar 4 pon
tiap kali menelan. Tekanan ini konstan sehingga lidah akan memaksa gigi keluar dari
kesejajaran lengkung gigi. Selain tekanan yang diberikan saat menelan, mengganggu
saraf dan juga mendorong lidah terhadap gigi ketika sedang beristirahat. Ini
merupakan kebiasaan, spontan dari alam bawah sadar yang sulit untuk diperbaiki.
B. Etiologi Tongue thrusting
Sebenarnya, tidak ada penyebab spesifik dari masalah tongue thrust ini.
Namun diduga hal-hal yang dapat menyebabkan tongue thrust tersebut antara lain
yaitu :
1. Jenis puting susu buatan yang diberikan pada bayi.
2. Kebiasaan mengisap ibu jari. Walaupun mengisap jari tidak dilakukan lagi, akan
tetapi telah terbentuk openbite maka lidah sering terjulur ke depan untuk
mempertahankan penutupan bagian depan selama proses penelanan.
3. Alergi, hidung tersumbat, atau obstruksi pernapasan sehingga bernafas melalui
mulut yang menyebabkan posisi lidah turun di dasar mulut.
4. Tonsil yang besar, adenoid, atau infeksi tenggorokan yang menyebabkan
kesulitan pada saat menelan. Pangkal lidah membesar ketika tonsil mengalami
inflamasi, sehingga untuk mengatasinya mandibula secara refleks turun ke
bawah, memisahkan gigi, dan menyediakan ruangan yang lebih untuk lidah dapat
terjulur ke depan selama menelan, agar didapat posisi yang lebih nyaman.
5. Ukuran lidah yang abnormal atau macroglossia, dapat mengubah keseimbangan
tekanan lidah dengan bibir dan pipi sehingga incisivus bergerak ke labial.
6. Faktor keturunan, misalnya sudut garis rahang.
7. Kelainan neurologis dan muskular serta kelainan fisiologis lainnya.
8. Frenulum lingual yang pendek (tongue tied).
C. Akibat Tongue thrusting
Kebiasaan menjulurkan lidah ke depan, memungkinkan terjadinya
ketidakseimbangan otot-otot di sekitar lengkung gigi dan otot-otot mulut, sehingga
dapat mempengaruhi posisi gigi. Gerakan menelan dengan posisi lidah menjulur akan
menimbulkan maloklusi pada gigi anak seperti gigi-gigi seri atas dan bawah terdorong
ke arah bibir (protrusi) dan terjadi gigitan terbuka (open bite).
Jika pasien biasa menjulurkan lidah, bibir akan menjadi sedemikian kencang,
tetapi tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis sampai bibir-bibir
membuka rongga mulut. Dalam mekanisme penelanan yang normal, lidah berada di
atap mulut dan ketika pasien menelan, maka lidah akan melebar dan ikut memberi
gaya ekspansi transversal pada segmen-segmen bukal. Tetapi, pada kasus pasien
dengan kebiasaan menjulurkan lidah, lidahnya tidak menggeser secara vertikal ke
arah palatum. Lidah malah bergerak melewati gigi-gigi anterior dan menyebabkan
gigi memencar.
Tongue thrust merupakan akibat lanjut dari anak yang mempunyai kebiasaan
mengisap ibu jari, meski tidak semua anak yang mengisap ibu jari melakukan tongue
thrust. Diagnosa tongue thrust dapat diketahui oleh dokter gigi dengan alat khusus
untuk memeriksa tongue thrust, yaitu dengan alat Linguometer yang dimasukkan ke
dalam mulut pasien.
Beberapa masalah yang ditimbulkan akibat tongue thrust, antara lain :
a) Anterior openbite merupakan kasus yang paling umum terjadi akibat tongue
thrust. Dalam kasus ini, bibir depan tidak menutup dan anak sering membiarkan
mulutnya terbuka dengan posisi lidah lebih maju daripada bibir. Secara umum,
lidah yang berukuran besar biasanya disertai menjulurkan lidah. Openbite
anterior pada umumnya mengakibatkan gangguan estetik, pengunyahan maupun
gangguan dalam pengucapan kata-kata yang mengandung huruf “s”, “z”, dan
“sh”.
b) Anterior thrust. Gigi incisivus atas sangat menonjol dan gigi incisivus bawah
tertarik ke dalam oleh bibir bawah. Jenis ini paling sering terjadi disertai dengan
dorongan M.mentalis yang kuat.
c) Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi.
d) Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar
pertama ke molar dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada
umumnya sangat sulit untuk dikoreksi.
e) Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak. Pada kasus
ini ukuran lidah yang besar juga mempengaruhi.
f) Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang atas
maupun rahang bawah mengalami gigitan yang terbuka lebar.
D. Penanganan Tongue thrusting
Penanganan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan menyodorkan lidah
pada anak-anak adalah :
a) Terapi bicara
b) Latihan myofunctional
Menarik bibir bawah pasien. Sementara bibir menjauh dari gigi, pasien diminta untuk
menelan. Jika pasien biasa menyodorkan lidahnya, bibir akan menjadi sedemikian kencang
seolah berusaha untuk menarik jari-jari yang menarik bibir pada saat pasien berusaha
menelan. Pasien yang menyodorkan lidah tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis
sampai bibir-bibir membuka rongga mulut.
c) Latihan lidah
Berlatih meletakkan posisi lidah yang benar saat menelan. Pasien harus belajar
melakukan “klik”. Prosedur ini mengharuskan pasien meletakkan ujung lidah pada atap mulut
dan menghentakkannya lepas dari palatum untuk membuat suara klik. Posisi lidah pada
palatum selama aktivitas ini kira-kira seperti posisi jika menelan dengan tepat. Pasien juga
diminta membuat suara gumaman dimana pasien akan mengisap udara ke dalam atap
mulutnya di sekeliling lidah. Selama latihan ini, lidah secara alamiah meletakkan dirinya ke
atap anterior palatum. Selanjutnya pasien akan meletakkan ujung lidah di posisi ini dan
menelan. Latihan ini dilakukan terus-menerus sampai gerakan otot-otot menjadi lebih mudah
dan alamiah
Bernapas melalui mulut (Mouth breathing)
A. Gambaran Umum Mouth breathing
Kebiasaan bernapas melalui mulut dapat diamati pada orang-orang yang juga
melakukan kebiasaan menjulurkan lidah (mendorong gigi dengan lidah sehingga
menyebabkan terjadinya gigitan terbuka di anterior. Gingivitis juga dapat terlihat pada
orang dengan kebiasaan ini. Perubahan-perubahan pada gingiva, meliputi eritema,
edema, pembesaran gingiva, dan mengkilatnya permukaan gingiva di daerah yang
cenderung menjadi kering. Regio maksila anterior adalah daerah yang sering terlibat.
Efek merusak pada kebiasaan ini biasanya karena iritasi pada daerah yang mengalami
kekeringan atau dehidrasi pada permukaannya. 1
Anak yang bernapas melalui mulut biasanya berwajah sempit, gigi depan atas
maju ke arah labial, serta bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang
insisivus atas. Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena
adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar oleh otot orbicularis oris dan
buccinator, maka segmen bukal dari rahang atas berkontraksi mengakibatkan maksila
berbentuk V dan palatal tinggi. Sehingga anak dengan kebiasaan ini biasanya
berwajah panjang dan sempit.
B. Etiologi Mouth breathing
Kebiasaan bernapas melalui mulut ini dipicu oleh tersumbatnya hidung
sebagai saluran pernapasan normal. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelainan
anatomi hidung atau penyakit-penyakit hidung, antara lain polip hidung, sinusitis,
rhinitis kronis dan pembesaran tonsil di belakang hidung. Pada beberapa orang,
kebiasaan ini biasanya disertai lemahnya tonus bibir atas.25
Pernapasan mulut terjadi karena seseorang tidak mampu untuk bernafas
melalui hidung akibat adanya obstruksi pada saluran pernafasan atas. Kebiasaan ini
disebabkan oleh penyumbatan rongga hidung, yang dapat mengganggu pertumbuhan
tulang di sekitar mulut dan rahang, wajah menjadi sempit dan panjang, dan gigi bisa
jadi “tonggos”. Pernafasan mulut menghasilkan suatu model aktivitas otot wajah dan
otot lidah yang abnormal. Bernafas melalui mulut menyebabkan mulut sering terbuka
sehingga terdapat ruang untuk lidah berada di antara rahang dan terbentuklah openbite
