Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 3 : TUMBUH KEMBANG


SKENARIO 1 : Pertumbuhan Gigi

Kelompok Tutorial 4
AnggotaKelompok:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nurhalimah
Farina NurAmala
Anya Tania Larasati
Ghafran Nailul Farchi
Sunana Ageng Hikmawati
Nafra Glenivio Agretdie
Khairunnisa Fadhilatul Arba
Firmansyah Adi Pradana
Liyathotun Fatimah
Hamy Rafika Pratiwi
Shintia Dwi Pramesty
Endang Nur Hidayati

(161610101038)
(161610101039)
(161610101040)
(161610101041)
(161610101042)
(161610101043)
(161610101044)
(161610101045)
(161610101046)
(161610101047)
(161610101048)
(161610101049)

Tutor : Yani Corvianindya Rahayu, drg., MKG


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2016

DAFTAR ISI

SKENARIO

STEP 1 : CLARIFYING UNFAMILIAR TERMS


1. Bud stage
2. Odontogenesis
3. Amelogenesis
4. Dentinogenesis
5. Bell stage
6. Cap stage
7. Gigi rapuh
8. Agenesi
9. Placode stage
10. IU
11. Geligi
12. Benih gigi
JAWABAN
1. Bell stage merupakan tahap pembentukan kuntum gigi pada jaringan
epitek mulut.
2. Odontogenesis merupakan terbentuknya jaringan gigi yang berlaku terusmenerus hingga beberapa tahap.
3. Amelogenesis merupakan proses pembentukan enamel dengan sel yang
berperan yaitu amiloblast yang terdiri dari 2 fase :
a. Fase sintesa matriks organik enamel dan sekresi matriks organik
enamel.
b. Pematangan enamel yang berupa mineralisasi atau pengepuran.
4. Dentinogenesis merupakan proses pembentukan dentin dengan sel yang
berperan yaitu odontoblas dibagian dentin pulpa dan terdiri dari 2 fase :
a. Fase sintesa matriks organik dentin dan sekresi matriks organik dentin.
b. Pematangan dentin yang berupa mineralisasi atau pengepuran.
5. Bell stage merupakan perubahan bentuk organ enamel dari bentuk topi ke
bel. Dikarenakan adanya proses proliferasi sel-sel organ enamel yang
masih berlanjut disertai kondensasi jaringan mesenkimal yang terus
meningkat dan meluas pada daerah yang cekung pada organ enamel
sehingga organ enamel berbentuk seperti bel. Terdapat beberapa jenis sel
yang berperan yaitu Outer Enamel Eppitelium (OEE), Retikulum Stelata
(RS), Retikulum Intermedium (RI), Iner Enamel Epitelium (IEE).
6. Cap satge merupakan gejala dimana proyeksi dari lamina gigi meluas ke
dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordial dari

gigi primer. Dimulai pada minggu ke ii iii . Sel-sel berproliferasi sampai


membesar. Bentuknya seperti topi atau cap karena terjadi pertumbuhan
tidak seimbang pada dental lamina.
7. Gigi rapuh merupakan suatu keadaan dimana kekuatan gigi berkurang.
Faktor dapat yang mempengaruhi yaitu karies gigi atau kurangnya
kebersihan dalam rongga mulut.
8. Agenesi merupakan tidak terbentuknya benih gigi. Faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor genetik atau faktor lingkungan.
9. Placode stage merupakan tahap terjadinya penebalan pada epitel mulut
atau ektodermal.
10. IU atau interna uterin merupakan dalam kandungan.
11. Geligi merupakan sekumoulan gigi yang banyak dan susunanya dapat
mempengaruhi bentuk wajah.
12. Benih gigi merupakan struktur embrional yang terdiri dari enamel organ,
dental papila, dann dental sae.

STEP 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Bagaimana proses tumbuh kembang gigi?


Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pertumbuhan gigi?
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan erupsi gigi?
Faktor-faktor apa yang menyebabkan kegagalan erupsi?
Baimana hubungan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya?
Nutrisi apa yang dibutuhkan ibu hamil untuk pertumbuhan gigi janin yang

dikandungnya?
7. Apa saja kelainan yang tejadi pada proses pertumbuhan gigi?

STEP 3 : BRAINSTORMING
1. Proses pertumbuhan dan perkembangan gigi
Primary dental lamina yang menebal dan meluas menjadi tepi oklusal
maksila dan mandibula.
Insiasi : terjadi permulaan kuncup gigi di jaringan epitel rongga
mulut (Bud stage ). Proliferasi : pembelahan sel dan perluasan organ enamel
(Cap stage). Tahap proliferasi menyebabkan lapisan sel mesenkim memadat
dan bervaskularisasi membentuk dentin dan pulpa. Sel-sel mesenkim
disekeliling organ disebut kantong gigi yang akan berubah menjadi
sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar. Permukaan tunas
bagian dalam mengalami invaginasi sehingga berbentuk topi atau cap stage.
Histodiferensiasi : terjadi spesialisasi dari sel yang mengalami
perubahan hsitologi.
Morfodiferensiasi : terbentuknya susunan sel dari pembentukan
sepanjang dentina enamel junction dan mengendapkan enamel dentin serta
sementum yang berfungsi untuk pembentukan gigi yang pas. Proses ini
dibantu oleh sel ameloblast, odontoblast, dan sementoblast.
Aposisi : ketika enamel, dentin, sementum, disekresikan sebagai
matriks.
Kalsifikasi : pengerasan oleh pengendapan garam kalsium.
Erupsi : pergerakan gigi ke rongga mulut dibantu oleh ligamen
periodontal dan tulang alveolar.
Atrsi : pengausan gigi.
Resorpsi : pengapusan dari akar-akar gigi susu oleh aksi osteoklas.
Kesalahan pada bud stage akan menyebabkan anomali terhadap
jumlah gigi. Kesalahan pada bell stage akan menyebabkan anomali terhadap
struktur gigi. Kesalahan pada aposisi akan menyebabkan anomali terhadap
struktur gigi.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan gigi
a. Hormon yang berperan yaitu hormon tyroid dan pertumbuhan.
b. Metabolisme yaitu ada tidaknya kalsium dan fosfat serta vitamin D.
c. Kecepatan sekresi PTH, bila faktor normal pertumbuhan dentin dan
enamel sehat. Bila tidak normal proses kalsifikasi gigi tidak sempurna dan
seumur hidup bisa menyebabkan kelainan.
d. Keturunan atau genetik.
e. Ras.

f. Jenis kelamin.
g. Faktor lingkungan.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan erupsi gigi.
a. Gen (78%)
b. Jenis kelamin.
c. Faktor lingkungan, meliputi sosial yaitu kurang mampunya masyarakat
yang menyebabkan erupsi lambat dan nutrisi yaitu kurangnya vitamin D.
d. Ras, ras Afrika lebih cepat pertumbuhan giginya dari pada ras Mongoloid
dan Kaukasoid.
e. Penyakit.
f. Lokal, meliputi jarak gigi ke tempat erupsi, adanya gigi berlebih,
malformasi gigi, mukosa gingiva yang menebal, dan pertensi gigi desidu.
4. Faktor-faktor kegagalan erupsi
a. Gigi sendiri yakni adanya kelainan perkembangan gigi, kegagalan pada
pergerakan praerupsi dan prafungsional serta letak benih yang abnormal.
b. Sekitar gigi yakni adanya tulang yang tebal dan padat, tempat gigi kurang,
posisi gigi tetangga menghalangi, gigi susu yang presistensi.
c. Kurangnya nutrisi
5. Hubungan kesehatan ibu hamil dengan janin yang sedang dikandungnya
Trimester 1 : Adanya faktor muntah yang menyebabkan adanya bakteri yang
dapat berpengaruh pada janin. Apabila ibu hamil mengalami ginggivitis maka
terjadi peningkatan hormon kalsium yang akan diserap oleh janin, apabila
terjadi kelainan seperti karies akan mempengaruhi nutrisi yang akan
disalurkan pada janin. Jika gigi rusak akan merangsang hormon progesteron
yang akan merangsang kontraksi rahim dan menyebabkan kelahiran prematur.
Infeksi pada rongga mulut pada ibu hamil akan sampai ke janin lewat
plasenta darah.
6. Nutrisi yang Dibutuhkan
Vitamin D yang digunakan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Kalsium yang
digunakan untuk pertumbuhan tulang dan gigi, ditemukan terbanyak yaitu
99% dalam bentuk hidroksiapatit. Serta fosfor untuk pembentukan tulang dan
gigi.
7. Kelainan
amelogenesis imperfecta adalah kelainan pembentukan enamel yang
dipengaruhi oleh faktor genetik, pewarisan secara autosomal dominant atau
autosomal resesif. Amelogenesis imperfecta dapat terjadi pada gigi sulung
maupun permanen dan terdapat 4 tipe yaitu, hipoplastik, hipomaturasi,

hipokalsifikasi dan hipomaturasi-hipoplasi dengan taurodontism. Gangguan


ini menyebabkan gigi mempunyai lapisan enamel yang sangat tipis.

STEP 4 : MIND MAP

STEP 5 : LEARNING OBJECTIVE


1.
2.
3.
4.

Mahasiswa mampu memahami definisi odontogenesis


Mahasiswa mampu memahami tahap tahap odontogenesis
Mahasiswa mampu memahami faktor faktor odontogenesis
Mahasiswa mampu memahami gambaran histologis odontogenesis

STEP 6 : MANDIRI
STEP 7 : PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Definisi Odontogenesis
Odontogenesis adalah proses yang berlanjut terus menerus yang terjadi
atas

beberapa

tahap

yaitu,

inisiasi,

proliferasi,

histodiferensiasi,

morfodiferensiasi, aposisi, kalsifikasi, erupsi, dan atrisi (Harshanur, 1991;


Dofka,2000). Odontogenesis dimulai dengan adanya pembentukan dental
lamina yang merupakan penebalan jaringan epitel ronga mulut yang meluas
sepanjang batas oklusal rahang atas dan rahang bawah. Perkembangan
berawal dari daerah anterior rahang bawah, kemudian diikuti perkembangan
bagian anterior rahang atas dan berlanjut ke arah posterior kedua rahang
(Harshanur, 1991)
Odontogenesis merupakan istilah yang menggambarkan pertumbuhan
dan perkembangan gigi (Tencate, 2000). Pertumbuhan dan perkembangan
terjadi secara bersama-sama. Dimana pertumbuhan merupakan perubahan
ukuran atau nilai tertentu dalam kedewasaan. Sedangkan perkembangan
mencangkup aspek dari diferensiasi bentuk atau fungsi. (Amandia, 2010)
2. Tahap Tahap Odontogenesis
Menurut McDonald (2000) dan Finn (2003), pertumbuhan dan
perkembangan gigi dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi,
dan erupsi:
a. Tahap Perkembangan Gigi
Tahap perkembangan adalah sebagai berikut (McDonald dan Avery, 2000;
Finn, 2003):
i.
Inisiasi (bud stage)
Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel
tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat
daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di
regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian rahang
ii.

atas dan bawah.


Proliferasi (cap stage)
Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami
proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papil gigi yang

kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel


mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat
dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum,
iii.

membran periodontal, dan tulang alveolar.


Histodiferensiasi (bell stage)
Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam
(inner email epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut
sebagai ameloblas yang akanberdiferensiasi menjadi email dan sel-sel
bagian

iv.

tepi

dari

papila

gigi

menjadi

odontoblasyang

akan

berdiferensiasi menjadi dentin.


Morfodiferensiasi
Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk
menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi
sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila
epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas
antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel
junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction mempunyai sifat
khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi.
Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel
ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai

v.

dengan bentuk dan ukurannya.


Aposisi
Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan
sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang
bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%30%.

b. Tahap Kalsifikasi
Kalsifikasi terjadi dengan pengendapan garam-garam kalsium anorganik
selama pengendapan matriks. Kalsifikasi dimulai selama pengendapan
matriks oleh endapan dari suatu nidus kecil, selanjutnya nidus garamgaram kalsium anorganik bertambah besar oleh tambahan lapisan-lapisan
yang pekat (Itjiningsih, 1991).
Apabila kalsifikasi terganggu, butir kalsium individu di dalam dentin tidak
menyatu dan tertinggal sebagai butir kalsium dasar yang terpisah di dalam
daerah matriks eosinofilik tersendiri yang tidak terkalsifikasi. Kekurangankekurangan seperti ini sangat mudah dikenali di dalam dentin (disebut
interglobullar dentin), tetapi itu semua juga dapat dikenali walaupun tidak
jelas dalam kalsifikasi tulang atau enamel (Itjiningsih, 1991).
Kalsifikasi enamel dan dentin sangat sensitif pada perubahan-perubahan
metabolik yang kecil pada anak-anak. Kalsifikasi jaringan ini tidak
seragam tetapi sifatya bervariasi selama perkembangan yang berbeda dari
pertumbuhan individu. Bila terjadi gangguan pada tahap kalsifikasi ini
akan menyebabkan kelainan struktur jaringan keras gigi misalnya
hipokalsifikasi (Itjiningsih, 1991).
c. Erupsi Gigi
Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari
awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga
mulut. Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi
aktif dan pasif. Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh
gerakan ke arah vertikal, sejak

mahkota gigi bergerak dari tempat

pembentukannya di dalam rahang sampai mencapai oklusi fungsional


dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke
arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang dan akar
klinis bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan
epitel di daerah apikal. Gigi desidui yang juga dikenal dengan gigi primer
jumlahnya 20 di rongga mulut, yang terdiri dari insisivus sentralis,
insisivus lateralis, kaninus, molar satu, dan molar dua dimana terdapat
sepasang pada maksila dan mandibula masing-masing. Pada usia 6 bulan

setelah kelahiran, gigi insisivus sentralis mandibula yang merupakan gigi


yang pertama muncul di rongga mulut, dan berakhir dengan erupsinya gigi
molar dua maksila. Pergerakkan gigi yg sedang pertumbuhan dalam sumbu
aksial, dari lokasi asalnya dalam tulang rahang ke posisi fungsional dalam
rongga mulut berlangsung terus menerus sampai dengan permukaan gigi
atas bertemu dengan permukaan gigi bawah (Itjiningsih, 1991).
Erupsi gigi adalah munculnya tonjolan gigi atau tepiu insial gigi
menembus gingiva. Menurut Itjiningsih (1991) erupsi gigi dapat terjadi
pada gigi susu maupun gigi permanen.
Tahap erupsi gigi dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu :
i.
Tahap praerupsi
Tahap praerupsi dimulai saat pembentukan benih gigi sampai mahkota
selesai

dibentuk.

Pada

tahap

praerupsi

rahang

mengalami

pertumbuhan pesat di bagian posterior dan permukaan lateral yang


mengakibatkan rahang mengalami peningkatan panjang dan lebar
kearah anterior-posterior. Untuk menjaga hubungan yang konstan
dengan tulang rahang yang mengalami pertumbuhan pesat ini maka
ii.

benih gigi bergerak kea rah oklusal.


Tahap prafungsional
Tahap prafungsional dimulai dari pembentukan akar sampai gigi
mencapai daratan oklusif. Pada tahap prafungsional gigi bergerak
lebih cepat kea rah vertical. Selain bergerak kearah vertical, apda
tahap prafungsional gigi juga bergerak miring dan rotasi. Gerakan
miring dan rotasi dari gigi ini bertujuan untuk memperbaiki posisi gigi

iii.

berjejal didalam tulang rahang yang msih mengalami petumbuhan.


Tahap Fungsional
Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi telah
tanggal. Selama tahap fungsional gigi bergerak kearah oklusal, mesial
dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap fungsional ini bertujua
untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpaksa selama
berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dari gigi dapat

dipertahankan.
3. Faktor Faktor Odontogenesis
a. Faktor genetik

Faktor genetik dapat mempengaruhi kecepatan waktu erupsi gigi. Faktor


genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan
urutan erupsi gigi, termasuk proses kalsifikasi. Menurut Stewart,
pengaruh faktor genetik terhadap erupsi gigi adalah sekitar 78%.
(Indriani, 2011)
b. Faktor ras
Perbedaan ras dapat menyebabkan perbedaan waktu dan urutan erupsi
gigi permanen. Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika
dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit
hitam dan Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Prancis, Inggris, dan
Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak
menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar. Erupsi lebih
cepat pada ras Afrika hitam dibandingkan dengan ras Kaukasoid, orang
Korea (Mongoloid) sedikit lebih cepat daripada ras Kaukasia, dan pada
orang Australia pribumi lebih lambar daripada Kaukasoid. (Indriani,
2011)
c. Jenis kelamin
Waktu erupsi gigi permanen mandibula dan maksila terjadi bervariasi
pada setiap individu. Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan
lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki. (Indriani, 2011)
d. Faktor lingkungan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tetapi tidak banyak mengubah sesuatu yang telah ditentukan oleh faktor
keturunan, pengaruh faktor lingkungan terhadap waktu erupsi gigi adalah
sekitar 20%. (Indriani, 2011)
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor lingkungan, antara lain :
i. sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi,
kesehatan seseorang dan faktor lainnya yang berhubungan. Anak
dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi
gigi yang lebih lambat dibandingkan dengan anak yang tingkat
ii.

ekonomi menengah. (Indriani, 2011)


nutrisi
Faktor pemenuhan gizi dapat mempengaruhi waktu erupsi gigi dan
perkembangan rahang. Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat

mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi. Keterlambatan waktu


erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti
vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin. Pengaruh nutrisi terhadap
perkembangan gigi adalah sekitar 1%. (Indriani, 2011)
e. Faktor penyakit
Gangguan pada erupsi gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit
sistemik dan beberapa sindroma, seperti Down syndrome, Cleidocranial
dysostosis,

Hypothyroidism,

Hypopituitarism,

beberapa

tipe

dari

Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy. (Indriani, 2011)


f. Faktor lokal
Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak
gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, adanya gigi yang berlebih, trauma
dari benih gigi, mukosa gusi yang menebal, dan gigi sulung yang tanggal
sebelum waktunya. (Indriani, 2011)
4. Gambaran Histologis Odontogenesis
a. Bud Stage
Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel
tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat
daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di
regio bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian maksila dan
mandibula. (Hang, 2010)
Tahap inisiasi merupakan penebelan jaringan pada jaringan ektodermal
dan merupakan gambaran morfologi pertama dari perkembangan gigi,
akan tetapi hal ini didahuluin oleh suatu gejala induktif (Itjiningsih,2015).
Tahap bud ini berlangsung pada minggu ke 10 IU. Adapun perubahan
yang paling nyata dan paling dominan pada tahap bud ini proliferasi
jaringan ektodermal dan

jaringan mesenkimal yang terus berlanjut

(Imelda, 2002).
Jaringan Ektodermal yang terdiri dari sel-sel low columner yang berubah
menjadi sel-sel skuamos dan sel-sel stratified (Sperber G H, 1991).
Lamina gigi atas dan bawah kemudian membentuk pita seperti bentuk
tapal kuda (Stewart, 1982). Pada beberapa tempat di bawah lingir rahang
terjadi pembiakan dari sel-sel epitel jaringan selaput lendir mulut ke
dalam jaringan mesoderm yang terlihat sebagai suatu bentuk kuntum (bud

formation/stage) (Itjiningsih, 2015). Kuntum gigi yang berbentuk oval ini


dikenal dengan sebagai organ enamel. Organ enamel terdiri dari banyak
RNA, lebih sedikit glukogen, dan aktivitas enzim oksidatif yang lebih
besar dibandingkan sel-sel yang terdapat pada jaringan ektodermal yang
berdekatan dengan organ enamel tersebut (Finn S B, 1962).

Gambar 4.1 : Gambaran Histologis pada saat bud stage


b. Cap Stage
Lapisan sel -sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami
proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papila gigi yang
kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel - sel mesenkim
yang berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous,
disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal,
dan tulang alveolar. (Hang, 2010)

Gambar 4.2 : Gambaran histologis dari Cap Stage


c. Bell Stage

Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam
(inner email epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut
sebagai ameloblas yang akan berdiferensiasi menjadi email dan sel - sel
bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi
menjadi dentin. (Hang, 2010)

Gambar 4.3 : Gambaran histologis Bell Stage

DAFTAR PUSTAKA
Hang, J Lin Chee. 2010. E- Repository . Universitas Sumatera Utara.
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16855/4/Chapter
%20II.pdf ) Terakhir diakses : 13 Desember 2016, 06:44 WIB
Finn S B. Clinical Pedodontics. 2nd ed, London : W.B Saunders Co, 1962 : 53-9
Imelda M Gultom. Jurnal Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi Pada
Masa Embrional. Medan. 2002
Itjiningsih W.H. Anatomi Gigi. Edisi 2. Jakarta.2015
Sperber G H. Embriologi Kranioasial. Penerjemah : Yuwono, Lilian. Jakarta :
Hipokrates, 1991 : 213-22
Harshanur, Itjingningsih Wangidjaja. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC.
Puspitawati, Ria., Priaminiarti, Menik dan Firdaus. 2013. Gigi molar tiga sebagai
indikator prakiraan usia kronologis pada usia 1422 tahun (Third
molars as the chronological age estimation indicatorat the age of 1422

years).

Jurnal.pdgi.or.id/index.php/jpdgi/article/viewFile/57/59

Diakses pada tanggal 8 Desember 2016


Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16855/4/Chapter%20II.pdf

Diakses

pada tanggal 8 Desember 2016


Shita, Amandia Dewi P dan Sulistiyani. 2010. Pengaruh Kalsium Terhadap
Tumbuh

Kembang

Gigi

Geligi

Anak.

Universitas

Jember.

Jurnal.unej.ac.id/index.php/STOMA/article/download/2074/1678
Diakses pada tanggal 8 Desember 2016
Repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/BAB%20I%20%20BAB&20VII.pdf?sequence=1 Diakses pada tanggal 8 Desember
2016

Anda mungkin juga menyukai