Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN (GTSL)

Dosen Pembimbing:

drg. Aris Aji Kurniawan

Disusun Oleh:

Anggit Purwati

G4B016023

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

PURWOKERTO

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus kehilangan gigi pada satu atau beberapa gigi dalam kedokteran
gigi dikenal sebagai daerah edentoulous. Kehilangan gigi tanpa dilakukan
penggantian dapat menimbulkan efek pada pasien diantaranya migrasi dan
rotasi gigi, erupsi berlebih, menurunkan efisiensi kunyah, dan mempengaruhi
estetika pasien. Kehilangan gigi juga dapat memberikan efek buruk bagi
kesehatan umum pasien, karena terganggunya proses pengunyahan sehinggaa
kurangnya asupan buah-buahan, sayuran (Gunadi dkk., 2012; Emami dkk.,
2013).
Prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut adalah
23,4% dan 1,6% penduduk mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya.
Berdasarkan persentase tersebut, yang menerima perawatan atau pengobatan
dari tenaga kesehatan gigi adalah hanya sebesar 29,6%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pemahaman masyarakat dalam
pentingnya memakai gigi tiruan untuk mengembalikan fungsi gigi-geliginya
yang hilang (Riest Kesehatan Dasar, 2007).
Gigi tiruan terbagi menjadi dua yaitu gigi tiruan lepasan dan cekat. Gigi
tiruan lepasan meliputi gigi tiruan sebagian lepas (GTSL) dan gigi tiruan
lengkap (GTL). GTSL merupakan gigi tiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi, yang dapat dilepas pasang oleh pasien sendiri. GTSL dapat
berfungsi untuk mengembalikan fungsi estetika, fungsi mastikasi, dan fungsi
fonetik, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
(Bessadet dkk.,2013).
GTSL tersusun dari beberapa komponen diantaranya cengkeram, anasir,
dan basis gigi tiruan. Basis gigi tiruan dapat terbuat dari bahan metal,
termoplastik, dan resin akrilik. Resin akrilik berfungsi sebagai basis gigi
tiruan, bahan ini aman bagi rongga mulut karena tidak bersifat toksik, tidak
iritatif, dan tidak larut dalam cairan mulut. Resin akrilik juga dapat
memberika estetik yang cukup baik, mudah dimanipulasi, reparasinya mudah,
dan perubahan dimensinya kecil (David, 2005).
Resin akrilik terbagi menjadi 3 jenis, yaitu heat cured acrylic, cold cure
acrylic resin, dan light cure acrylic resin. Heat cured acrylic resin merupakan
jenis resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan, bahan ini
memerlukan energi panas untuk polimerisasi dengan perendaman air dalam
waterbath. Jenis akrilik ini memiliki estetik yang cukup baik, penyerapan air
yang rendah, memiliki konduktivitas termal yang baik, biokompatibel, mudah
diproses dan direparasi tanpa membutuhkan tenaga ahli laboratorium (Carr
dkk., 2005).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan kasus pasien kehilangan
sebagian giginya serta penatalaksanaanya berupa gigi tiruan sebagian
lepasan.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini diantaranya.
1. Memberikan sumbangan pemikiran yang diharapkan mampu menjadi
sarana pengembangan wawasan keilmuan terutama bidang prostodonsia.
2. Memberikan informasi mengenai perawatan pada pasien yang mengalami
kehilangan gigi sebagian menggunakan GTSL.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Gambaran Umum
GTSL adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi
yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dilepas serta
dipasang oleh pasien. Beberapa akibat kehilangan gigi adalah migrasi dan
rotasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah,
gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan
pendukung, gangguan bicara, estetis yang buruk, terganggunya kebersihan
mulut, atrisi, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak (Seal and
Jones, 2003).
Menurut Grant dkk. (2005) indikasi dari pembuatan GTSL diantaranya.
1. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
2. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai
pegangan
3. Keadaan processus alveolaris masih baik
4. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
5. Pasien ingin dibuatkan gigitiruan sebagian lepasan