anterior.
Bernafas melalui hidung berkaitan dengan fungsi-fungsi normal pengunyahan
dan menelan serta postur lidah dan bibir yang melibatkan aksi muskulus yang normal
dimana akan menstimulasi pertumbuhan fasial dan perkembangan tulang yang
adekuat. Adaptasi dari pernafasan hidung ke pernafasan mulut menyebabkan
terjadinya beberapa hal yang tidak sehat, seperti infeksi telinga tengah yang kronis,
sinusitis, infeksi saluran nafas atas, gangguan tidur, dan gangguan pertumbuhan
wajah. Pernafasan mulut seringkali berhubungan dengan penurunan asupan oksigen
ke dalam paru-paru, yang dapat menyebabkan berkurangnya energi. Anak-anak yang
bernafas melalui mulut seringkali mudah lemah dalam latihan olahraga.
Cara bernafas melalui mulut sering merupakan reaksi terhadap berbagai jenis
obstruksi nasal dan/atau nasofaring. Obstruksi nasal tersebut dapat disebabkan oleh
alergi, hipertrofi dan inflamasi tonsil atau adenoid, diviasi septum nasal, pembesaran
konka dan hipertrofi membran mukosa nasal. Jika obstruksi tersebut bersifat sementara,
seperti pada waktu flu dan alergi, maka perubahan struktur ini tidak permanen, tetapi dapat
juga menjadi permanen setelah obstruksi tadi hilang yang mengakibatkan timbulnya
kebiasaan bernafas melalui mulut.
Kegagalan hidung untuk berfungsi sebagai saluran pernafasan utama, akan
menyebabkan tubuh secara otomatis beradaptasi dengan menggunakan mulut sebagai
saluran untuk bernafas. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh karena adanya
hambatan atau obstruksi pada saluran pernafasan atas. Obstruksi pada saluran
pernafasan atas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor psikologis, meliputi anak-anak yang mengalami kecemasan, rasa sakit dan
frustasi, anak-anak dengan retardasi mental, anak-anak yang mengalami trauma
kecelakaan.
2. Faktor lokal, merupakan penyebab terjadinya pernafasan mulut yang disebabkan
oleh keadaan dari gigi dan mulut, meliputi : pencabutan gigi sulung yang terlalu
cepat, kehilangan gigi permanen, adanya gangguan oklusal, seperti kontak
prematur antara gigi atas dan bawah, adanya mahkota atau tumpatan yang tinggi.
3. Faktor sistemik, meliputi :
a. Gangguan endokrin (merupakan penyebab secara tidak langsung). Kelainan
endokrin pascalahir dapat menyebabkan percepatan atau hambatan
pertumbuhan muka, mempengaruhi derajat pematangan tulang, penutupan
sutura, resorpsi akar gigi sulung, dan erupsi gigi permanen.
b. Defisiensi nutrisi, akibat konsumsi nutrisi yang tidak adekuat atau konsumsi
nutrisi yang tidak efisien. Nutrisi yang baik ikut menentukan kesehatan
seorang anak, nutrisi yang kurang
c. baik mempunyai dampak yang menyerupai penyakit kronis. Penyakit kronis
pada anak-anak dapat mengubah keseimbangan energi yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Pada anak yang menderita penyakit kronis hampir semua energi
yang didapatkan kadang-kadang kurang mencukupi untuk beraktivitas dan
bertumbuh.
d. Gangguan temporomandibular.
e. Infeksi, meliputi : hiperplasia adenoid dan tonsil. Hiperplasia adenoid dan
tonsil biasanya disebabkan oleh karena paparan yang rekuren terhadap infeksi
tonsil (tonsillitis). Tipe infeksi bisa virus seperti influenza, parainfluenza, dan
rhinovirus, maupun bakteri seperti betahemolitik, streptococcus,
staphylococcus, pneumococcus, dan hemophilococcus.
4. Rhinitis alergi merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Salah
satu penyebab obstruksi jalan nafas hidung pada anak adalah alergi rhinitis, yaitu
mukosa hidung akan mengalami pembengkakan dan selanjutnya menutup aliran
udara. Kebanyakan rhinitis alergi dapat disebabkan oleh adanya partikel-partikel
di udara, rokok, makanan, dan binatang.
5. Malformasi kongenital dan tumor seringkali muncul pada masa kanak-kanak.
Malformasi kongenital seperti stenosis koanal dan atresia bisa hilang cepat. Tumor
meliputi enchephalocle, chordoma, teratoma, cranipharyngioma, serta kista
nasoalveolar dan nasopharingeal.
C. Akibat Mouth Breathing
Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat menyebabkan udara yang masuk
kemulut menjadikan vasokonstriksi (pengecilan pembuluh darah) dari pembuluh
kapiler di oral mukosa sehingga memudahkan terkenanya infeksi dan dapat
menyebabkan gingivitis (peradangan gusi). Selain itu juga menyebabkan bau mulut
pada orang yang bernafas melalui mulut karena adanya plak yang melekat pada gigi
dan lidah. Akibat lain yang ditimbulkan yaitu rahang atas sempit, gigi belakang atas
miring ke arah dalam, gigi depan atas tonggos (protrusif) dan terjadi gigitan depan
terbuka (openbite).
Bruksisme (Bruxism)
A. Gambaran Umum Bruxism
Bruksisme atau yang paling sering dikenal dengan istilah kerot (tooth
grinding) adalah mengatupkan rahang atas dan rahang bawah yang disertai dengan
grinding (mengunyahkan) gigi-gigi atas dengan gigi-gigi bawah. Bruksisme adalah
kebiasaan bawah sadar (sering tidak disadari) walaupun ada juga yang melakukannya
ketika tidak tidur. Bruksisme dapat dilakukan dengan tekanan keras sehingga
menimbulkan suara yang keras, tapi dapat juga tanpa suara yang berarti. Jika
bruksisme dilakukan dengan tekanan kerot yang keras, akan terjadi keausan gigi yang
parah dan berlangsung dalam waktu cepat.
Bruksisme biasa terjadi pada anak. Kebiasaan ini biasanya muncul pada
malam hari, dan berlangsung dalam periode waktu yang lama, sehingga dapat
menyebabkan gigi sulung dan gigi permanen abrasi. Kebiasaan ini timbul pada masa
gigi-geligi sedang tumbuh. Dan jika bertahan hingga anak dewasa biasanya disertai
dengan adanya stres emosional, parasomnia, trauma cedera otak, ataupun cacat
neurologis, dengan komplikasi erosi gigi, sakit kepala, disfungsi sendi
temporomandibular, dan nyeri pada otot-otot pengunyahan.
Bruxism adalah kebiasaan buruk berupa menggesek-gesek gigi-gigi rahang
atas dan rahang bawah, bisa timbul pada masa anak-anak maupun dewasa. Reding,
Rubright, and Zimmerman melaporkan 15% anak dan remaja dalam studi mereka
menunjukkan adanya beberapa tingkatan bruxism. Biasanya terjadi pada malam hari
dan jika dilanjutkan dalam jangka waktu yang lama bisa berakibat abrasi gigi
permanen. Ketika kebiasaan tersebut berlangsung hingga masa dewasa maka
mengakibatkan penyakit periodontal dan atau gangguan temporomandibular joint.
Sebagai tambahan, kasus disfungsi temporomandibular joint lebih banyak terjadi di
kalangan perempuan dewasa daripada laki-laki dewasa.(47,40,4)
Bruxism didefinisikan sebagai gerakan mengerat dan gerakan grinding dari
gigi yang bersifat non-fungsional. Istilah ini dalam literatur sering disebut dengan
beberapa istilah yang lain, yaitu neuralgia traumatic, occlusal habit neurosis, dan
parafungsional. Pasien yang mengalami bruxism (bruxer), biasanya tidak menyadari
kebiasaan buruk yang dimilikinya tersebut, walaupun bruxism kadang-kadang diikuti
dengan suara yang mengganggu, namun pasien yang bersangkutan seringkali baru
mengetahui kebiasaan yang dimilikinya itu dari orang tua atau teman tidurnya.
Bruxism dapat juga terjadi pada siang hari, misalnya pada saat individu yang
bersangkutan mengalami stress, namun bruxism yang paling parah adalah bruxism
yang terjadi pada malam hari.
Bruxism pada malam hari terjadi selama tidur dan anak biasanya tidak
menyadari masalah ini. Kejadian ini biasanya singkat, berlangsung 8-9 detik, dengan
terdengar suara grinding. Bruxism pada siang hari terutama terkait dengan
mengepalkan dari gigi dan umumnya tidak menghasilkan suara terdengar. Bruxism
yang diamati pada 5-20% anak-anak. Peningkatan frekuensi selama masa kanak-
kanak, memuncak pada usia 7-10 tahun dan menurun setelah itu.

3. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan perawatan interseptif dan


preventif.
Perawatan ortodontik interseptif adalah suatu prosedur ortodontik yang dilakukan pada
maloklusi yang baru atau sedang dalam proses terjadi dengan tujuan memperbaiki ke arah
oklusi normal (intercept : mencegat atau menghalangi) Beda antara ortodontik preventif
dengan ortodontik interseptif adalah pada waktu tindakan dilakukan. Ortodontik preventif
dilakukan apabila diperkirakan ada keadaan yang akan menyebabkan terjadinya suatu
maloklusi sedang ortodontik interseptif adalah suatu tindakan yang harus segera dilakukan
(fait accompli) karena terdapat suatu gejala atau proses terjadi maloklusi walau dalam
tingkatan yang ringan sehingga maloklusi dapat dihindari atau tidak berkembang.
Contoh :
1. Gigi hilang dini (space maintainer) : ortodontik preventif
2. Gigi hilang dini ruang menyempit (space regainer) : ortodontik interseptif

Lingkup perawatan ortodontik interseptif


1. Tujuan utama perawatan :
a. Lengkung gigi ideal
b. Oklusi ideal
c. Fungsional normal
2. Mengenal dan memperhatikan :
a. Perkembangan gigi
b. Perkembangan oklusi gigi
c. Tingkat dan arah kemasakan fisik
Prosedur perawatan interseptif :
Prosedur tetap (PROTAP) atau Standar Operasi (SOP) yang diperlukan pada perawatan
ortodontik interseptif adalah :
1. Study model : diperlukan untuk mempelajari keadaan klinis penderita
2. Ronsenogram Panoramik (OPG) diperlukan untuk mempelajari lengkap tidaknya
benih
serta urutan erupsi gigi permanen dan terutama untuk mengindentifikasi kemungkinan
adanya penyebab maloklusi yang tidak terlihat secara klinis
3. Diskusi dengan orang tua dan penderita (INVOLVED CONCENT / INFORMED
CONCENT) dengan tujuan memberikan informasi tentang :
- Keadaan gigi-geligi dan akibatnya
- Penekanan pentingnya tindak lanjut
Macam-macam perawatan ortodontik interseptif :
1. Penyesuaian atau koreksi disharmoni oklusal

Pada periode gigi bercampur proses pergantian gigi decidui dengan gigi
permanen kadang terjadi gangguan yang mengakibatkan oklusi atau relasi rahang
tidak serasi. Adanya kontak prematur dapat mengakibatkan problem terhadap gigi
dan mandibula sehingga terjadi relasi dan fungsi abnormal. Identifikasi gangguan
hubungan oklusal dapat dilakukan dengan mengamati gerakan membuka-menutup
mulut dari posisi membuka lebar kemudian menutup dalam oklusi dan dalam
kedudukan posisi istirahat (Rest). Apabila di dalam gerakan terlihat relasi mid-line
rahang tidak serasi atau pada TMJ teraba gerakan yang tidak lancar (Smooth) berarti
terdapat relasi dan fungsi rahang abnormal yang kemungkinan disebabkan adanya
gangguan oklusal.
2. Perawatan cross-bite anterior pada mixed dentition .

Adalah hal yang umum bila I2 rahang atas erupsi sedikit lebih lingual dari pada I1
rahang atas yang akan terkoreksi oleh karena tekanan oklusi atau lidah. Apabila tidak
dapat terkoreksi secara fisiologis, dilakukan tindakan ortodontik interseptik.
Indikasi : -Linguoversi I2 rahang atas dengan ruang cukup -Kecenderungan Klas III
ringan (Herediter) -Kecenderungan cross-bite anterior pada penderita dengan profil
straight face (lurus) oleh karena overjet yang minimal (< 2 mm) Cara perawatan:
a. Dengan alat Tongue Blade (T.B)
1. Buat tongue blade selebar gigi atau geligi yang Palatoversi
2. Letakkan tongue blade pada incisal incisivus rahang bawah tanpa tekanan
3. Dengan tumpuan tepi incisal incisivus rahang bawan, tongue blade diputar
ke atas dan ke depan menyentuh facies lingual gigi rahang atas yang
palatoversi, penderita disarankan menggigit dengan tekanan yang tetap.
4. Durasi 1-2 jam/hari, dalam 10-14 hari
5. Disarankan ortodontis mengawasi
3. Perawatan diastema anterior
4. Perawatan kebiasaan jelek (Bad Habbit)
5. Latihan otot (Myofunctional Therapic)
6. Pencabutan seri (Serial Ectraction)
Perawatan Preventif
Perawatan ini adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menjaga yang semestinya menjadi
oklusi normal pada waktu tertentu. Perawatan ini membutuhkan kemampuan untuk menilai
dento fasial normal, perkembangan, pertumbuhan dan penyimpangan dari arah normal. Pada
perawatan ini, dituntut untuk mengeliminasi kebiasaan local yang melibatkan struktur
dentofasial antara lain malnutrisi, memelihara bentuk gigi dengan restorasi yang tepat,
penggunaan space maintainer setelah gigi desidui premature loss.

Space maintainer
Definisi:
Alat untuk mempertahankan ruang akibat gigi premature loss.

Fungsi :
- Mencegah pergeseran dari gigi ke ruang yang terjadi akibat pencabutan dini
- Mencegah ekstrusi gigi antagonis dari gigi yang dicabut dini
- Memperbaiki fungsi pengunyahan akibat pencabutan dini
- Memperbaiki fungsi estetik dan bicara setelah pencabutan dini

Syarat space maintainer:


- Dapat mempertahankan jarak mesiodital bekas pencabutan
- Tidak menganggu proses tumbuh kembang dan erupsi gigi serta lengkung tulang
alveolar
- Bila memungkinkan dapat memberikan fungsi kunyah dan dapat mencegah ekstrusi
gigi antagonis
- Mudah dibersihkan dan tidak menjadi tempat retensi makanan
- Tidak membahayakan gigi yang ada dengan menimbulkan tekanan yang berlebih
- Tidak menganggu pergerakan fungsional mandibular dan pergerakan individual gigi
pada waktu berfungsi
- Alat tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan penelanan
- Mempunyai desain sempurna

Pertimbangan pembuatan space maintainer


- Waktu setelah pencabutan
: penutupan ruang biasanya terjadi selama 6 bulan pertama setelah pencabutan. Ketika
gigi sulung di cabut dan mengindikasikan perlunya space maintainer, maka pasang
alatnya sesegera mungkin. Dan jika memungkinkan, buat alat sebelum ekstraksi dan
memasangnya saat setelah ekstraksi.
- Umur dental pasien
: usia krononologis pasien tidak sepenting usia perkembangan gigi pasien
- Jaringan tulang yang menutupi gigi permanen yang belum erupsi
: jika masih ada selapis tulang yang menutupi gigi permanen, menandakan erupsi gigi
permanen masih cukup lama
- Urutan erupsi gigi
: operator harus mengamati hubungan perkembangan dan erupsi gigi yang berdekatan
dengan ruang yang terbentuk karena kehilangan gigi yang terlalu cepat.
- Delayed erupsi gigi permanen
: jika terjadi impaksi parsial atau penyimpangan arah erupsi maka segera dicabut gigi
desiduinya dan dibuatkan space maintainer.
- Agenesis dan anodonsia
Indikasi:
- Kehilangan gigi sulung dan gigi penggantinya belum siap erupsi dan analisis ruang
menyatakan masih terdapat ruang yang memungkinkan untuk gigi permanennya.
- Kehilangan gigi molar I desidui secara dini, dan menyebabkan pergeseran molar
kedua sulung ke mesial
- Kehilangan gigi molar 2 desidui secara dini, yang dapat menyebabkan kekurangan
panjang lengkung akibat mesial drift gigi molar pertama permanen, serta dapat
menghalangi erupsi gigi premolar kedua permanen
- Kehilangan gigi anterior desidui secara dini, karena gerakan lidah selalu menuju ke
arah ruangan kosong dan dpt menimbulkan kebiasaan buruk, gangguan bicara, serta
psikologis anak. Selain itu dapat menganggu erupsi gigi permanen yang akan
menyebabkan gigi crowded

Kontra indikasi:
- Pasien tidak kooperatif, serta kerja sama antara orang tua dan pasien tidak baik
- Oral hygiene yang buruk
- Risiko karies yang tinggi
- Adanya ruangan yang berlebih untuk erupsi gigi permanen
- Hipodontia
- Gigi permanen penggantinya tidak ada
- Jika tidak ada tulang alveolar yang menutupi mahkota gigi yang akan erupsi serta ada
ruang yang cukup untuk gigi tersebut erupsi
- Kekurangan ruang yang sangat banyak untuk erupsi gigi permanen sehingga
memerlukan tindakan pencabutan dan perawatan orthodontic

Klasifikasi
- Semi fixed (semi cekat)
a. Distal shoe
Alat yang mengatur jarak gigi desidui molar kedua yang udah hilang sebelum erupsi
gigi molar pertama permanen. Gigi molar pertama permanen yang belum erupsi akan
mengalami mesial drifting jika gigi molar pertama desidui mengalami premature loss.
Fungsinya untuk menuntun erupsi molar pertama permanen ke posisinya yang normal
dalam lengkung rahang.
Kontraindikasinya : diabetes pasien yang tidak terkontrol, pasien
immunocompromised, pasien yang alergi, blood dyscrasias
Kekurangannya : pemasangan hanya bisa menggantikan satu gigi, tidak ada fungsi
oklusal yang diperbaiki karena kekuatannya kurang.
b. Band and loop
Alat yang digunakan untuk mengatur jarak dari satu gigi. Alat ini tidak memperbaiki
fungsi oklusal dari kehilangan giginya, dan juga harganya relative tidak mahal.
Indikasinya: premature loss pada gigi molar pertama desidui, premature loss pada gigi
molar kedua desidui bersebelahan dengan gigi molar pertama permanen yang telah
erupsi, dan juga bila gigi penyangga dalam keadaan sehat.
Kontraindikasi : crowding berat dan kekurangan ruangan yang banyak, dan resiko
karies yang tinggi
c. Crown and loop
Prinsipnya kurang lebih sama dengan band and loop.
Indikasinya : bila ada karies yang luas pada gigi penyangga sehingga tidak
memungkinkan untuk penggunaan band, mahkota ssc dapat digunakan sebagai
restorasi akhir dari mahkota dan loop diletakkan pada permukaan bukal dan lingual.

- Cekat
a. Lingual holding arch
digunakan untuk mempertahankan ruang posterior pada gigi desidui.
Alat ini sering disarankan ketika gigi hilang di kedua kuadran yang sama. Alat ini
juga termasuk dalam kelompok peralatan kontrol ruang yang tidak hanya mengontrol
gerakan anteroposterior tetapi juga mampu mengontrol dan mencegah distorsi
lengkung. Alat ini cukup estetis karena wire berada di lingual.
b. Nance’s holding arch
Alat yang digunakan pada maksila dengan kehilangan gigi posterior yang multiple
pada kedua sisi dan dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Alat ini
dibuat dengan menggunakan wire yang dihubungkan dengan akrilik dan band pada
molar pertama permanen

- Removable space maintainer


Bisa dilepas pasang oleh pasien.
Fungsi:
Untuk menjaga ruangan mesiodistal dan vertical, bisa mengembalikan fungsi
pengunyahan, dan pada gigi anterior bisa sebagai estetik dan mencegah gangguan
pengucapan serta bad habbit.
Indikasi :
 Kepentingan estetika
 Jika gigi penyangga tidak dapat mensupport penggunaan space maintainer cekat.
 Pada pasien cleft palatal yang memerlukan obturasi palatal
 Pada radiograph gigi tidak akan erupsi kurang dari 5 bulan
 Jika gigi permanen belum sepenuhnya erupsi, dan kemungikinan sulit untuk
adaptasi band
 Kehilangan beberapa gigi desidui hingga dibutuhkan pengganti fungsional dalam
bentuk partial denture.

Kontraindikasi:
 Pasien tidak kooperatif
 Pasien alergi dengan bahan akrilik
 Pasien epilepsy
Keuntungan:
 Mudah dibersihkan
 Menjaga dan mengembalikan dimensi vertical
 Dapat digunakan tidak setiap waktu
 Ruang dapat dibuat untuk gigi permanen yang akan erupsi tanpa menggunakan
alat
 Merangsang erupsi gigi permanen
 Membantu mencegah kebiasaan lidah mendorong bagian yang akan erupsi.

Kerugian :
 Dapat hilang atau rusak oleh pasien
 Pasien tidak kooperatif tidak dianjurkan menggunakan alat jenis ini
 Keterbatasan pertumbuhan rahang lateral, jika ada clasp akan terlalu
mencengkram
 Jika tidak tepat dapat mengiritasi jaringan lunak.
4. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan perawatan modifikasi
pertumbuhan.
Modifikasi pertumbuhan

Modifikasi Pertumbuhan Modifikasi pertumbuhan adalah suatu perawatan yang


mengoptimalkan potensi pertumbuhan seseorang, untuk mengarahkan pertumbuhan
sehingga lebih harmonis. Proffit menggunakan istilah “re-direction of growth”
diartikan sebagai mengubah arah pertumbuhan yang dianggap lebih tepat daripada
menghambat ataupun merangsang pertumbuhan. (Proffit, William R. Contemporary
Orthodontics. 4th ed. St. Louis: Mosby, 2007.)
Periode pertumbuhan sangatlah tergantung dari jenis kelamin dan sangat bervariasi.
Pada anak perempuan puncak pertumbuhan biasanya dimulai pada usia 10 sampai 12
tahun. Pada anak laki-laki antara 12 sampai 14 tahun. Pada masa pubertas ini akan
timbul tanda seks sekunder. Pada anak perempuan dimulai dengan datangnya
menstruasi, sedangkan pada anak lakilaki diawali dengan perubahan suara. Sesudah
usia ini pertumbuhan akan melambat dan biasanya lengkap pada usia 18 sampai 20
tahun Selain berdasarkan umur kronologis dan keadaan fisik, status pertumbuhan
dapat juga diamati dengan pemeriksaan radiografis tulang karpal (hand wrist
radiograph). (Rakosi, Thomas. Color Atlas of Dental Medicine Orthodontic-
Diagnosis. New York: Thime Medical Publisher, 1993.)
Oleh karena itu perawatan modifikasi pertumbuhan hendaknya dilakukan pada usia
dini dan selesai pada periode dewasa.
Prinsip-Prinsip Modifikasi Pertumbuhan Gaya ortodonti yang diberikan pada gigi
geligi mempunyai potensi untuk menyebar ke arah luar dan berpengaruh pada lokasi
yang jauh yaitu di skeletal.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan maksila terjadi karena adanya
aposisi tulang baru pada sutura posterior dan superior sebagai responsnya berupa
dorongan ke arah depan karena adanya pemanjangan basis kranii dan tarikan ke arah
bawah dan ke depan oleh pertumbuhan jaringan lunak yang berdekatan. Regangan
pada sutura seperti yang terjadi pada maksila akan terlihat struktur-struktur
pendukungnya bergeser sebagai stimulus untuk pembentukan tulang baru. Arah
pertumbuhan mandibula hampir sama yaitu terjadi tarikan ke arah bawah dan ke
depan oleh jaringan lunak dimana dia melekat, responsnya berupa pertumbuhan
prosesus kondilaris ke arah atas dan belakang untuk mempertahankan artikulasi
temporomandibula. Jika hal ini terjadi, maka sangat beralasan jika diberikan tekanan
yang melawan gerakan ke arah bawah dan ke depan pada kedua rahang akan
menghambat pertumbuhan, sedangkan penambahan gaya tarikan ke arah bawah dan
ke depan akan menambah pertumbuhan.
Selama perawatan modifikasi pertumbuhan, pergerakan gigi tidak diharapkan karena
tujuan perawatan ini adalah untuk memperbaiki ketidakseimbangan rahang, bukan
menggerakkan gigi geligi untuk mengkamuflase kelainan skeletal. Sehingga gaya
yang diberikan untuk perawatan skeletal ini adalah gaya besar dan intermitten. Gaya
besar dan intermitten lebih sedikit menimbulkan kerusakan dan kurang efektif untuk
menghasilkan pergerakan gigi, mungkin karena rangsangan untuk terjadinya resorbsi
undermining berkurang pada saat gaya besar dihilangkan.
Piranti fungsional digunakan untuk mengoreksi maloklusi dengan memanfaatkan,
menghalangi atau memodifikasi kekuatan yang dihasilkan oleh otot orofasial, erupsi gigi dan
pertumbuhkembangan dentomaksilofasial. Ada juga yang mengatakan bahwa piranti
fungsional dapat berupa piranti lepasan atau cekat yang menggunakan kekuatan yang berasal
dari regangan otot, fasia dan atau jaringan yang lain untuk mengubah relasi skelet dan gigi.
Dengan menggunakan piranti fungsional, diharapkan terjadi perubahan lingkungan
fungsional dalam suatu upaya untuk mempengaruhi dan mengubah relasi rahang secara
permanen. Biasanya piranti fungsional tidak menggunakan pegas sehingga tidak dapat
menggerakkan gigi secara individual. Berikut ini merupakan tipe peranti fungsional.
A. Removable Tooth-Borne Appliance atau Passive Tooth-Borne
Piranti ini bekerjanya hanya tergantung pada jaringan lunak yang menegang serta aktivitas
otot sehingga menghasilkan efek untuk mengoreksi maloklusi. Termasuk dalam tipe ini
adalah :
1. Aktivator
Disebut juga piranti Andresen, desain aktivator yang asli terdiri atas blok akrilik
yang menutupi lengkung geligi atas dan bawah serta palatal, blok ini longgar karena
tidak mempunyai cengkeram. Aktivator dapat memajukan mandibula beberapa
milimeter untuk mengoreksi maloklusi Klas II dan membuka gigitan kira-kira 3-4
mm.
Piranti ini berpengaruh pada pertumbuhan rahang dan piranti yang pasif ini dapat
menggerakkan gigi anterior secara tipping serta mengontrol erupsi gigi-gigi untuk
mengubah dimensi vertikal. Piranti ini memberi kesempatan gigi posterior bawah
tumbuh vertikal sedangkan gigi posterior atas ditahan oleh lempeng akrilik untuk
mengurangi tumpang gigit. Piranti ini dipakai selama 14-16 jam sehari. Berbagai
contoh aktivator seperti terlihat pada gambar:

Gambar: Aktivator

2. Bionator
Kadang-kadang disebut piranti Balters sesuai dengan penemunya. Prinsipnya hampir
seperti aktivator tetapi kurang bulky sehingga lebih disukai. Lempeng bagian palatal
dibuang dan masih terdapat sayap lingual untuk menstimulasi mandibula agar
diposisikan ke anterior serta adanya lempeng akrilik di antara gigi-gigi atas dan
bawah untuk mengontrol dimensi vertikalnya. Pemakaian selama 24 jam sehari sangat
dianjurkan. Seperti yang terlihat pada gambar.
Gambar. Bionator

3. Twin Blok Appliance


Piranti ini terdiri atas piranti atas dan bawah yang pada saat pasien beroklusi
membentuk satu kesatuan di bukal, seperti yang terlihat pada gambar. Serta
mempunyai lempengan yang berfungsi menempatkan mandibula ke depan pada saat
menutup. Twin blok appliance cocok untuk pasien yang mempunyai tumpang gigit
normal atau sedikit berkurang dan dimungkinkan dipakai selama 24 jam setiap hari
bahkan waktu malam tetap bisa dipakai. Pengurangan jarak gigit dapat terjadi dalam
waktu yang tidak terlalu lama.

Gambar. Twin Blok

C. Removable Tissue-Borne
Satu-satunya piranti fungsional tipe removable tissue-borne adalah functional corrector
atau functional regulator ciptaan Rolf Frankel sehingga piranti ini dikenal sebagai piranti
Frankel. Seperti yang terlihat pada gambar. Piranti ini terdiri atas akrilik dengan kerangka
dari kawat, didesain untuk mengurangi gerakan gigi yang tidak diinginkan dan mengatur otot
yang terletak dekat dengan gigi dan menempatkan rahang dalam letak yang dikehendaki.
Sayap akrilik lingual menempatkan mandibula ke depan sedangkan bantalan akrilik di labial
dan sayap akrilik yang lebar di bukal (buccal shield) menahan tekanan dari bibir dan pipi.
Pemakaian piranti Frankel dimulai bertahap 2-3 jam tiap hari pada minggu-minggu pertama,
kemudian dipakai semalaman tiap hari sampai akhirnya selama 24 jam tiap hari kecuali pada
saat makan. Ada empat tipe piranti Frankel :
1. FR I untuk mengoreksi maloklusi Klas I dan Klas II Divisi 1

2. FR II untuk mengoreksi maloklusi Klas II Divisi 2

3. FR III untuk mengoreksi maloklusi Klas III

4. FR IV untuk mengoreksi gigitan terbuka anterior.

Gambar: Piranti Frankel

5. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan analisis perhitungan ruang


pada periode gigi bercampur.

. Analisa Ruang
Analisis ruang sangat diperlukan untuk membandingkan ruangan yang tersedia

dengan ruangan yang dibutuhkan untuk normalnya keteraturan gigi. Adanya ketidakteraturan
atau crowding dapat disebabkan karena kurangnya tempat. Analisis dapat dilakukan dengan
secara langsung menggunakan model study atau menggunakan komputer yang lebih mudah.
Adapun analisis yang dapat dilakukan dengan cara manual ataupun komputer adalah :

A. Menghitung ruang yang tersedia, yaitu dengan mengukur lengkung gigi dari M1 – M1
melalui titik kontak dari gigi posterior dan tepi insisal dari gigi anterior. Terdapat 2 cara,
yaitu :
1. Adanya pembagian lengkung gigi ke dalam segmen-segmen yang kemudian diukur

sebagai garis lurus perkiraan dari lengkung.


2. Membuat garis dari kawat ke garis oklusi yang kemudian dibuat garis lurus untuk
diukur.
B. Penghitungan jumlah dari kebutuhan ruang untuk keteraturan gigi. Caranya dengan

mengukur lebar dari mesiodistal pada gigi dari titik kontak ke titik kontak yang kemudian
dijumahkan (Sulandjari,2008).

Apabila jumlah lebarnya gigi permanen lebih besar dari jumlah ruangan yang tersedia, maka
dapat menyebabkan crowding dikarenakan kurangnya tempat. Apabila sebaliknya, ruang
yang tersedia lebih besar daripada ruangan yang dibutuhkan, maka dapat menyebabkan
terjadinya celah antar gigi dikarenakan kelebihan ruangan (Sulandjari,2008).

Leeway space memiliki peranan penting dalam periode gigi campuran, dimana leeway space
dapat digunakan untuk mengatasi kekurangan ruang pada saat periode tumbuh kembang gigi.
Oklusi pada periode gigi campuran bersifat sementara dan tidak statis, sehingga dapat
menyebabkan resiko berkembangnya maloklusi. Leeway space merupakan ruangan yang ada
karena terdapat perbedaan lebar dari mesiodistal gigi pada pergantian gigi caninus, molar
pertama dan molar kedua desidui yang akan digantikan dengan gigi caninus, premolar
pertama dan premolar kedua permanen. Besarnya Leeway space pada setiap individu sangat
bervariasi. Menurut Nance (1947), besarnya Leeway space pada rahang atas adalah sekitar
0,9 mm pada setiap sisi, dan 1,7 mm pada rahang bawah. Menurut Proffit (1993) besarnya
Leeway space pada rahang atas adalah sekitar 1,5 mm sedangkan rahang bawahnya adalah
sekitar 2,5 mm. Berdasarkan penelitian lainnya menyebutkan untuk rahang adalah adalah
sekitar 1,1 mm dan 2,4 mm untuk rahang bawah (Ulfa,2009).

Pada saat tanggalnya molar kedua desidui, erupsinya molar pertama permanen cenderung
kearah mesial dan memanfaatkan adanya Leeway space. Diperlukan adanya tindakan
Orthodontik agar tidak berkembangnya maloklusi, salah satu yang dapat dilakukan adalah
pemasangan space maintener. Pemasangan space maintener berfungsi untuk menjaga agar
tidak terjadi pergeseran gigi keruang yang kosong sehingga gigi permanen dapat menempati
tempat yang cukup ketika erupsi. Hilangnya atau tanggalnya gigi desidui tidak selalu dapat
dilakukan pemasangan space maintener, terdapat beberapa kondisi yang tidak
memungkinkan, yaitu :

1. Apabila gigi insisiv desidui yang lepas sebelum waktunya, dikarenakan gigi caninus
hampir tidak mengalami pergeseran kearah mesial.

2. Apabila pergeseran gigi ke ruang yang kosong dapat memperbaiki oklusi normal dari

gigi molar pertama permanen.

3. Apabila pergeseran ke ruang yang kosong dapat memperbaiki crowded gigi anterior

(Ulfa,2009).
Pada periode gigi campuran terdapat perbedaan antara ruang yang tersedia

(available space) dan ruangan yang dibutuhkan (required space) untuk gigi caninus dan
premolar yang belum erupsi. Diperlukan adanya analisis ruang pada bidang ortodonsia agar
oklusi normal tetap tejadi dan normalnya pertumbuhan serta perkembangan wajah. Terdapat
3 metode yang biasanya digunakan untuk memperkirakan lebar mesiodistal gigi caninus,
premolar pertama, dan premolar kedua yang belum erupsi, yaitu :

1. Pengukuran menggunakan radiografi untuk gigi yang belum erupsi.


2. Penggunaan persamaan regresi yang menghubungkan lebar mesiodistal gigi yang
telah

erupsi terhadap lebarnya mesiodistal gigi yang belum erupsi (Moyers).

3. Kombinasi pengukuran gigi yang telah erupsi dengan penggunaan radiografi bagi gigi

yang belum erupsi (Ulfa,2009).

Analisa Ruang Metode Moyers

Dasar analisis pada metode Moyers adalah dengan adanya korelasi antara lebar mesiodistal
gigi insisiv permanen rahang bawah terhadap gigi caninus dan premolar yang belum erupsi,
baik untuk rahang atas maupun rahang bawah. Metode Moyers adalah salah satu metode yang
sering digunakan untuk memprediksi gigi caninus dan premolar yang belum erupsi.
Penggunaan gigi insisiv permanen rahang bawah dikarenakan erupsinya yang paling awal,
dan jarang memiliki variasi bentuk dan ukuran jika dibandingkan dengan gigi insisiv rahang
atas, selain itu mudah untuk dukur. Moyers menyarankan dengan penggunaan tabel
probabilitas pada level 75 % yang dijadikan acuan karena dianggap sebagai level yang aman
dari maloklusi, contohnya diastem dan crowded. Pada metode Moyers ini harus diperhatikan
mengenai panjang lengkung dan ukuran dari gigi geliginya.

1. Tujuan Metode Moyers


0. Memperkirakan kemungkinan teraturnya gigi permanen pada ruang yang ada.
1. Memperkirakan derajat kemungkinan besarnya jumlah ruang dalam millimeter
yang

dibutuhkan untuk mencapai teraturnya gigi geligi.

2. Keuntungan Metode Moyers


0. Kesalahan yang dapat dilakukan sangat minimal.
1. Mudah dilakukan
2. Waktu relatif singkat
3. Tidak membutuhkan alat yang khusus
4. Dapat digunakan pada kedua lengkung rahang
5. Dapat dikerjakan didalam mulut ataupun model (Sulandjari,2008).
3. Penggunaan tabel probabilitas Moyers secara umum memiliki cara sebagai berikut :
0. Ukur dengan kapiler dan jumlahkan lebar mesiodistal gigi insisiv pertama dan
kedua rahang bawah.
1. Gunakan jumlah lebar mesiodistal gigi insisiv permanen rahang bawah
tersebut untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi caninus, premolar pertama,
premolar kedua pada rahang atas dan rahang bawah menggunakan tabel
probabilitas level 75 %.
2. Lihat jumlah ruang yang tersedia pada regio gigi caninus premolar dengan
mengukur jarak antara distal insisiv lateral dan mesial molar pertama
permanen.
3. Bandingkanlah jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diperkirakan.

a. Prosedur pengukuran untuk Rahang Bawah


1). Ukur menggunakan jangka sorong lebar mesiodistal tiap gigi insisif rahang

bawah, kemudian jumlahkan.


2). Penentuan besarnya ruangan membutuhkan pengaturan yang tepat, untuk
gigi rahang bawah yang berdesakan, atur alat pengukur sampai memiliki nilai yang sama
dengan jumlah lebar gigi insisif pertama dan kedua. Tempatkan ujung alat pengukur pada
garis median dan ujung lainnya membuat tanda pada sisi yang didekatnya supaya
menunjukkan bagian distal dari insisif kedua dalam keadaan baik. Kemudian lakukan hal
yang sama pada sisi sebelahnya.

3). Ukur ruang yang ada pada setiap lengkung dari gigi caninus, premolar pertama dan kedua.

4). Gunakan daftar probabilitas Moyers untuk rahang bawah dan jumlah lebar dari gigi insisif
yang terletak pada kolom bagian atas, dan lihat lebar jumlah caninus, premolar pertama dan
kedua yang terletak dikolom bagian bawah.

b. Prosedur pengukuran untuk Rahang Atas


Hampir sama dengan rahang bawah, tetapi harus diperhatikan tempat untuk overjetnya,
terutama untuk gigi anterior rahang atas dikarenakan kecilnya tempat overjet (Ulfa,2009).
Metode lainnya
Dalam menganalisa gigi campuran, terdapat berbagai metode yang dapat dilakukan,
diantaranya adalah :

1. Metode Nance

Terdapat hubungan antara jumlah mesiodistal gigi desidui dengan gigi permanen.
Tujuan metode ini untuk mengetahui apakah gigi permanen yang akan erupsi
memiliki cukup ruang, kelebihan ruang atau kekurangan ruang. Gigi yang dapat
dipakai untuk metode ini adalah gigi caninus, molar pertama dan kedua desidui yang
akan digantikan dengan gigi caninus, premolar pertama dan kedua permanen. Leeway
space untuk rahang atas adalah 0,9 mm dan untuk rahang bawah adalah 1,7 mm
(Sulandjari,2008).

2. MetodeHuckaba
Tujuan metode ini adalah untuk mengkompensasi dikarenakan adanya

pembesaran bayangan gigi pada rontgen foto. Adapun rumus yang dapat digunakan :
x=y
x’ y’
dimana :

y’ = lebarnya gigi desidui yang diukur pada x-ray foto.

x’ = lebarnya gigi permanen pada x-ray film.


y = lebar gigi desidui yang diukur pada studi model ataupun didalam mulut pasien. x
= lebar gigi permanen yang belum erupsi (Mokhtar,2002).

C. Metode Johnson dan Tanaka


Tujuan dari metode ini adalah untuk menganalisis lebar dari lengkung gigi. Metode ini
merupakan variasi dari metode Moyers (Mokhtar,2002).

Penerapan terhadap Model Study


Fase gigi campuran merupakan adanya gigi desidui dan gigi permanen secara

bersama-sama di dalam rongga mulut. Adanya dua tingkatan fase, yaitu pada saat erupsinya
molar pertama permanen sekitar umur 6-7 tahun dan adanya pergantian gigi caninus, molar
pertama dan kedua desidui pada umur 9-11 tahun (Vander,1984).

1. Prosedur kerja
0. Ukur dan jumlahkan lebar mesiodistal keempat gigi insisif permanen rahang
atas dan bawah pada model study.
1. Prediksikan jumlah mesiodistal gigi caninus, premolar pertama dan kedua
dengan menggunakan tabel probabilitas Moyers.
2. Ukurlah ruang yang ada pada region caninus premolar dari distal insisif
lateralis sampai pada mesial molar pertama permanen.
3. Bandingkan ruang yang ada dengan ruang yang diperkirakan pada tabel
probabilitas Moyers (Ulfa,2009).

Analisis Tanaka-Johnston
Tanaka-Johnston pertama kali memperkenalkan analisisnya pada tahun 1974. Analisis
Tanaka-Johnston merupakan pengembangan dari perhitungan regresi Moyers untuk
memprediksi lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar pertama, dan premolar kedua
permanen yang akan erupsi. Analisis Tanaka-Johnston dikembangkan dari 506 sampel yang
berasal dari keturanan Eropa Utara. Analisis Tanaka-Johnston memiliki koefisien korelasi
sebesar 0,63 untuk maksilla dan 0,65 untuk mandibula. Sedangkan standard error of estimate
yang dimiliki adalah 0,86 mm untuk gigi rahang atas dan 0,85 mm untuk gigi rahang bawah.
Analisis ini tidak membutuhkan foto radiografi maupun tabel sehingga mudah dihafal dan
praktis digunakan. Analisis ini menggunakan lebar mesiodistal keempat gigi insisivus
mandibula dalam perhitungannya. Dalam analisis Tanaka-Johnston, setengah dari jumlah
lebar mesiodistal keempat gigi insisivus mandibula dihitung. Kemudian ditambahkan 10,5
mm untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi
pada mandibula dalam satu kuadran. Pada maksila rumus ditambahkan 11,0 mm untuk
memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar pada maksila dalam satu
kuadran. Setelah itu, jumlah lebar gigi pada seluruh rahang dijumlahkan dan dibandingkan
dengan ruang yang tersedia pada rahang (space available).5,8-10,27,29
Rumus analisis Tanaka-Johnston dapat dilihat pada rumus di bawah ini.
Rumus :
• Perkiraan Lebar Mesiodistal Kaninus dan Premolar Permanen Mandibula dalam satu
kuadran
lebar mesiodistal keempat insisivus mandibula : 2 dan di tambah 10,5 mm
• Perkiraan Lebar Mesiodistal Kaninus dan Premolar Permanen Maksila dalam satu
kuadran lebar mesiodistal keempat insisivus mandibula : 2 dan di tambah 11,0 mm.
6. Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan jenis piranti pada perawatan
gigi bercampur.

Piranti Ortodonsia Lepas


Piranti yang cara pemakaiannya dapat dilakukan oleh pasien sendiri Bagian-Bagian Piranti
Ortodonsia Lepas
Komponen aktif
- Pegas
Labial Bow
Sekrup
Elastik
Komponen retentif
Pelat basis
Pegas
Kawat tahan karat
Diameter 0.5 - 0.8 mm

Berbagai macam yaitu :


 Pegas jari / finger spring
 Pegas sederhana/ simple spring
 Pegas T
 Bukal push spring
 Bukal retraktor spring
 Lingual spring
 Self suporting spring
 Paddle spring Pegas Jari

a) PROXIMAL SPRING = INTERDENTAL SPRING = PALATAL FINGER SPRING


= FINGER SPRING =CANTILEVERED SPRING
FUNGSI : MENARIK GIGI KE MESIAL / DISTAL
DIAMETER : 0.5 - 0.6 MM
PANJANG : + 1.75 CM
UNTUK MEMPERPANJANG KAWAT DAPAT DITAMBAH COIL  3-4
MM

b) Pegas T
FUNGSI : MENGGERAKKAN GIGI MOLAR, PREMOLAR DAN
CANINUS KE bukal
DIAMETER : 0.5 MM
Bumpher Spring FUNGSI : MENGGERAKKAN GIGI POSTERIOR KE
BUKAL DIAMETER : 0.6 MM

c) Bukal Retraktor Spring


FUNGSI : MENARIK KANINUS KE
DISTAL
DIAMETER : 0.7 MM
BENTUK : U LOOP, V LOOP

d) Bukal Push Spring


FUNGSI : MENOLAK PREMOLAR KE
LINGUAL
DIAMETER : 0.7 MM

e) Lingual Spring
FUNGSI : MENOLAK GIGI TERAKHIR
( MOLAR ) KE BUKAL DIAMETER : 0.8 MM

f) Labial Bow
FUNGSI :
AKTIF : MENARIK GIGI ANTERIOR ke palatal
PASIF : MEMPERTAHANKAN LENGKUNG RAHANG DAN SEBAGAI
RETENSI
DIAMETER : AKTIF : 0.7 MM PASIF : 0.8 MM

Daftar Pustaka
 Vegesna, et.al., 2014. Occlusal Characteristics and Spacing in Primary Dentition: A
Gender Comparative Cross-Sectional Study. Hindawi Publishing Corporation
International Scholarly Research Notices Volume 2014, Article ID 512680, 7 pages
http://dx.doi.org/10.1155/2014/512680
 Chandranee KN, Chandranee NJ, Nagpal D, Lamba G, Choudhari P, Hotwani K.
Modified angle's classification for primary dentition. Contemp Clin Dent 2017;8:617-
20.
 Aztecortholab. 2002. Space regainer and space regainer laboratory.retrived at
http://www.aztecortholab.com/appliances.htm
 Cameron C Angus and Richard P Widmer.2003. Handbook of Pediatric Dentistry Second
Edition. Mosby Elsevier. China.
 Omar A. Bawazir. 2009. Evaluation of Space Mainteiners Febricated by Dental Students : A
Retrospective Study. Pakistan Oral & Dental Journal Vol 29, No. 2 (December 2009)

 Yuniasih EN, Soenawan H, 2006.Menghilangkan kebiasaan menghisap bibir dengan


alat bumper. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Edisi Khusus KPPIKG
XIV.
 Trasti. 2007. Pertumbuhan dan pekembangan orokraniofacial yang normal.
FakultasKedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai