Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Anggit Purwati
G4B016023
FAKULTAS KEDOKTERAN
PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus kehilangan gigi pada satu atau beberapa gigi dalam kedokteran
gigi dikenal sebagai daerah edentoulous. Kehilangan gigi tanpa dilakukan
penggantian dapat menimbulkan efek pada pasien diantaranya migrasi dan
rotasi gigi, erupsi berlebih, menurunkan efisiensi kunyah, dan mempengaruhi
estetika pasien. Kehilangan gigi juga dapat memberikan efek buruk bagi
kesehatan umum pasien, karena terganggunya proses pengunyahan sehinggaa
kurangnya asupan buah-buahan, sayuran (Gunadi dkk., 2012; Emami dkk.,
2013).
Prevalensi penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut adalah
23,4% dan 1,6% penduduk mengalami kehilangan seluruh gigi aslinya.
Berdasarkan persentase tersebut, yang menerima perawatan atau pengobatan
dari tenaga kesehatan gigi adalah hanya sebesar 29,6%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pemahaman masyarakat dalam
pentingnya memakai gigi tiruan untuk mengembalikan fungsi gigi-geliginya
yang hilang (Riest Kesehatan Dasar, 2007).
Gigi tiruan terbagi menjadi dua yaitu gigi tiruan lepasan dan cekat. Gigi
tiruan lepasan meliputi gigi tiruan sebagian lepas (GTSL) dan gigi tiruan
lengkap (GTL). GTSL merupakan gigi tiruan yang menggantikan satu atau
beberapa gigi, yang dapat dilepas pasang oleh pasien sendiri. GTSL dapat
berfungsi untuk mengembalikan fungsi estetika, fungsi mastikasi, dan fungsi
fonetik, dengan demikian dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
(Bessadet dkk.,2013).
GTSL tersusun dari beberapa komponen diantaranya cengkeram, anasir,
dan basis gigi tiruan. Basis gigi tiruan dapat terbuat dari bahan metal,
termoplastik, dan resin akrilik. Resin akrilik berfungsi sebagai basis gigi
tiruan, bahan ini aman bagi rongga mulut karena tidak bersifat toksik, tidak
iritatif, dan tidak larut dalam cairan mulut. Resin akrilik juga dapat
memberika estetik yang cukup baik, mudah dimanipulasi, reparasinya mudah,
dan perubahan dimensinya kecil (David, 2005).
Resin akrilik terbagi menjadi 3 jenis, yaitu heat cured acrylic, cold cure
acrylic resin, dan light cure acrylic resin. Heat cured acrylic resin merupakan
jenis resin akrilik yang digunakan sebagai basis gigi tiruan, bahan ini
memerlukan energi panas untuk polimerisasi dengan perendaman air dalam
waterbath. Jenis akrilik ini memiliki estetik yang cukup baik, penyerapan air
yang rendah, memiliki konduktivitas termal yang baik, biokompatibel, mudah
diproses dan direparasi tanpa membutuhkan tenaga ahli laboratorium (Carr
dkk., 2005).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk memaparkan kasus pasien kehilangan
sebagian giginya serta penatalaksanaanya berupa gigi tiruan sebagian
lepasan.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini diantaranya.
1. Memberikan sumbangan pemikiran yang diharapkan mampu menjadi
sarana pengembangan wawasan keilmuan terutama bidang prostodonsia.
2. Memberikan informasi mengenai perawatan pada pasien yang mengalami
kehilangan gigi sebagian menggunakan GTSL.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Gambaran Umum
GTSL adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi
yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dilepas serta
dipasang oleh pasien. Beberapa akibat kehilangan gigi adalah migrasi dan
rotasi gigi asli yang masih ada, erupsi berlebih, penurunan efisiensi kunyah,
gangguan pada sendi temporomandibular, beban berlebih pada jaringan
pendukung, gangguan bicara, estetis yang buruk, terganggunya kebersihan
mulut, atrisi, dan efek yang tidak diinginkan pada jaringan lunak (Seal and
Jones, 2003).
Menurut Grant dkk. (2005) indikasi dari pembuatan GTSL diantaranya.
1. Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
2. Gigi yang tertinggal dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai
pegangan
3. Keadaan processus alveolaris masih baik
4. Kesehatan umum dan kebersihan mulut pasien baik
5. Pasien ingin dibuatkan gigitiruan sebagian lepasan
f. Kelas VI Applegate-Kennedy
Kelas VI Applegate-Kennedy merupakan keadaan dimana
daerah edentulous berupa saddle tertutup dan kedua gigi tetangga yang
mengapit area edentulous kuat untuk dijadikan penyangga. Indikasi gigi
tiruan yang digunakan berupa gigi tiruan cekat atau lepasan, satu sisi
dan dukungan dari gigi (Gunadi, 2012).
2. Tahap II menentukan macam dukungan dari setiap Saddle
Dukungan saddle terbagi menjadi tiga yaitu dukungan mukosa,
dukungan gigi dan kombinasi. Saddle berujung bebas atau free end bisa
mendapatkan dukungan dari mukosa atau kombinasi (mukosa dan gigi).
Sedangkan saddle tertutup atau paradental bisa mendapatkan dukungan
dari gigi, mukosa maupun kombinasi (mukosa-gigi) (Jones dan Garcia,
2009). Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
dukungan saddle diantaranya.
a. Keadaan jaringan pendukung
Dukungan yang paling baik untuk gigi tiruan lepasan berasal
dari gigi, dengan syarat kondisi gigi masih sehat dan kuat dijadikan
penyangga. Tetapi jika kondisi gigi tidak memungkinkan sebaiknya
menggunakan mukosa sebagai jaringan pendukung dengan
memeperhatikan beberapa syarat:
1) Jaringan mukosa yang terdapat di bawah saddle tebal dan sehat.
2) Pasien tidak memiliki riwayat resorpsi tulang yang cepat.
3) Plat kortikal tulang alveolar yang teletak di bawah saddle padat dan
berada di atas tulang trabekula dan kanselus yang sehat (Gunadi,
2012).
b. Panjang saddle
Kondisi saddle yang pendek yang disertai gigi tetangga yang
sehat dan kuat, sebaiknya menggunakan gigi sebagai jaringan
pendukung. Sedangkan pada saddle yang panjang dan disertai gigi
tetangga yang tidak kuat sebaiknya memilih jaringan mukosa sebagai
jaringan pendukung saddle terutama pada rahang atas (Gunadi, 2012).
c. Jumlah saddle
Pasien dengan kondisi multiple sadlle sebaiknya
memperhatikan kesehatan jaringan mukosa dan kondisi gigi yang
mengapitnya. Kasus multiple saddle pada rahang atas sebaiknya
memilih jaringan mukosa sebagai dukungan saddle (Gunadi, 2012).
d. Keadaan rahang
Rahang bawah memiliki jaringan mukosa yang lebih sedikit
sehingga pada saddle paradental sebaiknya memilih gigi sebagai
jaringan pendukungnya. Sedangkan pada rahang atas memiliki
jaringan mukosa yang lebih luas sehingga pilihan jaringan pendukung
pada saddle rahang atas lebih bervariasi (Gunadi, 2012).
3. Tahap III menentukan jenis penahan
Retainer atau penahan terbagi menjadi dua yaitu direct retainer dan
indirect retainer. Direct retainer merupakan merupakan penahan primer
yang pasti dimiliki oleh setiap gigi tiruan, sedangkan indirect retainer
merupakan penahan sekuunder yang penggunaannya hanya sebagai
penahan tambahan (Nallaswamy, 2007). Pemilihan jenis dari retainer
sebaiknya memperhatikan beberapa aspek diantaranya:
a. Estetika
Jenis cengkeram serta arah cengkeram sebaiknya diperhatikan
dalam proses pembuatan retainer. Terutama cengkram yang akan
ditempatkan pada regio anterior agar tidak hanya retensi dan
stabilisasi yang dihasilkan melainkan memiliki estetik yang baik juga
(Gunadi, 2012).
b. Dukungan dari saddle
Pemilihan cengkeram sebaiknya disesuikan dengan kondisi
jaringan pendukung saddle pasien, tujuannya agar cengekeram
mampu memberikan retensi dan stabilisasi yang baik pada gigi tiruan
(Gunadi, 2012).
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada saddle berujung bebas
atau free end diantaranya:
A. Kasus
DAFTAR PUSTAKA
Bessadet, M., Nicolas, E., Veyrune, J. L., 2013, Impact of Removable Partial
Denture Pristhesis on Chewing efficiency, Journal of Applied Oral Science,
21(5): 392-396.
Carr, A. B., and Brown, D.T., 2011, Removable Partial Prosthodontics, 12th ed,
Elsevier Mosby: St Louis.
Emami, E., Souza, R. P. D., Feine, J. S., 2013, The Impact of Edentulism on Oral
and General Health, International Journal of Dentistry.
Gunadi, H. A., Margo, A., Burhan, L. K., Suryatenggara, F., Setiabudi, I., 2012,
Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, EGC, Jakarta.
Grant, A. A., Heath, J.R., and Cord, J. F., 2005, Complete Prosthodontics
Problem, Diagnosis, and Management, New York: Wolfe.
Jahongiri, L., Moghadham, M., Choi, M., and Fergusm, M, 2011, Clinical
Casesin Prosthodontics (Terj), Singapore: Blackwell Publishing.
Tamin, H. Z., Zulkarnain, M., dan Ariyani, 2012, Bahan Ajar Ilmu Gigi Tiruan
Sebagian Lepasan, Medan: Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Univeritas Sumatera Utara.