B. Tahap pembuatan desain GTSL


Menurut Gunadi (2012), rencana pembuatan desain merupakan bagian
dari tahapan penting yang menentukan keberhasilan perawatan prosthodontik,
agar menghasilkan gigi tiruan yang baik tanpa merusak jaringan di rongga
mulut maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pembuatan desain gigi tiruan.
Tahap pembuatan desain gigi tiruan meliputi empat tahapan diantaranya.
1. Tahap I menentukan kelas pada masing-masing daerah edentulous
Menurut Nallaswamy (2007), klasifikasi edentulous sangat
bervariasi, hal ini mempengaruhi pemilihan desain gigi tiruan yang akan
digunakan baik dari segi saddle, conector, maupun jaringan pendukung.
Menurut Applegate daerah edentulous terbagi menjadi enam kelas yang
disertai indikasi protesa pada masing-masing kelasnya diantaranya:
a. Kelas I Applegate-Kennedy
Daerah tak bergigi yang terjadi pada kelas I yaitu berupa saddle
berujung bebas (free end) pada kedua sisi atau bilateral. Indikasi gigi
tiruan yang digunakan berupa gigi tiruan sebagian lepasan dua sisi
disertai adanya perluasan (extend base) pada area distal (Gunadi, 2012)
b. Kelas II Applegate-Kennedy
Kelas II Applegate-Kennedy merupakan kondisi hilangnya gigi
pada daerah posterior dengan daerah edentulous berupa saddle berujung
bebas (free end) satu sisi atau unilateral. Indikasi gigi tiruan yang
digunakan berupa gigi tiruan sebagian lepasan dua sisi disertai adanya
perluasan (extend base) pada area distal (Gunadi, 2012)
c. Kelas III Applegate-Kennedy
Daerah tak berigigi pada kelas III Applegate-Kennedy berupa
saddle tertutup atau paradental. Gigi yang mengapit daerah edentulous
tersebut keduanya kuat tetapi tidak mampu memberikan dukungan pada
gigi tiruan sepenuhnya. Gigi tiruan yang diindikasi berupa gigi tiruan
sebagian lepasan, dua sisi dengan memanfaatkan dukungan dari gigi
(Gunadi, 2012)
d. Kelas IV Applegate-Kennedy
Daerah tak berigigi pada kelas III Applegate-Kennedy berupa
saddle tertutup dan melewati garis tengah. Gigi tiruan yang diindikasi
berupa gigi tiruan sebagian lepasan atau cekat dua sisi (Gunadi, 2012)
e. Kelas V Applegate-Kennedy
Daerah tak berigigi pada kelas III Applegate-Kennedy berupa
saddle tertutup dan gigi bagian depan yang mengapit area edentulous
tidak kuat dijadikan sebagai penyangga. Gigi tiruan yang menjadi
indikasi pada kelas V Applegate-Kennedy adalah gigi tiruan sebagian
lepasan dua sisi (Gunadi, 2012).

