Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN TUTORIAL

MODUL 3 BLOK 17
PERAWATAN MALOKLUSI

Tutor:
drg. Hidayati, M.K.M.
-Insisivus 4-
Ketua : Hashfi Khallis Abdullah (1911412027)
Sekretaris papan : Hanafitri Hanifah (1911411004)
Sekretaris meja : Hafiza Salsabila S (1911411019)
Anggota : Puti Aquira Saida (1911411012)
Farras Putri Friandeka (1911412003)
Bobby (1911412005)
Fitty Novrida Akmal (1911412008)
Rifdol Oversi Putra (1911412021)
Razanah Mudia (1911413018)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2022
MODUL 3
PERAWATAN PADA PERIODE GIGI BERCAMPUR

Skenario 3:
“Parahnya gigi anakku”

Seorang ibu membawa anaknya Raffi usia 10 tahun ke dokter gigi spesialis untuk
konsultasi keadaan gigi anaknya yang tidak normal. Ibunya menjelaskan sering melihat
mulut anaknya terbuka.
Pemeriksaan intra oral menunjukkan gigi anterior maksila protrusive, jarak gigit 8,5
mm, tumpang gigit 4 mm, gingivitis marginalis anterior, crossbite gigi posterior.
Relasi molar menunjukkan tonjol mesio bukal molar satu atas terletak antara mesio
bukal molar satu bawah dan tepi distal tonjol bukal premolar dua bawah. Dari hasil analisa
sefalometri didapatkan hubungan skeletal kelas II.
Dokter gigi spesialis ortodonti menganjurkan perawatan interseptif modifikasi
pertumbuhan dengan peranti myofungsional aktivator.
Bagaimana saudara menjelaskan kasus Raffi diatas?

Langkah 1. Mengklarifikasi Terminologi yang Tidak Diketahui dan Mendefinisikan


Hal-hal yang Dapat Menimbulkan Kesalahan Interpretasi

1. Periode Gigi Bercampur


 Masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan saat tumbuhnya gigi tetap dan
merupakan usia yang dianggap rawan dan penentu.
2. Gingivitis Marginalis
 Peradangan gusi pada daerah margin yang ditandai perubahan warna bentuk dan
ukuran gusi, banyak terjadi pada anak.
3. Hubungan Skeletal Klas II
 Hubungan rahang atas lebih ke anterior dari rahang bawah.
4. Piranti Myofungsional Aktivator
 Piranti dalam rangka perawatan disfungsi wajah dan mulut dalam rangka perawatan
interseptif, piranti ini efektif pada anak berkembang dan belum melewati pubertal
growth spurt.
5. Modifikasi Pertumbuhan
 Perawatan yang mengoptimalkan potensi pertumbuhan seseorang untuk
mengarahkan pertumbuhan lebih harmonis.
6. Perawatan Interseptif
 Dilakukan pada anak umur 10-12 tahun, efektif untuk mengurangi keparahan
maloklusi yang disertai dengan kebiasaan buruk.

Langkah 2. Menentukan Rumusan Masalah

1. Apa indikasi perawatan gigi bercampur?


2. Perawatan ortodonti apa saja yang bisa diberikan pada periode gigi bercampur?
3. Apa etiologi pada kasus maloklusi pada periode gigi bercampur?
4. Bagaimana analisa perhitungan ruang pada gigi bercampur?
5. Bagaimana cara mendapatkan kebutuhan ruang?
6. Berdasarkan pemeriksaan intra oral, apakah ada kebiasaan buruk yang menjadi
etiologi maloklusi? Bagaimana patofisiologis dan penatalaksanaannya?
7. Apa hubungan mulut pasien yang terbuka dengan gigi protrusif?
8. Apa hubungan gingivitis marginalis dengan maloklusi pasien?
9. Apa perawatan untuk gingivitis marginalis pada anak?
10. Apa perbedaan analisa sefalometri pada anak dan dewasa?
11. Apa saja hubungan relasi molar pada periode gigi bercampur?
12. Apa saja yang termasuk pada perawatan modifikasi pertumbuhan?
13. Apa indikasi dan kontraindikasi myofungsional aktivator?
14. Apa saja jenis piranti untuk perawatan ortodonti interseptif dan preventif?
15. Apa kerugian keuntungan myofungsional aktivator?
16. Apa saja jenis sekrup ekspansi untuk crossbite posterior?

Langkah 3. Menganalisa Masalah Melalui Brain Storming Menggunakan Prior


Knowledge

1. Apa indikasi perawatan gigi bercampur?


 Maloklusi.
 Pasien usia 6-13 tahun.
 Pasien kooperatif.
 Adanya premature loss pada pasien.
 Adanya bad habit yang menjadi etiologi.
 Menjaga ruangan agar ada ruang yang cukup untuk tumbuhnya gigi permanen
secara keseluruhan.
 Jika ada kekurangan ruang saat menganalisis ruang pada periode gigi bercampur.
2. Perawatan ortodonti apa saja yang bisa diberikan pada periode gigi bercampur?
 Preventif untuk gigi hilang dini, contoh: space maintainer.
 Interseptif untuk gigi hilang dini ruang menyempit, contoh: space regainer.
 Preventif untuk pencegahan.
 Korektif apabila penyakit lebih lanjut.
 Rehabilitatif.
3. Apa etiologi pada kasus maloklusi pada periode gigi bercampur?
 Bad habit (menggigit jari, menjulurkan lidah, dan mouth breath).
 Premature loss.
 Erupsi gigi permanen.
4. Bagaimana analisa perhitungan ruang pada gigi bercampur?
 Metode Moyers: perkiraan ukuran gigi menggunakan tabel probabilitas.
 Metode Nance.
 Metode Huckaba.
 Metode Sitepu.
 Metode Johnson.
 Metode Tanaka.
5. Bagaimana cara mendapatkan kebutuhan ruang?
 Grinding/slicing/stripping pada gigi-gigi anterior.
 Melebarkan (ekspansi) perimeter lengkung gigi.
 Kombinasi antara ekspansi lengkung gigi dan grinding gigi-gigi anterior.
 Pencabutan satu atau beberapa gigi.
6. Berdasarkan pemeriksaan intra oral, apakah ada kebiasaan buruk yang menjadi
etiologi maloklusi? Bagaimana patofisiologis dan penatalaksanaannya?
 Kebiasaan buruk bernafas melalui mulut bisa menyebabkan pipi menekan gigi-
geligi sehingga RA tertekan ke dalam dan menjadi sempit lalu terjadilah crossbite
serta gingivitis marginalis karena kebiasaan buruk mengubah gusi menjadi kering.
 Penatalaksanaan: sekrup ekspansi untuk RA.
7. Apa hubungan mulut pasien yang terbuka dengan gigi protrusif?
 Jika mulut terlalu sering terbuka, aliran pernapasan pun terganggu sehingga anak
mengalami masalah pertumbuhan gusi dan dapat memicu gingivitis marginalis.
Selain itu, udara yang terjebak di dalam mulut akan mendorong gigi kedepan untuk
bertukar dengan udara di luarnya. Lama kelamaan jika jadi kebiasaan akan memicu
gigi anak menjadi maju ke depan atau protrusif.
8. Apa hubungan gingivitis marginalis dengan maloklusi pasien?
 Gingivitis marginalis adalah dampak dari salah satu etiologi maloklusi pada pasien
yaitu mouth breathing, dimana bad habit memberi efek pada gingiva yaitu
pembasahan dan pengeringan yang terus menerus sehingga menyebabkan iritasi
dan saliva di sekitar gingiva yang terekspos cenderung mengumpulkan debris yang
mengakibatkan peningkatan populasi bakteri sehingga akan terjadi radang pada
gingiva (gingivitis marginalis).
9. Apa perawatan untuk gingivitis marginalis pada anak?
 Menghilangkan faktor lokal.
 Instruksi pasien mengenai diet anak.
 Instruksi pasien untuk menjaga oral health.
 Profilaksis.
 Edukasi dan menghilangkan kebiasaan buruk yang menjadi etiologi.
10. Apa perbedaan analisa sefalometri pada anak dan dewasa?
 Struktur skeletal sering diidentifikasi lebih rendah pada anak-anak daripada orang
dewasa yang biasanya disebabkan oleh struktur obsecures dari orang dewasa.
11. Apa saja hubungan relasi molar pada periode gigi bercampur?
 Neutroklusi.
 Mesioklusi.
 Distoklusi.
 Cusp to cusp.
12. Apa saja yang termasuk pada perawatan modifikasi pertumbuhan?
 Perawatan menggunakan myofungsional aktivator.
13. Apa indikasi dan kontraindikasi myofungsional aktivator?
 Indikasi:
1) Kooperatif.
2) Harus menggunakan alat sesuai instruksi dokter.
3) Adanya perkembangan RA normal.
4) Ketinggian wajah normal atau sedikit menurun.
5) Gigi insisif RA yang sedikit protrusif.
6) Gigi insisif mandibula yang sedikit retrusif.
7) Pertumbuhan mandibula yang aktif kedepan.
 Kontraindikasi:
1) Pasien yang tidak kooperatif dalam menjalankan perawatan.
2) Ketika melewati masa pertumbuhan mandibular aktif, piranti myofungsional
tidak lagi berfungsi dengan efektif.
14. Apa saja jenis piranti untuk perawatan ortodonti interseptif dan preventif?
 Interseptif: space regainer, rapid maxillary expansion (RME).
 Preventif: space maintainer.

15. Apa keuntungan dan kerugian myofungsional aktivator?


 Keuntungan:
1) Ortodonti pada awal sampai akhir periode gigi bercampur.
2) Estetik.
3) Tidak mengganggu oral hygiene.
4) Jaringan lunak tidak mudah terluka.
5) Membantu menghilangkan bad habit.
6) Dapat merangsang pertumbuhan mandibula anteroposterior lebih besar dari
seharusnya.
7) Dapat remodelling fossa glenoid ke bawah dan ke depan yang berefek terhadap
koreksi kerangka dan juga piranti myofungsional biasanya menyebabkan
beberapa retraksi gigi insisivus rahang atas ke posisi normal.
 Kekurangan:
1) Memberikan efek langsung pada gigi posterior dan anterior mandibula.
2) Keberhasilan perawatan tergantung kepatuhan pasien.
3) Pemakaian terbatas hanya kelainan tertentu saja.
4) Mendorong erupsi diferensial yang dapat menyebabkan maloklusi.
5) Masih ada ketidakpastian apakah percepatan pertumbuhan mandibula yang
terjadi hanya sementara atau dalam jangka waktu yang panjang.
16. Apa saja jenis sekrup ekspansi untuk crossbite posterior?
 Sekrup ekspansi 3-D:
1) 3-D Steiner.
2) 3-D Bertoni.

Langkah 4. Membuat Skema atau Komponen-komponen Permasalahan dan Mencari


Kolerasi dan Interaksi antar Masing-masing Komponen Untuk Mencari Solusi
Secara Integrasi
Laki-laki (10 tahun)

Keluhan: gigi tidak


normal dan mulut
sering terbuka

Pemeriksaan

Intra oral: anterior Analisis sefalometri:


maksila protrusive, Relasi molar: mesiooklusi kelas 2 skeletal
jarak gigit 8,5 mm,
tumpang gigit 4 mm,
gingivitis marginalis Maloklusi pada anak
anterior, crossbite gigi
posterior
Perawatan pada periode Rencana perawatan:
gigi bercampur (preventif perawatan interseptif
dan interseptif)

Analisis ruang periode Perawatan modifikasi Piranti ortodonti, jenis-


gigi bercampur pertumbuhan jenis sekrup ekspansi &
aplikasinya
Jenis kebiasaan buruk,
patofisiologi, dan
Perawatan penatalaksanaan
maloklusi pada
anak

Langkah 5. Memformulasikan Learning Objective (LO)

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisis perhitungan ruang


pada periode gigi bercampur.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan maloklusi pada
anak.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang orthodontic preventive dan
interseptif.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan modifikasi
pertumbuhan.
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang jenis kebiasaan buruk,
patofisiologi dan penatalaksanaannya.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang piranti ortodonti, sekrup
ekspansi dan aplikasinya.

Langkah 6. Mengumpulkan Informasi di Perpustakaan, Internet, dan lain-lain

Langkah 7. Uji Learning Objective (LO)


1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisis perhitungan ruang
pada periode gigi bercampur.
Analisa Kebutuhan Ruang
Faktor pertimbangan analisa kebutuhan ruang yaitu:
A. Letak benih dan waktu erupsi.
B. Besar lengkung rahang.
C. Besar (ukuran) gigi geligi.
D. Usia pasien.
E. Jenis kelamin.
F. Ras atau suku.
G. Analisis model studi.
Tujuan prosedur analisa kebutuhan ruang yaitu:
A. Untuk menentukan rencana perawatan dimana terdapat masalah kekurangan.
B. Untuk memutuskan apakah akan dilakukan pencabutan atau memperluas lengkung
gigi / ekspansi.
C. Untuk mengetahui perbedaan ukuran gigi antara mandibula dan maxilla.
D. Untuk membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan overjet yang
terjadi.
E. Untuk mengidentifikasi oklusi yang tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.
Metode-metode yang biasa digunakan untuk analisa kebutuhan ruang yaitu sbb.
A. Metode Moyers
Dasar analisis pada metode Moyers adalah dengan adanya korelasi antara lebar
mesiodistal gigi insisiv permanen rahang bawah terhadap gigi caninus dan premolar
yang belum erupsi, baik untuk rahang atas maupun rahang bawah. Metode Moyers
adalah salah satu metode yang sering digunakan untuk memprediksi gigi caninus dan
premolar yang belum erupsi. Penggunaan gigi insisiv permanen rahang bawah
dikarenakan erupsinya yang paling awal, dan jarang memiliki variasi bentuk dan
ukuran jika dibandingkan dengan gigi insisiv rahang atas, selain itu mudah untuk
dukur. Moyers menyarankan dengan penggunaan tabel probabilitas pada level 75%
yang dijadikan acuan karena dianggap sebagai level yang aman dari maloklusi,
contohnya diastem dan crowded. Pada metode Moyers ini harus diperhatikan
mengenai panjang lengkung dan ukuran dari gigi geliginya.
Tujuan metode Moyers yaitu:
 Memperkirakan kemungkinan teraturnya gigi permanen pada ruang yang ada..
 Memperkirakan derajat kemungkinan besarnya jumlah ruang dalam millimeter
yang dibutuhkan untuk mencapai teraturnya gigi geligi.
Keuntungan metode Moyers antara lain sbb.
 Kesalahan yang dapat dilakukan sangat minimal.
 Mudah dilakukan.
 Waktu relatif singkat.
 Tidak membutuhkan alat yang khusus.
 Dapat digunakan pada kedua lengkung rahang.
 Dapat dikerjakan didalam mulut ataupun model.
 Dapat dilaksanakan oleh pemula karena tidak memerlukan keahlian khusus.
Kerugian: tidak bisa untuk semua ras.
Penggunaan tabel probabilitas Moyers secara umum memiliki cara sebagai berikut:
 Ukur dengan kapiler dan jumlahkan lebar mesiodistal gigi insisiv pertama dan
kedua rahang bawah.
 Gunakan jumlah lebar mesiodistal gigi insisiv permanen rahang bawah tersebut
untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi caninus, premolar pertama, premolar
kedua pada rahang atas dan rahang bawah menggunakan tabel probabilitas level
75%.
 Lihat jumlah ruang yang tersedia pada regio gigi caninus premolar dengan
mengukur jarak antara distal insisiv lateral dan mesial molar pertama permanen.
 Bandingkanlah jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang diperkirakan.
Prosedur pengukuran untuk rahang bawah:
 Ukur menggunakan jangka sorong lebar mesiodistal tiap gigi insisif rahang
bawah, kemudian jumlahkan.
 Penentuan besarnya ruangan membutuhkan pengaturan yang tepat, untuk gigi
rahang bawah yang berdesakan, atur alat pengukur sampai memiliki nilai yang
sama dengan jumlah lebar gigi insisif pertama dan kedua. Tempatkan ujung alat
pengukur pada garis median dan ujung lainnya membuat tanda pada sisi yang
didekatnya supaya menunjukkan bagian distal dari insisif kedua dalam keadaan
baik. Kemudian lakukan hal yang sama pada sisi sebelahnya.
 Ukur ruang yang ada pada setiap lengkung dari gigi caninus, premolar pertama
dan kedua.
 Gunakan daftar probabilitas Moyers untuk rahang bawah dan jumlah lebar dari
gigi insisif yang terletak pada kolom bagian atas, dan lihat lebar jumlah caninus,
premolar pertama dan kedua yang terletak dikolom bagian bawah.
Prosedur pengukuran untuk rahang atas hampir sama dengan rahang bawah, tetapi
harus diperhatikan tempat untuk overjetnya, terutama untuk gigi anterior rahang atas
dikarenakan kecilnya tempat overjet.

B. Metode Radiografi Nance


Metode Radiografi Nance (1947), adalah orang pertama yang menggunakan metode
radiografi dalam menentukan perbedaan antara lebar mesiodistal gigi kaninus, molar
satu, dan molar dua desidui dengan kaninus, premolar satu, dan premolar dua
permanen yang belum erupsi. Namun, dengan berbagai kekurangan radiografi seperti
kemungkinan terjadinya distorsi, elongasi, maupun kesalahan teknik dalam
pengambilan gambar, metode ini dianggap kurang efektif. Beberapa tahun
kemudian, Huckaba mengembangkan akurasi dari metode radiografi. Huckaba
menyatakan bahwa perbandingan tingkat pembesaran gigi desidui pada film dan gigi
secara klinis sama dengan perbandingan tingkat pembesaran gigi permanen pada
film dan gigi permanen yang akan menggantikan gigi desidui.
Keuntungan:
 Dapat digunakan untuk fase geligi pergantian karena lengkung yang digunakan
dapat diukur dengan brushwire meskipun kondisi rahang sedang dalam fase
perkembangan.
 Metode ini dapat digunakan pada kondisi rahang yang telah tumbuh sempurna
karena fase gigi permanen telah tumbuh sempurna.

C. Penggunaan Metode Huckaba dalam Memprediksi Ukuran Mesiodistal Gigi Kaninus


dan Premolar Permanen
Banyaknya kemungkinan elongasi dan pemendekan dari hasil radiografi. Huckaba
mengembangkan metode analisis ruang pada masa gigi bercampur. Huckaba
menyatakan bahwa perbandingan tingkat pembesaran gigi desidui pada film dan gigi
secara klinis sama dengan perbandingan tingkat pembesaran gigi permanen pada
film dan gigi permanen yang akan menggantikan gigi desidui.
Dengan demikian, untuk mengurangi kemungkinan elongasi dan pemendekan hasil
radiografi, digunakan rumus berikut:

D. Metode Kombinasi / Gabungan


Metode ini menggabungkan teknik radiografi dan teknik perhitungan padamodel
dalam memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar yangakan
erupsi pada kedua rahang. Metode ini merupakan metode yang paling akurat karena
menggabungkan keuntungan dari metode radiografi dan metode rumus prediksi
untuk meningkatkan daya prediktibilitas.
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Hixon dan Oldfather (1958). Kemudian
Staley memodifikasi metode ini sehingga standard error of estimate dapatditurunkan
menjadi 0,44 dan koefisien korelasinya meningkat menjadi 0,92.
Cara menggunakan analisis Hixon dan Oldfather adalah sebagai berikut:
 Lebar mesiodistal gigi insisivus sentralis dan gigi insisivus lateralis pada satu
kuadran diukur pada model studi.
 Dilakukan pengukuran secara langsung lebar mahkota gigi premolar pertama
dan kedua yang belum erupsi pada foto radiografi.
 Jumlahkan hasil pengukuran pada model studi dan foto radiografi.
 Lihat pada grafik prediksi untuk menentukan gigi kaninus, premolar pertama,
dan premolar kedua yang belum erupsi.

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan maloklusi pada


anak.
Perawatan Preventif
A. Space Maintainer
Space maintainer adalah piranti yang digunakan untuk menjaga ruang akibat
kehilangan dini gigi sulung (premature loss), alat ini dipasang diantara dua gigi.
Kehilangan dini gigi sulung mengakibatkan terjadinya gangguan pada erupsi gigi
permanen jika didapatkan kekurangan lengkung rahang. Gigi geligi tetap akan erupsi
dari lengkung rahang sehingga terjadi gigi berjejal atau maloklusi.
 Fungsi Space Maintainer
a. Mencegah pergeseran dari gigi ke ruang yang terjadi akibat pencabutan dini
b. Mencegah ekstrusi gigi antagonis dari gigi yang dicabut dini.
c. Memperbaiki fungsi pengunyahan, fungsi estetika, serta fungsi bicara akibat
pencabutan dini.
 Syarat-Syarat Pembuatan Space Maintainer
a. Dapat mempertahankan jarak mesio-distal.
b. Tidak terganggunya erupsi gigi antagonis maupun erupsi gigi permanen.
c. Tersedia ruang mesio-distal yang cukup untuk erupsi gigi permanen pengganti.
d. Tidak mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, serta pergerakan mandibula.
 Indikasi dan Kontra Indikasi Space Maintainer
Indikasi pemakaian space maintainer, yaitu:
a. Kehilangan gigi molar pertama sulung sejak dini.
b. Kehilangan gigi molar kedun sulung sejak dini.
c. Kehilangan gigi sulung anterior sejak dini .
d. Kehilangan gigi secara kongenital.
e. Menghindari gigi ekstrusi dari gigi antagonis.
f. Memperbaiki fisiologi pengunyahan dan mengembalikan kesehatan gigi yang
normal.
g. Jika ada kebiasaan yang buruk dari anak, seperti menempatkan lidah di tempat
yang kosong atau menghisap bibir.
Kontra indikasi pemakaian space maintainer, yaitu:
a. Bila tidak ada tulang alveolar yang menutupi mahkota gigi yang akan erupsi
atau gigi tersebut akan crupsi sehingga tidak diperlukan space maintainer.
b. Bila ruangan yang ditingalkan gigi susu yang mengalami kehilangan dini lebih
besar dari mesio-distal yang diperlukan untuk erupsi gigi penggantinya.
c. Gigi permanen penggantinya tidak ada.
d. Alergi terhadap bahan yang digunakan untuk alat space maintainer.
e. Kerjasama orang tua dan anak tidak baik.
f. Pasien dengan oral hygiene yang buruk dan kurang motivasi.
 Klasifikasi Space Maintainer
Space maintainer secara umum dikelompokkan menjadi dua katagori, yaitu
lepasan dan cekat. Space maintainer lepasan digunakan untuk periode yang relatif
singkat, biasanya sampai 1 tahun, sedangkan space maintainer cekat dapat untuk
waktu yang lebih panjang, biasanya sampai 2 tahun.
a. Space Maintainer Lepasan
Space maintainer lepasan digunakan khusus jika terdapat kehilangan lebih dari
satu gigi didalam satu kuadran. Piranti lepasan sering menjadi satu-satunya
pilihan karena tidak adanya gigi penyangga yang sesuai untuk piranti cekat,
dapat ditambahkan gigi artifisial untuk mengembalikan fungsi kunyah dan
estetik. Piranti ini dapat digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah
yang telah kehilangan gigi bilateral lebih dari satu, juga dapat digunakan pada
kasus tanggalnya gigi malar kedua sulung sebelum erupsi molar pertama
permanen.
Kelebihan space maintainer lepasan ialah:
1) Memiliki konstruksi yang sederhana
2) Pergerakan fungsionalnya baik
3) Biaya relatif murah.
Kekurangan space maintainer lepasan ialah piranti space maintainer lepasan
tidak dianjurkan untuk pasien anak yang mempunyai masalah karies dan
kebersihan mulut yang buruk karena space maintainer yang jarang dibersihkan
dapat menyebabkan iritasi pada jaringan mulut.
Klasifikasi space maintainer lepasan ialah:
1) Kelas 1: unilateral maxilarry posterior.
2) Kelas 2: unilateral mandibular posterior.
3) Kelas 3: bilateral maxilarry posterior.
4) Kelas 4: bilateral mandibular posterior..
5) Kelas 5: bilateral maxilarry anteriorposterior.
6) Kelas 6: bilateral mandibular anterior posterior.
7) Kelas 7: telah kehilangan satu atau lebih geligi anterior sulung.
8) Kelas 8: semua gigi sulung hilang.

b. Space Maintainer Cekat


Jenis space maintainer cekat yang sering digunakan dalam klinik, yaitu
bandloop, crown-loop, distal shoe, dan lingual arch. Tipe-tipe penggunaannya
yaitu:
1) Untuk kehilangan satu gigi: band and loop space maintainer, distal shoe
space maintainer, acrylic plate space maintainer.

Band and loop space maintainer.


Crown and loop.

Distal shoe.

2) Untuk kehilangan banyak gigi: lingual arch space maintainer, Nance space
maintainer, transpalatal space maintainer, partial denture space maintainer

Lingual arch.

Lingual arch pasif.

Nance space maintainer.


B. Space Regainer
Space regainer adalah alat aktif yang digunakan untuk memperoleh kembali ruangan
yang telah menyempit pada lengkung gigi. Fungsi space regainer tidak menciptakan
ruangan yang baru tapi untuk mendapatkan kembali ruangan yang pernah ada akibat
shifting/drifting gigi yang telah mengalami penyempitan oleh beberapa sebab, seperti
premature loss, menegakkan kembali gigi permanen yang miring dan maloklusi
kelas I tipe 5 (neutroklusi dengan mesial drifting).
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan space regainer apakah terdapat
ruangan yang cukup untuk gigi dalam keadaan posisi tegak, dalam perawatan ortho
khususnya dengan space regainer gigi harus diputar, diluruskan atau digeser,
terdapat interferensi oklusal antara gigi RA dan RB, bentuk akar dari gigi yang akan
dirawat ortho normal atau bengkok dan adanya kelainan jaringan periodontal.
Menurut Moyers, RS (1991), indikasi dari space regainer adalah sbb.
 Terjadi prematur loss pada gigi sulung molar pertama dan kedua pada maxilla /
mandibular.
 Adanya erupsi ektopik dari molar pertama gigi permanen.
 Adanya satu atau lebih dari gigi sulung yang hilang sebelum waktunya.
 Kehilangan tempat pada lengkung gigi akibat bergesernya ke mesial dari gigi
molar pertama permanen, ini untuk maloklusi kelas I tipe 5.
Adapun kontra indikasi untuk space regainer adalah sbb.
 Bila jarak untuk erupsi gigi permanen sudah cukup.
 Tidak memperlihatkan adanya tanda-tanda penutupan tempat gigi permanen.
 Panjangnya lengkung gigi tidak memadai.
 Jika pemasangan space regainer akan memperparah maloklusi yang sudah ada.
 Pada kasus overbite, kelas I tipe 3 dan maloklusi kelas III.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pembuatan space
regainer yaitu:
 Cukupnya jarak yang dibutuhkan untuk erupsi gigi permanen secara normal.
 Pergerakkan gigi yang dibutuhkan (rotasi, miring, tipping, bodily).
 Apakah adanya gangguan oklusi dari gigi-gigi yang berlawanan.
 Bentuk gigi dan akar gigi yang akan digeser.
Ada dua tipe space regainer, yaitu fixed space regainer dan removable space
regainer. Fixed space regainer adalah suatu alat yang tidak bisa dibuka oleh pasien
dan dapat memindahkan gigi permanen yang bergeser ke dalam posisinya dalam
lengkung gigi. Sedangkan removable space regainer adalah alat yang dapat dipasang
dan dilepas oleh pasiennya sendiri.
Removable space regainer selalu bilateral. Komponen-komponennya seperti partial
denture yaitu acrylic major connector, C-clasp/adam clasp, lingual arch, oklusal
rest atau direct bonded buttons.
Adapun keuntungan dan kerugian dari fixed space regainer dan removable space
regainer, yaitu sbb.
 Keuntungan Removable Space Regainer
a. Chair side time lebih cepat.
b. Mudah dibersihkan dan pemeliharaan oral hygine yang baik.
c. Harus kontrol karies supaya kemungkinan karies lebih sedikit.
d. Dapat digunakan bersamaan dengan prosedur preventif yang lain.
e. Tidak memerlukan persiapan dari gigi yang berdekatan.
 Kerugian Removable Space Regainer
a. Kemungkinan pasien tidak memakai alatnya.
b. Lebih mudah rusak.
c. Hambatan pada pertumbuhan lateral dari rahang karena adanya clasp.
d. Terjadinya iritasi dan ulserasi dari jaringan lunak.
e. Alat dapat hilang.
f. Memerlukan kerjasama yang baik dari pasien.
g. Hanya menimbulkan gerakkan tipping.
 Keuntungan Fixed Space Regainer
a. Hanya membutuhkan kerjasama pasien yang sedikit.
b. Tidak mudah rusak atau mudah diganti pada bentuk yang stabil dan mudah
dimanipulasi.
c. Tekanan yang digunakan dapat diatur.
d. Tidak mudah hilang.
e. Progress dari terapi lebih cepat.
f. Dapat menimbulkan gerakan drifting (geser).
g. Dianjurkan untuk terapi rotasi gigi.
 Kerugian Fixed Space Regainer
a. Mahal.
b. Sulit dibersihkan sehingga risiko karies lebih tinggi.
c. Sulit diperbaiki bila rusak.
d. Memerlukan skill yang tinggi untuk membuatnya.
e. Memerlukan waktu dan sulit dibuat.
f. Dapat lepas karena makanan yang lengket.
Ada beberapa tipe dari removable space regainer, yaitu:
 Split saddle space regainer yang digunakan bila jarak yang harus dipulihkan
memerlukan jarak yang lebih banyak. Bagian yang aktif dari koil dipasang dari
akrilik dan dibentuk kedalam loop yang menghubungkan kedua saddle. Untuk
mengaktivasinya, loop harus dibuka sedikit demi sedikit dengan menggunakan
pemotong kawat.
 Expansion screw regainer dimana jack screw digunakan untuk mengembalikan
ruangan. Jarak 3 mm dapat dicapai dengan menggunakan screw expansi yang
diaktivasi dengan menggunakan kunci yang diputar searah jarum jam 1⁄4 putaran
seminggu 2x.
 Recurved helical coil finger spring space regainer dimana per (helical spring) ada
dalam dua konfigurasi, bisa satu atau dua seperti peniti. Dapat menggerakkan gigi
sampai 3-4 mm. Untuk mendapatkannya, diameter dari koil harus dilebarkan.
Space regainer terdiri dari:
 Labial Bow
Sering suatu labial bow yang sederhana hanya menekuk suatu kawat. Ini
membantu mempertahankan alat dalam mulut, dan mencegah gigi di rahang atas
untuk bergerak ke depan. Labial bow harus diletakkan jauh dari gingival karena
hanya digunakan untuk retensi, tetapi jangan sampai menekan pada papilla
interdental. Biasanya, ini didesain dalam oklusal embrasure antara insisiv lateral
dan kaninus, atau distal dari gigi kaninus.
 Acrylic
Secara sederhana, dasar dari removable space regainer dibuat dari akrilik.
Biasanya akrilik yang lembut digunakan supaya tidak menghalangi gigi permanen
yang sedang erupsi.
 Clasps (Cangkolan)
Clasps sederhana sebagai clasps interproximal atau wrap around clasps dapat
digunakan. Selain itu, adam’s clasps, ball clasps atau C-clasps dapat juga
digunakan sebagai retensi.
 Komponen Aktif
Komponen-komponen aktif seperti per, coil springs, helical coil springs, knee
springs. Skrup digunakan dalam removable space regainer, yang paling sering
digunakan adalah tipe yang mempunyai dua bagian atau dengan benang di tengah
silinder yang diputar dengan kunci yang memisahkan kedua bagian dengan jarak
yang sudah dihitung sebelumnya, biasanya ± 2 mm untuk masing-masing
seperempat putaran.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang orthodontic preventive dan


interseptif.
Perawatan Ortodonti
Syarat perawatan ortodonti yang optimal yaitu:
A. Hasil terbaik.
B. Waktu singkat.
C. Biaya murah.
D. Biologis & psikologis (penting waktu perawatan).
Terdapat empat fase perawatan, yaitu preventif (early treatment), interseptif (early
treatment), korektif, dan rehabilitatif.
A. Ortodonti Preventif
Ortodonti preventif merupakan bagian dari praktek ortodonti yang berhubungan
dengan pendidikan terhadap pasien dan orang tua, mengawasi pertumbuhan dan
perkembangan gigi geligi dan struktur kraniofasial, prosedur diagnostik gigi geligi
dan struktur kraniofasial, prosedur diagnostik untuk memprediksi kemungkinan
adanya maloklusi, dan prosedur perawatan untuk mencegah maloklusi. Prosedur
preventif bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan masalah maloklusi,
misalnya pencabutan supernumerary teeth sebelum malposisi gigi.
Contoh usaha preventif yaitu:
 Edukasi orang tua.
 Kontrol karies.
 Perawatan gigi geligi desidui (prematur loss, persistensi, tambalan baik).
 Menghilangkan kebiasaan jelek.
 Menjaga keseimbangan oklusi.
 Mencegah gangguan oklusi.
 Pencabutan gigi berlebih.

B. Ortodonti Interseptif
Ortodonti interseptif adalah suatu tindakan (cara) menghambat anomali yang sedang
berkembang dan menuntunnya kembali ke arah yang normal.
 Space regaining, contohnya dengan sekrup / distalisasi.
 Membuang jaringan lunak dan tulang yang menghalangi erupsi gigi.
 Penanganan cross bite anterior.

Anomali-Anomali pada Gigi Desidui


A. Cross bite.
B. Crowded.
C. Diastema sentralis.
D. Maksila protrusif dan sempit.
E. Mandibula besar.
F. Open bite.
G. Gigitan silang & cross bite posterior.

Indikasi dan Kontraindikasi Perawatan Gigi Desidui


A. Indikasi
 Memperbaiki fungsi.
 Mencegah maloklusi dan hubungan rahang tidak baik.
 Menyingkirkan gangguan-gangguan yang menghalangi oklusi normal.
B. Kontra Indikasi
 Prognosa jelek tidak kooperatif.
 Memperpanjang waktu perawatan.
 Menghambat jalannya erupsi gigi permanen.
 Mengakibatkan perubahan bentuk akar gigi.

Anomali-Anomali pada Masa Gigi Bercampur


A. Insisivus RB linguo versi.
B. Insisivus kedua RA labio versi dan palato versi.
C. Agenese insisivus lateral.
D. Insisivus lateral rudimenter.
E. Gigi premolar malposisi.
F. Diastema anterior.
G. Crossbite anterior dan posterior.
H. Anomali akibat kebiasaan buruk.
I. Malrelasi rahang.
J. Gigi depan berjejal.

Indikasi Perawatan Dini (Early Treatment)


A. Klass II & III
B. Crossbite anterior dan posterior.
C. Overjet > 6 mm (protrusi).
D. Pertumbuhan maksila yang kurang.
E. Crowded insisivus yang sedang terjadi.
F. Open bite (> 3 mm).
G. Deepbite.
H. Kebiasaan buruk.
I. Supernumerary teeth.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang perawatan modifikasi


pertumbuhan.
Modifikasi Pertumbuhan
Modifikasi pertumbuhan adalah suatu perawatan yang mengoptimalkan potensi
pertumbuhan seseorang, untuk mengarahkan pertumbuhan sehingga lebih harmonis.
Proffit menggunakan istilah “re-direction of growth” diartikan sebagai mengubah arah
pertumbuhan yang dianggap lebih tepat daripada menghambat ataupun merangsang
pertumbuhan.
Periode pertumbuhan sangatlah tergantung dari jenis kelamin dan sangat bervariasi.
Pada anak perempuan puncak pertumbuhan biasanya dimulai pada usia 10 sampai 12
tahun. Pada anak laki-laki antara 12 sampai 14 tahun. Pada masa pubertas ini akan
timbul tanda seks sekunder. Pada anak perempuan dimulai dengan datangnya
menstruasi, sedangkan pada anak laki-laki diawali dengan perubahan suara. Sesudah
usia ini pertumbuhan akan melambat dan biasanya lengkap pada usia 18 sampai 20
tahun. Selain berdasarkan umur kronologis dan keadaan fisik, status pertumbuhan dapat
juga diamati dengan pemeriksaan radiografis tulang karpal (hand wrist radiograph).
Oleh karena itu perawatan modifikasi pertumbuhan hendaknya dilakukan pada usia dini
dan selesai pada periode dewasa.

Prinsip-Prinsip Modifikasi Pertumbuhan


Gaya ortodonti yang diberikan pada gigi geligi mempunyai potensi untuk menyebar ke
arah luar dan berpengaruh pada lokasi yang jauh yaitu di skeletal. Secara singkat dapat
dijelaskan bahwa pertumbuhan maksila terjadi karena adanya aposisi tulang baru pada
sutura posterior dan superior sebagai responsnya berupa dorongan ke arah depan karena
adanya pemanjangan basis kranii dan tarikan ke arah bawah dan ke depan oleh
pertumbuhan jaringan lunak yang berdekatan. Regangan pada sutura seperti yang
terjadi pada maksila akan terlihat struktur-struktur pendukungnya bergeser sebagai
stimulus untuk pembentukan tulang baru. Arah pertumbuhan mandibula hampir sama
yaitu terjadi tarikan ke arah bawah dan ke depan oleh jaringan lunak dimana dia
melekat, responsnya berupa pertumbuhan prosesus kondilaris ke arah atas dan belakang
untuk mempertahankan artikulasi temporomandibula. Jika hal ini terjadi, maka sangat
beralasan jika diberikan tekanan yang melawan gerakan ke arah bawah dan ke depan
pada kedua rahang akan menghambat pertumbuhan, sedangkan penambahan gaya
tarikan ke arah bawah dan ke depan akan menambah pertumbuhan.
Selama perawatan modifikasi pertumbuhan, pergerakan gigi tidak diharapkan karena
tujuan perawatan ini adalah untuk memperbaiki ketidakseimbangan rahang, bukan
menggerakkan gigi geligi untuk mengkamuflase kelainan skeletal. Sehingga gaya yang
diberikan untuk perawatan skeletal ini adalah gaya besar dan intermitten. Gaya besar
dan intermitten lebih sedikit menimbulkan kerusakan dan kurang efektif untuk
menghasilkan pergerakan gigi, mungkin karena rangsangan untuk terjadinya resorbsi
undermining berkurang pada saat gaya besar dihilangkan.
Pada penelitian hewan maupun manusia, pertumbuhan terjadi dalam waktu singkat
yang ditandai oleh fluktuasi kecepatan pertumbuhan dalam satu hari. Hal ini sering
dijumpai pada anak-anak dalam masa pertumbuhan, hormon pertumbuhan dilepas
terutama pada malam hari. Oleh karena itu pasien-pasien ortodonti disarankan untuk
lebih sering memakai alat modifikasi pertumbuhan / ortopediknya pada malam hari
daripada siang hari.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang jenis kebiasaan buruk,


patofisiologi dan penatalaksanaannya.

Dalam Kamus Dorland, kebiasaan didefinisikan sebagai sesuatu bersifat permanen dan
konstan yang menunjukkan aktivitas berulang secara otomatis disebabkan oleh proses
alami yang kompleks dimana melibatkan kontraksi otot yang dapat berefek pada fungsi
mastikasi, respirasi, fonetik, dan estetik.
Oral habit sering kali ditemukan pada anak-anak sejak berusia satu bulan. Hal ini tidak
akan menyebabkan masalah yang berarti dalam rongga mulut saat itu, karena pada
dasarnya tubuh dapat memberikan respon terhadap rangsangan dari luar sejak masih
dalam kandungan. Respon tersebut merupakan pertanda bahwa perkembangan
psikologis anak sudah dimulai, terlihat dari tingkah laku spontan atau reaksi berulang.
Permasalahan akan muncul ketika kebiasaan tersebut terus berlanjut hingga anak mulai
memasuki usia sekolah dimana kebiasaan ini terus dilakukan karena orang tua kurang
memperhatikan anaknya. Jika kebiasaan tersebut dihentikan sebelum masa erupsi gigi
permanen, hal tersebut tidak akan memberikan efek jangka panjang. Namun jika
kebiasaan tersebut berkelanjutan maka dapat terjadi keadaan openbite anterior, posterior
crossbites, dan maloklusi lainnya.
A. Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting)
 Gambaran Umum Tongue Thrusting
Sejak tahun 1958, istilah tongue thrust atau menyodorkan lidah telah dijelaskan
dan dibahas dalam pembicaraan dan diskusi dalam bidang kedokteran gigi serta
dipublikasikan oleh banyak penulis. Telah dicatat bahwa sejumlah besar anak-
anak pada usia sekolah memiliki kebiasaan menyodorkan lidah. Menurut literatur
baru-baru ini, sebanyak 67-95% dari anak-anak yang berusia 5-8 tahun
melakukan kebiasaan tongue thrust dalam jangka waktu yang lama akan
berhubungan dengan masalah orthodonti atau gangguan pengucapan. Pada satu
negara, kira-kira 20-80% pasien ortodontik memiliki beberapa bentuk kasus
tongue thrust. Kebiasaan mendorong lidah sebetulnya bukan merupakan
kebiasaan tetapi lebih berupa adaptasi terhadap adanya gigitan terbuka misalnya
karena mengisap jari. Kebiasaan menjulurkan lidah biasanya dilakukan pada saat
menelan. Pola menelan yang normal adalah gigi pada posisi oklusi, bibir tertutup,
dan lidah berkontak dengan palatum.
Ada 2 bentuk penelanan dengan menjulurkan lidah, yaitu:
a. Penelanan dengan menjulurkan lidah sederhana, biasanya berhubungan dengan
kebiasaan mengisap jari.
b. Menjulurkan lidah kompleks, berhubungan dengan gangguan pernafasan
kronis, bernafas melalui mulut, tonsillitis atau faringitis. Dari teori
keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi berlangsung lama pada gigi
dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi dan menghasilkan efek yang
nyata. Dorongan lidah yang hanya sebentar tidak akan menghasilkan
perubahan pada letak gigi.
Tekanan lidah pada penelanan yang tidak benar hanya berlangsung kira-kira 1
detik. Penelanan secara ini hanya terjadi kurang lebih 800 kali pada saat
seseorang terjaga dan hanya sedikit pada waktu tidur sehingga sehari hanya
kurang dari 1000 kali. Tekanan selama seribu detik (kurang lebih 17 menit) tidak
cukup untuk mempengaruhi keseimbangan. Sebaliknya, pasien yang meletakkan
lidahnya ke depan sehingga memberikan tekanan yang terus-menerus pada gigi,
meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi berlangsung lama, dapat menyebabkan
perubahan letak gigi baik jurusan vertikal maupun horizontal. Pada pasien yang
posisi lidahnya normal pada saat menelan tidak banyak pengaruhnya terhadap
letak gigi. Kebiasaan tongue thrusting, yaitu suatu kebiasaan menjulurkan lidah
ke depan dan menekan gigi-gigi seri pada waktu istirahat, selama berbicara atau
menelan. Adanya kebiasaan menjulurkan lidah ke depan ini memungkinkan
terjadinya ketidakseimbangan otot-otot di sekitar lengkung gigi dan otot-otot
mulut, sehingga dapat mempengaruhi posisi gigi. Gigi depan atas akan mrongos
ke depan dan terjadi gigitan terbuka. Dan apabila menekan lidah ke pipi sambil
menggigitnya maka dapat menyebabkan gigi belakang menjadi miring ke arah
dalam. Terjadi penyimpangan pola menelan dan berbicara yang tidak normal.
Pada umumnya penderita tongue thrust menampilkan ciri tertentu pada ekspresi
wajah pada saat menelan, yaitu bibir menutup dan otot-otot sekeliling mulut
tegang pada posisi istirahat kedua bibir dan lidah menutupi permukaan gigi-gigi
bawah atau lidah menjulur ke depan, bernapas melalui mulut, dan mengisap ibu
jari. Kebiasaan menjulurkan lidah ini biasanya timbul karena adanya pembesaran
amandel atau tonsil, lengkung gigi atas yang menyempit, lidah yang besar, atau
karena aspek psikologis. Menjulurkan lidah merupakan kebiasaan menempatkan
lidah dalam posisi yang salah pada saat menelan, terlalu jauh ke depan atau ke
samping. Diperkirakan bahwa setiap 24 jam menelan 1.200 hingga 2.000 kali,
dengan tekanan sekitar 4 pon tiap kali menelan. Tekanan ini konstan sehingga
lidah akan memaksa gigi keluar dari kesejajaran lengkung gigi. Selain tekanan
yang diberikan saat menelan, mengganggu saraf dan juga mendorong lidah
terhadap gigi ketika sedang beristirahat. Ini merupakan kebiasaan, spontan dari
alam bawah sadar yang sulit untuk diperbaiki.
 Etiologi Tongue Thrusting
Sebenarnya tidak ada penyebab spesifik dari masalah tongue thrust ini. Namun
diduga hal-hal yang dapat menyebabkan tongue thrust tersebut antara lain yaitu:
a. Jenis puting susu buatan yang diberikan pada bayi.
b. Kebiasaan menghisap ibu jari. Walaupun mengisap jari tidak dilakukan lagi,
akan tetapi telah terbentuk openbite maka lidah sering terjulur ke depan untuk
mempertahankan penutupan bagian depan selama proses penelanan.
c. Alergi, hidung tersumbat, atau obstruksi pernapasan sehingga bernafas melalui
mulut yang menyebabkan posisi lidah turun di dasar mulut.
d. Tonsil yang besar, adenoid, atau infeksi tenggorokan yang menyebabkan
kesulitan pada saat menelan. Pangkal lidah membesar ketika tonsil mengalami
inflamasi, sehingga untuk mengatasinya mandibula secara refleks turun ke
bawah, memisahkan gigi, dan menyediakan ruangan yang lebih untuk lidah
dapat terjulur ke depan selama menelan, agar didapat posisi yang lebih
nyaman.
e. Ukuran lidah yang abnormal atau macroglossia, dapat mengubah
keseimbangan tekanan lidah dengan bibir dan pipi sehingga insisivus bergerak
ke labial.
f. Faktor keturunan, misalnya sudut garis rahang.
g. Kelainan neurologis dan muskular serta kelainan fisiologis lainnya.
h. Frenulum lingual yang pendek (tongue tied).
 Akibat Tongue Thrusting
Kebiasaan menjulurkan lidah ke depan, memungkinkan terjadinya
ketidakseimbangan otot-otot di sekitar lengkung gigi dan otot-otot mulut,
sehingga dapat mempengaruhi posisi gigi. Gerakan menelan dengan posisi lidah
menjulur akan menimbulkan maloklusi pada gigi anak seperti gigi-gigi seri atas
dan bawah terdorong ke arah bibir (protrusi) dan terjadi gigitan terbuka (open
bite). Jika pasien biasa menjulurkan lidah, bibir akan menjadi sedemikian
kencang, tetapi tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis sampai bibir-
bibir membuka rongga mulut. Dalam mekanisme penelanan yang normal, lidah
berada di atap mulut dan ketika pasien menelan, maka lidah akan melebar dan
ikut memberi gaya ekspansi transversal pada segmen-segmen bukal. Tetapi, pada
kasus pasien dengan kebiasaan menjulurkan lidah, lidahnya tidak menggeser
secara vertikal ke arah palatum. Lidah malah bergerak melewati gigi-gigi anterior
dan menyebabkan gigi memencar. Tongue thrust merupakan akibat lanjut dari
anak yang mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari, meski tidak semua anak yang
mengisap ibu jari melakukan tongue thrust. Diagnosa tongue thrust dapat
diketahui oleh dokter gigi dengan alat khusus untuk memeriksa tongue thrust,
yaitu dengan alat Linguometer yang dimasukkan ke dalam mulut pasien.
Beberapa masalah yang ditimbulkan akibat tongue thrust, antara lain:
a. Anterior openbite merupakan kasus yang paling umum terjadi akibat tongue
thrust. Dalam kasus ini, bibir depan tidak menutup dan anak sering
membiarkan mulutnya terbuka dengan posisi lidah lebih maju daripada bibir.
Secara umum, lidah yang berukuran besar biasanya disertai menjulurkan lidah.
Openbite anterior pada umumnya mengakibatkan gangguan estetik,
pengunyahan maupun gangguan dalam pengucapan kata-kata yang
mengandung huruf “s”, “z”, dan “sh”.
b. Anterior thrust. Gigi insisivus atas sangat menonjol dan gigi insisivus bawah
tertarik ke dalam oleh bibir bawah. Jenis ini paling sering terjadi disertai
dengan dorongan M.mentalis yang kuat.
c. Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi.
d. Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari premolar
pertama ke molar dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada
umumnya sangat sulit untuk dikoreksi.
e. Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak. Pada
kasus ini ukuran lidah yang besar juga mempengaruhi.
f. Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang
atas maupun rahang bawah mengalami gigitan yang terbuka lebar. Posisi lidah
yang tidak normal dan penyimpangan yang dinamakan gerakan lidah yang
normal saat menelan telah lama terkait dengan openbite anterior dan protrusi
insisivus rahang atas. Prevalensi posisi lidah secara anterior relatif tinggi pada
anak-anak, Proffit menyatakan bahwa kondisi ini sering disebut tongue thrust,
deviate swallow, visceral swallow, atau infantile swallow. Dia juga percaya
bahwa dua alasan utamanya berhubungan dengan psikologi (maturasi) dan
anatomi (pertumbuhan) anak itu sendiri. Bayi normal memposisikan lidahnya
secara anterior di dalam mulut saat posisi istirahat dan menelan.

 Penanganan Tongue Thrusting


Penanganan yang bisa dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan menyodorkan
lidah pada anak-anak adalah:
a. Terapi bicara.
b. Latihan myofunctional: menarik bibir bawah pasien. Sementara bibir menjauh
dari gigi, pasien diminta untuk menelan. Jika pasien biasa menyodorkan
lidahnya, bibir akan menjadi sedemikian kencang seolah berusaha untuk
menarik jari-jari yang menarik bibir pada saat pasien berusaha menelan. Pasien
yang menyodorkan lidah tidak dapat melakukan prosedur penelanan mekanis
sampai bibir-bibir membuka rongga mulut.
c. Latihan lidah: berlatih meletakkan posisi lidah yang benar saat menelan.
Pasien harus belajar melakukan “klik”. Prosedur ini mengharuskan pasien
meletakkan ujung lidah pada atap mulut dan menghentakkannya lepas dari
palatum untuk membuat suara klik. Posisi lidah pada palatum selama aktivitas
ini kira-kira seperti posisi jika menelan dengan tepat. Pasien juga diminta
membuat suara gumaman dimana pasien akan mengisap udara ke dalam atap
mulutnya di sekeliling lidah. Selama latihan ini, lidah secara alamiah
meletakkan dirinya ke atap anterior palatum. Selanjutnya pasien akan
meletakkan ujung lidah di posisi ini dan menelan. Latihan ini dilakukan terus-
menerus sampai gerakan otot-otot menjadi lebih mudah dan alamiah.

B. Bernapas Melalui Mulut (Mouth Breathing)


 Gambaran Umum Mouth Breathing
Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat diamati pada orang-orang yang juga
melakukan kebiasaan menjulurkan lidah (mendorong gigi dengan lidah) sehingga
menyebabkan terjadinya gigitan terbuka di anterior. Gingivitis juga dapat terlihat
pada orang dengan kebiasaan ini. Perubahan-perubahan pada gingiva, meliputi
eritema, edema, pembesaran gingiva, dan mengkilatnya permukaan gingiva di
daerah yang cenderung menjadi kering. Regio maksila anterior adalah daerah
yang sering terlibat. Efek merusak pada kebiasaan ini biasanya karena iritasi pada
daerah yang mengalami kekeringan atau dehidrasi pada permukaannya. Anak
yang bernapas melalui mulut biasanya berwajah sempit, gigi depan atas maju ke
arah labial, serta bibir terbuka dengan bibir bawah yang terletak di belakang
insisivus atas. Karena kurangnya stimulasi muskular normal dari lidah dan karena
adanya tekanan berlebih pada kaninus dan daerah molar oleh otot orbicularis oris
dan buccinator, maka segmen bukal dari rahang atas berkontraksi mengakibatkan
maksila berbentuk V dan palatal tinggi. Sehingga anak dengan kebiasaan ini
biasanya berwajah panjang dan sempit.
 Etiologi Mouth Breathing
Kebiasaan bernafas melalui mulut ini dipicu oleh tersumbatnya hidung sebagai
saluran pernapasan normal. Hal ini dapat terjadi karena adanya kelainan anatomi
hidung atau penyakit-penyakit hidung, antara lain polip hidung, sinusitis, rhinitis
kronis dan pembesaran tonsil di belakang hidung. Pada beberapa orang, kebiasaan
ini biasanya disertai lemahnya tonus bibir atas. Pernapasan mulut terjadi karena
seseorang tidak mampu untuk bernafas melalui hidung akibat adanya obstruksi
pada saluran pernafasan atas. Kebiasaan ini disebabkan oleh penyumbatan rongga
hidung, yang dapat mengganggu pertumbuhan tulang di sekitar mulut dan rahang,
wajah menjadi sempit dan panjang, dan gigi bisa jadi “tonggos”. Pernafasan
mulut menghasilkan suatu model aktivitas otot wajah dan otot lidah yang
abnormal. Bernafas melalui mulut menyebabkan mulut sering terbuka sehingga
terdapat ruang untuk lidah berada di antara rahang dan terbentuklah open bite
anterior. Bernafas melalui hidung berkaitan dengan fungsi-fungsi normal
pengunyahan dan menelan serta postur lidah dan bibir yang melibatkan aksi
muskulus yang normal dimana akan menstimulasi pertumbuhan fasial dan
perkembangan tulang yang adekuat. Adaptasi dari pernafasan hidung ke
pernafasan mulut menyebabkan terjadinya beberapa hal yang tidak sehat, seperti
infeksi telinga tengah yang kronis, sinusitis, infeksi saluran nafas atas, gangguan
tidur, dan gangguan pertumbuhan wajah. Pernafasan mulut seringkali
berhubungan dengan penurunan asupan oksigen ke dalam paru-paru, yang dapat
menyebabkan berkurangnya energi. Anak-anak yang bernafas melalui mulut
seringkali mudah lemah dalam latihan olahraga. Cara bernafas melalui mulut
sering merupakan reaksi terhadap berbagai jenis obstruksi nasal dan / atau
nasofaring. Obstruksi nasal tersebut dapat disebabkan oleh alergi, hipertrofi dan
inflamasi tonsil atau adenoid, deviasi septum nasal, pembesaran konka dan
hipertrofi membran mukosa nasal. Jika obstruksi tersebut bersifat sementara,
seperti pada waktu flu dan alergi, maka perubahan struktur ini tidak permanen,
tetapi dapat juga menjadi permanen setelah obstruksi tadi hilang yang
mengakibatkan timbulnya kebiasaan bernafas melalui mulut. Kegagalan hidung
untuk berfungsi sebagai saluran pernapasan utama, akan menyebabkan tubuh
secara otomatis beradaptasi dengan menggunakan mulut sebagai saluran untuk
bernafas. Kegagalan ini biasanya disebabkan oleh karena adanya hambatan atau
obstruksi pada saluran pernafasan atas.
Obstruksi pada saluran pernafasan atas dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu:
a. Faktor psikologis, meliputi anak-anak yang mengalami kecemasan, rasa sakit
dan frustasi, anak-anak dengan retardasi mental, anak-anak yang mengalami
trauma kecelakaan.
b. Faktor lokal, merupakan penyebab terjadinya pernafasan mulut yang
disebabkan oleh keadaan dari gigi dan mulut, meliputi pencabutan gigi sulung
yang terlalu cepat, kehilangan gigi permanen, adanya gangguan oklusal, seperti
kontak prematur antara gigi atas dan bawah, adanya mahkota atau tumpatan
yang tinggi.
c. Faktor sistemik, meliputi:
1) Gangguan endokrin (merupakan penyebab secara tidak langsung). Kelainan
endokrin pasca lahir dapat menyebabkan percepatan atau hambatan
pertumbuhan muka, mempengaruhi derajat pematangan tulang, penutupan
sutura, resorpsi akar gigi sulung, dan erupsi gigi permanen.
2) Defisiensi nutrisi, akibat konsumsi nutrisi yang tidak adekuat atau konsumsi
nutrisi yang tidak efisien. Nutrisi yang baik ikut menentukan kesehatan
seorang anak, nutrisi yang kurang.
3) Baik mempunyai dampak yang menyerupai penyakit kronis. Penyakit
kronis pada anak-anak dapat mengubah keseimbangan energi yang
diperlukan untuk pertumbuhan. Pada anak yang menderita penyakit kronis
hampir semua energi yang didapatkan kadang-kadang kurang mencukupi
untuk beraktivitas dan bertumbuh.
4) Gangguan temporomandibular.
5) Infeksi, meliputi: hiperplasia adenoid dan tonsil. Hiperplasia adenoid dan
tonsil biasanya disebabkan oleh karena paparan yang rekuren terhadap
infeksi tonsil (tonsillitis). Tipe infeksi bisa virus seperti influenza,
parainfluenza, dan rhinovirus, maupun bakteri seperti betahemolitik,
streptococcus, staphylococcus, pneumococcus, dan hemophilococcus.
d. Rhinitis alergi, merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Salah
satu penyebab obstruksi jalan nafas hidung pada anak adalah alergi rhinitis,
yaitu mukosa hidung akan mengalami pembengkakan dan selanjutnya menutup
aliran udara. Kebanyakan rhinitis alergi dapat disebabkan oleh adanya partikel-
partikel di udara, rokok, makanan, dan binatang.
e. Malformasi kongenital dan tumor seringkali muncul pada masa kanak-kanak.
Malformasi kongenital seperti stenosis koanal dan atresia bisa hilang cepat.
Tumor meliputi enchephalocle, chordoma, teratoma, cranipharyngioma, serta
kista nasoalveolar dan nasopharingeal.
 Akibat Mouth Breathing
Kebiasaan bernafas melalui mulut dapat menyebabkan udara yang masuk kemulut
menjadikan vasokonstriksi (pengecilan pembuluh darah) dari pembuluh kapiler di
oral mukosa sehingga memudahkan terkenanya infeksi dan dapat menyebabkan
gingivitis (peradangan gusi). Selain itu juga menyebabkan bau mulut pada orang
yang bernafas melalui mulut karena adanya plak yang melekat pada gigi dan
lidah. Akibat lain yang ditimbulkan yaitu rahang atas sempit, gigi belakang atas
miring ke arah dalam, gigi depan atas tonggos (protrusif) dan terjadi gigitan depan
terbuka (openbite).

Bernapas melalui mulut membuat banyak masalah potensial. Jika mulut


membuka, maka mandibula turun. Gigi-giginya tidak beradu di daerah posterior,
sehingga memberi kemungkinan gigi-geligi bererupsi secara berlebihan yang
mengakibatkan terjadinya pola perkembangan high angle skeletal. Pasien harus
dapat bernapas melalui hidungnya, jika mungkin dengan kedua bibir sama sekali
rileks. Oleh karena itu, semua pasien yang bernapas melalui mulut dianjurkan
untuk memeriksakan diri pada spesialis telinga, hidung dan tenggorokan sebelum
dimulainya perawatan ortodonti. Pembesaran jaringan adenoid nasofaring pada
anak-anak merupakan faktor yang sering berperan dalam obstruksi nasal. Jaringan
adenoid telah ada setelah umur 6-12 bulan yang kemudian akan membesar dan
kemudian pada umur 2-3 tahun, hampir separuh nasofaring ditempati oleh
jaringan adenoid. Sebelum pubertas, jaringan adenoid akan mulai mengecil secara
perlahan-lahan. Biasanya, pertumbuhan fasial (dengan meningkatnya jarak antara
basis krani dan palatum) cukup untuk memenuhi jalannya udara pernafasan. Jika
ekspansi terjadi, apakah dengan adanya pembesaran abnormal jaringan adenoid,
reduksi laju pertumbuhan tinggi wajah posterior, atau dengan adanya kombinasi
kedua hal tersebut, maka jalan nafas akan menjadi inadekuat. Anak dengan
keadaan seperti ini akan bernafas melalui mulut. Bernafas melalui mulut
diperkirakan dapat mempengaruhi aktivitas otot-otot orofasial seperti otot bibir,
lidah, dan lain-lain. Perubahan aktivitas otot-otot tersebut akan menuntun
terjadinya modifikasi pola pertumbuhan wajah dan postur kepala yang dapat
mengakibatkan timbulnya deformitas dentofasial. Menurut Proffit, bernafas
merupakan penentu utama postur rahang dan lidah (dan sedikit mempengaruhi
kepala), oleh sebab itu mungkin saja perubahan cara bernafas, seperti bernafas
melalui mulut dapat merubah postur kepala, rahang, dan lidah. Hal ini akan
merubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan mempengaruhi
pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Anak-anak yang secara alami disusui pada
bulan pertama kelahiran kemungkinan besar bernafas dari hidung, begitupun
berkurangnya menyusui ASI merupakan salah satu faktor yang memberi
kontribusi terjadinya pernafasan oral atau oronasal. Penelitian yang dilakukan
oleh Leite et al yang menganalisis 100 anak-anak berusia antara 2 dan 11 tahun
membuktikan bahwa botol susu merupakan salah satu penyebab pernafasan oral
sebesar 40%.
Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh kebiasaan bernafas melalui mulut
pada anak-anak antara lain:
a. Bibir rahang atas dan rahang bawah tidak menutup sempurna Pada bibir
penderita pernafasan mulut nampak agak terbuka untuk memungkinkannya
bernafas. Adaptasi mulut untuk pernafasan mulut yang kronis dapat terjadi
perubahan dimana bibir atas dan bibir bawah berada dalam posisi terbuka,
akibatnya penderita akan mengalami kesulitan dalam menelan makanan yang
masuk ke dalam mulut.
b. Adenoid facies. Hal ini ditandai dengan penyempitan lengkung rahang atas,
hipertrofi dan keringnya bibir bawah, hipotonus bibir atas dan tampak
memendek, tampak adanya overbite yang nyata. Dikarenakan adanya fungsi
yang abnormal, penderita pernafasan mulut memiliki karakteristik seperti
postur mulut terbuka, lubang hidung mengecil dan kurang berkembang, arkus
faring tinggi dan pasien tampak seperti orang bodoh.
c. Maloklusi.
d. Gigitan terbuka (openbite). Pada pernafasan mulut, posisi mandibula lebih ke
distal mengakibatkan gigi insisivus bawah beroklusi dengan rugae palatum.
Ketidakteraturan gigi geligi juga dapat ditemui pada maksila yang kurang
berkembang, utamanya pada segmen anteromaksiler serta lengkung basal yang
sempit.

C. Mengisap Bibir / Menggigit Bibir (Lip Sucking/Lip Biting)


 Gambaran Umum Lip Sucking/Lip Biting
Kebiasaan buruk pada anak-anak sering dihubungkan dengan keadaan psikologis
penderitanya. Kebiasaan yang sering dilakukan pada anak usia 4-6 tahun ini,
dapat merubah kedudukan gigi depan atas ke arah depan, sedang gigi depan
bawah ke arah dalam. Gigi yang protrusi akibat dari kebiasaan mengisap bibir
bawah sejak kecil menyebabkan anak sering menjadi bahan pembicaraan teman-
temannya, sehingga secara psikologis anak merasa kurang percaya diri. Oleh
sebab itu, intensitas mengisap bibir bawah juga semakin meningkat. Selain
menyebabkan protrusi, kebiasaan ini juga dapat membuat pertumbuhan gigi
menjadi tertahan. Salah satu penelitian menunjukkan 50% anak-anak tuna wisma
yang mempunyai oral habit, prevalensi mengisap atau menggigit bibir sebanyak
17,37%. Kestabilan dan posisi gigi banyak mempengaruhi keseimbangan otot-
otot sekitarnya. Kekuatan dari otot-otot orbicularis oris dan otot-otot buccinator
yang diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Keseimbangan
otot-otot daerah sekitar mulut dapat mengganggu apabila pasien memiliki
kebiasaan buruk seperti mengisap ibu jari, menjulurkan lidah, mengisap bibir, dan
bernafas melalui mulut.
Gigi berada dalam keadaan keseimbangan dinamis yang konstan. Keseimbangan
kekuatan antar otot yang dipercaya dapat mempengaruhi posisi dan kestabilan
dent alveolar complex. Graber mendeskripsikan mekanisme otot-otot buccinator.
Dalam mekanisme ini, kekuatan yang mendorong gigi dihasilkan oleh otot
orbicularis oris, otot buccinators, otot penarik superior pharyngeal yang
diseimbangkan oleh kekuatan yang berlawanan dari lidah. Kerja yang berlebihan
otot-otot orbicularis mempengaruhi pertumbuhan kraniofasial, memicu terjadinya
penyempitan lengkung gigi, mengurangi ruang untuk gigi dan lidah serta
terhalangnya pertumbuhan mandibula.
 Etiologi Lip Sucking/Lip Biting
Beberapa faktor penyebab yang menjadi etiologi dari kebiasaan mengisap bibir
atau menggigit bibir adalah:
a. Stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang mungkin membuat anak stress
dan bantu mereka untuk menghadapinya. Dalam hal ini orang tua harus
berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab kebiasaan mengisap bibir
pada anaknya. Berikan kesempatan anak untuk berbicara mengenai hal-hal
yang mungkin mengkhawatirkan mereka, melakukan kontak mata, dan aktif
mendengarkan.
b. Variasi atau sebagai pengganti dari kebiasaan mengisap ibu jari atau jari. Hal
ini dilakukan untuk memuaskan insting mengisap si anak karena mengisap
memiliki efek menyenangkan, menenangkan, dan sering membantu anak untuk
bisa tertidur.
 Akibat Lip Sucking/Lip Biting
Kebiasaan mengisap atau menggigit bibir bawah akan mengakibatkan
hipertonicity otot-otot mentalis. Kebiasaan buruk dapat menjadi faktor utama atau
merupakan faktor yang kedua. Kebiasaan mengisap bibir yang menjadi faktor
utama akan terdapat overjet yang besar dengan gigi anterior rahang atas condong
ke labial dan gigi anterior rahang bawah condong ke lingual diikuti perbedaan
skeletal yang ringan. Kebiasaan mengisap bibir mengakibatkan overjet normal.
Kebiasaan mengisap bibir sebagai faktor kedua biasanya terjadi disebabkan oleh
perbedaan sagital, seperti retrognatik mandibula. Inklinasi gigi insisivus rahang
atas bisa normal dan jarak antara gigi rahang atas dan rahang bawah terjadi
setelah proses adaptasi.
 Penanganan Lip Sucking/ Lip Biting
Penanganan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kebiasaan mengisap
bibir atau menggigit bibir pada anak-anak antara lain:
a. Myotherapy (latihan bibir), dengan memanjangkan bibir atas menutupi
insisivus rahang atas dan menumpangkan bibir bawah dengan tekanan di atas
bibir atas atau memainkan alat tiup.
b. Orang tua harus berperan aktif mencari tahu tentang sebab-sebab yang
membuat anak stress. Konsultasi dengan seorang psikiater merupakan salah
satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini.

D. Bruxism
Bruksisme atau yang paling sering dikenal dengan istilah tooth grinding adalah
mengatupkan rahang atas dan rahang bawah yang disertai dengan grinding
(mengunyahkan) gigi-gigi atas dengan gigi-gigi bawah. Bruksisme adalah kebiasaan
bawah sadar (sering tidak disadari) walaupun ada juga yang melakukannya ketika
tidak tidur. Berdasarkan tipe gerakannya, ada bruxism yang memperlihatkan gerakan
grinding dan ada juga yang memperlihatkan gerakan static clenching, lebih banyak
pada perempuan daripada laki-laki yang meng-grinding giginya, tetapi laki-laki dan
perempuan yang melakukan clenching jumlahnya sama. Clark menegaskan bahwa
bruxism tipe clenching yang berhubungan dengan kontraksi muskulus yang kuat dan
berkelanjutan adalah lebih berbahaya. Bruxism lebih sering dimiliki oleh kaum
wanita dibandingkan pria.
 Etiologi
Pada beberapa individu kebiasaan bruksisme bersifat herediter. Anak-anak yang
memiliki orangtua dengan kebiasaan bruksisme lebih cenderung melakukan kerot
daripada anak-anak yang orang tuanya tidak mengerot.
Hubungan antara kondisi emosional dan tegangan otot sepertinya lebih mudah
untuk dipahami. Peningkatan tegangan otot masseter berhubungan langsung
dengan kondisi stres harian. Ada satu penelitian yang membuktikan bahwa
meningkatnya stres (yang ditunjukkan dengan kandungan epinefrin di urin)
berkorelasi dengan meningkatnya aktivitas otot masseter pada malam hari.
Penelitian-penelitian tersebut secara konsisten menunjukkan kuatnya hubungan
antara aktivitas otot masseter yang nonfungsional (dikunyahkan tapi tidak untuk
mengunyah makanan) dengan stres. Pada penelitian lain, ada yang
menghubungkan antara faktor predisposisi dalam rongga mulut, yang berupa
hubungan oklusal yang malrelasi atau adanya sangkutan oklusal atau interferens,
yang dapat memicu terjadinya bruksisme jika dikombinasikan dengan stres atau
kondisi cemas.
a. Faktor Psikologis
Etiologi dari bruxism termasuk kebiasaan, stress emosional (misalnya respon
terhadap kecemasan, ketegangan, kemarahan, atau rasa sakit), parasomnia
(gangguan tidur yang muncul pada ambang batas antara saat terjaga dan tidur,
misalnya gangguan mimpi buruk dan gangguan berjalan sambil tidur).
Menurut beberapa penelitian yang dianggap berkaitan dengan manifestasi dari
bruxism, antara lain gangguan kepribadian, meningkatnya stress, adanya
depresi, dan kepekaaan terhadap stress.
Anak-anak yang memiliki kebiasaan bruxism ternyata memiliki tingkat
kecemasan yang lebih daripada anak-anak yang tidak memiliki kebiasaan
bruxism. Tanda-tanda bruxism seperti tingkat kecemasan yang tinggi,
temporomandibular disorders, dan kerusakan gigi sebaiknya dirawat pada
masa kanak-kanak sebelum menjadi masalah ketika anak telah tumbuh dewasa.
b. Faktor Morfologi
Oklusi gigi geligi dan anatomi skeletal orofasial dianggap terkait dalam
penyebab dari bruxism. Perbedaan oklusal, gangguan oklusal yang bentuknya
dapat berupa trauma oklusal ataupun tonjol yang tajam, gigi yang maloklusi
secara historis dianggap sebagai penyebab paling umum dari bruxism.
Disharmoni lokal antara bagian-bagian sistem alat kunyah yang berdampak
pada peningkatan tonus otot di region tersebut juga dipandang sebagai salah
satu etiologi yang hingga saat ini masih dapat diterima banyak kalangan.
c. Faktor Patofisiologis
Bruxism kemungkinan terjadi akibat kelainan neurologis yaitu
ketidakmatangan sistem neuromuskular mastikasi, perubahan kimia otak,
alkohol, trauma, penyakit, dan obat-obatan. Hal ini berpotensi sistemik
menyebabkan aktivitas parafunctional melalui alergi makanan, kekurangan
gizi, dan disfungsi endokrin. Penyelidikan efek gangguan gizi dan endokrin
bersama dengan parasit pencernaan pada fungsi otot mastikasi, serat kepekaan
terhadap trigeminal sampai potensi alergi kemungkinan berguna untuk
penelitian di masa depan baik temporomandibular disorders dan hiperaktivitas
otot mastikasi.
Faktor neurokimia tertentu, yaitu obat-obatan. Efek samping dari obat yang
akan menimbulkan bruxism adalah Amfetamin yang digunakan dalam
mengatasi gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD) seperti
methylphenidate dan pemakaian jangka panjang Serotonin. Selain itu, bruxism
ditemukan lebih sering pada pecandu narkoba berat serta perokok.
d. Temporomandibular Disorders (TMD)
Penderita TMD cenderung memiliki insiden bruxism yang lebih tinggi dari
gangguan psikologis seperti stress, kecemasan, dan depresi. Faktor-faktor ini
dapat menyebabkan kebiasaan parafunctional. Gabungan dari dua atau lebih
faktor etiologi yang diperlukan untuk menyebabkan terjadinya bruxism, tetapi
besarnya faktor-faktor tidak penting dalam kaitannya dengan besarnya
bruxism.
Pasien dengan kebiasaan bruksisme sering mengalami peningkatan tonus otot
pengunyahan yang mengakibatkan hipertrofi otot pengunyahan, dapat unilateral
atau bilateral, terutama otot maseter. Untuk mengetahui adanya hipertrofi atau
pembesaran otot pengunyahan dapat dilakukan palpasi pada otot maseter dan
melihat keasimetrisan wajah pasien.
Beberapa tanda dan gejala klinis yang dapat membantu dalam menentukan
diagnosis bruksisme yaitu adanya atrisi yang hebat pada permukaan oklusal dan
insisal gigi yang menyebabkan terjadinya penipisan email sehingga gigi menjadi
sensitif terhadap rasa panas dan dingin, adanya fraktur gigi yang disebabkan
karena gigi tidak mampu menahan daya tekan yang besar dan berlangsung terus-
menerus yang diberikan oleh gigi antagonisnya serta terjadinya kegoyangan gigi
yang diakibatkan karena adanya daya oklusal besar yang abnormal yang
menyebabkan terjadinyapelebaran ruang periodontal gigi.
Gejala lain sering timbul yaitu nyeri pada sendi temporomandibula. Hal ini
disebabkan adanya tekanan pada sendi karena hiperaktivitas otot pengunyahan
yang terus menerus menyebabkan penipisan diskus artikularis bagian posterior,
diskus akan bergerak lebih ke antero-medial sehingga kondilus berada pada
bagian posterior diskus yang berisi saraf dan pembuluh darah sehingga penderita
merasakan sakit pada sendinya, adanya hipertrofi otot-otot pengunyahan karena
terjadi peningkatan tonus otot, adanya eksostosis dan torus pada tulang rahang
yang terlihat pada gambaran radiografi, serta timbulnya sakit kepala.
Keluhan utama yang paling sering dirasakan oleh pasien adalah rasa nyeri dan
pegal pada otot pengunyahan serta rasa nyeri pada sendi temporomandibula
ketika bangun tidur pagi hari dikombinasi dengan nyeri kepala, diikuti suara
kliking dan krepitus sendi temporomandibula. Penderita bahkan dapat mengalami
terkuncinya rahang dan kesulitan membuka mulut, sehingga harus dilakukan
pemijatan otot maseter dan otot temporalis.
 Perawatan
Tujuan dari perawatan gangguan otot yang disebabkan oleh aktivitas
parafungsional bruksisme adalah mengembalikan fungsi normal gigi,
periodontium, serta jaringan lain yang berhubungan dengan sistem pengunyahan.
Perawatan terbaik untuk suatu kelainan yaitu dengan mengenali faktor etiologi
terlebih dahulu, selanjutnya berusaha untuk menghilangkannya. Tidak ada
perawatan yang secara permanen dapat menghilangkan kelainan bruksisme, tetapi
ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menolong pasien mengurangi atau
menghilangkan akibat yang ditimbulkan dari kelainan ini. Tindakan yang perlu
dilakukan pertama kali adalah mencegah rusaknya gigi dan struktur
pendukungnya akibat bruksisme. Penyesuaian oklusal (occlusal adjusment) dapat
dilakukan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya bruksisme yang
disebabkan adanya sangkutan oklusal, yaitu dengan menghilangkan sangkutan
oklusal tersebut, hal ini dapat dilakukan hanya pada bruksisme tahap awal.
Perawatan orthodonti untuk rehabilitasi gangguan oklusal.
Selanjutnya dapat dibuatkan splint oklusal yang biasa disebut splint stabilisasi.
Splint stabilisasi sering disebut alat relaksasi otot karena alat ini sering dipakai
untuk mengurangi keluhan-keluhan pada otot sendi temporomandibula. Splint
stabilisasi biasanya dibuat dari akrilik transparan yang diletakkan pada permukaan
oklusal dan insisal gigi pada salah satu lengkung rahang, yang dapat
menghasilkan kontak oklusal yang tepat dengan gigi pada lengkung gigi
lawannya, dapat membantu mengurangi kekuatan yang dapat merusak jaringan
serta mengobati hiperaktivitas otot.
Splint stabilisasi juga bertujuan untuk menstabilkan posisi kondilus terhadap fosa
glenoidalis dan melindungi hubungan antara maksila dengan mandibula yang
dibutuhkan pada langkah-langkah terapi fungsional, serta untuk mendapatkan
relasi sentrik sebelum restorasi definitif dipersiapkan. Pasien diinstruksikan untuk
menggunakan splint saat tidur malam hari atau pada siang hari ketika aktivitas
bruksisme mulai muncul dan harus digunakan selama 6 sampai 8 bulan.
Perawatan yang dapat dilakukan selanjutnya adalah terapi pulpa dan pembuatan
mahkota penuh logam pada gigi-gigi yang mengalami atrisi maupun abrasi yang
sangat parah dimana terjadi penetrasi ke tanduk pulpa. Berdasarkan ketentuan
American Academy of Medical Acupuncture (AAMA) dan WHO, akupuntur
dapat diindikasikan untuk perawatan bruksisme, spasme otot, kelainan sendi
temporomandibula dan ansietas. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang
menunjukkan bahwa akupuntur merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi
gangguan sendi temporomandibula. Perawatan dengan obat obatan yang
bermaksud untuk relaksasi otot, diantaranya: buspiron, bromocriptin, propanolol,
clonazepam dan clonidin.
Perawatan penunjang terhadap bruksisme yang dapat dilakukan, diantaranya yaitu
perawatan psikologis, teknik relaksasi otot, dan teknik biofeedback. Perawatan
psikologis memerlukan kerjasama antara dokter gigi dengan psikolog atau
psikiater. Pada beberapa orang, hanya dengan beristirahat dan memodifikasi
kebiasaan-kebiasaan pada siang hari dapat mengurangi bruksisme pada malam
hari. Dengan meminimalisasi tingkat stres dapat mengurangi resiko timbulnya
bruksisme.
Teknik relaksasi merupakan metode yang paling umum digunakan di kedokteran
gigi. Meditasi dan yoga dapat memberikan relaksasi dan mengurangi tingkat stres
dan gejala-gejala yang berkaitan dengan hiperaktivitas otot. Latihan relaksasi
secara alami, yaitu melakukan latihan lokal terhadap otot-otot mastikasi, dapat
mengurangi ketegangan otot dan bruksisme. Latihan ini hanya bersifat sementara
dan efektifitasnya belum benar-benar terlihat.
Pendekatan psikologik untuk mengurangi etiologi stres dari kelainan bruksisme
dapat dilakukan dengan teknik biofeedback. Teknik ini merupakan konsep
perawatan bruksisme dengan menggunakan electromyograph atau EMG yang
akan memberikan gambaran hiperaktivitas otot sebagai umpan balik bagi
penderita untuk mengubah perilaku. Setiap kali otot pengunyahan tegang akan
terdengar bunyi (suara alarm aktif EMG) sebagai suatu tanda yang
mengindikasikan adanya clenching atau bruksisme sehingga aktivitas ini harus
dihentikan segera dan pasien harus merelaksasi otot-ototnya, yaitu dengan
menurunkan tegangan ototnya di bawah ambang toleransi. Pada malam hari
volume dari suara akan meningkat, sampai membangunkan pasien ketika
kebiasaan abnormal ini muncul. Sekali lagi pasien diinstruksikan bahwa jika ia
terbangun oleh suara, artinya aktivitas bruksisme muncul dan harus segera
dihentikan.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang piranti ortodonti, sekrup


ekspansi dan aplikasinya.
Piranti Ortodonsia
Piranti ortodonti yaitu alat yang dapat memberikan tekanan yang mengakibatkan reaksi
biologis gigi dan lengkung rahang berubah. Piranti ortodonti terbagi menjadi:
A. Berdasarkan cara pemakaian: lepas dan cekat.
B. Berdasarkan tujuan: preventif, korekti, retentif.
C. Berdasarkan kekuatan: lepas dan mekanik.
Alat / pesawat ortodontik dalam pemakaiannya di dalam mulut dibedakan menjadi 2
macam alat, yaitu:
A. Alat Cekat, yaitu alat ortodontik yang hanya dapat dipasang dan dilepas oleh dokter
gigi. Contoh:
 Alat cekat teknik begg.
 Alat cekat teknik edgewise.
 Alat cekat teknik bioprogresive.
Konstruksi alat cekat lebih komplek dari alat lepasan. Terdiri dari 2 komponen,
yaitu:
 Komponen pasif, berfungsi untuk mendukung komponen aktif:
a. Band, berupa cincin logam yang biasanya disemenkan pada gigi penjangkar.
b. Tube, berupa tabung logam yang biasanya dipatrikan pada band molar.
c. Bracket, berupa tempat perlekatan komponen aktif yang sekarang
pemasangannya pada gigi dilakukan secara bonding.
 Komponen aktif, berfungsi untuk menggerakkan gigi :
a. Arch wire / kawat busur berupa lengkung kawat yang dipasang pada slot
bracket dan dimasukkan pada tube bukal.
b. Sectional wire merupakan bagian dari kawat busur untuk menggerakkan gigi-
gigi posterior seperti: Cuspid retractor.
c. Auxillaries merupakan perlengkapan tambahan untuk menggerakkan gigi-gigi,
seperti, pir-pir atau karet elastik.

B. Alat Lepasan, yaitu alat ortodontik ini dapat dipasang dan dilepas oleh pasien
sendiri. Contoh:
 Plat dengan pir-pir pembantu.
 Plat dengan peninggi gigitan.
 Plat ekspansi.
 Aktivator / monoblock.
Komponen alat lepasan terdiri dari:
 Pelat dasar / baseplate.
 Komponen retentif:
a. Klamer / clasp.
b. Kait / hook.
c. Busur labial / labial arch / labial bow (dalam keadaan pasif).
 Komponen aktif:
a. Pir-pir pembantu / auxilliary springs.
b. Busur labial / labial arch / labial bow.
c. Skrup ekspansi / expansion screw.
d. Karet elastik / elastic rubber.
 Komponen pasif: busur lingual / lingual arch / mainwire.
 Komponen penjangkar:
a. Verkeilung.
b. Busur labial dalam keadaan tidak aktif.
c. Klamer-klamer dan modifikasinya.

Sekrup Ekspansi
Kata ekspansi merujuk pada pelebaran daerah lateral pada lengkung gigi oleh tekanan
ortodonti. Salah satu tujuan utama perawatan ortodonti adalah mengoreksi
ketidaksesuaian skeletal / dental dalam arah transversal. Tekanan pada alat ini bertindak
sebagai kekuatan ortopedik yang membuka sutura midpalatal. Alat ini menekan
ligamen periodontal, menekuk prosessus alveolar, memiringkan / membalikkan
penjangkaran gigi dan berangsur-angsur membuka sutura midpalatal.
A. Indikasi dan Kontraindikasi Ekspansi
Indikasi ekspansi:
 Kekurangan pertumbuhan maksila.
 Penyempitan bilateral maksila.
 Palatum yang tinggi dan sempit.
 Kelainan bentuk dari septum.
 Maksila yang kolaps (cleft palatal).
 Retrusi maksila.
Kontraindikasi ekspansi:
 Crossbite unilateral.
 Orang yang mengalami kelainan patologis jaringan lunak.
 Jika maksilanya sempit dan panjang serta berhubungan dengan retrognati
mandibular.

B. Tipe Ekspansi
Ekspansi melewati sutura melalui dua cara:
 Rapid expansion.
 Slow expansion.
Objek dari ekspansi maksila adalah untuk melebarkan maksila, tidak hanya
meluaskan lengkung gigi dengan menggerakkan gigi-gigi relatif ke tulang.
Tipe Slow Tipe Rapid
1. Bekerja secara lambat 1. Bekerja dalam waktu yang singkat
dalam beberapa minggu. (sekitar 21 hari).
2. Perputaran sekrup dilakukan pada pagi
2. Perputaran sekrup ¼
hari, dan dilakukan lagi pada malam
putaran dapat menghasilkan
hari pada hari pertama dandilakukan
pergeseran 0,25 mm.
aktivasi tiap hari.
3. Ekspansi sebesar 1 mm per
3. Ekspansi 7-11 mm dalam 21 hari.
bulan.
4. Tidak ada rasa sakit. 4. Disertai rasa sakit.
5. Orthodontic force. 5. Orthopedic force.

Tipe ekspansi berdasarkan penggunaanya:


Tipe Sekrup Ekspansi Penggunaan
1. Sekrup ekspansi simetris bilateral
(symmetrical bilateral expansion Untuk ekspansi bilateral.
screw).
2. Traction screw. Menutup jarak (closing space).
3. Sekrup ekspansi disertai split Memisahkan ekspansi maksila
aktivator. atau mandibula.
4. Sekrup tiga dimensi (three
Ekspansi anterior dan bilateral.
dimensional screw).
Tipe expansion screw.

Sekrup ekspansi terdapat bermacam-macam, tapi dasar kerjanya sama. Tersedia


berbagai tipe, antara lain:
 Tipe Badcock.

 Tipe Fisher.

 Tipe Glenross.

 Tipe Wipla.

C. Aktivasi Sekrup Ekspansi


Sekrup diaktifkan oleh pasien ke arah panah yang ditunjukkan pada baseplate.
Prinsip sekrup ortodonti adalah bahwa akhir perawatan dalam arah yang berlawanan
ketika diputar pelat dan logam bergerak terpisah. Dasar dari sekrup ortodonti kaku,
oleh karena itu hanya dapat disesuaikan dengan hanya sejumlah kecil pada satu
waktu, dan sebaliknya alat tidak dapat diinsersi. Aktivasi dilakukan seperempat
putaran sekali seminggu yang memisahkan akrilik sekitar 0,25 mm, menghasilkan
kekuatan berkisar antara 3 sampai 10 pound. Alat ini menekan gigi dalam soket
dengan 0,12 mm per sisi, yang dalam lebar ligamen periodontal (0,25 mm). Seperti
pengurangan ringan ruang ligamen periodontal tidak akan mengganggu sirkulasi
darah dan menciptakan kondisi ideal pergerakan gigi & transformasi tulang.
Tambahan penyesuaian, dapat dilakukan hingga seperempat putaran dua kali
seminggu, tetapi perlu untuk memperhatikan yang dilakukan agar tidak berlebih
karena hal ini akan menyebabkan alat menjadi tidak sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Susiana, 2009. Perawatan Maloklusi Kelas III Skeletal dengan Penggunaan Chin Cap pada
Pasien Usia Pertumbuhan. Bandung: Jurnal Kedokteran Maranatha. 9(1): 59-60.
Rachmadani, Anatasya dan Jeffrey. 2020. Perawatan Space Regainer pada Premature Loss
Gigi Molar Sulung Rahang Atas dan Bawah – Laporan Kasus. Cimahi: Oceana
Biomedicina Journal. 3(2): 28-29.
Herman, Wachijati. 1990. Masalah dan Akibat dari Bruxism serta Cara Perawatannya.
Bandung: Jurnal PDGI. 39(1): 35-42.

Anda mungkin juga menyukai