f. Kelas VI Applegate-Kennedy
Kelas VI Applegate-Kennedy merupakan keadaan dimana
daerah edentulous berupa saddle tertutup dan kedua gigi tetangga yang
mengapit area edentulous kuat untuk dijadikan penyangga. Indikasi gigi
tiruan yang digunakan berupa gigi tiruan cekat atau lepasan, satu sisi
dan dukungan dari gigi (Gunadi, 2012).
2. Tahap II menentukan macam dukungan dari setiap Saddle
Dukungan saddle terbagi menjadi tiga yaitu dukungan mukosa,
dukungan gigi dan kombinasi. Saddle berujung bebas atau free end bisa
mendapatkan dukungan dari mukosa atau kombinasi (mukosa dan gigi).
Sedangkan saddle tertutup atau paradental bisa mendapatkan dukungan
dari gigi, mukosa maupun kombinasi (mukosa-gigi) (Jones dan Garcia,
2009). Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
dukungan saddle diantaranya.
a. Keadaan jaringan pendukung
Dukungan yang paling baik untuk gigi tiruan lepasan berasal
dari gigi, dengan syarat kondisi gigi masih sehat dan kuat dijadikan
penyangga. Tetapi jika kondisi gigi tidak memungkinkan sebaiknya
menggunakan mukosa sebagai jaringan pendukung dengan
memeperhatikan beberapa syarat:
1) Jaringan mukosa yang terdapat di bawah saddle tebal dan sehat.
2) Pasien tidak memiliki riwayat resorpsi tulang yang cepat.
3) Plat kortikal tulang alveolar yang teletak di bawah saddle padat dan
berada di atas tulang trabekula dan kanselus yang sehat (Gunadi,
2012).
b. Panjang saddle
Kondisi saddle yang pendek yang disertai gigi tetangga yang
sehat dan kuat, sebaiknya menggunakan gigi sebagai jaringan
pendukung. Sedangkan pada saddle yang panjang dan disertai gigi
tetangga yang tidak kuat sebaiknya memilih jaringan mukosa sebagai
jaringan pendukung saddle terutama pada rahang atas (Gunadi, 2012).
c. Jumlah saddle
Pasien dengan kondisi multiple sadlle sebaiknya
memperhatikan kesehatan jaringan mukosa dan kondisi gigi yang
mengapitnya. Kasus multiple saddle pada rahang atas sebaiknya
memilih jaringan mukosa sebagai dukungan saddle (Gunadi, 2012).
d. Keadaan rahang
Rahang bawah memiliki jaringan mukosa yang lebih sedikit
sehingga pada saddle paradental sebaiknya memilih gigi sebagai
jaringan pendukungnya. Sedangkan pada rahang atas memiliki
jaringan mukosa yang lebih luas sehingga pilihan jaringan pendukung
pada saddle rahang atas lebih bervariasi (Gunadi, 2012).
3. Tahap III menentukan jenis penahan
Retainer atau penahan terbagi menjadi dua yaitu direct retainer dan
indirect retainer. Direct retainer merupakan merupakan penahan primer
yang pasti dimiliki oleh setiap gigi tiruan, sedangkan indirect retainer
merupakan penahan sekuunder yang penggunaannya hanya sebagai
penahan tambahan (Nallaswamy, 2007). Pemilihan jenis dari retainer
sebaiknya memperhatikan beberapa aspek diantaranya:
a. Estetika
Jenis cengkeram serta arah cengkeram sebaiknya diperhatikan
dalam proses pembuatan retainer. Terutama cengkram yang akan
ditempatkan pada regio anterior agar tidak hanya retensi dan
stabilisasi yang dihasilkan melainkan memiliki estetik yang baik juga
(Gunadi, 2012).
b. Dukungan dari saddle
Pemilihan cengkeram sebaiknya disesuikan dengan kondisi
jaringan pendukung saddle pasien, tujuannya agar cengekeram
mampu memberikan retensi dan stabilisasi yang baik pada gigi tiruan
(Gunadi, 2012).

c. Stabilisasi gigi tiruan


Cengkeram kawat terbagi ke dalam dua jenis yaitu cengkeram
oklusal dan cengkeram gingival. Cengkeram oklusal terdiri dari
cengkeram 3 jari, cengkeram dua jari, cengkeram Jackson, cengkram
half jackson, cengkeram S, cengkeram panah, cengkeram adam, dan
cengkeram rush anker rib. Sedangkan cengkeram gingival terdiri dari
cengkeram meacock, cengkeram panah anker, cengkeram penahan
bola, dan cengkeram C (Gunadi, 2012).
4. Tahap IV menentukan jenis konektor
Konektor yang digunakan pada gigi tiruan resin berbentuk plat,
sedangkan pada gigi tiruan kerangka logam pilihan konektor lebih variatif
dan biasnya menggunakan lebih dari satu konektor dengan pertimbangan
pengalaman pasien, bahan gigi tiruan dan stabilisasi (Gunadi, 2012).

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada saddle berujung bebas
atau free end diantaranya:

1. Sandaran oklusal atau occlusal rest sebaiknya dibuat menghadap gigi


penyangga atau menjauhi daerah edentulous.
2. Diperlukan adanya indirect retainer atau penahan sekunder.
3. Desain cengkeram sebaiknya dibuat agar gaya yang diterima gigi
seminimal mungkin.
4. Diperlukan pencetakan ganda agar terjadi keseimbangan antara gaya yang
diterima gigi dan mukosa.
5. Perlu memperhatikan penggantian basis dikemudian hari karena jaringan
pendukung yang digunakan salah satunya adalah jaringan mukosa.
(Gunadi, 2012).

Menurut Jones dan Garcia (2009), konektor yang digunakan dalam


perawatan prosthodontik harus memenuhi beberapa syarat diantaranya:

1. Memperikan dukungan pada gigi tiruan


2. Terbuat dari bahan yang rigid
3. Tidak mengganggu lidah
4. Tidak berperan sebagai retensi
5. Tidak mempengaruhi struktur anatomi rongga mulut
6. Mampu mendistribusikan beban dengan prinsip penyebaran stress.
7. Menutup bagian yang memang perlu ditutup.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Kasus

Pasien laki-laki berusia 40 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan


Mulut Universitas Jenderal Soedirman dengan keluhan gigi belakang bawah
kanan dan kiri sudah hilang dan ingin dibuatkan gigi palsu lepasan. Pasien
merasakan sulit mengunyah makanan dan merasa kurang percaya diri karena
telah kehilangan beberapa giginya.
1. Anamnesis
Hasil anamnesis diperoleh informasi bahwa pasien mengeluhkan gigi
belakang bawah kanan dan kiri sudah hilang dan ingin dibuatkan gigi
palsu lepasan. Pasien merasakan sulit mengunyah makanan dan merasa
kurang percaya diri. Pasien pernah ke dokter gigi untuk mencabutkan gigi
karena berlubang besar dan gigi sisa akar. Kesehatan umum baik dan
pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Pasien belum pernah
menggunakan gigi tiruan.
2. Pemeriksaan Klinis
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Hasil pemeriksaan ekstra oral, diperoleh:
1) Wajah : Bulat
2) Profil muka : Cembung
3) Pupil : Simetris
4) Tragus : Simetris
5) Hidung : Simetris, Pernafasan melalui hidung lancar
6) Bibir : Normal dan kompeten
7) Sendi rahang : Normal dan tidak ada trismus

b. Pemeriksaan Intra Oral


Hasil pemeriksaan intra oral, diperoleh:
1) Pemeriksaan Umum
a) Saliva : Kuantitas Normal
Konsistensi Normal
b) Lidah : Berukuran Normal
Mobilitas Normal
c) Refleks Muntah : Rendah
d) Mukosa mulut : Normal
e) Kebiasaan buruk : Tidak ada
f) Vestibulum : RA normal dan RB sedang
g) Prosesus alveolaris:
i. Bentuk : kanan dan kiri oval
ii. Ketinggian : kanan dan kiri sedang
iii. Tahanan jaringan : kanan dan kiri tinggi
iv. Bentuk permukaan : kanan rata, kiri tidak rata
h) Frenulum
i. Labialis superior : tinggi
ii. Bukalis superior kanan: rendah
iii. Bukalis superior kiri : rendah
iv. Labialis inferior : rendah
v. Bukalis inferior kanan : rendah
vi. Bukalis inferior kiri: rendah
i) Palatum
i. Bentuk : parabola
ii. Kedalaman : dalam
iii. Torus palatinus: kecil
iv. Palatum mole : House kelas I
j) Tubrositas maksilaris : kanan dan kiri sedang
k) Ruang retromilohioid : kanan dan kiri sedang
l) Bentuk lengkung rahang : RA dan RB parabola
m) Lain-lain : gigi yang hilang yaitu gigi 36, 37, dan 46

c. Dokumentasi kondisi klinis

Gambar 1. Rahang atas Gambar 2. Rahang bawah

e. Rangkuman data : Pasien datang mengeluhkan kehilangan pada gigi


belakang bawah kanan dan kiri dan ingin dibuatkan gigi palsu lepasan.
Pasien merasa kesulitan saat mengunyah. Permukaan area edentulous
baik, oral hygiene baik. Pemeriksaan ekstra oral baik. Prognosis pasien
baik.
3. Model Studi

Gambar 3. Model rahang atas Gambar 4. Model rahang bawah

4. Diagnosis : Klasifikasi Aplegate kenedy kelas III modifikasi 1P


5. Perawatan praprostodontik : Scalling USS, Resto klas I GV black
6. Rencana Perawatan : Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan akrilik
elemen 36, 37,46.
7. Desain Gigi tiruan
a. Jenis dukungan : Tooth mucosal borne
b. Gigi penyangga : 38, 35,45 dan 47
c. Retainer : cengkram half Jackson pada gigi 35, 38, 45,dan
47
d. Plat dasar : Akrilik
e. Anasir : Gigi 36, 37, 46
B. Penatalaksanaan
1. Perawatan Pra Prostodontik
Perawatan pra prostodontik dilakukan berupa scaling USS pada rahang
atas dan rahang bawah, serta dilakukan restorasi pada gigi
2. Pengisian Rekam Medis
Pengisian rekam medis yang terdiri dari data pasien, pemeriksaan subjektif
dan objektif, diagnosis, dan rencana perawatan. Pasien diinformasikan
tentang diagnosis yakni edentulous sebagian pada rahang bawah dan
diinformasikan megenai rencana perawatan yang akan dilakukan yaitu
pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan dari bahan akrilik.
3. Pencetakan
Pencetaakan dilakukan dengan bahan alginat untuk diperoleh model kerja
dan model studi.
4. Model kerja
Model kerja merupakan replika anatomis dalam rongga mulut pasien yang
dapat digunakan sebagai acuan dalam tahap pembuatan gigi tiruan
sebagian lepasan (Jahongiri dkk., 2011).
5. Survey dan block out
Tindakan survey dilakukan dengan alat dental surveyor. Manfaat dari
survey ini adalah (Jahongiri dkk., 2011)
a. Sebagai panduan menentukan arah pemasangan yang baik sehingga
terjadi sangkutan (interference) pada saat gigi geligi tiruan dipasang dan
dikeluarkan.
b. Menentukan lokasi dan besarnya daerah undercut pada permukaan gigi.
c. Menentukan kesejajaran bidang
d. Menentukan penutupan daerah undercut.
6. Lempeng dan galangan gigit
Lempeng dan galangan gigit ini terbuat dari malam merah. Lempeng gigit
dibuat mengikuti outline gigi tiruan. Galangan gigit digunakan untuk
menentukan tinggi bidang oklusal, catatan awal hubungan antar rahang
dalam arah vertikal dan horizontal, dan perkiraan jarak interoklusal (Tamin
dkk., 2012).
7. Penetapan gigit
Penetapan gigit sebagai kunci oklusi yang sesuai dengan rahang. Pada
gigitiruan sebagian lepasan dengan tinggi gigit yang tetap, galangan gigit
rahang atas dimasukkan terlebih dahulu hingga ada kontak antara galangan
dan gigi lawan, kemudian catat kontak antara gigi lawan yang dapat
dipakai sebagai panduan oklusi.
8. Pembuatan klamer
Klamer merupakan bagian dari gigi tiruan lepasan sebagai direct retainer.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembuatan klamer pada
gigitiruan sebagaian lepasan adalah (Tamin dkk., 2012):
a. Ujung lengan klamer terletak pada daerah undercut (di bawah garis
survey) pada bagian bukal dan palatal, lingual
b. Ujung dari klamer tidak boleh menekan dan menyentuh gigi sebelah
c. Lengan dari klamer tidak boleh menyentuh gingiva
d. Ujung dari klamer harus dibulatkan
9. Penyusunan gigi
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam seleksi elemen gigi
anterior dan posterior adalah ukuran, bentuk, tekstur permukaan, warna,
dan bahan dari elemen. Dalam penyusunan gigi yang dapat menjadi
panduan adalah
a. Gigi geligi harus disusun tepat pada puncak ridge
b. Gigi geligi disusun harus kontak dengan gigi sebelahnya, serta gigi
antagonis. Sehingga diperoleh oklusi gigi yang harmonis antara gigi
asli dengan anasir gigi tiruan, atau antar anasir gigi tiruan.
10. Kontur akhir
Kontur pada malam dilakukan agar mendapat bentukan menyerupai
anatomis asli jaringan lunak yang menyangga gigi geligi. Kontur
dilakukan saat gigi tiruan saat di packing akrilik (Tamin dkk., 2012).

11. Paking akrilik


Paking akrilik menggunakan heat cure akrilik yang terdiri dari polimer dan
monomer. Proses polimerisasi dengan perendaman air panas dalam
waterbath
12. Hasil kasar akrilik
Setelah dilakukan packing akrilik di laboratorium, didapatkan hasil kasar
akrilik. Hal yang perlu diperhatikan dari hasil kasar akrilik adalah (Tamin
dkk., 2012):
a. Tidak boleh terdapat bagian yang porus
b. Tidak boleh terdapat bagian yang kasar dan tajam pada permukaan
gigitiruan yang menghadap mukosa
c. Kontur gingiva termasuk daerah servikal gigi tetap dipertahankan
bentuknya
d. Dilakukan pembersihan dari sisa-sisa gipsi yang menempel pada
akrilik.
13. Percobaan gigi tiruan akrilik dan selektif grinding
Sebelum dilakukan pemasangan akhir, gigi tiruan akrilik terlebih dahulu
dicobakan kepada pasien. Pada percobaan gigi tiruan akrilik dalam rongga
mulut pasien yang perlu diperhatikan adalah (Tamin dkk., 2012)
a. Retensi
Diperiksa dengan cara menggerak gerakan pipi dan bibir pasien. Dapat
dilihat penempatan oklusal rest harus sesuai dengan rest seat, dan
lengan retentif klamer pada bagian undercut gigi penyangga.
b. Stabilisasi
Diperiksa saat rongga mulut berfungsi. Bagian basis tidak boleh over
extended, dan protesa tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, dan berekspresi.
c. Oklusi
Diperiksa dengan bantuan articulating paper. Bagian yang mengalami
kontak prematur harus dilakukan selektif grinding. Pengasahan pada
gigi tidak boleh mengurangi tinggi cusp gigi, dan disesuaikan kontak
dari gigi antagonis asli ataupu n anasir gigi tiruan (Tamin dkk., 2012)
14. Insersi
Saat pemasangan akhir atau insersi padapasien perlu diperhatikan oklusi
sentrik, artikulasi rahang, kenyamanan pasien, estetik, dan fungsi fonetik.
Operator mengajarkan kepada pasien cara memasang dan memakai
gigitiruan sebagian lepasan. Kemudian pasien diberikan instruksi
penggunaan dan pemeliharaan gigi tiruan sebagai berikut (Carr and
Brown, 2011):
a. Bersihkan gigi tiruan dengan sikat halus dan sabun cair sehabis dipakai
b. Gigi tiruan direndam dengan air bersih suhu kamar sewaktu dilepas
c. Pada malam hari sebelum tidur, lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot
dibawahnya istirahat
d. Sebagai latihan, pertama-tama makan-makanan yang lembut dan
lunak. Apabila tidak ada keluhan dan terbiasa, maka boleh makan
makanan yang biasa
e. Biasakan menguyah pada kedua sisi rahang secara bersamaan
f. Apabila ada rasa tidak nyaman, sakit, gangguan bicara, gigi tiruan
tidak stabil, kerusakan pada kawat atau gigitiruan, dapat segera
menghubungi operator.
15. Kontrol
Pada kunjungan ini, perlu diperoleh riwayat yang cermat dari keluhan
seperti rasa sakit atau longgarnya gigi tiruan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Bessadet, M., Nicolas, E., Veyrune, J. L., 2013, Impact of Removable Partial
Denture Pristhesis on Chewing efficiency, Journal of Applied Oral Science,
21(5): 392-396.
Carr, A. B., and Brown, D.T., 2011, Removable Partial Prosthodontics, 12th ed,
Elsevier Mosby: St Louis.
Emami, E., Souza, R. P. D., Feine, J. S., 2013, The Impact of Edentulism on Oral
and General Health, International Journal of Dentistry.
Gunadi, H. A., Margo, A., Burhan, L. K., Suryatenggara, F., Setiabudi, I., 2012,
Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, EGC, Jakarta.
Grant, A. A., Heath, J.R., and Cord, J. F., 2005, Complete Prosthodontics
Problem, Diagnosis, and Management, New York: Wolfe.
Jahongiri, L., Moghadham, M., Choi, M., and Fergusm, M, 2011, Clinical
Casesin Prosthodontics (Terj), Singapore: Blackwell Publishing.
Tamin, H. Z., Zulkarnain, M., dan Ariyani, 2012, Bahan Ajar Ilmu Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan, Medan: Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Univeritas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai